Anda di halaman 1dari 11

Tokoh-Tokoh Ilmuwan Islam Dibidang Keteknikan

Peranan cendekiawan muslim sangatlah besar dalam mewujudkan ilmu pengetahuan,


sehingga ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat pada jaman sekarang. Cendekiawan muslim
adalah sekelompok kau mterpelajar atau intelektual dari golongan Islam yang mencurahkan seluruh
kemampuannya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Islam mengajarkan kepada kita untuk bekerja keras dan rajin dalam menuntut ilmu, karena
dengan ilmulah kita akan mendapatkan derajat yang tinggi baik di sisi Allah atau manusia.
Allah SWT berfirman :

ِّ َِ‫ دَ َر َجاتِ ْالع ْل َِم أهوتهوا َوالّذينَِ م ْن هك ِْم آ َمنهوا الّذين‬...


... ِ‫َللاه َي ْرفَع‬
"... Allah akan mengankat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat .." (Q.S Al-Mujadilah : 11)

Rasulullah SAW juga bersabda :

"Dari Anas bin Malik r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda : "Mencari ilmu itu wajib atas setiap
orang muslim." (H.R. Ibnu Majah)

Mungkin termotivasi dari pemikiran dan dalil inilah banyak bermunculan tokoh atau
cendekiawan di kalangan umat Islam pada masa itu

1. AL-KINDI

1. Sejarah Hidup

Al-Kindi,ِ namaِ lengkapnyaِ adalahِ Abuِ Yusufِ Ya’kubِ ibnuِ Ishaqِ ibnuِ al-Shabbah
ibnuِ ‘Imronِ ibnuِ Muhammadِ ibnuِ al-Asy’asِ ibnuِ Qaisِ al-Kindi. Kindah merupakan suatu
nama kabilah terkemuka pra-Islam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap
di Yaman. Kabilah ini pulalah yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar
kesusasteraan Arab, sang penyair pangeran Imr Al-Qais, yang gagal untuk memulihkan tahta
kerajaan Kindah setelah pembunuhan ayahnya.

Ia lahir di Kufah pada tahun 188 H (804 M) dan wafat pada tahun 260 H (874 M).
Sedangkan menurut sumber lain, ia lahir pada tahun 186 H (802 M) dan wafat pada tahun
260 H (874 M). Ada pula yang mengatakan, bahwa Al-Kindi lahir pada tahun 185 H (801 M)
dan wafat pada tahun 252 H (866 M).

Al-Kindi dilahirkan dari keluarga kaya dan terhormat. Ayahnya, Ishaq ibnu Al-
Shabbah, adalah gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al-
Kindi berasal dari kalangan bangsawan, dari Irak. Ia berasal dari suku Kindah. Ia merupakan
seorang tokoh besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut Aristoteles, yang telah
memengaruhi konsep al Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam bidang sains dan
psikologi. Al-kindi sendiri mengalami masa pemerintahan lima khalifah Bani Abbas, yakni
Al-Amin, Al-Ma’mun,ِAl-Mu’tasim,ِAl- Wasiq, dan Al-Mutawakkil.

Dalam hal pendidikan Al-Kindi pindah dari Kufah ke Basrah, sebuah pusat studi
bahasa dan teologi Islam. Dan ia pernah menetap di Baghdad, ibukota kerajaan Bani Abbas,
yang juga sebagai jantung kehidupan intelektual pada masa itu. Ia sangat tekun mempelajari
berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu tidak heran jika ia dapat menguasai ilmu
astronomi,ilmu ukur, ilmu alam, astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik meteorologi,, optika,
kedokteran, matematika, filsafat, dan politik. Penguasaannya terhadap filsafat dan ilmu
lainnya telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam
jajaran filosof terkemuka. Karena itu pulalah ia dinilai pantas menyandang gelar Faiasuf al-
‘Arabِ(ِfilosofِberkebangsaanِArab). Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir
berbahasa Yunani pula. Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam
bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinus. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus
yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles dan berjudulkan Teologi menurut
Aristoteles, sehingga di kemudian hari ada sedikit kebingungan.

