Anda di halaman 1dari 65

KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN dan STANDART

PENILAIAN ( BADAN STANDART NASIONAL PENDIDIKAN ) BNSP


MAKALAH
Dibuat sebagai salah satu syarat mata kuliah Asesmen Pendidikan
Dosen pengampu : Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd

AnggotaKelompok:

1. Rizki Rahmawati ( 1401416005 )


2. Fani Kurniaardilasari ( 1401416006 )
3. Nurul Hidayah ( 1401416012 )
4. Enie Vita Sari ( 1401416018 )
5. Yogi Agung Prasetyo ( 1401416027 )
6. Ari Akbar Anggoro ( 1401416030 )

Rombel 13

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR :

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikanmakalah mata kuliah “Asesmen Pendidikan”. Kemudian shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Asesmen Pendidikan
di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada selaku Dra. Kurniana
Bektiningsih, M.Pd dosen pembimbing mata kuliah Asesmen Pendidikan.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan


dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 26 Maret 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembahasan assesmen, terdapat perbedaan cara berfikir
terhadap konsep belajar dan pembelajaran yang mempengaruhi bagaimana
assesmen dirancang. Perkembangan ilmu di bidang Psikologi Pendidikan
berdampak pula terhadap cara pandang guru atau dosen tentang desain
pembelajaran, praktik pembelajaran dan assesmen pembelajaran.
Misalnya, mulai berubahnya pemikiran proses belajar mengajar
berdasarkan pendekatan behavoristik (teori belajar yang lebih menekankan
pada tingkah laku manusia) ke konstruktivistik (teori belajar yang lebih
menekankan pada pengetahuan siswa).
Standar penilaian merupakan salah satu bagian dari Standar
Nasional Pendidikan tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab itu, setiap pendidik harus
memahami landasan yuridis maupun filosofis yang melatarbelakangi
munculnya standar penilaian, mekanisme, dan prosedur evaluasi.
Termasuk dalam hal tersebut, bagaimana pendidik menetapkan indikator
keberhasilan pembelajaran dan merancang pengalaman belajar siswa.
Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19
2005 dinyatakan bahwa lingkup dari Standar Nasional Pendidikan meliputi
8 standar. Pada Pasal 35 juga dijelaskan bahwa standar nasional
pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,dan pembiayaan,
selanjutnya ditegaskan bahwa pengembangan standar nasional pendidikan
serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional
dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan
pengendalian mutu pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan asesmen, pengukuran, penilaian dan
tes ?
2. Apakah fungsi, tujuan, dan prinsip asesmen ?
3. Apa sajakah cakupan, jenis, dan teknik asesmen pembelajaran ?
4. Bagaimana latar belakang standar penilaian pendidikan ?
5. Bagaimana Standar penilaian pendidikan menurut BSNP ?
6. Bagaimana mekanisme dan prosedur penilaian menurut BSNP ?
7. Bagaimana mekanisme penilaian menurut permendikbud 53
kurikulum 13 dan panduan penilaian untuk SD 2015 ?
C. Tujuan
1. Mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan asesmen,
pengukuran, penilaian, dan tes.
2. Mengerti dan memahami fungsi, tujuan, dan prinsip asesmen.
3. Mengerti dan memahami cakupan, jenis, dan teknik asesmen.
4. Untuk mengetahui latar belakang standar penilaian pendidikan.
5. Untuk mengetahui Standar penilaian pendidikan menurut BSNP.
6. Untuk mengetahui mekanisme dan prosedur penilaian menurut BSNP
7. Untuk penilaian menurut pemendikbud 53 kurikulum 13 dan pandu
penilaian untuk SD 2015
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Asesmen, Pengukuran, Penelitian, dan Tes
1.1 Asesmen
Istilah asesmen (penilaian) proses dan hasil belajar merupakan
suatu kegiatan guru selama rentang pembelajaran yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang
memiliki karakteristik individual yang unik (Depdiknas.2006).
Menurut Poerwanti, dkk. (2008:3) Secara umum, asesmen dapat
diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk
apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang
siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya,
iklim sekolah maupun kebijakan – kebijakan sekolah. Keputusan semua
ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas, bagaimana
guru menempatkan siswa dengan program – program pembelajaran yang
berbeda tingkatan tugas – tugas untuk siswa yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan masing – masing, bimbingan dan penyuluhn
dan saran untuk di studi lanjut.
Sementara menurut Robert M. Smith (2002) dalam Mawardi
(2011) suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim
untuk mengtahuikelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya
dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak
sebadasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Sedangkan
Akhmad (2008) menyebutkan bahwaasesmen atau penilaian untuk
memeperoleh informasi tentang hasil belajar peserta didik.
Kebijakan yang harus ada pada Asesmen Pendidikan :
a. Keputusan tentang siswa
Bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas, bagaimana guru
menempatkan siswa pada program- program pembelajaran yang
berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan masing-masing, bimbingan dan
penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut.
b. Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah
Pengambilan keputusan tentang efektifitas program dan langkah-
langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan pengajaran
remidi (remidial teaching).
c. Keputusan untuk kebijakan pendidikan
Kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten maupun nasional.
d. Pembahasan kompetensi untuk melakukan asesmen tentang siswa
Bagaimana guru mengkoleksi semua informasi untuk membantu
siswa dalam mencapai target pembelajaran dengan berbagai teknik
asesmen, baik teknik yang bersifat formal maupun nonformal,
seperti teknik paper and pencil test, unjuk kerja siswa dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium
maupun keaktifan diskusi selama proses pembelajaran.
Sehingga dapat disimpulakan bahawa asesmen merupakan
keputusan kegiatan guru selama rentang pembelajaran untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan tentang penereapan konsep pendidikan. Dalam pelaksanaan
asesmen pembelajaran, guru akan dihadapkan (tiga) istilah yaitu
pengukuran, penilaian, dan test.

1.2 Pengukuran

Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau


upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala
atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa
angka. Dalam proses pembelajaran guru juga melakukan pengkuran
terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang
mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut.

Proses pembelajaran tersebut bersifat kuantatif dan belum dapat


memberikan makna apa-apa, Karena belum menyatakan tingkat kualitas
dari apa yang diukur. Angka hasil pengukuran ini biasa disebut skor
mentah. Angka hasil pengukuran baru mempunyai makna bila
dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.

1.3 Evaluasi

Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas


hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran
tersebut dengan kriteria, sebagai pembanding dari proses dan hasil
pembelajaran. Penilaian ini dapat ditentukan sebelum proses pengukuran
atau dapat pula ditetapkan sesuadah pelaksanaan pengukuran.
Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang
menjadi syarat, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan
rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria
yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum
pengukuran akan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan
atau Penilaian Acua Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan
setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan
kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penialain Acuan Norma/
Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).
1.4 Tes
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat
pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang
dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes merupakan alat ukur yang
sering digunakan dalam asesmen pembelajaran disamping alat ukur yang
lain.
Pada saat proses pelaksanaan asesmen pembelajaran, guru selalu
berhadapan dengan konep – konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang
dalam penerapannya sering secara berurutan. Waktu melaksanakan
asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur berupa tes maupun nontes
seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran dan sebagainya.
Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau memberi angka terhadap
proses pembelajaran ataupun pekerjaan siswa sebagai hasil belajar yang
merupakan cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang
disyaratkan, kemudian membandingkan angka tersebut dengan kriteria
tertentu yang merupakan batas penguasaan minimum ataupun berupa
kemampuan umum kelompok, sehingga munculah nilai yang
mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, asesmen pembelajaran merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan mengukur dan menilai aspek sikap yang
berupa proses dan hasil belajar yang bersifat abstrak, karena itu asesmen
hendaknya dilakukan dengan cermat dan penuh perhitungan termasuk
memperhatikan berbagai keterbatasan sebagai berikut.
a. Untuk pengukuran suatu konstruk, khususnya konstruk psikologis
yang bersifat abstrak tidak ada pendekatan tunggal yang dapat
diberlakukan dan diterima secara universal, termasuk dalam
kegiatan asesmen yang bertujuan untuk mengukur proses
pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap seperangkat materi
yang dipersyaratkan, maka dalam pelaksanannya harus digunakan
bermacam pendekan untuk tujuan yang berbeda- beda dan
dilakukan dlam berbagai kesempatan sepanjang berlangsungnya
proses pembelajaran,
b. Pengukuran aspek psikologis termasuk pengukuran proses dan
hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasar atas
sampel tingkah laku yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi
sumber informasi yang akurat. Asesmen ini dilakukan dengan
perencanaan yang matang dan dilakukan dengn cermat,
memperhatikan prolehan sempel yang memadai dari tingkah laku
dalam pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik,
c. Hasil pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam proses asesmen
dan hasil belajar sering mengandung kekeliruan. Angka yang
diperoleh sebagai hasil pengukuran berupa kebenaran nilai +
kesalahan, untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen
yang baik harus dipersiapkan secara detail. Sehingga dapat
memperkecil kekeliruan,
d. Penjelasan suatu satuan yang menyangkut kualitas atau
kemampuan psikologis pada skala pengukuran merupakan masalah
yang cukup sulit, mengingat bahwa kenyataan hasil belajar
merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi,
sedangkan dalam pelaksanaan tes pengukuran hasil belajar,
pengajar diharuskan memberikan kuatitas yang berupa angka –
angka pada kualitas dari suatu gejala yang bersifat abstrak.
e. Konstruk psikologis termasuk proses dan hasil pembelajaran tidak
dapat didifinisikan secara tunggal atau berdiri sendiri, tetapi selalu
berhubungan dengan konstruk yang lain.
2. Fungsi, tujuan, teknik asesmen pembelajaran
Berdasarkan Pedoman Penilaian Kelas untuk SD dan MI yang
dikeluarkan oleh Belitbang Depdiknas (2006) menyatakan bahwa
penilaian kelas merupakan bagian dari penilaian untuk mengetahui hasil
belajar siswa terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh
pendidik, dan bertujuan untuk menilai tingkat pencapaian kompetensi
peserta didik yang dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung
dan akhir pembelajaran. Hasil belajar ini dilakukan oleh guru untuk
memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik,
dan sesuai dengan potensi yang dimiliki serta kemampuan yang
diharapkan secara berkesinambungan.
Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar
mencakup beberapa hal, yaitu :
a. Standar Kompetensi ; kemampuan yang harus dimiliki oleh
lulusan dalam setiap mata pelajaran yang memiliki implikasi
yang sangat signifikan dalam perencanaan, metodologi dan
pengelola penilaian,
b. Kompetensi Dasar : kemampuan minimal dalam rangka mata
pelajaran yang harus dimiliki lulusan,
c. Rencana penilaian : jadwal kegiatan penilaian dalam satu
semester dikembangkan bersamaan dengan pengembangan
silabus
d. Proses Penilaian : pemilihan dan pengembangan teknik
penilaian, sistem pencatatan dan pengelolaan proses,
e. Proses Implementasi : berbagai teknik penilaian
Dari sistem penilaian berbasis kompetesi dasar ini, pendidik akan
memperoleh pedoman untuk penilaian peserta didik sesuai (KTSP)
dalam hal penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian
produk, penilaian melalui kumpulan kerja peserta didik, dan penilain
diri.
Dalam pelaksanaan penilaian kelas ini pendidik akan
membandingkan hasil belajar peserta didik dalam periode waktu
tertentu dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya
atau dengan kriteria tertentu dan sebaikanya hasil belajar siswa ini tidak
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Perbandingan semacam
inidisebut dnegna penilaian acuan patokan atau acuan penilaian kriteria.
2.1 Fungsi asesmen berbasi kelas
Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain
materi dan situasi di kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan. Setelah mempelajari apa keunggulan
asesmen khusunya asesmen berbasis kelas, maka perlu pula diketahui
fungsi dari penilaian kelas tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian
kelas dapat dijelaskan sebagai berikut (Diknas, 2006):

a. Tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi


maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat
menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah
menguasai suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan
tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis
yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa
perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program
pengayaan.
d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya
pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan
proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang
berlangsung.
e. Semuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru dalam
mendidik dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup
sekolah tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan
hasil belajar peserta didik.

2.2. Tujuan asesmen berbasis kelas

Balitbang Depdiknas (2006: 3) secara rinci menyatakan


bahwa tujuan asesmen berbasis kelas dapat dijabarkan sebagai
berikut:

a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat


mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat
pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama
mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran
berlangsung.
b. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus
menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang
dicapai setiap peserta didik, sekaligus anda dapat mendiagnosis
kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga secara
tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan
siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan.
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini anada juga dapat melakukan
pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik,
sekaligus anda dapat memperkirakan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan
siswa mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu
pembelajaran remedial untuk mencapi kompetensi yang di
syaratkan.
d. Hasil pemantauan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan
tersebut juga akan dapat dipai sebagai umpan balik bagi anda
untuk memeprbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber
belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan
juga kebutuhan siswa.
e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat anda jadikan
sebagai landasan untuk memilih alternatif jenis dan model
penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu
dan pada mata pelajaran tertentu.
f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada
orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan,
tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun.
Tujuan asesment pembelajaran secara umum menurut Popham (1995:
4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk:
a. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
b. Memonitor kemajuan siswa,
c. Menentukan jenjang kemampuan siswa,
d. Menentukan efektivitas pembelajaran, dan
e. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran.
2.3 Prinsip Asesmen berbasis kelas
Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip
asesmen berbasis kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika
Anda sebagai guru melakukan asesmen hasil dan proses belajar.
Terdapat ada enam prinsip dasar asesmen hasil belajar yang harus
dipedomani (Depdiknas, 2004 dan 2006) yaitu:
a. Prinsip Validitas
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam
melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai
dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang
seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk
mengukur kompetensi”.
Kompetensi Alat Penilaian
A : kemapuan siswa berbicara X : Wawancara, observasi tes
untuk menceritakan dirinya dan performa
keluarganya ( tema : Aku dan
Keluargaku )
B : Kemampuan menggunakan Y : Tes perbuatan (performa),
mikroskop observasi

b. Prinsip Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan
perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan
keterpercayaan. Untuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi
yang relatif sama. Untuk menjamin reliabilitas petunjuk
pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas. Contoh
yang lain adalah dalam menguji kompetensi siswa dalam
melakukan eksperimen di laboratorium.
Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf
penguasaan 10 siswa itu denga kompetensi eksperimen yang
dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini realible jika 30 siswa yang
sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama
dan hasilnya ternyata sama, seperti :
1) Tidak ada siswa yang sakit
2) Penerangan atau pencahayaan dalam laboratorium sama
3) Suhu udara dalam lab sama
4) Alat yang digunakan sama
Penilaian tersebut tidak reliable joka ada kondisi yang berubah,
misalnya ada 3 siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan
eksperimen yang sama, dan ternyata hasilnya berbeda.
c. Terfokus pada kompetensi
Telah Anda pahami bahwa konsekuensi perubahan
kurikulum juga akan menuntut perubahan dalam sistem
penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,
penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk
bisa mencapai itu penilaian harus dilakukan secara
berkesinambungan, dimana penilaian dilakukan secara terencana,
bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran
pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
d. Prinsip Komprehensif
Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik pasti
telah menyusun rencana pembelajaran yang secara jelas
menggambarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa serta indikator yang menggambarkan
keberhasilannya. Dengan proses penilaian secara menyeluruh
mencakup seluruh anggota yang tertuang pada setiap kompetensi
dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai
beragam kompetensi atau kemampuan siswa hingga tergambar
kemampuan siswa.
e. Prinsip Objektivitas
Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa
proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-
pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai. Dalam
penilainan ini harus dilakukan secara objektif.
f. Prinsip Mendidik
Prinsip ini sangat perlu dipahami bahwa penilaian
dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak
lulus) atau menghukum siswa, tetapi untuk mendiferensiasi siswa
(sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi
masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu
kompetensi). Pada akhirnya proses dan hasil penilaian dapat
dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses
pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan
membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemapuan
siswa. Artinya, proses penialain belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar
peserta didik, dimana hasil penilaian harus dapat memberikan
umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat
belajar.
Dalam asesmen berbasis kelas untuk pelaksanaan
kurikulum berbasis Kompetensi serta implementasi dari standar
penilain BSNP perlu ditambahkan pedoman penilaian pada setiap
kelompok mata pelajaran yang secara rinci dirumuskan sebagai
berkut:
a. Penialian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian dilakukan melalui:
 Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan efeksi dan kepribadian peserta
didik.
 Ujian, ulangan, dan penugasan untuk mengukur aspek
kognitif siswa.
b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan ddan teknologi diukur melalui ulangan,
penugasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
materi yang dinilai.
c. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika
dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku
dan sikap untuk menialai perkembangan efeksi dan ekspresi
psikomotorik peserta didik.
d. Penialaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui:
 Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menialai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta
didik.
 Ulangan dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
3. Cakupan, jenis dan teknik asesmen pembelajaran
3.1 Cakupan Ranah asesmen
Cakupan asesmen terkait dengan ranah hasil belajar dalam
konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
diberlakukan. Hal ini sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi
lulusan yang di dalamnya memuat kompeensi secara utuh yang
merefleksikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sesuai
karakteristik setiap mata pelajaran. Muatan dari standar isi pendidikan
ialah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu standar
kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar dan setiap
kompetensi dasar dijabarkan dalam indikator pencapaian hasil belajar
sesuai dengan kondisi sekolah atau daerah masing – masing. Teknik
penilaian yang digunakan sesuai dengan karakteristik indikator,
standar kompetensi dasar, dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh
guru.
Tujuan pembelajaran menurut Bloom (1956) yaitu :
1. kognitif : ranah yang menekankan pada pengembangan
kemampuan dan ketrampilan intelektual.
2. Afektif: ranah yang berkaitan dengan pengembangan –
pengembangan perasaaan, sikap, nilai, dan emosi.
3. Psikomotor: ranah yang berkaitan dengan kegiatan –
kegiatan atau ketrampilan motorik.
Selain itu Benjamin Bloom juga mengelompokkan manusia
ke dalam dua ranah (domain utama) yaitu, ranah kognitif dan ranah
non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah Kognitif
Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif
memegang tempat utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD,
SMTP, dan SMU. Aspek kognitif yang telah direvisi Anderson dan
Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember),
memahami/mengerti (understand), menerapkan(apply), menganalisis
(analyze), Mengevaluasi (evaluate),dan menciptakan (create).
1) Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik
yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.
Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam
proses pembelajaran yang bermakna ( meaningful learning) dan
pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini
dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang
jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition)
dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan
mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-
hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia,
sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif
yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan
tepat.
2) Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan
komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan
(comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang
siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota
dari kategori pengetahuan tertentu. 27 Mengklasifikasikan berawal
dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan
konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada
identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek,
kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan
berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri - ciri
dari obyek yang diperbandingkan.
3) Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan
atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan
percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan
berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural
knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur
(executing) dan mengimplementasikan (implementing).
Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa
dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di
mana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu
menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan.
Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan
dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan
melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal - hal yang belum diketahui atau
masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka
siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih
dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk
menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat
dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan
menciptakan.
Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari
siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur
baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur
sehingga siswa benar - benar mampu melaksanakan prosedur ini
dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan
- permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut
untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih
prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.
4) Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan
dengan memisahkan tiap - tiap bagian dari permasalahan dan
mencari keterkaitan dari tiap - tiap bagian tersebut dan mencari
tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan
permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis
kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di
sekolah - sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa
memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap
siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali
cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain
seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran
sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan
fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi
pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi
atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi
atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan
kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang
menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswapada informasi
- informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan
diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur -
unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali
bagaimana unsur - unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang
baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun
hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan - potongan
informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh
siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan
relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan
membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah
diberikan.
5) Mengevaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria
yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri
oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif
serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa
tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi,
namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan
penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan
penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria
yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat
mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan
dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan
maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal - hal
yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk.
Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada
penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.
Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi
berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi
berkaitanerat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian
dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian
melakukan penilaian menggunakan standar ini.
6) Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur - unsur secara bersama - sama untuk membentuk kesatuan
yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu
produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi
bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan
sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada
pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada
proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada
kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini
mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan
karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan
ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi
yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya,
sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan
sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating)
dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan
kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif
hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan
dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif.
Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan
dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan
metakognisi.
b. Ranah Afektif
Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap
yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu
menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap
sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai
dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah
afektif yaitu:
1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan
penyadarankemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata –
kata operasional yang umum digunakan antara lain menanyakan,
memilih, mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, dan menyebutkan.
2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena,
tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada
kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa
ditugaskan. Kata – kata operasional yang umum digunakan antara lain
menjawab, membantu, melakukan, membaca, melaporkan,
mendiskusikan, dan menceritakan.
3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek,
fenomena atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata –
kata operasional yang umum digunakan antara lain melengkapi,
menerangkan, membentuk,mengusulkan, mengambil bagian, memilih,
dan mengikuti.
4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan
nilainilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah,
membentuk suatu sistem nilai. Kata – kata operasional yang umum
digunakan antara lain mengubah, mengatur, membandingkan,
mempertahankan, menggeneralisasikan, dan memodifikasi.
c. Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari
yang sederhana sampai yang kompleks. Kata operasional untuk aspek
psikomotorik harus menunjuk pada aktualisasi, kata – kata yang dapat
diamati, yang meliputi :
1) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan
hasil, melompat, menggerakkan, dan menampilkan.
2) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
3) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan,
menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang,
memotong, menarik, dan menggunakan.
Evaluasi terhadap ranah – ranah yang dikemukakan Bloom melalui prosedur
tes memiliki beberapa kelemahan seperti :
1) Setiap soal yang digunakan dalam satu tes umumnya memiliki
jawaban tunggal
2) Tes hanya berfokus pada score akhir dan tidak berfokus pada
bagaimana siswa memperoleh jawaban
3) Tes mengendalikan pembelajaran dikelas
4) Tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana sisiwa berfikir
5) Kadang – kadang tes tidak mampu menggambarkan prestasi
sebenarnya dari siswa
6) Tes tidak mampu mengukur semua aspek belajar
Berkaitan dengan kegiatan asesmen, perlu dipahami implikasi dari
penenrapan standar kopetensi pada proses penilaian yang dilakukan oleh guru,
baik yang bersifat formatif maupun somatif, harus menggunakan acuan kriteria.
Untuk itu dalam menerapkan standart kompetensi harus dikembangkan penilaian
berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi. Guru
diberi kebebasan merancang pemblajarannya dan melakukan penilaian tterhadap
prestasi siwwa termasuk didalamnya merancang sistem pengujiannya, paparan
tersebut dapat dicermati dalam tabel berikut yang menggambarkan pengertian dan
cakupan dari ranag asesmen:
Tingkatan Domain Kognitif :
No Tingkatan Deskripsi
1 Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi,
nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.

