Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang

mikroorganisme dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya.

Mikroorganisme merupakan mahluk hidup kosmopolitan, terdapat dimana-mana.

Bisa terdapat di dalam air dan tanah, makanan, hewan dan tumbuhan, serta

manusia. Keberadaan dan besarnya populasi mikroorganisme sangat penting

untuk diketahui dan dipelajari karena memiliki karakteristik dan peran yang

sangat erat interaksinya baik dengan lingkungan biotik maupun lingkungan

abiotiknya. Oleh karena itu, diperlukan praktikum untuk mempelajari

mikroorganisme dengan lebih jelas. Diantaranya yaitu praktikum sterilisasi,

pembuatan media, isolasi dan identifikasi bakteri, penghitungan jumlah mikroba,

dan pewarnaan Gram.

Sterilisasi adalah penghilangan semua jenis mikroorganisme baik secara

mekanik (penyaringan), kimia (desinfektan), maupun fisik (pemanasan). Medium

adalah suatu campuran nutrisi untuk menumbuhkan mikrobia yang dibuat dengan

bahan YMA-CR dan YMA-BTB menggunakan autoclave. Isolasi adalah suatu

upaya memisahkan mikroorganisme yang dibutuhkan pada media baru berupa

YMA-CR dan YMA-BTB. Penghitungan jumlah mikroba adalah upaya mengukur

atau menghitung mikroba yang telah dimasukkan pada media, berdasarkan jumlah

koloni. Pewarnaan Gram adalah metode untuk membedakan bakteri menjadi dua

koloni besar yaitu Gram-positif dan Gram-negatif dengan cara mengecatnya

dengan warna basa violet kristal, mordant berupa lugol, kemudian safranin.

1
Tujuan praktikum mikrobiologi adalah untuk mengembangbiakkan bakteri

Rhizobium sp. dengan baik. Manfaat praktikum mikrobiologi adalah untuk

mengetahui cara mengembangbiakkan bakteri Rhizobium sp. dengan baik

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sterilisasi

Sterilisasi yaitu usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan-bahan dari

segala bentuk kehidupan terutama mikroba, sehingga alat-alat dan bahan-bahan

tidak terkontaminasi dari pihak luar. Kontaminasi diakibatkan oleh banyaknya

fungi dan bakteri yang menyelimuti yang letaknya baik di permukaan maupun di

dalam sistem pada jaringan eksplan, yang berasal dari lapangan (Admojo, 2016).

Sterilisasi sangat diperlukan untuk menjaga agar alat-alat dan bahan-bahan tetap

steril sebelum digunakan dalam praktikum. Alat-alat dan bahan-bahan yang akan

digunakan terlebih dahulu disterilkan melalui proses sterilisasi, yaitu cara

sterilisasi kering dengan api langsung (pemijaran) dan oven pemanas atau cara

sterilisasi basah dengan autoclave (Chandra dkk., 2011).

Sterilisasi kering berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme pada alat-

alat atau bahan-bahan praktikum berbahan kaca. Struktur protein dalam keadaan

kering bersifat lebih stabil dan tidak mudah untuk rusak sehingga untuk

mematikan organisme diperlukan suhu panas kering yang cenderung jauh lebih

tinggi dan lebih lama bila dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembab

atau basah (Gunawan, 2008). Sterilisasi dengan panas dibagi menjadi dua, yaitu

sterilisasi panas lembab dan sterilisasi panas kering. Sterilisasi panas lembab

dapat dilakukan dengan penggunaan autoclave yaitu dengan uap bertekanan dan

penggunaan uap langsung yaitu dengan tindalisasi atau sterilisasi fraksi. Sterilisasi

panas kering dapat dilakukan dengan oven (udara panas) dan pembakaran secara

3
langsung (Cahyani, 2009). Untuk menghasilkan tekanan panas yang tinggi pada

sterilisasi diperlukan alat tertentu. Sterilisasi biasanya menggunakan autoclave

untuk yang menggunakan panas yang bertekanan tinggi (Sujoko dkk., 2015).

Untuk produk yang tidak tahan panas, sterilisasi menggunakan metode

sterilisasi basah. Cara yang sering digunakan untuk sterilisasi saat ini adalah

sterilisasi basah yang biasanya digunakan untuk produk-produk yang tidak tahan

panas (Desna, 2010). Lama waktu autoclave untuk mencapai suhu sterilisasi

dipengaruhi oleh besarnya volume air. Terlihat bahwa semakin besar volume air

yang digunakan untuk diuapkan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama (Sujoko dkk., 2015). Setelah alat-alat

dan bahan-bahan melalui proses sterilisasi, hendaknya diperhatikan cara

penyimpanannya untuk menghindari kontaminasi kembali. Kualitas hasil

sterilisasi perlu dijaga terus mengingat resiko kontaminasi kembali saat

penyimpanan terutama pada saat akan digunakan (Darmadi, 2008).

Prinsip kerja dari sterilisasi panas yaitu uap panas pada oven akan membuat

mikroba mati dengan tidak menimbulkan kondensasi pada alat-alat dan bahan-

bahan, sedangkan prinsip kerja pada sterilisasi basah yaitu mikroba akan

mengalami denaturasi dan koagulasi sehingga mikroba tersebut akan mati. Prinsip

kerja sterilisasi dengan uap panas kering (oven) yaitu protein mikroba akan

mengalami dehidrasi hingga terjadi kekeringan, selanjutnya teroksidasi oleh

oksigen diudara sehingga menyebabkan mikroba mati dan tidak menimbulkan

embun/ kondensasi pada alat yang disterilisasi serta sterilisasi media nutrien agar

menggunakan sterilisasi uap yaitu autoclave, prinsip kerjanya yaitu mikroba akan

4
mengalami denaturasi dan koagulasi yang menyebabkan mikroba tersebut

mengalami kematian (Misna dan Diana, 2016). Untuk menghilangkan

kontaminasi dari mikroorganisme lain dapat menggunakan sterilisasi basah

(autoclave) yang dilakukan pada temperatur 121oC selama 15 menit pada tekanan

1 atm. Sterilisasi dengan menggunakan autoclave dilakukan pada temperatur

121oC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit untuk menghilangkan kontaminasi

dari bakteri dan mikroorganisme lain (Marlina, 2008).