Dia juga seorang ilmuwan besar muslim dalam bidang kedokteran dan pemilik salah
satu pemikiran terbesar yang dikenal sepanjang peradaban manusia. Al-Kindi adalah seorang
ensiklopedis, memberikan sumbangan yang tidak ternilai terhadap perkembangan
matematika, astrologi, astronomi, fisika, optic, musik, pengobatan, farmasi, filsafat, dan
logika. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi,
astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis,
psikologi, meteorologi, dan politik.

Ia membedakan antara intelek aktif dengan intelek pasif yang diaktualkan dari bentuk
intelek itu sendiri. Argumen diskursif dan tindakan demonstratif ia anggap sebagai pengaruh
dari intelek ketiga dan yang keempat. Dalam ontologi dia mencoba mengambil parameter
dari kategori-kategori yang ada, yang ia kenalkan dalam lima bagian: zat(materi), bentuk,
gerak, tempat, waktu, yang ia sebut sebagai substansi primer.

Al Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian


diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang
berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para
bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid'ah, dan dalam
keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi dapat
membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan ortodoks itu.
2. Filsafat atau Pemikirannya
a. Talfiq

Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat. Menurutya filsafat
adalah pengetahuan yang benar ( knowledge of truth). Al-Qur’anِ yangِmembawaِargumen-
argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran
yang dihasilkan oleh filsafat. Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang
bahkan teologi bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi.
Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari
keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan filsafat juga mempergunakan
akal. Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas
tentang Tuhan dan agama ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat
tentang Tuhan.

Dengan demikian, orang yang menolak filsafat maka orang itu menurut Al-Kindi
telah mengingkari kebenaran, kendatipun ia menganggap dirinya paling benar. Disamping
itu, karena pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan, tentang ke-
Esaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai alat untuk berpegang teguh
kepadanya dan untuk menghindari hal-hal sebaliknya. Kita harus menyambut dengan
gembiraِkebenaranِdariِmanapunِdatangnya.ِSebab,ِ“tidakِadaِyangِlebihِberhargaِbagiِparaِ
pencariِkebenaranِdaripadaِkebenaranِituِsendiri”.ِKarenaِituِtidakِtidakِwajarِmerendahkanِ
dan meremehkan orang yang mengatakan dan mengajarkannya. Tidak ada seorang pun akan
rendah dengan sebab kebenaran, sebaliknya semua orang akan menjadi mulia karena
kebenaran. Jika diibaratkan maka orang yang mengingkari kebenaran tersebut tidak beda
dengan orang yang memperdagangkan agama, dan pada akikatnya orang itu tidak lagi
beragama.

Pengingkaran terhadap hasil-hasil filsafat karena adanya hal-hal yang bertentangan


dengan apa yang menurut mereka telah mutlak digariskan Al-Qur’an.ِ Halِ semacamِ iniِ
menurut Al-Kindi, tidak dapat dijadikan alasan untuk menolak filsafat, karena hal itu dapat
dilakukanِta’wil.ِNamunِdemikian,ِtidakِbisaِdipungkiriِperbedaaanِantaraِkeduanya,ِyaitu:

1) Filsafat termasuk humaniora yang dicapai filosof dengan berpikir, belajar, sedangkan
agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati tingkat tertinggi karena diperoleh tanpa
melalui proses belajar, dan hanya diterima secara langsung oleh para Rasul dalam bentuk
wahyu.

2) Jawaban filsafat menunjukan ketidakpastian ( semu ) dan memerlukan berpikir atau


perenungan. Sedangkan agama lewat dalil-dalilnya yang dibawa Al-Qur’anِmemberiِjawabanِ
secara pasti dan menyakinkan dengan mutlak.

3) Filsafat mempergunakan metode logika, sedangkan agama mendekatinya dengan


keimanan.

