BAB I
SISTEM BILANGAN
Pendahulaun
Teknologi digital memungkinkan membentuk
suatu sistem digital kompleks, diantaranya dapat
berupa komputer digital. Dengan adanya komputer
digital dapat mempermudah dan mempercepat
perancangan, pembuatan peralatan elektronik
maupun devais elektronik, yang selanjutnya juga
akan membentuk suatu sistem komputer digital
yang lebih baik lagi dan lebih kompleks lagi.
Tanpa komputer digital hampir tak mungkin
melakukan monitoring maupun kontrol secara
real-time dari suatu sistem pesawat luar angkasa,
berbagai macam sistem industri manufaktur,
industri jasa dan industri lainnya. Semua sistem
monitoring dan kontrol ini ditujukan untuk
membantu pemrosesan data secara otomatis.
Komputer dapat juga dipergunakan untuk
perancangan sistem, maupun pemodelan.
Walaupun pada awalnya ditujukan untuk
Sistem Bilangan
Bilangan merupakan reprentasi dari suatu
kuantitas. Sistem bilangan yang kita pakai
sekarang memiliki banyak sekali keuntungan
dibandingkan dengan sistem bilangan sebelumnya,
misalnya sistem bilangan Romawi. Hal yang
terpenting dari sistem bilangan yang kita pakai
sekarang adalah:
Nilai posisi,
basis (atau radiks)
dari sistem bilangan.
Nilai posisi dan basis membentuk nilai dari
suatu bilangan, misalnya bilangan:
bnbn-1 . . . b2b1b0,b-1b-2
nilainya adalah:
N = bn x Bn+ bn-1 x Bn-1 +. . . + b1 x B1 + b0 x
B0+ b-1 x B-1 + b-2 x B-2 + … ,
dengan bi : bilangan pada posisi ke-i,
B : basis bilangan,
N : nilai bilangan.
Untuk basis 10, juga sistem desimal, contoh:
10001,101 = 1 x 24 + 0 x 23 + 0 x 22 +0 x 21 + 1 x
20 + 1 x 2-1 + 0 x 2-2 + 1 x 2-3 =
17,625
Untuk membedakan bilangan dengan basis
tertentu, biasanya digunakan tanda (berupa
subscript dari basis yang dipergunakan), seperti:
100011012 = 14110 dan 10001,1012 = 17,62510.
Contoh:
64 32 16 8 4 2 1
43 = 0 1 0 1 0 1 1
4310 = 01010112.
4 2 1 ½ ¼ ... 1/8 1/16
2,6875 = 0 1 0 1 0 1 1
2,687510 = 010,10112
2. Membagi bilangan desimal dengan 2 secara
berulang untuk bilangan integer dan mengalikan
dengan 2 secara berulang jika bilangan
fraksional.
Contoh: 43 : 2 = 21 sisa 1 LSB
21 : 2 = 10 sisa 1
10 : 2 = 5 sisa 0
5 : 2 = 2 sisa 1
2 : 2 = 1 sisa 0
1 : 2 = 0 sisa 1 MSB
4310 = 1010112
1x0=0
1x1=1
Contoh operasi perkalian diberikan berikut ini
Desimal Biner Desimal Biner
11 1011 1,25 1,01
20x 10100x 4,5x 100,1x
00 0000 625 101
220 00000 5000 0000
220 101100 5,625 00000
0000000 101000
10110000 101,101
11011100
Sebaliknya untuk operasi pembagian
ditunjukkan pada tabel berikut ini: (perhatikan
pembagian tidak bisa dengan 0)
0:1=0
1:1=1
Contoh: 25:5 dan 121:4
5 101 30,25 11110,01
5/ 25 101/ 11001 4/ 121,00 100/ 1111001
25 101 12 100
0 101 10 111
101 8 100
0 20 110
20 100
0 100
100
100
100
0
Bilangan Negatif
Untuk menyatakan bilangan negatif pada
sistem bilangan biner dilakukan dengan:
1. menggunakan bit tanda pada bit paling kiri.
2. menggunakan komplemen: komplemen 2
komplemen 1
Bit Tanda
Pada sistem bilangan desimal tanda negatif
digunakan tanda “ - “ (berupa operator unary).
Sedangkan pada sistem biner dikenal hanya tanda
0 dan 1 saja, jadi simbul “ -“ menggunakan salah
satu tanda dari bilangan biner tsb. Tanda yang
dipakai untuk bilangan negatif adalah 1 sedangkan
0 digunakan untuk bilangan positif, bit ini dikenal
sebagai bit tanda (sign bit). Contoh untuk
bilangan dalam 7 bit, bit tandanya pada bit ke 8,
misalnya -12 = 1000 1100 dan +12 = 0000 1100.