2.2. Pembuatan Medium

Medium biakan adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang

digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain itu medium juga dapat

digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan

penghitungan jumlah mikroba. Dalam pembuatan medium biakan untuk mikroba

digunakan agar dan dicampur dengan beberapa komposisi nutrisi yang dibutuhkan

dalam perkembangbiakan mikroba. Agar hanya berfungsi sebagai pengental dan

bukan merupakan bahan makanan untuk mikroba. Medium agar adalah salah satu

medium padat yang telah dipanaskan dan mencair pada suhu 95 oC (Sandra, 2013).

Perlu diketahui bahwa nutrisi dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar

makhluk hidup. Nutrisi dalam medium yang harus dipenuhi meliputi air, karbon,

energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008).

Proses pembiakan Rhizobium sp. umumnya menggunakan media selektif

khusus yaitu Yeast Mannitol Agar. Yeast mannitol agar tersebut mengandung

congo red sebagai reagen pemisah. Yeast extract merupakan media yang

menyediakan sumber asam amino, vitamin B komplek, dan pelengkap faktor

5
tumbuh untuk Rhizobium sp. (Agrawal, 2011). Yeast mannitol agar (YMA) juga

mengurangi potensi reaksi reduksi-oksidasi medium dan sebagai hydrogen donor

pada proses respirasi. Koloni Rhizobium sp. menunjukkan koloni yang berwarna

putih, transparan, dan tebal. Selain menggunakan Yeast mannitol agar yang

mengandung congo red, dalam pembiakan mikroba juga menggunakan media

YMA yang mengandung bromin thymol blue. Bromin thymol blue merupakan

indikator pH untuk menunjukkan asam produksi karena fermentasi karbohidrat.

Pertumbuhan mikroba dapat dengan mudah diamati dengan cepat pada medium

biakan yang mengandung BTB dan sumber karbon termasuk glukosa.

Pertumbuhan mikroba mudah diamati karena adanya perubahan warna pada

medium biakan. Perubahan warna pada medium yang mengandung BTB dan

glukosa terjadi karena penggunaan glukosa yang menyebabkan dihasilkannya CO2

yang selanjutnya terasorbsi ke dalam medium dalam bentuk asam karbonat yang

menyebabkan kondisi medium menjadi masam dan berubahnya warna medium

menjadi warna kuning (Dhany dkk., 2013).

2.3. Identifikasi dan Isolasi Bakteri Rhizobium sp.

Bakteri Rhizobium sp. adalah kelompok bakteri yang berkemampuan

sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bakteri Rhizobium sp. dapat mengikat

nitrogen bebas di udara atmosfer, tumbuhan tidak dapat mengikat nitrogen di

udara sehingga bakteri dapat bersimbiosis dengan tamaman leguminosa. Pada

kondisi nitrogen terbatas, bakteri Rhizobium sp. membentuk simbiosis dengan

tanaman leguminosa dalam bentuk nodul akar atau bintil akar (Hidayat, 2013).

Bakteri Rhizobium sp. memiliki ciri-ciri secara makroskopis dan mikroskopis.

6
Secara makroskopis, bakteri Rhizobium sp. mempunyai koloni berwarna putih

susu, tidak transparan, berbentuk sirkuler, konveks, dan semitransluse, sedangkan

secara makroskopis bakteri Rhizobium sp. berbentuk batang, aerobik, Gram

negatif, bersifat motil pada media cair, dan pada umumnya memiliki satu flagella

polar atau subpolar (Sari dan Prayudyaningsih, 2015).

Identifikasi Rhizobium sp. dapat dilakukan dengan menggunakan media

YMA-CR dan media YMA-BTB. Penggunaan pada media YMA-CR, Rhizobium

sp. tidak dapat mengabsorbsi CR selama masa inkubasi tanpa cahaya sehingga

koloni yang terbentuk akan berwarna putih, sedangkan pada media YMA-BTB

yang berwarna biru pada pH 6,8, Rhizobium sp. yang termasuk kelompok

pertumbuhan lambat bereaksi basa pada media dan merubah warna medianya

menjadi biru dan untuk Rhizobium sp. pertumbuhan cepat bereaksi asam dan

merubah media menjadi kuning (Fajrin dkk., 2017). Koloni tumbuh baik pada

medium YMA-CR apabila warna koloni putih dan warna medium tetap merah,

pada medium YMA-BTB koloni tumbuh baik apabila warna medium dari biru

berubah menjadi kekuningan setelah Rhizobium sp. tumbuh, medium koloni yang

dihasilkan berwarna putih dengan ukuran kecil, sedang dan besar (bergerombol)

yang tersebar secara acak (Fushkah dkk., 2007). Koloni Rhizobium sp. saat

diisolasi memiliki ciri-ciri yang jelas. Koloni Rhizobium sp. yang diisolasi

memperlihatkan tipe koloni yang berlendir, dengan warna koloni putih susu,

berbentuk bulat dengan permukaan yang cembung (Widyasari dkk., 2013).

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan suatu jenis mikroba dengan

mikroba lainnya yang berasal dari campuran macam-macam mikroba. Proses

7
isolasi mikroba dilakukan agar mikroba yang digunakan tidak tercampur dengan

mikroba lain agar dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat mikroba

lainnya (Puspitasari dkk., 2012). Bintil akar sebelum diisolasi direndam dalam

larutan etanol 95% atau alkohol. Perendaman menggunakan etanol dilakukan agar

bintil akar steril dari mikroba luar yang dapat mengganggu proses inokulasi.

Proses isolasi mikroba dilakukan dengan mencuci bagian permukaan akar yang

akan digunakan dengan alkohol dan aquadest agar steril dari mikroba luar

sehingga mikroba yang tumbuh diharapkan berasal dari dalam jaringan akar

tanaman yang digunakan (Tirtana dkk., 2013)

2.4. Penghitungan Jumlah Mikroba

Penghitungan jumlah mikroba diawali dengan mengencerkan terlebih

dahulu isolat mikroba yang akan dihitung. Fungsi dari proses pengenceran adalah

untuk mengurangi jumlah bakteri agar mudah dihitung. Pengenceran juga

dilakukan untuk mendapatkan koloni tunggal yang murni (Salosa, 2013).

Pengenceran harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak terjadi kondisi mikroba

masih terlalu banyak dihitung. Kepadatan bakteri akan semakin berkurang dengan

semakin banyak dilakukannya suatu pengenceran (Gama dkk., 2010).

Pengenceran dilakukan dengan cara mencampurkan isolat mikroba dengan

aquadest di dalam tabung reaksi. 1 ml suspensi mikroba dari hasil pencampuran

tersebut diambil dan dicampurkan lagi dengan aquadest di dalam tabung reaksi

yang lainnya. Proses ini dilakukan selama berkali-kali hingga kepadatan jumlah

koloni mikroba berkurang drastis.

8
Pencawanan mikroba dapat dilakukan dengan metode pour plate. Pour

plate dilakukan dengan cara satu ml sampel dituangkan ke cawan petri lalu

medium agar dituangkan kemudian diinkubasi selama 2 hari dan dihitung jumlah

koloni mikroba (Yunita dkk., 2015). Metode lainnya adalah dengan menggunakan

surface plate. Perbedaan pour plate dan surface plate terletak pada urutan

memasukkan mikroba ke dalam cawan petri. Metode Surface plate dilakukan

dengan cara menyebarkan sampel diatas medium agar, dengan menggunakan ose

steril (Junior dkk., 2013). Penghitungan mikroba dapat dilakukan setelah

diinkubasikan selama 3 - 5 hari dengan posisi terbalik.

2.5. Pewarnaan Gram

Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas mikroorganisme dengan

menempelkan zat warna ke permukaan mikroorganisme. Pewarnaan gram

memberikan hasil yang baik bila digunakan biakan segar yang berumur 24 – 48

jam. Bila biakan tua digunakan, maka banyak sel yang kemungkinan mengalami

kerusakan pada dinding selnya sehingga tidak dapat mempertahankan kristal

violet yang menyebabkan bakteri menjadi jenis Gram negatif. Bakteri Gram

negatif diperoleh warna merah muda yang berarti tidak mempertahankan warna

crystal violet. Suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah kristal

ungu, yang membuat semua bakteri Gram negatif menjadi berwarna merah atau

merah muda (Karmana, 2008). Ciri-ciri dari bakteri Gram negatif adalah tidak

dapat mempertahankan warna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan

diberi zat pewarna safranin akan tampak berwarna merah (Widawati, 2015).

9
Struktur pada lapisan dinding bakteri Gram positif terdiri dari peptidoglikan.

Sel bakteri Gram positif mempunyai dinding dengan lapisan peptidoglikan yang

tebal (Sunatmo, 2007). Bakteri Gram negatif terlihat berwarna merah muda.

Bakteri Gram negatif mengandung lemak dalam persentase yang lebih tinggi

daripada bakteri Gram positif (Sudarsono, 2008).

Penyebab respon hambatan bakteri Gram positif lebih kuat dibandingkan

bakteri Gram negatif adalah adanya perbedaan komponen penyusun dinding sel

antara bakteri Gram positif dan Gram negatif. Struktur Gram positif juga terdiri

dari sedikit lipid dan asam teikoat. Bakteri Gram negatif memiliki peptidoglikan

yang lebih tipis daripada bakteri Gram positif (Sunatmo, 2007). Keseluruhan

bentuk sel bakteri yang didapatkan dari lima isolat pada penelitian ini adalah

berbentuk bulat (100%). Bentuk sel merupakan cara melihat karakteristik dari

bakteri yaitu berbentuk bulat, batang dan koma (James dkk., 2008). Morfologi sel

yang diamati pada isolat bakteri meliputi pewarnaan Gram, bentuk sel dan

motilitas.

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Mikrobiologi dilaksanakan pada tanggal 15 September 2017

tentang Sterilisasi, tanggal 18 September 2017 tentang Pembuatan Media, tanggal

10
22 September 2017 tentang Isolasi dan Identifikasi Bakteri, tanggal 25 September

2017 tentang Penghitungan Mikroba, dan tanggal 25 September 2017 tentang

Pewarnaan Gram di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas

Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

3.1. Sterilisasi

A. Materi

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Sterilisasi yaitu alkohol 70%. Alat

yang digunakan yaitu kertas pembungkus yang digunakan untuk membungkus

alat-alat yang akan disterilkan dengan oven, karet yang digunakan untuk

mengencangkan kertas pembungkus, penyemprot digunakan untuk

menyemprotkan alkohol 70% sebelum alat-alat yang disterilkan dimasukkan

kedalam oven, kapas yang digunakan untuk mengeringkan alkohol, alumunium

foil yang digunakan untuk menutup medium dalam tabung reaksi dan Erlenmeyer

agar tidak terkontaminasi, oven berfungsi untuk mensterilkan dalam proses

sterilisasi kering, autoclave berfungsi untuk mensterilkan medium dalam proses

sterilisasi basah. Cawan petri, pipet volume, Erlenmeyer, tabung reaksi dan ose

merupakan alat-alat yang disterilkan.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam Sterilisasi kering yaitu dengan menyiapkan

cawan petri dan tabung reaksi sesuai kebutuhan. Membasahi kapas dengan

alkohol untuk membersihkan cawan petri, kemudian membungkus masing-masing

sepasang cawan petri dengan kertas pembungkus dan ikat dengan karet. Menutup

11
mulut tabung reaksi dengan menggunakan aluminium foil dengan rapat.

Kemudian memasukkan cawan petri dan tabung reaksi kedalam oven pada suhu

170o C selama 2 jam. Setelah selesai, mengeluarkan cawan petri dan tabung reaksi

dari oven, menunggu hingga dingin dalam suhu ruangan sebelum digunakan.

Metode yang digunakan dalam sterilisasi basah yaitu memasukkan

medium dan larutan pengencer kedalam tabung reaksi atau Erlenmeyer, kemudian

menutup rapat medium tersebut menggunakan kapas. Selanjutnya yaitu

memasukkan Erlenmeyer dan tabung reaksi ke dalam autoclave, menutup rapat

autoclave, menyalakan autoclave dan tunggu sampai manometer dan thermometer

menunjukkan tanda sterilisasi (suhu 121o C, tekanan 1 atm), kemudian

mendiamkannya selama 15 menit. Setelah itu, menunggu tekanan autoclave

sampai berkisar 0,5 atm, kemudian membuka katup pengaman dan mendiamkan

autoclave hingga tak bertekanan (uap air keluar), selanjutnya membuka autoclave

dan mengeluarkan mediumnya.

3.2. Pembuatan Medium

A. Materi

Materi yang digunakan dalam Praktikum Pembuatan Medium Yeast

mannitol agar Congo red (YMA-CR) meliputi K2HPO4 0,15 g, MgSO4.7H2O 0,66

g, NaCl 0,03 g, Mannitol 3 g, Ekstrak Khamir 0,3 g, Agar 6 g, Aquadest 300 ml,

dan Congo red 1% 0,75 ml. Sedangkan materi yang digunakan dalam pembuatan

12
medium Yeast mannitol agar Bromin thymol blue (YMA-BTB) meliputi K2HPO4

0,125 g, MgSO4.7H2O 0,05 g, NaCl 0,025 g, Mannitol 2,5 g, Ekstrak Khamir 0,25

g, Agar 5 g, Aquadest 250 ml, dan BTB 1% 0,625 ml. Praktikum Pembuatan

Medium menggunakan alat-alat meliputi timbangan analitik sebagai alat untuk

menimbang bahan, tabung reaksi sebagai wadah medium, Erlenmeyer sebagai

wadah untuk mencampur bahan YMA, cawan petri sebagai wadah medium, ose

sebagai alat untuk isolasi mikroba, autoclave sebagai alat untuk sterilisasi basah

bertekanan. Stirrer digunakan untuk mengaduk bahan yang ada di dalam

Erlenmeyer. Inkubator digunakan untuk menginkubasikan medium agar tetap

steril. Serta plastic wrap yang digunakan untuk menutup cawan petri agar tetap

steril.

B. Metode

Metode yang dilaksanakan dalam praktikum Pembuatan Medium adalah

dengan menimbang bahan-bahan YMA-CR dan YMA-BTB sesuai kebutuhan dan

melarutkannya ke dalam aquadest. Kemudian aduk dan campur bahan-bahan

tersebut dan menggunakan stirrer. Tuang medium dalam cawan petri sebanyak 10

ml dan tabung reaksi sebanyak 7 ml. Kemudian tunggu medium hingga memadat

dan di inkubasikan dalam inkubator.

3.3. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Rhizobium sp.

A. Materi

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Rhizobium sp.meliputi bintil akar tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L) ,

13
etanol 95%, sublimat 0,1%, aquadest, media YMA-CR dan YMA-BTB. Isolasi

dan Identifikasi Bakteri Rhizobium sp. menggunakan alat yaitu silet sebagai alat

untuk memotong akar yang mengandung bintil akar, cawan petri sebagai wadah

media dan bintil akar, plasticwrap untuk menutup rapat cawan petri, pinset untuk

mengambil bintil akar yang direndam di etanol dan aquadest serta untuk

menghancurkan bintil akar, Erlenmeyer sebagai wadah larutan etanol dan

aquadest, ose sebagai alat pengoles cairan bintil akar ke media, inkubator sebagai

tempat penyimpanan cawan petri berisi media, Laminar Airflow sebagai meja

kerja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam Praktikum Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Rhizobium sp. yaitu dengan memotong akar 0,5 cm pada setiap sisi bintil akar

leguminosa, setelah itu merendam bintil akar dalam larutan etanol 95% selama 5–

10 detik, kemudian mencuci sebanyak lima kali dengan air steril (aquadest).

Menghancurkan bintil akar steril dengan pinset, kemudian menumbuhkan cairan

bintil akar pada medium lempeng YMA-CR, lalu menginkubasi selama 3–4 hari

pada suhu kamar 28oC. Mengidentifikasi koloni yang tumbuh terpisah sebagai

bakteri Rhizobium sp.

3.4. Penghitungan Jumlah Bakteri

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi yang

berfungsi sebagai tempat pengenceran bakteri. Cawan petri sebagai tempat

pencawanan bakteri yang akan dihitung. Pipet volume yang berfungsi untuk

14
memindahkan suspensi bakteri yang diencerkan dari tabung yang satu ke tabung

lainnya. Erlenmeyer berfungsi sebagai tempat penampungan medium untuk

selanjutnya akan dilakukan pencawanan. Ose berfungsi untuk menyebarkan isolat

diatas medium agar. Bunsen yang berfungsi untuk mensterilkan ose. Bahan yang

digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest steril, isolat Rhizobium sp.,

Medium YMA-CR dan YMA-BTB.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah menyiapkan larutan

pengencer yang diberi label dan cawan petri steril. Melarutkan 1 ose koloni

Rhizobium sp. dalam 9 ml aquadest.. Memasukkan 1 ml suspensi bakteri ke

tabung berikutnya. Melakukan pengenceran hingga 12 kali. Melakukan

pencawanan dengan metode pour plate dengan cara memasukkan 0,1 ml larutan

bakteri ke dalam cawan petri steril dan mebanmbahkan 10 ml medium agar

diatasnya. Menggoyangkan cawan petri hingga larutan bakteri dan medium agar

merata. Melakukan pencawanan dengan metode surface plate dengan

menuangkan medium agar terlebih dahulu dan menambahkan 0.1 ml larutan

bakteri diatasnya. Menginkubasikan cawan petri yang berisi larutan bakteri dan

medium agar. Menghitung jumlah koloni bakteri 3 - 5 dari berikutnya.

3.5. Pewarnaan Gram

A. Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi larutan Gram (A, B, C,

dan D), biakan bakteri, serta aquadest. Praktikum ini menggunakan alat-alat

15
berupa kaca objek untuk meletakkan bakteri, ose untuk mengambil koloni bakteri

dari medium, bunsen untuk memanaskan kaca objek yang telah diolesi bakteri,

serta mikroskop untuk mengamati bakteri yang telah diwarnai.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam Praktikum Pewarnaan Gram ini yaitu

dengan menyebarkan biakan bakteri 1 – 1,5 cm pada kaca objek.

Mempanaskan bakteri di atas nyala api bunsen kemudian mengoleskan bakteri ke

permukaan kaca objek. Menetesi kaca objek pewarna Gram A, mendiamkan

selama 1 menit. Membilas preparat tersebut dengan aquadest. Menetesi kaca

objek dengan Gram B selama 2 menit, setelah itu membilas menggunakan

aquadest. Membilas warna Gram B pada bakteri dengan Gram C sampai warna

birunya tidak luntur lagi, setelah itu menetesi dengan Gram D dan tunggu selama

30 detik. Kemudian membilas lagi menggunakan air dan keringkan

menggunakan tisu. Lalu melihat bakteri pada mikroskop dengan perbesaran

100x.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sterilisasi

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa alat-alat

yang didapatkan telah steril. Sterilisasi kering berfungsi untuk menghilangkan

mikroorganisme pada alat-alat atau bahan-bahan praktikum berbahan kaca.

Menurut Gunawan (2008) struktur protein dalam keadaan kering bersifat lebih

stabil dan tidak mudah untuk rusak sehingga untuk mematikan organisme

diperlukan suhu panas kering yang cenderung jauh lebih tinggi dan lebih lama bila

dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembab (basah). Alat yang digunakan

dalam sterilisasi panas kering adalah oven. Oven digunakan untuk sterilisasi udara

panas kering, hal ini sesuai dengan pendapat Cahyani (2009) yang menyatakan

bahwa sterilisasi panas kering dapat dilakukan dengan oven (udara panas) dan

pembakaran langsung.

Sterilisasi basah digunakan untuk bahan-bahan dan alat-alat yang tidak

tahan panas misalnya medium. Hal ini sesuai dengan pendapat Desna (2010) yang

menyatakan bahwa cara yang sering digunakan untuk produk-produk yang tidak

tahan oleh panas adalah sterilisasi basah. Alat yang digunakan pada sterilisasi

basah adalah autoclave. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyani (2009) yang

menyatakan bahwa sterilisasi panas lembab dapat dilakukan dengan penggunaan

autoclave yaitu dengan uap bertekanan dan penggunaan uap langsung yaitu

dengan tindalisasi/ sterilisasi fraksi.

17
Prinsip kerja dari sterilisasi panas yaitu uap panas pada oven akan membuat

mikroba mati dengan tidak menimbulkan kondensasi pada alat-alat dan bahan-

bahan, sedangkan prinsip kerja pada sterilisasi basah yaitu mikroba akan

mengalami denaturasi dan koagulasi sehingga mikroba tersebut akan mati. Hal ini

sesuai dengan pendapat Misna dan Diana (2016) yang menyatakan bahwa prinsip

kerja sterilisasi dengan uap panas kering (oven) yaitu protein mikroba akan

mengalami dehidrasi hingga terjadi kekeringan, selanjutnya teroksidasi oleh

oksigen diudara sehingga menyebabkan mikroba mati dan tidak menimbulkan

embun atau kondensasi pada alat yang disterilisasi serta sterilisasi media nutrien

agar menggunakan sterilisasi uap yaitu autoclave, prinsip kerjanya yaitu mikroba

akan mengalami denaturasi dan koagulasi yang menyebabkan mikroba tersebut

mati. Hal ini didukung oleh pendapat Marlina (2008) yang menyatakan bahwa

sterilisasi dengan menggunakan autoclave dilakukan pada temperatur 121oC

dengan tekanan 1 atm selama 15 menit untuk menghilangkan kontaminasi dari

bakteri dan mikroorganisme lain.

4.2. Pembuatan Medium

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat dua jenis medium

biakan yaitu medium YMA-CR dan YMA-BTB yang berfungsi sebagai medium

biakan untuk mikroba Rhizobium sp. Medium biakan adalah suatu bahan yang

terdiri dari campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba.

Selain itu medium juga dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian

sifat-sifat fisiologi, dan penghitungan jumlah mikroba. Dalam pembuatan medium

18
biakan untuk mikroba digunakan agar dan dicampur dengan beberapa komposisi

nutrisi yang dibutuhkan dalam berkembang biaknya mikroba. Disini agar hanya

berfungsi sebagai pengental dan bukan merupakan bahan makanan untuk

mikroba. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Sandra (2013) bahwa

medium agar adalah salah satu medium padat yang telah di panaskan dan mencair

dengan suhu 95oC. Sedangkan pembiakan mikroba dibutuhkan unsusr-unsur

pendukung dari sumber nutrisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Label (2008) yang

menyatakan bahwa nutrisi dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar

makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.

Proses pembiakan Rhizobium sp. umumnya menggunakan media selektif

khusus yaitu yeast mannitol agar. Yeast mannitol agar mengandung congo red

sebagai reagen pemisah. Hal ini sesuai dengan pendapat Agrawal (2011) bahwa

yeast extract merupakan media yang menyediakan sumber asam amino, vitamin B

komplek, dan pelengkap faktor tumbuh untuk Rhizobium sp. Yeast mannitol agar

(YMA) juga mengurangi potensi reaksi reduksi-oksidasi medium dan sebagai

hydrogen donor pada proses respirasi. Koloni Rhizobium sp. menunjukkan koloni

yang berwarna putih, transparan, dan tebal. Selain menggunakan yeast mannitol

agar yang mengandung congo red, dalam pembiakan mikroba juga menggunakan

media YMA yang mengandung bromin thymol blue. Bromin thymol blue

merupakan indikator pH untuk menunjukkan asam produksi karena fermentasi

karbohidrat. Pertumbuhan mikroba dapat dengan mudah diamati dengan cepat

pada medium biakan yang mengandung BTB dan sumber karbon termasuk

glukosa. Pertumbuhan mikroba mudah diamati karena adanya perubahan warna

19
pada medium biakan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dhany dkk. (2013) yang

menyatakan bahwa perubahan warna pada medium yang mengandung BTB dan

glukosa terjadi karena penggunaan glukosa yang menyebabkan dihasilkannya CO2

yang selanjutnya terasorbsi ke dalam medium dalam bentuk asam karbonat yang

menyebabkan kondisi medium menjadi masam dan berubahnya warna medium

menjadi kuning.

4.3. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Rhizobium sp.

Berdasarkan hasil praktikum proses penghitungan cawan diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 1.Identifikasi Bakteri Rhizobium sp.


Pengujian Biokimiawi
Asal Isolat
YMA – CR YMA – BTB
Kacang Tanah (Arachis Koloni Berwarna Putih Medium Tetap Berwarna
hypogeae L) Medium Berwarna Tetap Biru
Sumber: Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2017.

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pada medium YMA-CR

warna koloni putih dan warna medium tetap merah, sedangkan pada medium

YMA-BTB warna medium tetap berwarna biru. Koloni yang berwarna putih pada

medium YMA-CR yang berwarna merah menunjukkan bahwa bakteri tumbuh

dengan baik, sedangkan medium YMA-BTB tetap berwarna biru yang

menunjukkan bahwa bakteri tidak tumbuh dengan baik. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Fuskhah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa koloni tumbuh

baik pada medium YMA-CR apabila warna koloni putih dan warna medium tetap

merah, pada medium YMA-BTB koloni tumbuh baik apabila warna medium dari

20
biru berubah menjadi kekuningan setelah Rhizobium sp. tumbuh, medium koloni

yang dihasilkan berwarna putih dengan ukuran kecil, sedang dan besar

(bergerombol) yang tersebar secara acak. Bakteri yang tumbuh pada medium yang

digunakan adalah bakteri Rhizobium sp. dari tanaman kacang tanah (Arachis

hypogeae L.). Bakteri yang berasal dari bintil akar tanaman kacang tanah

menunjukkan bahwa bakteri tersebut termasuk bakteri Rhizobium sp.. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Sari dan Prayudyaningsih (2015) yang menyatakan

bahwa spesies Rhizobium sp. umumnya efektif dengan spesies tanaman

leguminosa atau dalam setiap tanaman kacang-kacangan.

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan suatu jenis mikroba dengan

mikroba lainnya yang berasal dari campuran macam-macam mikroba. Proses

isolasi mikroba dilakukan agar mikroba yang digunakan tidak tercampur dengan

mikroba lain dan memudahkan untuk menganalisa sifat-sifat dari mikroba

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Puspitasari dkk. (2012) yang menyatakan

proses isolasi mikroba adalah proses memisahkan suatu mikroba dengan mikroba

lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba agar dapat mempelajari sifat

biakan, morfologi dan sifat mikroba lainnya. Bintil akar sebelum diisolasi

direndam dalam larutan etanol 95% atau alkohol. Perendaman menggunakan

etanoldilakukan agar bintil akar steril dari mikroba luar yang dapat mengganggu

proses inokulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tirtana dkk. (2013) yang

menyatakan bahwa isolasi mikroba dilakukan dengan mencuci bagian permukaan

daun, batang dan akar yang akan digunakan dengan alkohol dan aquadest agar

21
steril dari mikroba luar sehingga mikroba yang tumbuh diharapkan berasal dari

dalam jaringan daun, batang dan akar tanaman yang digunakan.

4.4. Penghitungan Jumlah Mikroba

Berdasarkan hasil praktikum proses penghitungan jumlah mikroba diperoleh

hasil bahwa jumlah mikroba masih terlalu banyak untuk dihitung. Hal ini

diakibatkan oleh kurangnya proses pengenceran yang dilakukan sebanyak 12 kali.

Hal ini sesuai dengan pendapat Gama dkk. (2010) yang menyatakan bahwa

kepadatan bakteri semakin berkurang dengan semakin banyaknya pengenceran

yang dilakukan. Fungsi dari pengenceran adalah untuk mengurangi kepadatan

bakteri agar mudah dihitung. Pengenceran menghasilkan koloni murni atau koloni

yang berasal dari sel induk dari hasil isolasi bakteri. Hal ini sesuai dengan

pendapat Salosa (2013) yang menyatakan bahwa pengenceran dilakukan untuk

untuk memperoleh koloni tunggal (murni).

Mikroba yang telah diencerkan akan dicawankan dengan dua cara, yaitu

pour plate dan surface plate. Pour plate dilakukan dengan cara menuangkan

sampel terlebih dahulu ke dalam cawan petri baru kemudian medium agar

dituangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita dkk. (2015) yang menyatakan

bahwa pour plate dilakukan dengan cara satu ml sampel dituangkan ke cawan

petri lalu medium agar dituangkan diatasnya kemudian diinkubasi selama 2 hari

dan dihitung jumlah koloni mikroba. Surface plate dilakukan dengan cara

menuangkan medium agar terlebih dahulu ke dalam cawan petri. Bakteri

Rhizobium sp. disebarkan diatas medium agar yang telah memadat. Hal ini sesuai

dengan pendapat Junior dkk. (2013) yang menyatakan bahwa surface plate

22
dilakukan dengan cara menyebarkan sampel diatas medium agar yang telah padat

menggunakan ose steril.

4.5. Pewarnaan Gram

Berdasarkan praktikum pewarnaan bakteri diperoleh hasil sebagai berikut :

Ilustrasi 1. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Perbesaran 100 kali


Rhizobium sp. Rhizobium sp.

Bentuk : Oval

Bentuk : Bulat memanjang Koloni : Tidak ada

Koloni : Tidak ada Warna : Merah muda

Warna : Merah muda Gram : Negatif

Gram : Negatif
Sumber : Data Pimer Praktikum Sumber : www.raw-milk-facts.com
Mikrobiologi, 2017.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bakteri Rhizobium sp.

merupakan bakteri negatif karena diperoleh warna merah muda yang berarti tidak

mempertahankan warna crystal violet. Bentuk bakteri Rhizobium sp. adalah bulat

memanjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karmana (2008) bahwa pada uji

pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah

metal ungu atau kristal ungu, yang membuat semua bakteri Gram negatif menjadi

berwarna merah atau merah muda. Ciri-ciri dari bakteri negatif adalah tidak dapat

mempertahankan warna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu

23
diberi zat pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah muda.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Widawati (2015) bahwa bakteri Gram positif

akan berwarna ungu (kristal violet) dan bakteri Gram negatif akan berwarna

merah (safranin).

Bakteri Gram positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal karena

untuk menjaga integritas sel serta menentukan bentuknya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sunatmo (2007) yang menyatakan bahwa sel gram positif mempunyai

dinding dengan lapisan peptidoglikan yang tebal, selain itu bakteri gram negatif

juga emiliki peptidoglikan yang lebih tipis daripada gram positif. Bakteri Gram

positif akan berwarna kristal ungu setelah ditetesi larutan Gram D atau safranin

karena memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Hal ini dibuktikan dengan

pendapat Karmana (2007) yang menyatakan bahwa bakteri Gram positif

mengandung banyak peptidoglikan sehingga mudah berikatan dengan kristal

ungu. Jika berwarna merah muda menunjukan bakteri Gram negatif karena pada

bakteri tersebut mengandung banyak lipid sehingga mudah berikatan dengan

safranin.

24
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

alat-alat dan medium YMA-CR serta YMA-BTB menjadi steril sehingga bakteri

Rhizobium sp. dapat tumbuh dengan baik. Bakteri Rhizobium sp. merupakan

bakteri Gram negatif.

5.2. Saran

Praktikan hendaknya dalam melaksanakan pembuatan medium dilakukan

dengan hati-hati agar terhindar dari kontaminasi mikroorganisme lain. Selain itu

untuk meningkatkan keberhasilan praktikum sebaiknya lebih memperhatikan dan

mengikuti prosedur yang telah diberikan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Admojo, L. dan N. E. Prasetyo. 2016. Pengaruh sterilan terhadap tingkat


kontaminasi pada kultur petiol dan midrib daun tanaman karet (Hevea
brasiliensis muell arg.) Klon PB 330. J. Penelitian Karet, 34 (2) : 151 – 164.
Agrawal, Pooja., Arti A., dan Jain P.C. 2011. Microbiolgical study of root nodule
bacteria from wild legumes. Asian Journal of Bio Science, 6 (1) : 74 – 78.
Cahyani, V. R. 2009. Pengaruh beberapa metode sterilisasi tanah terhadap status
hara, populasi mikrobiota, potensi infeksi mikorisa dan pertumbuhan
tanaman. J. Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 6 (1) : 43 – 52.
Chandra, R., T. Winata dan E. Evacuasiany. The antifungial activity of celery herb
extracts (Apium graveolens L.) against candida albicans invitro. J. Medika
Planta, 1 (3) : 41 – 48.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba
Medika. Jakarta.
Desna. 2010. Kajian lamanya proses sterilisasi media jamur tiram putih terhadap
mutu bibit yang dihasilkan. Skripsi. IPB. Bogor
Dhany N.R., Addy H.S,. dan Wahyuni W.S. 2013. Penggunaan bakteriofag untuk
kit detektor patogen hawar bakteri kedelai. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 9
(4) : Agustus 2013.
Fajrin, V. N. A., I. Erdiansyah, Damanhuri. 2017. Identification of n-fixing
bacteria at the center edamame cultivation (Glycine max L. Merr) in Jember.
J. of Applied Agricultural Sciences, 1 (2) : 158 – 169.
Fuskhah, E. , S. Anwar , E. D. Purbajanti , R. D. Soetrisno , S.P.S. Budhi, dan A.
Maas. 2007. Eksplorasi dan seleksi ketahanan rhizobium sp. terhadap
salinitas dan kemampuan berasosiasi dengan leguminosa pakan. J. Indonesia
Tropical Animal Agriculture, 32 (3) : 179 – 185.

Gama, Z.P., B. Yanuwladi, dan T.H. Kurniati. 2010. Strategi pemberantasan


nyamuk aman lingkungan: potensi bacillus thuringiensis isolat madura
sebagai musuh alami nyamuk aedes aegypti. J. Pembangunan dan Alam
Lestari, 1 (1) : 1 – 10.
Gunawan A. W. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hidayat, C. 2013. Struktur dan fungsi eksopolisakarida dalam simbiosis legume-
Rhizobium sp.. J. ISTEK. 7 (1) : 18 – 32.

James, J., C. Baker, H. Swain. 2008. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan.


Erlangga, Jakarta.

26
Junior, A.D.K., J.I. Pitt, dan L.R. Beuchat, and J.E.L. Corry. 2013. Methods for
The Mycological Examination of Food. Springer Science & Bussiness
Media, Berlin.
Kamana, O. 2008. Biologi. PT Grafindo Media Pratama. Jakarta
Karmana. 2007. Biologi. PT Grafindo Media Pratama Jakarta.

Label, J. 2008. Mikrobiologi : Pembuatan Medium, Erlangga : Jakarta.


Misna dan K. Diana. 2016. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit bawang merah
(Allium cepa L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. J. of Pharmacy, 2
(2) : 138 – 144.

Puspitasari, F. D., M. Shovitri, dan N. D. Kuswytasari. 2012. Isolasi dan


karakterisasi bakteri aerob proteolitik dari tanki septic. J. Sains dan Seni
ITS. 1 (1) : 1 – 4.

Salosa, Y. Y. 2013. Uji kadar formalin, kadar garam, dan total bakteri ikan asin
tenggiri asal kabupaten sarmi provinsi papua. J. Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir,
dan Perikanan. 2 (1) : 10 – 15.
Sandra, 2013. Mikrobiologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Saraswati R. dan Sumarson. 2008. Pemanfaatan mikroba penyubur tanah sebagai


komponen teknologi pertanian. J. Iptek Tanaman Pangan, 3 (1) : 1 – 20.
Sari, R. dan R. Prayudyaningsih. 2015. Rhizobium sp.: Pemanfaatannya sebagai
bakteri penambat nitrogen. 12 (1) : 51 – 64.

Sudarsono, A. 2008. Isolasi dan karakterisasi bakteri pada ikan laut dalam spesies
ikan gindara (Lepidocibium flavobronneum). Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Sujoko, A., M. Lutfi dan D. Purnomo. 2015. Kajian sterilisasi media tumbuh
jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus (L) Fries) menggunakan steamer
baglog. J. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3 (3) : 303 – 314.
Sunatmo, T. I. 2007. Eksperimen mikrobiologi dalam laboratorium. Penerbit Ardy
Agency, Bogor.
Tirtana, Z. Y. G., L. Sulistyowati, dan A. Cholil. 2013. Explorasi jamur endofit
pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L) serta potensi
antagonnismenya terhadap Phytophthora infestans (Mont.) de barry
penyebab penyakit hawar daun secara in vitro. J. HPT, 1 (3) : 91 – 101.

27
Widyasari, N. M., R. Kawuri, I. K. Muksin. 2013. Pengaruh pH media
pertumbuhan terhadap ketahanan dari Rhizobium sp. pada tanah yang
bersifat asam. J. Biologi, 17 (2) : 56 – 60.
Widawati, S., Sulasih, dan Saefudin. 2015. Isolasi dan uji efektivitas Plant
Growth Promoting Rhizobacteria dilajan marginal pada pertumbuhan
tanaman kedelai (Glycine mas L. Merr) var. Wilis. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon. 1 (1) : 59 – 65
Yunita, M., Y. Hendrawan, dan R. Yulianingsih. 2015. analisis kuantitatif
mikrobiologi pada makanan penerbangan (Aerofood ACS) garuda indonesia
berdasarkan TPC (Total Plate Count) dengan metode Pour plate. J.
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3 (3) : 237 – 248.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto dan Fungsi Alat

Nama Alat Fungsi

Alat untuk memotong, mengiris tipis,


atau menyayat suatu organ tumbuhan
yang berukuran makroskopis.

Silet

Alat untuk sterilisasi dengan


pemijaran pada alat yang akan
dipakai, yaitu ose hingga alat
memijar.

Bunsen (Spirtus)

Alat untuk memindahkan mikroba


dari suatu tempat ke tempat lain.

Ose

29
Menimbang bahan-bahan
dengan skala kecil.

Timbangan Analitik

Mengamati suatu objek yang berukuran


mikroskopis sekaligus
mendokumentasikan objek berupa foto.

Mikroskop dengan kamera

Wadah medium mengembangbiakan


mikroba.

Erlenmeyer

Wadah mikroba dalam melakukan


inokulasi

Cawan Petri

30
Alat untuk mengambil bahan medium
yang bersifat cair dengan volume
tertentu.

Pipet Volume

Sebagai wadah bahan-bahan pada saat


menimbang pada timbangan analitik

Kertas Pembungkus

Alat untuk merekatkan atau merapatkan


penutupan plastik pada gelas ukur atau
Erlenmeyer.

Karet

Alat untuk mengisolasi mikroba dengan


merapatkan cawan petri agar kedap
udara.

Plastik wrap (Wrap plastic)

31
Mengambil dan menghancurkan
bintil akar

Pinset

Mengaduk bahan yang ada


di dalam Erlenmeyer

Stirrer

Sterilisasi menggunakan uap panas


kering

Oven

Menutup medium dalam tabung reaksi


dan Erlenmeyer agar tidak
terkontaminasi

Alumunium Foil

32
Mengeringkan alkohol, membersihkan
cawan petri, dan menutup rapat medium

Kapas

Mensterilkan alat-alat dan medium


menggunakan metode sterilisasi basah

Autoclave

Meletakkan bakteri untuk selanjutnya


diamati

Kaca Objek

Tempat meletakkan medium

Tabung Reaksi

33
Meja kerja steril untuk melakukan
kegiatan inokulasi

Laminar Airflow
Mengaduk

Batang Pengaduk
Menginkubasikan medium
agar tetap steril

Inkubator

34

Anda mungkin juga menyukai