Walaupun Al-Kindi termasuk pengikut rasionalisme dalam arti umum, tetapi ia tidak
mendewa-dewakan akal.
b. Jiwa

Tentang jiwa, menurut Al-Kindi; tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna
dan mulia. Substansi ruh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan ruh dengan Tuhan sama
dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, ilahiah, terpisah
dan berbeda dari tubuh. Sedangkan jisim mempunyai sifat hawa nafsu dan pemarah. Antara
jiwa dan jisim, kendatipun berbeda tetapi saling berhubungan dan saling memberi bimbingan.
Argumen yang diajukan Al-Kindi tentang perlainan ruh dari badan ialah ruh menentang
keinginan hawa nafsu dan pemarah. Sudah jelas bahwa yang melarang tidak sama dengan
yang dilarang.

Dengan pendapat Al-Kindi tersebut, ia lebih dekat kepada pemikiran Plato ketimbang
pendapat Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah baharu, karena jiwa adalah
bentuk bagi badan. Bentuk tidak bisa tinggal tanpa materi, keduanya membentuk kesatuan
isensial, dan kemusnahan badan membawa kepada kemusnahan jiwa. Sedangkan Plato
berpendapat bahwa kesatuan antara jiwa dan badan adalah kesatuan accidental dan temporer.
Binasanya badan tidak mengakibatkan lenyapnya jiwa. Namun Al-Kindi tidak menyetujui
Plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal dari alam ide. Al-Kindi berpendapat bahwa jiwa
mempunyai tiga daya, yakni: daya bernafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Kendatipun
bagi Al-Kindi jiwa adalah qadim, namun keqadimannya berbeda dengan qadimnya Tuhan.
Qadimnya jiwa karena diqadimkan oleh Tuhan.

c. Moral

Menurut Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia tentang diri dan
bahwa sorang filosof wajib menempuh hidup susila. Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri
sendiri (Aristoteles), melainkan untuk hidup bahagia. Al-Kindi mengecam para ulama yang
memperdagangkan agama untuk memperkaya diri dan para filosof yang memperlihatkan jiwa
kebinatangan untuk mempertahankan kedudukannya dalam negara. Ia merasa diri korban
kelaliman negara seperti Socrates. Dalam kesesakkan jiwa filsafat menghiburnya dan
mengarahkannya untuk melatih kekangan, keberanian dan hikmak dalam keseimbangan
sebagai keutamaan pribadi, tetapi pula keadilan untuk meningkatkan tata negara. Sebagai
filsuf, Al-Kindi prihatin kalau-kalauِ syari’atِ kurangِ menjaminِ perkembanganِ kepribadianِ
secara wajar. Karena itu dalam akhlak atau moral dia mengutamakan kaedah Socrates.

PENEMUAN-PENEMUAN AL-KINDI

2. Di Bidang Ilmiah

Ia adalah ilmuwan terbesar setara dengan Ibnul Haitsam dan Al-Biruni. Kumpulan buku-
buku yang dikarangnya dalam bidang filsafat, logika, dan berbagai macam ilmu lainnya
mencapai 230 buku.

3. Di Bidang Astronomi

Al-Kindi sangat berjasa dalam bidang pengamatan posisi bintang, planet, letak dan
dampaknya terhadap bumi. Salah satu penemuannya yang sangat menakjubkan adalah
hipotesanya tentang pasang dan surut air.
4. Di Bidang Fisika

Al-Kindi adalah orang yang pertama kali membuat tesis tentang biru langit. Ia
menjelaskan bahwa biru langit bukanlah warna langit itu sendiri, melainkan warna dari
pantulan cahaya lain yang berasal dari penguapan air dan butir-butir debu yang bergantung di
udara. Tesis ini mendekati penafsiran ilmiah yang benar, dan yang kita ketahui hingga masa
sekarang.