Contoh:
Komplemen 10 dari
87 = 102 – 87 = 100 – 87 = 13
645 = 103 – 645 = 1000 – 645 = 355
320 = 103 – 320 = 680
25,367 = 102 – 25,367 = 100 – 25,367
= 74,633
0,625 = 100 – 0,625 = 1 – 0,625 = 0,375
Komplemen 9 dari
87 = 102 – 1 – 87 = 99 – 87 = 12
645 = 103 – 1 - 645 = 999 – 645 = 354
320 = 103 – 1 – 320 = 999 – 320 = 679
25,367 = 102 – 10-3 – 25,367
= 99,999 – 25,367 = 74,632
0,625 = 100 – 10-3 - 0,625 = 0,999 – 0,625
= 0,374
Contoh lain:
Dengan menggunakan komplemen 10, hitunglah:
(c) 89765 – 23456 (b) 49200 – 83560.
Komplemen 9 Komplemen 9
89 = 89 49 = 49
-23 = 76+ -87 = 12+
165 61
1+ tak ada
66 negatif: -38
Carry di drop +66
(Carrynya dipakai untuk
menjumlahkan)
Komplemen 2
Pada bilangan biner komplemen 2 mirip
dengan komplemen 10 pada sistem bilangan
Solusi:
(a) (b)
11011 = 11011 111001 = 111001
-10100 = 01011 + 1 = 01100+ -101101 = 010010 + 1 = 010011+
100111 1001100
carry di drop carry di drop
(c)
1000100 = 1000100
- 1010100 = 0101011 + 1 = 0101100+
1110000
tak ada carry negatif
= komplemen 2 dari 1110000 =
Jawab = - (0001111 + 1) = - 10000
Komplemen 1
Pada bilangan biner komplemen 1 mirip
dengan komplemen 9 pada sistem bilangan
desimal, yaitu setiap nilai posisi nilainya adalah 9 -
bilangan pada posisi ybs. Untuk bilangan biner
menjadi sederhana yaitu dengan mengkomplemen
bilangan tsb. Komplemen bilangan biner adalah
menukar bilangan 0 menjadi 1 dan 1 menjadi 0.
Contoh: - 10010 = 01101
- 00110 = 11001
- 01001 = 10110
Solusi:
(a) (b)
11011 = 11011 111001 = 111001
-10100 = 01011+ - 101101 = 010010+
100110 1001011
1+ 1+
00111 001100
carry dipakai u/menjumlahkan carry dipakai u/menjumlahkan
- 1010100 = 0101011+
1101111
tak ada carry negatif
= komplemen dari 1101111 = 0010000
Jawab = - 10000
Kode Biner
Dalam sistem elektronika digital
menggunakan sinyal yang memiliki dua nilai
berbeda (misalnya nilai 0 dan 1) dan elemen
sirkuit yang memiliki dua keadaan stabil (misalnya
tegangan 0 volt dan 5 volt). Dengan demikian ada
analogi langsung diantara sinyal biner, elemen
sirkuit biner dan digit biner. Contoh suatu
bilangan biner dengan n digit, dapat
direpresentasikan oleh n rangkaian biner yang
outputnya ekivalen dengan bilangan biner tsb.
Dalam sistem digital tidak hanya
merepresntasikan bilangan biner saja, melainkan
dapat merepresentasikan informasi diskrit apa saja.
Misalnya warna merah adalah warna diskrit pada
sistem lampu lalu lintas, huruf A adalah huruf
diskrit pada sistem alfabet, hari senin adalah hari
diskrit pada sistem harian dalam satu minggu,
kode mata kuliah MKWU1001 adalah kode mata
kuliah diskrit yang terdapat dalam mata kuliah
yang ditawarkan untuk semester ini, dan banyak
lagi contoh lainnya.
Kode Desimal
Kode biner untuk digit biner diperlukan
minimal 4 bit. Ada berbagai macam cari untuk
mengkodekan digit desimal tersebut. Beberapa
kemungkinan ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1, Contoh Pengkodeaan Sistem Bilangan
BCD BCD BCD Biquinary
Desimal Excess-3
8421 84-2-1 2421 5043210
0 0000 0011 0000 0000 0100001
1 0001 0100 0111 0001 0100010
2 0010 0101 0110 0010 0100100
3 0011 0110 0101 0011 0101000
4 0100 0111 0100 0100 0110000
5 0101 1000 1011 1011 1000001
6 0110 1001 1010 1100 1000010
7 0111 1010 1001 1101 1000100
8 1000 1011 1000 1110 1001000
9 1001 1100 1111 1111 1010000
10 00010000
Kode Alfanumerik
Seringkali informasi yang diperlukan tidak
hanya numerik melainkan juga alfabet, sehingga
diperlukan pengkodean pengkodeaan alfanumerik.