Contoh kegiatan belajar: Mengemukakan arti,


Menentukan lokasi, Mendriskripsikan sesuatu,
Menceritakan apa yang terjadi, Menguraikan apa yang
terjadi
2 Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar
konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan
kesimpulan.

Contoh kegiatan belajar: Mengungkapakan gagasan dan


pendapat dengan kata-kata sendiri, Membedakan atau
membandingkan, Mengintepretasi data,
Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri, Menjelaskan
gagasan pokok, Menceritakan kembali dengan kata-kata
sendiri
3 Aplikasi Arti: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari

Contoh kegiatan: Menghitung kebutuhan, Melakukan


percobaan, Membuat peta, Membuat model, Merancang
strategi
4 Analisis Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah,
penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan
antar bagian tersebut

Contoh kegiatan belajar: Mengidentifikasi faktor


penyebab, Merumuskan masalah, Mengajukan
pertanyaan untuk mencari informasi, Membuat grafik,
Mengkaji ulang
5 Sintesis Artinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi
satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai
berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru

Contoh kegiatan belajar: Membuat desain, Menemukan


solusi masalah, Menciptakan produksi baru,dst.
6 Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-
buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat

Contoh kegiatan belajar: Mempertahankan pendapat,


Membahas suatu kasus, Memilih solusi yang lebih baik,
Menulis laporan,dst.
Tingkatan domain afektif

Tingkat Contoh kegiatan pembelajaran


Penerimaan Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan)
(Receiving) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian
terkontrol dan terseleksi

Contoh kegiatan belajar : Sering mendengarkan musik,


senang membaca puisi, senang mengerjakan soal matematik,
ingin menonton sesuatu, senang menyanyikan lagu
Responsi Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu
(Responding) dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi
(mendengar)

Contoh kegiatan belajar : Mentaati aturan, mengerjakan


tugas, mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat,
meminta maaf atas kesalahan, mendamaikan orang yang
bertengkar, menunjukkan empati, menulis puisi, melakukan
renungan, melakukan introspeksi
Acuan Nilai Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung
( Valuing) nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang
pasti

Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan


komitmen terhadap suatu nilai

Contoh Kegiatan Belajar : Mengapresiasi seni, menghargai


peran, menunjukkan perhatian, menunjukkan alasan,
mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik,
menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM,
menjelaskan alasan senang membaca novel
Organisasi Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu
sistem menentukan saling hubungan antar nilai
memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di
mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan
diterima di mana-mana

Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu


sistem nilai

Contoh kegiatan belajar : rajin, tepat waktu, berdisiplin diri


mandiri dalam bekerja secara independen, objektif dalam
memecahkan masalah, mempertahankan pola hidup sehat,
menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran
perbaikan, menyarankan pemecahan masalah HAM, menilai
kebiasaan konsumsi, mendiskusikan cara-cara
menyelesaikan konflik antar- teman
Tingkatan Domain Psikomotorik :

Tingkat Deskripsi
I. Gerakan Refleks Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
respons terhadap stimulus tanpa sadar.

Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang

Contoh kegiatan belajar: Mengupas mangga dengan pisau,


memotong dahan bunga, menampilkan ekspresi yang
berbeda, meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir,
meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa
angin
II Gerakan dasar Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
(basic fundamental Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
movements) ditebak

Contoh kegiatan belajar:

Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk,


merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar

Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-


lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat,
berputar mengitari, memanjat.

Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok,


menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan
melepas objek, blok atau mainan.

Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola,


menggambar.
III. Gerakan Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
Persepsi kemampuan perseptual
( Perceptual
obilities) Contoh kegiatan belajar: Menangkap bola, mendrible bola,
melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil
menjaga keseimbangan, memilih satu objek kecil dari
sekelompok objek yang ukurannya bervariasi, membaca
melihat terbangnya bola pingpong, melihat gerakan
pendulun menggambar simbol geometri, menulis alfabet,
mengulangi pola gerak tarian, memukul bola tenis,
pingpong, membedakan bunyi beragam alat musik,
membedakan suara berbagai binatang, mengulangi ritme
lagu yang pernah didengar, membedakan berbagai tekstur
dengan meraba
IV. Gerakan Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan
Kemampuan fisik dan belajar
(Psycal abilities)
Contoh kegiatan belajar: Menggerakkan otot/sekelompok
otot selama waktu tertentu, berlari jauh, mengangkat beban,
menarik-mendorong, melakukan push-up, kegiatan
memperkuat lengan, kaki dan perut, menari, melakukan
senam, melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain
bola
V. gerakan Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil,
terampil (Skilled tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
movements) (kompleks)

Contoh kegiatan belajar:Melakukan gerakan terampil


berbagai cabang olahraga, menari, berdansa, membuat
kerajinan tangan, menggergaji, mengetik, bermain piano,
memanah, skating, melakukan gerak akrobatik, melakukan
koprol yang sulit
VI. Gerakan indah Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
dan kreatif (Non- Gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan
discursive indah
communicatio) Gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi
untuk mengkomunikasikan peran

Contoh kegiatan belajar: Kerja seni yang bermutu


(membuat patung, melukis, menari baletr, melakukan
senam tingkat tinggi, bermain drama (acting), keterampilan
olahraga tingkat tinggi

3.2 Asesmen sebagai dasar Evaluasi

Skor yang diperoleh sebagai hasil pengukuran hasil belajar dalam


pelaksanaan asesmen seringkali belum bisa memberikan makna secara optimal,
sebelum diberikan kualitas dengan membandingkan skor hasil pengukuran
tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria atau pendekatan dalam evaluasi hasil
belajar dapat berupa kriteria yang bersifat mutlak, kriteria relatif atau kriteria
performance. Meskipun dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
ditegaskan penggunaan Acuan Kriteria, tidaklah salah bila Anda sebagai
pendidik mengetahui juga kriteria yang lain.
1) Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK)

Penilaian Acuan Patokan didasarkan pada kriteria baku/mutlak,


yaitu kriteria yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan ujian dengan
menetapkan batas lulus atau minimum passing level. Dengan
pendekatan ini begitu koreksi dilakukan, pengajar segera dapat
mengambil keputusan lulus atau tidak lulus serta nilai diperoleh. Dalam
pendekatan kriteria dituntut penanganan yang lebih detail dan terencana
sebelum proses pengajaran berlangsung, pengajar harus telah
mengkomunikasikan cakupan materi pengajaran dan kriteria
keberhasilan serta kompetensi yang harus dikuasai peserta didik yang
tercermin dalam tujuan pengajaran atau Indikator pencapaian.

2) Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR)

Penilaian Acuan Norma didasarkan pada kriteria relatif, yakni


pada kemampuan kelompok pada umumnya. Sehingga lulus dan
tidaknya peserta uji yang ditunjukkan dengan kategori nilai A, B, C
bergerak dalam batas yang relatif. Pada prinsipnya pendekatan norma
menggunakan hukum yang ada pada kurva normal, yang dibentuk
dengan mengikutsertakan semua skor hasil pengukuran yang diperoleh.
Penentuan prestasi dan kedudukan siswa didasarkan pada Mean (rerata)
dan Standard Deviasi (simpangan baku) dari keseluruhan skor yang
diperoleh sekelompok mahasiswa, sehingga penilaian dan penetapan
kriteria baru dapat ditetapkan setelah koreksi selesai dilakukan.

3) Penilaian dengan Pendekatan Performa (Performance)

Pendekatan ini didasarkan pada performansi mahasiswa


sebelumnya, sehingga lebih diarahkan pada pembinaan kemajuan
belajar dari waktu ke waktu, untuk itu sangat diperlukan informasi
tentang kemampuan awal siswa serta potensi dasar yang dimiliki.
Pendekatan ini sangat cocok untuk pelaksanaan pengajaran remedial
atau untuk latihan keterampilan tertentu dimana dalam kegiatan
semacam ini kemajuan anak dari waktu ke waktu sangat perlu untuk
diikuti dan dipantau secara teliti.

Masing-masing acuan penilaian memiliki kekurangan dan


kelebihan. Dalam pelaksanaan, pengajar dapat menentukan sendiri
kriteria mana yang dipilih dengan mempertimbangkan berbagai faktor
terutama kondisi kelompok peserta uji, sistem pendidikan yang ada,
tingkat kemampuan yang diungkap, tujuan penilaian dan berbagai
pertimbangan lain sesuai dengan situasi kondisi.

3.3 Jenis-jenis Evaluasi

Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi.


Ada bermacam jenis evaluasi yang secara garis besar setidaknya dapat
dibagi menjadi 5 jenis yaitu :

1) Evaluasi Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap


akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Informasi dari
evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan balik bagi pengajar
mengenai proses pengajaran.
2) Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan
program tertentu, (catur wulan, semester atau tahun ajaran),
tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama
satu program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan
nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.
3) Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat
kelemahan siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi
penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan
belajar dan pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai
meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang melatar-belakangi
kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi khusus
siswa.
4) Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan
untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau
menempatkan anak pada kerja kelompok dan pemilihan kegiatan
tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat, kesanggupan,
kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek khusus
yang berhubungan dengan proses pengajaran.
5) Evaluasi Seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring
atau memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi
tertentu. Evaluasi ini dilakukan kapan saja diperlukan. Aspek yang
dinilai dapat beraneka ragam disesuaikan dengan tujuan seleksi,
sebab tujuannya adalah memilih calon untuk posisi tertentu, karena
itu analisis dari evaluasi ini biasanya menggunakan kriteria yang
bersifat relatif atau berdasar norma kelompok.

3.4 Pelaksanaan Asesmen dan Penilaian Hasil Belajar

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005 (PP No.


19/2005), penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas; (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah.

1) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara


berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian oleh pendidik ini
digunakan untuk (1) menilai pencapaian kompetensi peserta didik, (b)
bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan (c)
memperbaiki proses pembelajaran.

2) Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran. Penilaian hasil belajar ini berlaku untuk mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.

Penilaian akhir mempertimbangkan hasil penilaian peserta


didik oleh pendidik. Dilaksanakan untuk semua mata pelajaran pada
kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian
sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. Untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah,
peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari
nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan.

3) Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai


pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi
dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan
secara obyektif, berkeadilan, akuntabel, dan diadakan sekurang-
kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu
tahun pelajaran.

Penyelenggaraannya oleh pemerintah diserahkan kepada


BSNP (dibahas pada Unit 2).
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan
untuk:

a) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;


b) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
c) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan;
d) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

3.5 Teknik Asesmen

Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan


menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes namun pada
umumnya pengajar lebih banyak menggunakan tes sebagai alat ukur dengan
rasional bahwa tingkat obyektivitas evaluasi lebih terjamin, hal ini tidak
sepenuhnya benar. Anda bisa lebih jauh mencermati pada unit-unit
selanjutnya.

1) Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang
yang dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut,
akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang
tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas
penggunaannya. Uraian lebih jauh tentang teknik tes ini secara khusus
dibahas pada Unit 4.
2) Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung
ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula
dilakukan dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai
pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam
pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini
dapat bersifat lebih menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak.
Dalam KBK teknik nontes disarankan untuk banyak digunakan.
Uraian lebih jauh tentang teknik tes ini secara khusus dibahas pada
Unit 5.
4. Latar belakang Standar Penilaian Pendidikan BSNP
4.1 Standar penilaian dalam Standar Nasional Pendidikan
Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 20
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ditetapkannya PP No. 19 tersebut,
mengisyaratkan betapa pentingnya standar yang terkait dengan masalah
pendidikan yang dapat dijadikan rujukan bagi siapapun yang berkepentingan
terhadap masalah pendidikan di Negara Republik Indonesia. Peraturan
Pemerintah ini juga mengatur dan menentukan berbagai standar dalam
pendidikan yang dapat dijadikan panduan ataupun pelaksanaan pendidikan di
Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan disusun agar dapat dijadikan Kriteria
Minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional Pendidikan berfungsi sebagai
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Dalam Pasal 1 ayat (17) undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005
dinyatakan bahwa lingkup dari Standar Nasional Pendidikan meliputi 8
standar yaitu:
a. Standar isi : adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didk paa jenjang dan jenis pendidkan terntentu.
b. Standar proses : adalah standar berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.
c. Standar kompetensi lulusan : adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan : adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana : adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar
lain.
f. Standar pengelolaan : adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan, kabuaten/kota, provinsi atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan: adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan : adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didik.
4.2 Landasan Filosofis dan yuridis Standar Penilaian
Ketentuan dan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, menurut
BSNP harus memiliki landasan yang kuat baik secara landasan filosofis
maupun landasan Yuridis. Sebagaimana yang tertuang dalam naskah
akademik Panduan Penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, uraian tentang
dua landasan tersebut dapat diuraikan sebgai berikut.
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah proses pendidikan untuk
mengembangkan potensi siswa menjadi kemampuan dan keterampilan
tertentu, tetapi tidaklah mudah untuk dapat mengakomodasikan
kebutuhan setiap siswa secara tepat dalam proses pendidikan. Namun,
setiap siswa harus tetap diperlakukan secara adil, termasuk di dalamnya
proses penilaian. Untuk itu, proses penilaian yang dilakukan harus
memiliki asas keadilan, kesetatraan serta obyektifitas yang tinggi.
Sehingga setiap siswa harus diperlakukan sama dan meminimalkan
semua bentuk prosedur ataupun tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu atau sekelompok siswa dan tidak membedakan
latar belakang social, ekonomi, budaya, bahasa, dan gender.
Landasan Yuridis yang menjadi landasann yuridis adalah :
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat (1) dan Ayat
(2)
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 58 Ayat (1) dan Ayat
(2)
3) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63, Ayat (1) yang
menyatakan bahwa penilaian pendidikan khususnya penilaian hasil
belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar
oleh pemerintah.
4.3 Badan Standar Nasional Pendidikan
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 35 Ayat (3) dan
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, pada Pasal 73 sampai Pasal 77,
badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan
tersebut, disebut dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut
BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas
mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar
nasional pendidikan. BSNP berkedudukan di ibu kota wilayah Negara
Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri. Dijelaskan lebih jauh bahwa dalam menjalankan tugas dan
fungsinya BSNP bersifat mandiri dan profesional.
Keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11 orang dan
paling banyak 15 orang, terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi
pendidikan, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang memiliki
wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu
pendidikan. Keanggotaan BSNP diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
untuk masa bakti 4 (empat) tahun. Dalam menjalankan fungsinya BSNP
dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih oleh dan
dari anggota atas dasar suara terbanyak, sedang untuk membantu
kelancaran tugasnya BSNP didukung oleh sebuah secretariat yang secara
ex-officio diketuai oleh pejabat departemen yang ditunjuk oleh menteri, di
samping itu BSNP dapat menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai
kebutuhan.
Pasal 76, PP No.19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa tugas utama
BSNP adalah membantu Menteri dalam mengembangkan, memantau, dan
mengendalikan standar nasional pendidikan. Ketentuan tentang tugas dan
wewenang BSNP tertuang pada ayat (3) yang menyatakan bahwa untuk
melaksanakan tugas-tugasnya BSNP mempunyai wewenang untuk:
1. Mengembangkan Standar Nasional Pendidikan
2. Menyelenggarakan ujian nasional
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah
dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
4. Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
5. Standar Penilaian menurut BSNP
Untuk mengatur pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan,BSNP
menyusun panduan penilaian yang terdiri atas:
a. Naskah Akademik
Berisi berbagai kajian teoritis dan hasil - hasil penelitian yang relevan
dengan penilaian, baik yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan
ataupun pemerintah.
b. Panduan Umum
Panduan umum berisi pedoman, panduan penilaian yang bersifat umum
yang berupa ramb – rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru
pada semua mata pelajaran. Panduan ini juga berlaku untuk semua
kelompok mata pelajaran.
c. Panduan Khusus
Ada 5 seri, sesuai dengan kelompok mata pelajaran dan disusun untuk
memberikan rambu – rambu prenilaian yang seharunya dilakukan oleh
guru pada kelompok mata pelajaran tertentu. Sehingga terdiri dari seri
panduan khuus, yang terdiri dari :
1) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran dan akhlak mulia
2) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegraan
dan kepribadian
3) Panduan penilaian kelompok mata pelajaranilmu pengetahuan
dan teknologi
4) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika
5) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran jasmani olah raga
dan kesehatan
Menurut BSNP penilaian adalah prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta
didik, hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi yaitu
pengambilan keputusan terhadap ketuntasan belajar siswa dan
efektivitas proses pembelajaran. Informasi tersebut dapat digunakan
oleh pendidik untuk berbagai keperluan pembelajaran diantaranya
adalah: (1) Menilai kompetensi peserta didik, (2) Bahan penyusunan
laporan hasil belajar, dan (3) Landasan memperbaiki proses
pembelajaran.
5.1 Prinsip penilaian meurut BSNP
Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada data
sahih yang diperoleh melalui prosedur dan instrumen yang memenuhi
persyaratan dengan mendasarkan pada prinsip – prinsip.
Adapun prinsip-prinsip penilaian menurut BSNP, yaitu :
a. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta
didik, dimana hasil penilaian harus dapat memberikaan umpan balik dan
motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat belajar.
b. Terbuka atau transparan, artinya bahwa prosedur penilaian, criteria
penilaian ataupun dasar pengambilan keputusan harus disampaikan secara
transparan dan diketahui oleh pihak-pihak terkain secara obyektif.
c. Menyeluruh, artinya penilaian hasil belajar yang dilakukan harus meliptuti
berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai yang terdiri dari ranah
pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai afektif
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
d. Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan penilaian
kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan
psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan setelah siswa
menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses
pembelajaran.
e. Obyektif, artinya proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan
pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai
f. Sistematis, yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap
serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang
perkembangan belajar siswa.
g. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
sepanjang rentang waktu pembelajaran.
h. Adil, mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada
siswa yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang social,
ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan criteria, yaitu menggunakan
criteria tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5.2 Pedoman Penilaian oleh Pendidik
BSNP dalam pedoman umum penilaian mengemukakan adanya
standar penilaian oleh pendidik dan standar penilaian oleh satuan pendidikan.
Standar penilaian oleh pendidik merupakan standar yang mencakup sebagai
berikut :
a. Standar Umum Penilaian
Standar umum penilaian adalah aturan maindari aspek-aspek
umum dalam pelaksanaan penilaian,sehingga untuk melakukan penilaian
pendidik harus selalu mengacu pada standar umum penilaian ini.
1) Pemilih teknik penilaian yang sesuai dengan karakter mata pelajaran
serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari peserta didik
2) Informasi yang dihimpun mencakup ranah – ranah yang sesuai dengan
standar isi dan standar kompetensi lulusan
3) Informasi mengenai perkembangan perilaku peserta didik dilakukan
secara berkala pada kelompok mata pelajaran masing – masing
4) Pendidik harus selalu mencatat perilaku sisiwa yang menonjol baik
yang bersifat positif maupun negatif dalam buku catatan perilaku
5) Melakukan sekurang – kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang
ulangan tengah semester dan tiga kali menjelang ulangan akhir
semester
6) Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan
7) Pendidik harus selalu memeriksa dan memeberi balikan kepada
peserta didik atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas
selanjutnya
8) Pendidik harus memiliki catatan komulatif tentang hasil penilaian
unuk setiap siswa yang beraa di bawah tanggung jawabnya. Pendidik
harus peula mencatat semua kinerja siswa, untuk menentukan
pencapaian keompetensi siswa,
9) Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk menilai
penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam Standar
kompetensi siswa.
10) Pendidik yang diberi tugas mengenai pengembangan diri harus
melaporkan kegiatan siswa kepada wali kelas untuk divcantumkan
jenis kegiatan pengembangan diri pada buku laporan pendidikan
11) Pendidik menjaga keberhasilan pribadi siswa dan tidak dismpaikan
pada pihak lain tapa seiijin yang bersangkutan maupun orang tua/wali
murid
b. Standar Perencanaan Penilaian oleh pendidik
Standar perencanaan penilaian oleh pendidik merupakan prinsip-
prinsip yang harus dipedomani bagi pendidik dalam melakukan
perencanaan penilaian. Tujuh nilai Perencanaan Penilaian oleh pendidik
1) Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan
silabus dan rencana pembelajarannya. Perencanaan penilaian setidak-
tidaknya meliputi komponen yang akan dinilai, teknik yang akan
digunakan serta kriteria pencapaian kompetensi
2) Pendidik harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar
(KD) sebagai dasar untuk penilaian
3) Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrumen penilaiannya
sesuai indikator pencapaian KD
4) Pendidik harus menginformasikan se awal mungkin kepada peserta
didik tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaiannya
5) Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi
penilaian
6) Pendidik membuat instrumen berdasar kisi-kisi yang telah dibuat dan
dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian
yang digunakan
7) Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai siswa
c. Standar Pelaksanaan Penilaian oleh pendidik
Menurut pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP,
standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik meliputi:
1) Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana
penilaian yang telah disusun diawal kegiatan pembelajaran
2) Pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada
persyaratan instrumen serta menggunakan acuan kriteria;
3) Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadi tindak kecurangan
4) Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan
balik dan komentar yang bersifat mendidik.
d. Standar Pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik
Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaia, yang ada dalam
pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP meliputi:
1) Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai
2) Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot
tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
3) Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran,
serta menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku
laporan pendidikan masing-masing siswa
4) Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian
dan potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas
5) Pendidik bersama walikelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam
rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas
6) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada
rapat dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir
satuan pendidikan dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan
pendidikan
7) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada
orang tua/ wali murid.
e. Standar Pemanfaatan Hasil Penilaian
Berdasarkan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh
BSNP, ada lima standar pemanfaatan hasil penilaian yaitu:
1) Pendidik mengklasifikasikan siswa berdasar tingkat ketuntasan
pencapaian standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
2) Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat
capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi
tindak lanjut yang harus dilakukan
3) Bagi siswa yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus
melakukan pembelajaran remidial, agar setiap siswa dapat mencapai
standar ketuntasan yang dipersyaratkan
4) Kepada siswa yang telah mencapai standar ketuntasan yang
dipersyaratkan dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat
memberikan layanan pengayaan
5) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektifitas
kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak
lanjut
5.3 Standar Penilaian Oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 PP 19, Tahun 2005, bertujuan menilai pencapaian standar
kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan
penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan, dengan mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh
pendidik.

Dalam memberi batasan standar penilaian hasil belajar yang harus


dilakukan oleh satuan pendidikan BSNP mengemukakan dua standar pokok,
yaitu :

a. Standar penentuan kenaikan kelas

Standar penentuan kenaikan kelas yang dikeluarkan oleh BSNP


dalam pedoman umum penilaian terdiri dari tiga hal pokok yaitu:

1) Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan


ulangan kenaikan kelas
2) Satuan pendidikan menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal
(SKBM) pada setiap mata pelajaran, SKBM tersebut harus ditingkatkan
secara berencana dan berkala
3) Satuan pendidikan menyenggarakan rapat Dewan pendidik untuk
menentukan kenikan kelas setiap siswa.
b. Standar Penentuan Kelulusan

Dalam menetapkan standar Penetuan Kelulusan, BSNP membuat


ketetapan yang meliputi:

1) Pada akhir jenjang pendidikan satuan pendidikan menyelenggarakan ujian


sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEKS
2) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidik untuk
menentukan nilai akhir peserta didik pada
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) kelompok mata pelajaran estetika
d) kelompok mata pelajaran jasmani olehraga dan kesehatan untuk
menentukan kelulusan
3) Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan
kriteria kelulusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 72 ayat (1) yang menyatakan bahwa Peserta
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah setelah
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan
c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Lulus ujian nasional
6. Mekanisme dan Prosedur Penilaian menurut BSNP

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional bidang pendidikan


yang berkaitan dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik. Secara umum BSNP mengemukakan bahwa
penilaian pendidikan adalah proses rangkaian kegiatan untuk menganalisis dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga hasil penilaian
tersebut dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.