5. Di Bidang Ilmu Pengetahuan Alam

Dia menulis buku sebanyak 12 buku berpengaruh dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam.
Kitab-kitab tersebut antara lain : Kitab Ilmu Ar-Ra’diwa Al-Barqi wa Ats-Tsalji wa Ash-
Shawa’iq wa Al-Mathar, Fil Al-Bashariyyat, Risalah Fi Zarqati As-Sama, Kitab Fi Al-
Ajraam Al-Ghaishah. Kitab-kitab tersebut menafsiri tentang fenomena alam.

6. Di Bidang Teknik Mesin

Dia menemukan ilmu mekanik, yaitu ilmu yang secara khusus berhubungan dengan alat-
alat, rangkaian, dan menjalankan fungsinya. Dia telah menjadi insinyur peradaban Islam dan
turut serta dalam berbagai pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, seperti proyek
penggalian kanal untuk membuka sungai Dajlah dan Furat.

7. Di Bidang Ilmu Kimia

Dia adalah penemu berbagai ilmu tentang pembuatan aroma parfum, aroma kimia untuk
membuat kaca, warna, dan besi. Sebuah tesisnya yang berhubungan dengan pembuatan
parfum adalah dia berhasil menciptakan berbagai jenis aroma dari parfum itu, seperti
pembuatan minyak kasturi, dan lain-lain. Ia juga berhasil menjelaskan secara rinci proses
kimia lainnya, seperti penyaringan dan penyulingan.

8. Di Bidang Matematika

Karya Al-Kindi dalam bidang matematika mencapai 43 buku. 11 diantaranya tentang


ilmu hitung dan 32 buku tentang ilmu geometri.

9. Di Bidang Musik

Al-Kindiِ memilikiِ 7ِ karyaِ dalamِ bidangِ musik.ِ Salahِ satuِ bukunyaِ “Risalahِ Tartibِ An-
Nagham”ِberisikanِtentangِtinggi-rendahnya melody biola. Ilmu ini jauh berabad-abad sudah
ditemukan Al-Kindi sebelum ditemukan oleh bangsa Eropa.

10. Al-Kindi juga berjasa dalam bidang ilmu kedokteran, filsafat, dan logika.
2. Ibnu Ismail Al Jazari

 Ilmuwan Muslim Penemu Konsep Robotika Modern:

Ia dipanggil Al-Jazari karena lahir di Al-Jazira, sebuah wilayah yang terletak di antara Tigris
dan Efrat, Irak dan timur laut Syiria pada 570 Hijriah. Seperti ayahnya ia mengabdi pada raja-raja
Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik. Al-Jazari merupakan
ahli teknik yang luar biasa pada masanya. Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman Abullezz
Ibn Alrazz Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad kedua belas.

Al Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari
dikenal sebagai mesin robot.”Takِ mungkinِ mengabaikanِ hasilِ karyaِ Al-Jazari yang begitu
penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit,
danِ membuatِ sebuahِ mesin”(Donaldِ Hill)”. Kalimat di atas merupakan komentar Donald
Hill, seorang ahli teknik asal Inggris yang tertarik dengan sejarah teknologi, atas buku karya
ahli teknik Muslim yang ternama, Al-Jazari. Al Jazari merupakan seorang tokoh besar di
bidang mekanik dan industri.

Ibnu Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan sebagai Bapak Modern
Engineering berkat temuan-temuannya yang banyak mempengaruhi rancangan mesin-mesin
modern saat ini, diantaranya combustion engine, crankshaft, suction pump, programmable
automation, dan banyak lagi.

Dialah Al-Jazari (1136 M-1206 M), ilmuwan Muslim terkemuka yang didaulat dunia
sebagai 'Bapak Teknik Moderen'. Insinyur yang juga didapuk sebagai 'Bapak Perintis Robot'
itu juga dikenal dunia sebagai peletak sejarah teknologi modern. Penemu berbagai peralatan
teknologi itu bernama lengkap Al-Shaykh Ra'is Al-A’malِBadi’ِAl-Zaman Abu Al-‘Izzِibnِ
Ismail ibn Al-Razzaz Al-Jazari. Namanya mengguncang jagad teknologi dunia lewat
kitabnya yang fenomenal berjudul Al-Jami”ِBaynِal-‘IlmِwaِAl-Amal Al-Nafi’ِfiِSina’atِAl-
Hiya (Ikhtisar dan Panduan Membuat Berbagai Mesin Mekanik).
Inilah risalah paling penting dalam tradisi teknik mesin Islam, juga dunia. Lewat
karyanya itu, Al-Jazari juga telah meletakan dasar kerja dalam sejarah teknologi. Tak heran,
jika bukuِteknologiِyangِditulisnyaِituِmampuِ‘menyihir’ِdanِmembetotِperhatianِparaِahliِ
sejarah teknologi dan sejarawan seni dunia.