Digit yang diperlukan untuk alafanumerik adalah
= 2 x 26 (untuk alfabet) + 10 (untuk numerik) + ??
(untuk simbul) + ?? (untuk perintah) sehingga
cukup menggunakan 7 bit (ASCII)
ASCII
Hex Symbol ASCII Hex Symbol ASCII Hex Symbol ASCII Hex Symbol
1 1 SOH 17 11 DC1 33 21 ! 49 31 1
2 2 STX 18 12 DC2 34 22 " 50 32 2
3 3 ETX 19 13 DC3 35 23 # 51 33 3
4 4 EOT 20 14 DC4 36 24 $ 52 34 4
5 5 ENQ 21 15 NAK 37 25 % 53 35 5
6 6 ACK 22 16 SYN 38 26 & 54 36 6
7 7 BEL 23 17 ETB 39 27 ' 55 37 7
8 8 BS 24 18 CAN 40 28 ( 56 38 8
9 9 TAB 25 19 EM 41 29 ) 57 39 9
10 A LF 26 1A SUB 42 2A * 58 3A :
11 B VT 27 1B ESC 43 2B + 59 3B ;
12 C FF 28 1C FS 44 2C , 60 3C <
13 D CR 29 1D GS 45 2D - 61 3D =
14 E SO 30 1E RS 46 2E . 62 3E >
15 F SI 31 1F US 47 2F / 63 3F ?
ASCII Hex Symbol ASCII Hex Symbol ASCII Hex Symbol ASCII Hex Symbol
64 40 @ 80 50 P 96 60 ` 112 70 p
65 41 A 81 51 Q 97 61 a 113 71 q
66 42 B 82 52 R 98 62 b 114 72 r
67 43 C 83 53 S 99 63 c 115 73 s
68 44 D 84 54 T 100 64 d 116 74 t
69 45 E 85 55 U 101 65 e 117 75 u
70 46 F 86 56 V 102 66 f 118 76 v
71 47 G 87 57 W 103 67 g 119 77 w
72 48 H 88 58 X 104 68 h 120 78 x
73 49 I 89 59 Y 105 69 i 121 79 y
74 4A J 90 5A Z 106 6A j 122 7A z
75 4B K 91 5B [ 107 6B k 123 7B {
76 4C L 92 5C \ 108 6C l 124 7C |
77 4D M 93 5D ] 109 6D m 125 7D }
78 4E N 94 5E ^ 110 6E n 126 7E ~
79 4F O 95 5F _ 111 6F o 127 7F •
BAB II
GERBANG LOGIKA
Umumnya besaran fisis bersifat besaran
kontinu. Yang berarti bahwa besaran itu dapat
berubah sembarang terhadap waktu. Secara
matematik besaran ini bersifat differentiable (dapat
di differensialkan terhadap waktu). Jika besaran
fisis ini berupa besaran listrik seringkali dikenal
sebagai sinyal kontinu. Contoh sinyal kontinu
misalnya adalah sinyal audio, sinyal yang berasal
instrumen pengukuran (misalnya dari pembacaan
suhu, devais deteksi cahaya atau probe kimiawi
maupun biologis).
Namun seringkali juga dijumpai sinyal-sinyal
fisis yang bersifat diskrit seperti pulsa dari detektor
partikel, data dari saklar, keyboard. Elektronika
yang membahas problem ini adalah elektronika
digital. Dalam elektronika digital menggunaan dua
keadaan biasanya dalam besaran tegangan yang
dinyataan sebagai tegangan HIGH = 1 (biasanya 5
V) dan LOW = 0 (biasanya 0 V). Dua keadaan ini
merupakan variasi dari informasi bit (binary digit)
yang diasosiasikan dengan dua interval tegangan
Contoh:
Saklar
Transmisi sinyal digital 0 (LOW) dan 1 (HIGH)
dilakukan dengan menggunakan cara switching
level tegangan (bisanya 0 V dan +5 V). Proses
switching dilakukan dengan menggunakan saklar
mekanik, saklar elektromekanik, dioda dan
transistor. Contoh penggunaan saklar mekanik dan
elektromekanik ditunjukkan pada gambar berikut.
R= R=0
Level 1 Level 0
= 4,76 V
Untuk VBE = 0, maka Vout = 0 V
Jika hambatan beban diganti dengan RL = 1 k,
1kΩ
untuk VBE > 0, maka Vout 5V = 2,5 V.
1kΩ 1kΩ
Hal ini menunjukkan bahwa Vout bergantung pada
RL . Vout akan berlogika 1 (= 5 V), jika RL RC ,
seperti dijelaskan secara skematik dengan gambar
berikut.
Logika Digital
Pembahasan logika digital dikelompokkan
menjadi 2 pembahasan yaitu: logika kombinasi dan
logika sekuensial. Pada logika kombinasi tidak
bergantung pada waktu, sedangkan pada logika
sekuensial bergantung pada waktu sebagai bagian
salah satu inputnya (berupa sinyal clock), flip-flop
dapat ditrigger secara level trigger, maupun edge-
trigger (baik positif maupun negatif).
Elemen dasar dari logika kombinasi adalah
gerbang digital, sedangkan elemen dasar dari
logika sekuensial adalah flip-flop.
Adapun keunggulan teknik elektronika digital
dibandingkan dengan teknik elektronika analog
diantaranya adalah:
1. Tansmisi sinyal tanpa mengalami degradasi
akibat noise.
Contohnya
a. transmisi sinyal telepon secara
transkontinental dengan teknik PCM (pulse-
code modulation), sinyal yang keluar dari
repeater dapat bebas dari noise.
A
F=A+B
B
R
Gambar 20, Gerbang OR dengan dioda.
A
F=A+B
B
R
R
A
F=A.B
B
F=A.B
A B
V
R
RC
F=A
A
R1
0 1 1 0 1 0 1 0
1 0 1 1 0 0
1 1 0 1 1 0
- OR NOT NOR
- NOR NOT OR
NOT NAND - OR
NOT OR - NAND
Kontrol Data:
Enable/ Inhibit (disable) untuk gerbang 2 input
Salah satu penggunaan dari gerbang-gerbang
logika adalah untuk mengontrol aliran data input ke
output. Salah satu pin input digunakan sebagai pin
kontrol (yaitu pin yang mengatur mode operasi dari
gerbang tsb) , sedangkan pin lainnya sebagai sinyal
DATA yang akan dilewati.
Bila DATA dapat melewati gerbang maka
DATA di enable oleh gerbang itu, sebaliknya bila
DATA tak dapat keluar pada pin outputnya maka
gerbang meng- inhibit DATA. Kontrol data
enable/inhibit pada gerbang ditabelkan berikut ini.
Tabel 4, Enable/Inhibit
Gerbang Kontrol Kondisi Output Skematik
Input Gerbang
AND 0 Inhibit 0 0
0
Data
1 Enable DATA 1
Data
Data
NAND 0 Inhibit 1 0
1
Data
1 Enable DATA 1
Data
Data
OR 0 Enable DATA 0
Data
Data
1 Inhibit 1 1
1
Data
1 Inhibit 0 1
0
Data
Ekspansi Gerbang.
Kadang kala diperlukan suatu jumlah pin input
yang lebih banyak dari jumlah pin input yang
tersedia dari suatu gerbang, sebagai contoh bila
diinginkan 3-input gerbang AND, sedangkan yang
tersedia hanya 2-input AND atau menginginkan 3-
input NAND dari 2-input AND, dll. Untuk
melakukan ekspansi gerbang dilakukan seperti
ditunjukkan dalam gambar berikut ini.
A A.B A A.B
B A.B.C B A.B.C
C C
A A+B A A+B
B A+B+C B A+B+C
C C
A.B
A.B
A+B
A+B
Pembangkitan gelombang
Dengan menggunakan gabungan dari gerbang
logika dasar, osilator clock, dan rangkaian
generator gelombang dapat dibuat suatu bentuk
gelombang tertentu yang dipakai untuk kontrol
digital dan rangkaian pengaturan urutan
(sequencer). Contohnya adalah rangkaian Johnson
shift counter. Input dari counter ini adalah sinyal
clock (Cp), outputnya adalah A, B, C, D dan
komplemennya A , B, C, D seperti ditunjukkan
gambar berikut.
Pengenalan Troubleshooting
Untuk memeriksa suatu rangkaian digital atau
devais digital baik yang dibuat sendiri atau dibuat
oleh produsen elektronik, maka diperlukan suatu
teknik untuk melacak kesalahan (sering disebut
Troubleshooting). Pemahaman teori dan cara kerja
rangkaian, devais atau IC sangat diperlukan agar
proses pencarian kesalahan atau komponen yang
bermasalah dapat ditemukan.
Ada dua alat sederhana yang digunakan untuk
maksud ini, yaitu pembangkit pulsa logika (logic
pulser) dan pendeteksi pulsa logika (logic probe).
Indikator dari pendeteksi pulsa ditunjukkan pada
tabel berikut.