6.1 Mekanisme dan Prosedur Penilaian


Dalam pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP ditegaskan
bahwa dalam proses penilaian perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai
berikut:
a. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yakni keputusan diambil
berdasar apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran. Sesuai dengan penerapan dari
kurikulum yang berbasis kompetensi, penilaian yang dilakukan harus
didasarkan pada acuan kriterium yaitu membandingkan hasil yang
telah dicapai peserta didik dengan kriteria yang telah ditetapkan.
c. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan. Yakni
apabila peserta didik telah mencapai standar maka dapat dinyatakan
lulus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi bila belum mencapai
standar maka harus mengikuti pengajaran remidi sampai dapat
mencapai standar kompetensi minimal yang dipersyaratkan.
d. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut. Tindakan
lanjutan dari penilaian dapat berupa perbaikan proses pembelajaran,
program remidi bagi peserta didik yang tingkat pencapaian hasil
belajarnya berada di bawah kriteria ketuntasan dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan
e. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dengan proses pembalajaran. Hal ini terkait erat dengan pemahaman
bahwa penilaian tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara
keseluruhan.
Sesuai dengan amanat PP No. 19 Tahun 2005, penilaian dalam proses
pendidikan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a) penilaian hasil belajar oleh pendidik,
b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan
c) penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Mekanisme dan prosedur dari masing-masing jenis penilaian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
6.2 Penilaian hasil belajar oleh pendidik
Sesuai dengan pedoman umum yang diterbitkan oleh BSNP, seperti
telah diuraikan pada Unit 1 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil pembelajaran, sehingga secara lebih terperinci dapat
dijelaskan bahwa penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk:
a. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik, dimana penilaian yang
dilakukan oleh pendidik ini harus berbasis kompetensi, terencana,
terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan, sehingga dengan penilaian
ini diharapkan pendidik dapat mengetahui tingkat kompetensi yang
dicapai oleh setiap siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan
mampu menghantarkan siswa mencapai kompetensi minimal yang telah
ditentukan,
b. Sebagai bahan penyusunan laporan hasil belajar. Dengan melakukan
penilaian secara menyeluruh dan berkesinambungan pendidik dapat
memberikan skor untuk setiap komponen yang dinilai,
menggabungkannya, dan menentukan satu nilai dalam bentuk angka
untuk setiap mata pelajaran, kemudian bersama wali kelas
menyampaikan hasil penilaian tersebut kepada dewan guru, maupun
orang tua dan pihak-pihak lain yang berkepentingan,
c. Memperbaiki proses pembelajaran. Dari hasil-hasil evaluasi proses dan
hasil pembelajaran maka akan memberikan semangat kepada pendidik
untuk mengajar dan mendidik dengan lebih baik dan meningkatkan
akuntabilitas sekolah. Sejalan dengan PP No. 19 Tahun 2005, pasal 64,
yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik oleh
pendidik diarahkan untuk memantau proses, kamajuan dan perbaikan
hasil pembelajaran, maka dalam berbagai literature dikemukakan bahwa
penilaian yang dilakukan pendidik dalam kegiatan pembelajaran disebut
dengan asesmen kelas atau classroom assessment yang tujuan utamanya
bersifat formatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran,
d. Sesuai dengan berbagai kajian teori yang telah dibahas pada Unit 1, jelas
bahwa fungsi penilaian dalam kegiatan pembelajaran ataupun pendidikan
diharapkan akan mampu menyediakan informasi yang membantu
pendidik meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, serta membantu
siswa untuk mencapai perkembangan optimal dalam proses dan hasil
pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka kegiatan penilaian
harus dipandang dan digunakan sebagai cara atau teknik untuk menilai
proses dan hasil pembelajaran, sehingga bukan hanya sekedar menilai
keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi. Untuk itu penilaian
seharusnya terintegrasi dengan proses pembelajaran dan terencana sejak
awal, bersamasama dengan kegiatan perencanaan pembelajaran secara
utuh, dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen sesuai
kebutuhan, baik yang di desain secara khusus maupun yang dilakukan
secara informal. Penilaian proses dan hasil belajar oleh pendidik
dilakukan dengan ulangan harian, ulangan tengah semester maupun
ulangan kenaikan kelas, dengan menggunakan pendekatan penilaian
berbasis kelas,
e. Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis
kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan
informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan
potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu
dengan kegiatan belajar-mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam
suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas,
terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu
yang khusus. Hal ini juga sesuai dengan pendapat para ahli yang
mengemukakan bahwa keberhasilan dan efektifitas proses pembelajaran
tergantung pada penilaian kelas yang dilakukan. Oleh karenanya kegiatan
penilaian berbasis kelas harus didesain dan dilakukan secara sistematik
dan berlangsung terus menerus sebagai strategi pendukung dan
peningkatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas yang baik akan
mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru untuk
meningkatkan efektivitas mengajar guru dan meningkatkan mutu
kegiatan proses dan hasil belajar siswa.
Untuk dapat mencapai hasil optimal tersebut guru harus
menyediakan dan mengkomunikasikan hasil penilaian kelas serta umpan
baliknya secara periodik kepada orang tua/wali kelas untuk dapat
meningkatkan ataupun mempertahankan proses dan hasil belajar yang
sudah dicapai oleh peserta didik. Setiap upaya guru di dalam kelas harus
diarahkan pada satu tujuan yaitumembantu siswa belajar agar terjadi
perubahan perilaku yang signifikan ke arah pencapaian kompetensi setiap
mata pelajaran. Sayangnya masih banyak pendidik di sekolah yang
melakukan penilaian kelas hanya untuk menentukan nilai atau angka
yang akan ditulis dalam laporan pendidikan atau buku rapor.
Hal ini terkait erat dengan pengetahuan dan pemahaman guru
tentang asesmen, penilaian ataupun tes sebagai proses untuk
mengumpulkan dan menganalisis data dalam menentukan tingkat
pencapaian siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai sebagai
tujuan pembelajaran. Sehingga manfaat penilaian lebih diarahkan pada
tujuan administratif saja, padahal banyak sekali manfaat potensial dari
kegiatan asesmen dan penilaian, termasuk kurangnya perhatian guru
terhadap kemajuan belajar siswa dalam tataran kualitatif yang sebenarnya
akan sangat membantu siswa maupun orang tua memahami kemajuan
belajar siswa.
6.3 Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
Dengan mendasarkan diri pada PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 63
Ayat (1) yang menyatakan bahwa penilaian oleh satuan pendidikan
bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk
semua mata pelajaran, dimana penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran ini merupakan penilaian akhir dalam menentukan kelulusan
siswa dari satuan pendidikan tertentu. Dalam hal ini penilaian akhir harus
menentukan penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik maupun
penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran. BSNP dalam naskah
akademik pedoman penilaian juga mendasarkan diri pada peraturan
tersebut. Dijelaskan lebih jauh bahwa ada dua sistem yang dapat
dilakukan oleh sekolah untuk mempromosikan siswanya ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi yaitu:
a. Sistem kredit atau beban belajar: yaitu sistem yang tidak mengenal kelas,
dimana siswa dapat menyelesaikan program belajarnya sesuai dengan
kemampuan individual. Dengan sistem ini setiap siswa dapat
menyelesaikan dan memilih program belajarnya dengan kecepatan
masing-masing, dimana ada siswa yang dapat menyelesaikan beban
belajar lebih cepat karena memiliki kemampuan dan kemauan yang
tinggi, tetapi ada pula siswa yang membutuhkan waktu lebih lama
dibanding teman yang lain.
b. Sistem kenaikan kelas (grade) adalah sistem yang program belajar
siswanya terstruktur dalam paket-paket kelas. Dalam sistem ini ada dua
tradisi kenaikan kelas yang dikembangkan yaitu:
1) Tradisi kenaikan kelas secara otomatis
2) Sistem kenaikan kelas
Pada sistem persekolahan di Indonesia pada umumnya masih
menggunakan sistem kenaikan kelas dengan kriteria tertentu. Secara
konseptual kegiatan kenaikan kelas memegang peranan strategis untuk
pengendalian kualitas pendidikan (quality control) dan sekaligus menjadi
motivasi atau pressure to achieve bagi siswa dan pendidik dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajarannya. Dalam kenaikan kelas dengan kriteria
tertentu ini akan dapat dibedakan antara siswa yang sudah menguasai
kemampuan minimal yang dipersyarat kan dengan siswa yang harus tinggal
kelas karena belum menguasai kompetensi minimum (acceptable performance)
tersebut. Siswa yang belum memenuhi standar kemampuan minimal dapat
diperlakukan dengan tiga model yaitu:
1) mengulang kelas, dan belajar bersama-sama dengan teman-teman
yang baru naik kelas dari kelas dibawahnya,
2) bisa naik ke kelas yang lebih tinggi sambil mengulang mata pelajaran
yang belum dikuasai,
3) mengikuti pengajaran remidial pada beberapa mata pelajaran sebelum
siswa dinyatakan naik ke kelas yang lebih tinggi.
Penentuan tingkat pencapaian minimal ini didasarkan pada hasil tes hasil
belajar atau THB atau ulangan umum pada setiap akhir tahun pelajaran, nilai
pada semester 1 dan 2 dan hasil ulangan harian yang dilakukan oleh masing
masing guru. Dengan mendasarkan diri pada beberapa hasil asesmen dan
penilaian secara konseptual, seharusnya penilaian semacam ini dapat
menghasilkan informasi yang komprehensif tentang kemajuan belajar siswa
sebagai dasar pengambilan keputusan, hanya saja ada beberapa permasalahan
yang sering muncul di lapangan yaitu:
1) Rentang variasi tingkat kesulitan dan kedalaman soal soal yang
dikembangkan dan digunakan dalam ulangan antar guru ataupun antar
sekolah,
2) Masih banyak sekolah yang berusaha meminimalkan jumlah siswa yang
tidak naik kelas dengan cara-cara yang tidak jujur dan berkeadilan (fair).
Dijelaskan lebih jauh dalam panduan penilaian BSNP tersebut bahwa
secara teoritik sistem kenaikan kelas semacam ini dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk yaitu:
1) Menggunakan kriteria untuk dapat membedakan antara yang sudah dapat
mencapai standar kemampuan minimal dengan siswa yang belum
mencapai standar kompertensi minimal tersebut. Pada umumnya sekolah
menggunakan pendekatan yang pertama, tetapi cara ini menyebabkan
meningkatnya angka mengulang, dan mungkin juga angka putus sekolah,
sehingga sebagian sekolah kemudian memilih cara dengan menaikkan
nilai siswa agar memenuhi standar yang ditetapkan atau menempuh cara
lain yaitu menurunkan indikator pencapaian kompetensi dasar dengan
menurunkan tingkat kesulitan soal, sehingga semua siswa secara semu
dianggap telah mencapai standar minimal.
2) Menerapkan prinsip kenaikan kelas secara otomatis, dimana setiap siswa
dapat naik kelas secara otomatis pada setiap akhir tahun pelajaran, dengan
predikat-predikat tertentu. Cara ini sangat riskan dalam pengendalian mutu
pendidikan, apalagi bila satuan pendidikan belum menerapkan penjaminan
mutu pada setiap tahap kegiatannya termasuk dalam proses pembelajaran.
3) Menggunakan bentuk perpaduan dari dua pendekatan tersebut, dimana
siswa pada prinsipnya bisa naik kelas secara otomatis pada setiap akhir
tahun pelajaran, tetapi harus mengulang atau memperbaiki sejumlah mata
pelajaran yang dianggap belum memenuhi standar kemampuan minimal.