Selain dikenal sebagai seorang penemu dan insinyur besar, dunia juga mengenalnya
sebagai seorang seniman hebat. Betapa tidak, dalam risalah fenomenal yang diciptakannya,
secara gamblang dan lugas Al-Jazari melukiskan penemuannya dengan lukisan khas bergaya
Islami era kekhalifahan. Lukisan miniatur dari karya-karya yang diciptakannya itu berisi
petunjuk dan tata cara untuk membuat peralatan atau teknologi yang diciptakannya. Sehingga
memungkinkan setiap pembaca risalahnya untuk merangkai dan menbuat beragam
penemuannya itu. Tak pelak, risalah yang berisi 50 penemuan yang diciptakannya itu
mengundang decak kagum para sejarawan teknologi dunia.

''Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam
bukunya, dia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat
sebuah mesin,'' ungkap Sejarawan Inggris, Donald R Hill, dalam tulisannya berjudul Studies
in Medieval Islamic Technology. Sejarawan lainnya yang terpesona dengan risalah penemuan
Al-Jazari adalah Lynn White. ''Jelas sudah bahwa penemua roda gigi pertama adalah Al-
Jazari. Barat baru menemukannya pada tahun 1364 M,'' ungkap Lynn. Menurut Lynn, kata
gear (roda gigi) baru menjadi pembendaharaan kata atau istilah dalam desain mesin Eropa
pada abad ke-16 M.

Pada 1206 ia merampungkan sebuah karya dalam bentuk buku yang berkaitan dengan
dunia teknik. Beliau mendokumentasikan lebih dari 50 karya temuannya, lengkap dengan
rincian gambar-gambarnyaِdalamِbuku,ِ“al-Jami Bain al-IlmِWalِ‘Amlِal-NafiِFiِSinatِ‘atِ
al-Hiyal”ِ (Theِ Bookِ ofِ Knowledgeِ ofِ Ingeniousِ Mechanicalِ Devices).ِ Bukunyaِ iniِ berisiِ
tentang teori dan praktik mekanik. Karyanya ini sangat berbeda dengan karya ilmuwan
lainnya, karena dengan piawainya Al-Jazari membeberkan secara detail hal yang terkait
dengan mekanika. Dan merupakan kontribusi yang sangat berharga dalam sejarah teknik.
Keunggulan buku tersebut mengundang decak kagum dari ahli teknik asal Inggris, Donald
Hill (1974). Donald berkomentar bahwa dalam sejarah, begitu pentingnya karya Al-Jazari
tersebut. Pasalnya, kata dia, dalam buku Al-Jazari, terdapat instruksi untuk merancang,
merakit, dan membuat mesin.

Di tahun yang sama juga 1206, al-Jazari membuat jam gajah yang bekerja dengan tenaga
air dan berat benda untuk menggerakkan secara otomatis sistem mekanis, yang dalam interval
tertentu akan memberikan suara simbal dan burung berkicau. Prinsip humanoid automation
inilah yang mengilhami pengembangan robot masa sekarang. Kini replika jam gajah tersebut
disusun kembali oleh London Science Museum, sebagai bentuk penghargaan atas karya
besarnya.

Pada acara World of Islam Festival yang diselenggarakan di Inggris pada 1976,
banyak orang yang berdecak kagum dengan hasil karya Al-Jazari. Pasalnya, Science Museum
merekonstruksi kerja gemilang Al-Jazari, yaitu jam air.
Dalam pandangan Donald Hill, tak ada satu pun dokumen yang mampu menandingi karya
Al-Jazari sampai abad modern ini. Menurut dia, risalah penemuan Al-Jazari begitu kaya akan
instuksi mengenai desain, pembuatan dan perakitan mesin-mesin.''Al-Jazari tak hanya mampu
memadukan teknik-teknik para pendahulunya dari Arab dan non-Arab, tapi juga dia benar-
benar seorang insinyur yang kreatif,'' papar Hill yang begitu mengagumi Al-Jazari.
Ketertarikannya atas karya sang insinyur Muslim, Donald Hill pun terpacu untuk untuk
menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974. Penerjemahan risalah Al-Jazari itu akhirnya
mampu mematahkan klaim Barat atas pencapaian teknologi yang dicapainya.

Ketertarikan Donald Hill terhadap karya Al-Jazari membuatnya terdorong untuk


menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974, atau enam abad dan enam puluh delapan tahun
setelah pengarangnya menyelesaikan karyanya.

Tulisan Al-Jazari juga dianggap unik karena memberikan gambaran yang begitu detail
dan jelas. Sebab ahli teknik lainnya lebih banyak mengetahui teori saja atau mereka
menyembunyikan pengetahuannya dari orang lain. Bahkan ia pun menggambarkan metode
rekonstruksi peralatan yang ia temukan.

Karyanya juga dianggap sebagai sebuah manuskrip terkenal di dunia, yang dianggap
sebagai teks penting untuk mempelajari sejarah teknologi. Isinya diilustrasikan dengan
miniatur yang menakjubkan. Hasil kerjanya ini kerap menarik perhatian bahkan dari dunia
Barat.

Dengan karya gemilangnya, ilmuwan dan ahli teknik Muslim ini telah membawa
masyarakat Islam pada abad ke-12 pada kejayaan. Ia hidup dan bekerja di Mesopotamia
selama 25 tahun. Ia mengabdi di istana Artuqid, kala itu di bawah naungan Sultan Nasir al-
Din Mahmoud.
Al-Jazari memberikan kontribusi yang pentng bagi dunia ilmu pengetahuan dan
masyarakat. Mesin pemompa air yang dipaparkan dalam bukunya, menjadi salah satu karya
yang inspiratif. Terutama bagi sarjana teknik dari belahan negari Barat.

Jika menilik sejarah, pasokan air untuk minum, keperluan rumah tangga, irigasi dan
kepentingan industri merupakan hal vital di negara-negara Muslim. Namun demikian, yang
sering menjadi masalah adalah terkait dengan alat yang efektif untuk memompa air dari
sumber airnya. Masyarakat zaman dulu memang telah memanfaatkan sejumlah peralatan
untuk mendapatkan air. Yaitu, Shaduf maupun Saqiya. Shaduf dikenal pada masa kuno, baik
di Mesir maupun Assyria. Alat ini terdiri dari balok panjang yang ditopang di antara dua pilar
dengan balok kayu horizontal. Sementara Saqiya merupakan mesin bertenaga hewan.
Mekanisme sentralnya terdiri dari dua gigi. Tenaga binatang yang digunakan adalah keledai
maupun unta dan Saqiya terkenal pada zaman Roma. Para ilmuwan Muslim melakukan
eksplorasi peralatan tersebut untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Al-Jazari
merintis jalan ke sana dengan menguraikan mesin yang mampu menghasilkan air dalam
jumlah lebih banyak dibandingkan dengan mesin yang pernah ada sebelumnya.
Al-Jazari, kala itu, memikul tanggung jawab untuk merancang lima mesin pada abad ketiga
belas. Dua mesin pertamanya merupakan modifikasi terhadap Shaduf, mesin ketiganya
adalah pengembangan dari Saqiya di mana tenaga air menggantikan tenaga binatang.
Satu mesin yang sejenis dengan Saqiya diletakkan di Sungai Yazid di Damaskus dan
diperkirakan mampu memasok kebutuhan air di rumah sakit yang berada di dekat sungai
tersebut.
Mesin keempat adalah mesin yang menggunakan balok dan tenaga binatang. Balok
digerakkan secara naik turun oleh sebuah mekanisme yang melibatkan gigi gerigi dan sebuah
engkol. Mesin itu diketahui merupakan mesin pertama kalinya yang menggunakan engkol
sebagai bagian dari sebuah mesin. Di Eropa hal ini baru terjadi pada abad 15. Dan hal itu
dianggap sebagai pencapaian yang luar biasa. Pasalnya, engkol mesin merupakan peralatan
mekanis yang penting setelah roda. Ia menghasilkan gerakan berputar yang terus menerus.
Pada masa sebelumnya memang telah ditemukan engkol mesin, namun digerakkan dengan
tangan. Tetapi, engkol yang terhubung dengan sistem rod di sebuah mesin yang berputar
ceritanya lain. Penemuan engkol mesin sejenis itu oleh sejarawan teknologi dianggap sebagai
peralatan mekanik yang paling penting bagi orang-orang Eropa yang hidup pada awal abad
kelima belas. Bertrand Gille menyatakan bahwa sistem tersebut sebelumnya tak diketahui dan
sangat terbatas penggunaannya.

Pada 1206 engkol mesin yang terhubung dengan sistem rod sepenuhnya
dikembangkan pada mesin pemompa air yang dibuat Al-jazari. Ini dilakukan tiga abad
sebelum Francesco di Giorgio Martini melakukannya.

Sedangkan mesin kelima, adalah mesin pompa yang digerakkan oleh air yang
merupakan peralatan yang memperlihatkan kemajuan lebih radikal. Gerakan roda air yang
ada dalam mesin itu menggerakan piston yang saling berhubungan. Kemudian, silinder piston
tersebut terhubung dengan pipa penyedot. Dan pipa penyedot selanjutnya menyedot air dari
sumber air dan membagikannya ke sistem pasokan air. Pompa ini merupakan contoh awal
dari double-acting principle. Taqi al-Din kemudian menjabarkannya kembali mesin kelima
dalam bukunya pada abad keenam belas.

Ternyata, jauh sebelum Barat menemukan teknologi yang dibanggakannya, Al-Jazari


telah menemukannya. Bahkan, Barat justru banyak meniru dan mengadopsi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ditemukan para ilmuwan Islam.

Sebagai seorang insinyur Muslim, Al-Jazari juga tak pernah menyembunyikan


pengetahuan yang dikuasai dari orang lain. Namun, tak seperti karya-karya ciptaannya yang
begitu gamblang, jejak kehidupan pribadi sang insinyur tak begitu banyak dikupas. Satu-
satunya sumber yang mengupas otobiografinya ada di dalam pengantar buku yang ditulisnya.
Sehingga kita tak bisa mengetahui hari dan tanggal kelahiran Al-Jazari. Dia diperkirakan
lahir pada 1136 M.

Dalam pembukaan risalah penemuan yang ditulisnya, Al-Jazari menyebut secara lengkap
identitas dirinya sebagai Al-Shaykh Ra'is Al-A’malِ Badi`Al-Zaman Abu Al-Izz ibn Ismail
ibn Al-Razzaz Al-Jazari. Gelar Ra'is Al-A`mal yang melekat pada namanya menunjukkan
bahwa Al-Jazari adalah seorang pemimpin para insinyur kala itu. Sedangkan titel Badi`Al-
Zaman dan Al-Shaykh yang disandangnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang ilmuwan
yang unik, tak tertandingi kehebatannya, menguasai ilmu yang tinggi, serta bermartabat.
Sedangkan,ِkataِ‘Al-Jazari' yang melekat pada nama lengkapnya itu menunjukkan amsalnya.
Keluarga Al-Jazari berasal dari Jazirah Ibnu Umar di Diyar Bakr, Turki.

Namun, hipotesis lainnya menyebutkan bahwa Al-Jazari terlahir di Al-Jazira, sebuah


kawasan yang terletak di sebelah utara Mesopotamia, yakni kawasan di utara Irak dan timur
laut Suriah. Tepatnya antara Tigris dan Eufrat. Di sanalah Al-Jazari mencurahkan hidupnya
sebagai seorang insinyur dengan menciptakan berbagai mesin. Para penjelajah dan pelancong
yang bertandang ke wilayah itu pada abad ke-12 M mengagumi kemakmuran yang diraih
Dinasti Artukid. Pada saat itu pula, kedamaian dan stabilitas politik dan keamanan begitu
terkendali. Seperti halnya sang ayah, Al-Jazari mengabdikan dirinya pada raja-raja dari
Dinasti Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik. Semasa
hidupnya, Al-Jazari mengalami tiga kali suksesi kepemimpinan di Dinasti Artukid, yakni;
Nur Al-Din Muhammad ibn Arslan (570 H-581 H/1174 M-1185 M); Qutb Al-Din Sukman
ibn Muhammad (681 H-697 H/1185 M-1200 M); dan Nasir Al-Din Mahmud ibn Muhammad
(597 H-619 H/1200 M-1222 M).

Atas permintaan Nasir Al-Din Mahmud, Al-Jazari menuliskan seluruh penemuannya


dalam sebuah risalah yang fenomenal. Dalam pengantar risalahnya, Al-Jazari
mengungkapkan bahwa dirinya mulai mengabdi pada Dinasti Artuqid pada tahun 570 H/1174
M. Ia menulis risalah penemuannya, setelah 25 tahun bersama menjadi ahli teknik di bawah
kepemimpinan tiga raja Dinasti Artuqid. Berdasarkan informasi itu, kita dapat
menyimpulkan, kemungkinan Al-Jazari menulis risalahnya pada tahun 595 H/1198 M, atau
dua tahun sebelum Nasir Al-Din didaulat menjadi raja. Menurut naskah Oxford, Al-Jazari
merampumgkam risalahnya yang mengguncang dunia teknik modern pada 16 Januari 1206
M. Karya besar Al-jazari itu disempurnakan oleh Muhammad ibn Yusuf ibn Utsman Al-
Haskafiat pada akhir Sya'ban 602 H/10 April 1206.Berdasarkan catatan Haskafiat, pada saat
itu Al-Jazari sudah tiada. Dari catatan itulah, Al-Jazari diperkirakan wafat pada tahun 602
H/1206 M—beberapa bulan setelah dia menyelesaikan karyanya.
Berkat karya-karyanya yang begitu gemilang, Al-Jazari telah turut mengangkat sejarah
peradaban Islam pada kejayaannya di abad ke-12 M. Saat itu, dunia Islam mampu mencapai
peradaban paling tinggi.

3. Abul Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majriti


adalah seorang astronom, alkimiawan, matematikawan, dan ulama Arab Islam dari
Al-Andalus (Spanyol yang dikuasai Islam). Abdul Qasim lahir di Madrid dan meninggal
1008 atau 1007 M). Ia juga ikut serta dalam penerjemahan Planispherium karya Ptolemeus,
memperbaiki terjemahan Almagest, memperbaiki tabel astronomi dari Al-Khwarizmi,
menyusun tabel konversi kalender Persia ke kalender Hijriah, serta mempelopori teknik-
teknik geodesi dan triangulasi. Ia juga ditulis sebagai salah satu penulis Ensiklopedia Ikhwan
As-Shafa, tapi kecil kemungkinan bahwa ia benar-benar salah satu penulisnya

4. Al Khazini (1121)
ahli kontruksi, pengarang buku tentang teknik pengukuran (geodesi) dan kontruksi
keseimbangan, kaidah mekanis, hidrostatika, fisika, teori zat padat, sifat-sifat
pengungkit/tuas, teori gaya gravitasi (jauh 900 thn dari Newton)

Anda mungkin juga menyukai