Meskipun cukup bagus, tetapi hal ini sulit dilakukan dalam sistem
tradisional karena keterbatasaan kuantitas dan kualitas guru. Di samping
itu guru juga dituntut untuk bekerja ekstra baik dalam perubahan
perencanaan, penjadwalan, kegiataan sekolah, pandanaan maupun
managemennya.
Untuk meminimalkan kelemahan dari sistem kenaikan kelas ini
adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 22 dan 23 Tahun 2006,
ditetapkan adanya standar isi dan standar kompetensi lulusan yang kemudian
merupakan landasan strategis dalam mengendalikan penjaminan mutu
pendidikan secara nasional, hal ini ditindaklanjuti dengan sistem ujian kenaikan
kelas yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
dimaksudkan untuk meminimalkan keragaman mutu pendidikan antar sekolah.
Sehingga diperlukan adanya pembentukan pusat pengujian pendidikan di tingkat
kabupaten /kota yang bersifat independen. Kenaikan pada umumnya dilakukan
pada akhir tahun pelajaran, kriteria untuk kenaikan kelas diatur oleh masing-
masing direktorat teknis terkait, namun secara umum siswa dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah setelah:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran pada 5 kelompok mata pelajaran, dengan kriteria untuk aspek
kognitif dan psikomotor minimal 75, sedang untuk aspek afektif kriteria
“baik” digunakan bila sebagian orang menyatakan bahwa siswa memang
baik
3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan teknologi
4) Lulus Ujian nasional.
Selanjutnya ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian
sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri dengan usulan
BSNP.
6.4 Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Dalam Ayat 1 Pasal 66 PP No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa
penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan
dalam bentuk Ujian Nasional. Hal ini sejalan dengan Pasal 68, Ayat 2 dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang menjelaskan bahwa
penyelenggara ujian nasional adalah lembaga independen. Sebagai wujud
pelaksanaan dari ayat-ayat tersebut, pemerintah menugaskan BSNP untuk
menyelenggarakan Ujian Nasional seperti yang dijelaskan pada Pasal 67,
Ayat 1 PP No. 19, Tahun 2005 yang menyatakan bahwa pemerintah
menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti
oleh Peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal.
Pendidikan Dasar dan Menengah, serta jalur nonformal kesetaraan.
Dalam menyelenggarakan ujian nasional ini BSNP akan bekerja sama dengan
instansi terkait di lingkungan pemerintah, Pemerintah Propinsi, pemerintah
kabupaten/kota serta satuan pendidikan. Pada Pasal 68 tersebut juga
ditegaskan bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk:
a. Pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan.
b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.
c. Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan
pendidikan.
d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meneningkatkan mutu pendidikan.
Anda semua sebagai guru profesional sebaiknya juga tahu bahwa
kebijakan pemerintah tentang ujian nasional ini juga dilakukan oleh berbagai
negara, meskipun penekanan fungsinya mungkin berbeda-beda.
6.5 Teknik Penilaian menurut BSNP
Proses memperoleh data proses dan hasil belajara; pendidik dapat
menggunakan berbagai teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan
kompetensi yang dinilai. Menurut Pedoman umum BSNP, teknik penilaian
yang dapat digunakan secara komplementer ataupun sendiri-sendiri sesuai
dengan kompetensi yang akan dinilai antara lain:
a. Tes Kinerja
Tes Kinerja dalam hal ini adalah berbagai jenis tes yang dapat
berbentuk tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji petik
kerja, dan sebagainya. Melalui tes kinerja ini peserta didik
mendemonstrasikan unjuk kerja sebagai perwujudan kompetensi yang
telah dikuasainya.
b. Demonstrasi
Teknik demonstrasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
data kuantitatif dan kualitatif sesuai kompetensi yang dinilai.
c. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar
dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan
instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan
kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat
dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.
d. Penugasan
Penugasan adalah bentuk evaluasi yang dapat dilakukan dengan
model proyek yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan
dan diselesaikan oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus
dilaporkan baik secara tertulis maupun lisan. Penugasan ini dapat pula
berbentuk tugas rumah yang harus diselesaikan peserta didik.
e. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta
didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan belajar dan prestasi siswa.
f. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan teknik penilaian yang paling banyak
digunakan oleh pendidik, adalah tes yang bisa berupa tes dengan jawaban
pilihan atau isian, baik pilihan ganda benar salah ataupun menjodohkan,
serta tes yang jawabannya berupa isian ataupun uraian.
g. Tes Lisan
Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan
melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan satu
atau beberapa penguji. Pertanyaan ataupun jawabannya disampaikan
secara langsung atau spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan
dan pedoman penskoran.
h. Jurnal
Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga jurnal berisi deskripsi
proses pembelajaran dengan kekuatan dan kelemahan siswa terkait dengan
kinerja ataupun sikap.
i. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam
yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau
aspek kepribadian peserta didik
j. Inventori
Inventori adalah skala psikologis yang digunakan untuk
mengungkap sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek
psikologis, ataupun fenomena yang terjadi, antara lain berupa skala Likert
dan sebagainya.
k. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang digunakan agar
peserta didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam
berbagai hal.
l. Penilaian antar Teman (penilaian sejawat)
Penilaian antar teman ini dilakukan dengan meminta siswa
mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal.
Penilaian ini dapat pula berupa sosiometri untuk mendapat informasi anak-
anak yang favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam kelompoknya.
Berbagai teknik penilaian tersebut dapat dilakukan secara kombinasi
untuk bisa memperoleh informasi yang selengkap dan sedetail mungkin
tentang proses, kemajuan dan hasil belajar peserta didik.
7. Mekanisme penilaian menurut permendikbud 53 kurikulum 13 dan panduan
penilaian untuk SD 2015
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi atau data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek
sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil
belajar.
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses
pengumpulan informasi atau data tentang capaian pembelajaran peserta didik
dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian
sekolah/madrasah. Penilaian Akhir adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester dan atau
akhir tahun.
Penilaian Hasil Belajar berfungsi untuk memantau kemampuan
belajar kemampuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Pendidikan Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk:
a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi
b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi
c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi
d. memperbaiki proses pembelajaran.
7.1 Mekanisme penilaian menurut permendikbud No. 53 kurikulum 13
Mekanisme Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah didasarkan pada prinsip -
prinsip sebagai berikut:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik Sistematis,
berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku
g. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan Akuntabel, berarti
penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup aspek
sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Lingkup Penilaian
hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan mencakup aspek pengetahuan dan
aspek keterampilan.
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
dilakukan terhadap penguasaan tingkat kompetensi sebagai capaian
pembelajaran. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik menggunakan
berbagai instrumen penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh Satuan Pendidikan dalam bentuk
Penilaian Akhir dan atau Ujian Sekolah/Madrasah memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, dan bahasa serta memiliki bukti validitas empirik.
Sehingga Mekanisme penilaian menurut permendikbud No. 53
kurikulum 13 :
a. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
silabus
b. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilakukan untuk memantau
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui
penugasan dan pengukuran pencapaian satu atau lebih Kompetensi
Dasar
c. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi atau pengamatan
sebagai sumber informasi utama dan pelaporannya menjadi
tanggungjawab wali kelas atau guru kelas
d. Hasil penilaian pencapaian sikap oleh pendidik disampaikan dalam
bentuk predikat atau deskripsi
e. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan,
dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai
f. Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,
portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai
g. Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan oleh
pendidik disampaikan dalam bentuk angka dan atau deskripsi
h. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedi.
Selain itu terdapat Mekanisme Penilaian Hasil Belajar oleh
Satuan Pendidikan meliputi:
a. menyusun perencanaan penilaian tingkat Satuan Pendidikan
b. KKM yang harus dicapai oleh peserta didik ditetapkan oleh Satuan
Pendidikan
c. penilaian dilakukan dalam bentuk Penilaian Akhir dan Ujian Sekolah
atau Madrasah
d. Penilaian Akhir meliputi Penilaian Akhir semester dan Penilaian
Akhir tahun
e. hasil penilaian sikap dilaporkan dalam bentuk predikat dan atau
deskripsi
f. Hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan dilaporkan dalam
bentuk nilai, predikat dan deskripsi pencapaian kompetensi mata
pelajaran
g. Laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester, dan akhir
tahun ditetapkan dalam rapat dewan guru berdasar hasil penilaian oleh
pendidik dan hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan
h. Kenaikan kelas dan/atau kelulusan peserta didik ditetapkan melalui
rapat dewan guru.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan, pemanfaatan dan tindak lanjut penilaian hasil belajar peserta
didik oleh pendidik dan Satuan Pendidikan serta format rapor ditetapkan
dalam bentuk Panduan Penilaian oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah dengan berkoordinasi dengan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Hasil belajar yang diperoleh dari penilaian oleh pendidik
digunakan untuk menentukan kenaikan kelas peserta didik. Peserta didik
dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil belajar dari paling sedikit 3 (tiga)
mata pelajaran pada kompetensi pengetahuan, keterampilan belum tuntas
dan atau sikap belum baik.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini semua ketentuan tentang
penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik dan Satuan Pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang sudah ada sebelum
Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. Dengan berlakunya
Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
7.2 Mekanisme Panduan Penilaian untuk SD 2015
Kurikulum sebagai seperangkat rencana mencakup tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk
mencapai kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum. Sedangkan,
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, yang dalam penilaiannya
pendidik dan satuan pendidikan harus mengacu pada Standar Penilaian
Pendidikan.

Dengan melakukan pembelajaran dan penilaian, pendidik akan


mampu menjalankan fungsi sumatif penilaian yakni mengukur dan menilai
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik serta mendeskripsikan
capaian hasil pembelajaran peserta didik, dan fungsi formatif yakni
mendiagnostik kesulitan belajar peserta didik dalam pembelajaran,
memberi petunjuk bagi pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan
mutu pembelajaran, mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

1. Pendekatan Penilaian
Penilaian dibedakan menjadi dua yaitu penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Penilaian formatif berfungsi untuk memberi umpan
balik terhadap kemajuan belajar peserta didik, memperbaiki proses
pengajaran atau pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman
atau prestasi belajar peserta didik. Penilaian sumatif berfungsi untuk
menilai pencapaian siswa pada suatu periode waktu tertentu.

Pada saat ini penilaian dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :

1. assessment of learning adalah penilaian terhadap apa yang telah


dicapai peserta didik.
2. Assessment for learning adalah penilaian untuk mengidentifikasi
kesulitan yang mungkin dihadapi peserta dan menemukan cara atau
strategi untuk membantu peserta didik sehingga lebih mudah
memahami dan membuat pembelajaran menjadi efektif.
3. Assessment as learning adalah penilaian yang menekankan pada
keterlibatan peserta didik untuk secara aktif berpikir mengenai
proses belajar dan hasil belajarnya sehingga berkembang menjadi
pembelajar yang mandiri.
2. Prinsip – Prinsip Penilaian
a. Sahih, penilaian berdasarkan data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
b. Objektif, penilaian berdasarkan prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena kebutuhan khusus dan perbedaan golongan.
d. Terpadu, penilaian yang merupakan komponen yang tak
terpisahkan dari KBM
e. Menyeluruh dan berkesinambungan, penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai.
f. Sistematis, penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
sesuai langkah-langkah baku
g. Beracuan kriteria, penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan
h. Akuntabel, penilaian dapat dipertanggungjawabkan
3. Kriteria Ketuntasan Minimal
KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh
satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan
dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, muatan
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Penentuan KKM mempertimbangkan 3 aspek yaitu :

a. Aspek karakteristik materi, memperhatikan kompleksitas KD dan


berdasarkan data empiris dari pengalaman guru dalam
pembelajaran. Semakin tinggi aspek kompleksitas materi, semakin
menantang guru untuk meningkatkan kompetensinya.
b. Aspek intake, memperhatikan kualitas peserta didik yang
diidentifikasi berdasarkan hasil ujian jenjang, hasil tes awal yang
dilakukan sekolah, nilai rapor. Semakin tinggi aspek intake,
semakin tinggi nilai KKM.
c. Aspek guru dan daya dukung, memperhatikan ketersediaan guru,
kesesuaian latar belakang pendidikan guru, kompetensi guru,
sarana prasarana pembelajaran.
Lingkup dan Teknik Penilaian

1. Lingkup
Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek
sikap, pengetahuan, ketrampilan sedangkan penilaian oleh
satuan pendidikan mencakup aspek pengetahuan dan
ketrampilan.
2. Teknik penilaian
a. Penilaian sikap
Penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam proses
pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial.

b. Penilaian Pengetahuan
Dilakukan dengan cara mengukur penguasaan
peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan factual,
konseptual, procedural, dan metakognisi pada tingkatan
proses berpikir.
Prosedur penilaian dimulai penyusunan
perencanaan, pengembangan instrument penilaian,
pelaksanaan penilaian, pengolahan, pelaporan serta
pemanfaatan hasil penilaian. Tekni penilaian pengetahuan
menggunakan teknik :
1) Tes tertulis, instrument tes dikembangan dengan
langkah:
a) Melakukan analisis KD
b) Menyusun kisi-kisi soal sesuai KD
c) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu
pada kaidah penulisan soal
d) Menyusun pedoman penskoran
e) Melakukan penskoran berdasarkan pendoman
penskoran.
2) Tes lisan, bertujuan menumbuhkan sikap berani
berpendapat, mengecek penguasaan pengetahuan,
percaya diri, kemampuan berkomunikasi efektif.
Langkah pelaksanakan tes lisan:
a) Melakukan analisis KD
b) Menyusun kisi-kisi soal sesuai KD
c) Membuat pertanyaan atau perintah.
d) Menyusun pedoman penilaian
e) Memberikan tindak lanjut hasil tes lisan
3) Penugasan, pemberian tugas kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik
memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.

c. Penilaian ketrampilan
Penilaian ketrampilan meliputi penilaian :
1) Penilaian kinerja, penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuan dalam berbagai macam konteks sesuai
kriteria.
2) Penilaian proyek, penilaian terhdap suatu tugas yang
diselesaikan dalam waktu tertentu. Penilaian proyek
mempertimbangkan empat hal yaitu kemampuan
pengelolaah, relevansi, keaslian, inovasi dan
kreativitas.
3) Penilaian portofolio, hal yang perlu diperhatikan dalam
penilaian portofolio yaitu,
a) Karya asli peserta didik,
b) Saling percaya antara pendidik dan peserta didik,
c) kerahasiaan bersama,
d) milik bersama,
e) kepuasan pada diri peserta didik,
f) kesesuaian dengan kompetensi dalam kurikulum, 7)
penilaian proses dan hasil,
g) Penilaian tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran,
h) Bentuk portofolio diantaranya file folder, album,
stopmap, buku siwa.

Penilaian Kurikulum 2013 di SD

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses


pengumpulan informasi tentang capaian pembelajaran peserta didik yang
dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir
dan ujian sekolah.

1. Lingkup penilaian mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan, dan


keterampilan.
Bentuk penilaian dilakukan dalam bentuk :
1) Penilaian akhir semester, kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester gasal.
2) Penilaian akhir tahun, dilakukan di akhir semester genap untuk
pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap.
3) Ujian sekolah, dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan
penyelesaian dari satuan pendidikan.
2. Instrument yang digunakan dalam bentuk penilaian akhir, konstruksi,
bahasa, dan memenuhi bukti validitas empiris.
3. Kriteria kenaikan kelas dan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan
1) Kriteria kenaikan kelas
Dilakukan melalui rapat dewan guru dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang telah disepakati
oleh seluruh warga satuan pendidikan.

2) Kriteria kelulusan dari satuan pendidikan, ditetapkan


melalui rapat dewan guru. Peserta didik dinyatakan lulus
dari Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Menengah setelah memenuhi syarat berikut:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal Baik; dan
c. Lulus Ujian Sekolah seluruh muatan/ mata pelajaran.
4. Perencanaan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan meliputi:
1) Menetapkan KKM
2) Menetapkan prosedur operasional standar
3) Membentuk Tim pengembangan penilaian
4) Mengembangkan instrument penilaian
5. Pelaksanaan penilaian meliputi kegiatan penyiapan perangkat penilaian,
sarana, administrasi, tempat, SDM, dan proses pelaksanaan penilaian.
6. Pengolahan, pemanfaatan, dan tindak lanjut hasil penilaian
1) Pengolahan, ruang lingkup meliputi pengolahan nilai rapor
dan pengolahan nilai PAS, PAT, dan US
2) Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil penilaian yang
dilakukan satuan pendidikan diantaranya membuat rapor,
merancang program pembelajaran, dan membina peserta
didik yang tidak naik kelas.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk
mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk
dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut
kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun
kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan tentang siswa ini termasuk
bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas, bagaimana guru
menempatkan siswa pada program- program pembelajaran yang berbeda,
tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk
studi lanjut.
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Tujuan Standar Nasional
Pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Prinsip penilaian menurut BNSP:
mendidik, terbuka atau transparan, menyeluruh, terpadu dengan
pembelajaran, objektif, sistematis, berkesinambungan, adil, pelaksanaan
penilaian menggunkan acuan kriteria.
Penilaian dilakukan menurut standar yang telah ditentukan serta
dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, pemerintah. Teknik penilaian
yang bisa digunakan diantarannya: tes kinerja, demonstrasi, observasi,
penugasan, portofolio, tes tertulis, tes lisan, jurnal, wawancara,
interventori, penilaian diri, penilaian antar teman. Terdapat tiga penilaian
yang harus dilakukan meliputi penilaian pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap.
Daftar pustaka
Endang poerwanti,dkk. (2008).Asesmen Pembelajaran SD.

http://iismoet.blogspot.co.id/2014/07/konsep-dasar-asesmen-pembelajaran.html

http://iismoet.blogspot.co.id/2014/07/konsep-dasar-asesmen-pembelajaran.html

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.2015.Buku Panduan

Penilaian Untuk Sekolah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai