0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
248 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit sistem urogenital seperti kista dan tumor ginjal, fistula retrovaginal, vulvitis, distrofi vulva, akut tubular nekrosis, Cushing syndrome, akut kidney injury, dan glomerulonefritis. Termasuk gejala, etiologi, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit sistem urogenital seperti kista dan tumor ginjal, fistula retrovaginal, vulvitis, distrofi vulva, akut tubular nekrosis, Cushing syndrome, akut kidney injury, dan glomerulonefritis. Termasuk gejala, etiologi, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit sistem urogenital seperti kista dan tumor ginjal, fistula retrovaginal, vulvitis, distrofi vulva, akut tubular nekrosis, Cushing syndrome, akut kidney injury, dan glomerulonefritis. Termasuk gejala, etiologi, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
A. Kebidanan dan Kandungan (dr. Agus Sunarto, Sp.OG)
1. Kista Gartner Membentuk kantung berisi cairan berasal dari sisa ductus wolfii di vagina Sifat sel kelenjar tidak ganas dan tidak cepat membesar Terapi: eksisi/marsupialisasi/ektirpasi 2. Bartolini Tumor Yaitu tumor pada kelenjar yg berada di vulva, penghasil secret bening berkaitan rangsangan seksual Patologinya: neoplasia, infeksi, sumbatan Gejala: benjolan di daerah vulva, dgn/tanpa nyeri tergantung etiologi Terapi: etiologi bakteri dgn antibiotic, neoplasia dengan operasi/marsupialisasi 3. Fistula Retrovaginal Bolongan antara vagina dengan rectum Bisa bersifat kongenital/bawaan lahir atau didapat karena trauma persalinan/operasi vagina Terapi: operasi repair 4. Vulvitis Radang di vulva Etiologi karena infeksi atau iritasi Terapi sesuai etiologi 5. Distrofi vulva Perubahan sel epitel permukaan kulit/vulva Etiologi: usia/hormonal, neoplasia, hpv, hsv, merokok, imunosupresi, iritasi kronik Terapi sesuai etiologi, biopsy+operasi Non infeksi diberikan obat topical, hormonal anti inflamasi
B. Penyakit Dalam (dr. Ihsanil Husna, Sp.PD)
1. Akut Tubular Nekrosis ATN mencederai segmen tubular nefron, sehingga menyebabkan gagal ginjal dan sindrom uremik Etiologi: - Iskemia - Nefrotoksin Eksogen: Aminoglycosides, Amphotericin B, Media Kontras Radiologi, Cyclosporine - Nefrotoksin Endogen: Myoglobinuria, Hemoglobin, Hyperuricemia, Bence-Jones Protein Tipe ATN - Tipe Iskemik, merupakan lanjutan GGA prerenal - Tipe nefrotoksik, karena bahan nefrotoksik seperti: merkuri, karbon tetraklorid, neomisin, kanamisin, gentamisin - Tipe kombinasi, antara tipe-tipe iskemik dan nefrotoksik seperti yang terjadi akibat : mioglobinuria, hemolisis intravascular, malaria, sepsis dan lain sebagainya. Perjalanan Klinis: - Stadium oliguria: berlangsung < 4 minggu, timbul 24-48jam pasca trauma, atau karena riwayat penyakit spt HT, SLE. - Stadium poliuria: terjadi diuresis volume urin > 1-5 L/24 jam karena efek diuretik ureum dan gangguan faal tubuli. - Stadium penyembuhan: berlangsung sampai 1 tahun tergantung keparahan Pemeriksaan Penunjang: Ureum, Kreatinin, Biopsi ginjal (jarang), urinalisis dan mikroskopik, osmolaritas urin, >500 mOsm/kg jika prerenal dan 300 mOsm/kg jika renal, pemeriksaan darah, renal ultrasound. Penatalaksanaan: Pertahankan Keseimbangan Cairan, Awasi kadar Natrium dan Kalium. 2. Tumor dan Kista Ginjal Etiologi - Cairan yang mengisi ruangan di dalam ginjal - Mungkin melibatkan korteks atau medula, atau keduanya - Bisa terjadi unilateral, atau bilateral - Bisa uniocular atau multiocular - Kongenital, atau didapat - Bisa sporadis atau turunan genetik - Klinisnya bisa signifikan, sepele, atau bahkan menyebabkan kematian Autosomal Recessive Polycystic zkidney Disease (ARPKD) - Rasio 1 : 6-14000 kelahiran hidup - Lokasi gen abnormal di kromosom 6p21 - Bisa menyebabkan kematian neonatal akibat insufisiensi pulmo - Gagal ginjal progresif - Proteinuria ringan, anemia, HT - Pembesaran ginjal simetris bilateral - Banyak sekali cysta 1-2 mm dengan permukaan yang halus - Dilatasi diffuse fusiform dari kumpulan saluran - Pembesaran dengan bentuk yang normal - Tubulus dan glomerulus normal - Interstisium normal tanpa displasia - Sering menunjukan adanya fibrosis hati kongenital - Jumlah nefron normal, tidak ada fibrossis interstisial dan tanpa displasia Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease (ADPKD) - Rasio 1:1000 pada populasi umum - 6% pasien di dialisis dan program transplantasi - Gen abnormal di lengan kromososm 16 i.e. 16p13.3(PKD-1). 4q12- 22(PKD-2), ditemukan lokus - Muncul selama 3-5 dekade - Riwayat keluarga, HT, hematuria, colic, azotemia, Dull loin pain - Gagal ginjal progresif → anemia & ↓ GFR, ↑ Ur & Cr Simple Renal Cysts Acquired Renal Cystic Disease Renal Tumor Nefroblastoma Renal Cell Carcinoma Renal Cell Adenoma 3. Cushing Syndrome Peningkatan kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah Penyebab primer: adenoma hipofisis Klasifikasi dibagi berdasarkan pengaruh ACTH terhadap hipersekresi glukokortikoid - Eksogen - Endogen: Dependent; adenoma pituitary, ektopik acth secrecion syndrom. Independent ACTH; tumor adrenocortical, McCune albright, makronodular adrenal, pigmen nodular. Gambaran Klinis - Obesitas dgn distribusi lemak sentripetal, wajah bulat, dagu ganda, sifat pletorik khas, buffalo hump. - Peningkatan pergerakan, katabolisme, redistribusi lipid – moon face, buffalo hump, truncal obesity, vlolaceus striae. - Produksi glukosa hati meningkat – resisten insulin – intoleransi glukosa - Edema dependent, HT, HIpokalemik. Diagnosis - Periksa kadar kortisol plasma - Kadar kortisol bebas – hidrokortikosteroid dalam urin - Tes supresi adrenal - Periksa kemungkinan penyebab: supresi deksametason 8mg, dan kadar ACTH plasma. Penatalaksanaan - Cushing’s disease: Transspenoidal mikroadenomektomy, pituitary radiation, bilateral adrenolectomy, obat - Adrenal adenoma dan karsinoma: surgical removal, obat (mitotane, metyrapone, ketoconazole) untuk nonresectable atau metastasis karsinoma - Ektopic ACTH syndrome: operasi pengangkatan tumor, chomoterapy, radiotherapy, obat (mitotane, metyrapone, ketoconazol) 4. Acute Kidney Injury (AKI) Ditandai penurunan LFG secara mendadak yg mengakibatkan retensi sisa nitrogen spt ureum, dan Cr. Etiologi prerenal - Hipovolemia: perdarahan, luka bakar, dehidrasi. gasrointestinal; muntah diare drainase bedah. Renal; penggunaan diuretik, diuresis osmotik(DM) hipoadrenal. Sekuestrasi cairan ekstravaskuler; pankreatitis, peritonitis, trauma, luka bakar, hipoalbuminemia berat. - Curah jantun rendah: HTP, emboli paru, miolkardium, perikardium, aritmia. - Perubahan rasio retensi vakuler sistemik - Hipoperfusi renal - Sindrom hiperviskositas Etiologi Renal - Obstruksi renovaskuler - Penyakit glomeruli - Nekrosis tubular akut - Nefritis interstitial - Obstruksi intratubular - Penolakan allograf Etiologi Post Renal - Ureter: batu, gumpalan darah, keganasan - Leher VU: nerogenik, hipertrofi prostat, batu, keganasan - Uretra: striktur, fimosis, katup kongenital Diagnosis - Riwayat dan pemeriksaan fisisk - Urinalysis: SG, pH, Protein, blood, crystal, infection - Urine mikroskopik - Eosinofil, casts - Renal Imaging: USG, CT Urografi non Kontras - Marker CKD: iPTH, size <9cm, anemia, high phosphate, low bicarbonat - Biopsi ginjal Penatalaksanaan - Farmakologi: Atrial Natriuretic Peptide (ANP) or ANP-analogue (Anaritide): promising - Terapi suportif berdasarkan gejala dan etiologi 5. Renal Failure Acute Renal Failure (ARF) - Penyebab: Pre Renal – Vomiting, diarrhea, intake cairan kurang, demam, penggunaan diuretic, gagal jantung, disfungsi hati, septik shock. Renal – Nefritis interstitial, glomerulonefritis akut, tubular nekrosis, iskemia, toksin. – hipertrofi prostat, kanker prostat, kanker serviks, kelainan retroperitoneal, neurogenik bladder, kalkuli renal bilateral,nekrosis papilar, koagulasi, karsinoma VU, dan fungus. - Gejala: peningkatan pengeluaran urin (70%), edema ekstremitas bawah, perubahan mental, gagal jantung, mual muntah, pruritus, anemia, takipneu, kulit dingin, pucat, dan lembab 6. Glomerulonefritis Suatu reaksi imunologi terhadap bakteri/virus sering akibat infeksi streptokokus GNA: 2/3 pada anak 3-7 tahun, pria > wanita, jarang pada usia < 3 tahun. - Etiologi: B Streptococcus hemoliticus Gol. A tipe 12 dan 25, infeksi ekstra renal T. respiratorius bagian atas atau infeksi pada kulit (piodermia) - Gejala: Edema pd kelopak mata dan/atau tungkai, hematuria, panas, oliguria/anuria, HT, dapat disertai muntah anoreksia konstipasi atau diare - Patogenesis: 1). Kompleks antigen-antibodi melekat pd membran basalis glomerulus, mengaktifkan komplemen dan merusak membran basalis glomerulus. 2). Autoimun antibodi yg langsung merusak membran basalis glomerulus. - Diagnosis laboratorium: Urin (jumlah urin menurun, berat jenis meningkat, eritrost ++), Darah (LED meningkat, Ureum Cr sedikit meningkat, B1C – Globulin (C3) menurun, Adeno Streptolisin O (ASTO) meningkat. - Penatalaksanaan: Istirahat total: 3-4 minggu Prokain penisilin 10 hari atau ampisilin 100mg/kgBB/hari Diet: Rendah protein (1mg/kgBB/hari) Rendah garam (1mg/hari) IVFD Glukosa 10-15% pada penderita anuria/muntah bila terjadi anuria selama 5-7 hari maka dilakukan: Dialisis peritoneum Hemodialisis Transplntasi Diuretika: bila ureum naik → forced diuretika (furosemide) Simptomatik: HT reserpin, hidralisin Mg SO4, dll GNK; kelainan hematologi dan proteinuria menetap, eksaserbasi berulang terhadap GNA (beberapa bulan/tahun) - Gejala: Tanpa gejal yg spesisfik, subfebris, edema sedikit tambah jelas saat fase nefrotik saat rasio Alb/Glob terbalik, kolesterol meningkat, fungsi ginjal turun, Ur Cr meningkat. - PA: makroskopik ginjal mengerut/kecil, permukaan berbutir. Mikroskopik Glom berdegenerasi hialin, tubulus afrotik, pada nefron jaringan ikat meningkat dengan infiltrasi limfosit. - Penatalaksanaan: sesuai gejala HT, Elektrolit, Anemia, Infeksi, bila diperlukan dialisis, dan pencakokan ginjal 7. Urolitiasis Gambaran klinis - Dull pain – sakit pinggang menetap - Kolik - Hematuri - Renointestinal refleks yakni rangsangan peritoneum, sebabkan mual, muntah, dll - Panas dan menggigil akibat infeksi Laboratorium - Lekositosis, kalau ada infeksi - Anemia, kalau fungsi ginjal terganggu - Sedimen urin ada banyak lekosit, eritrosist, dan bakteri - Ureum dan kreatinin darah meningkat Pemeriksaan Radiologis - FPA/PIV - RPG - USG Pengobatan - Konservatif: tidak dilakukan pembedahan, berantas infeksi, ESWL batu < 20 mm, yg lainnya taulah. Wkwk C. Mikrobiologi (dr. Jekti Teguh Rochani, Sp.MK) 1. Gonorrhea Oleh Neisseria gonorrhoeae (Gonococcus) Transmisis hub. Seks tersering wanita 50% pria 20% Bisa sebabkan ophthalmia neonatorum Port d’entree mukosa vagina atau urethra penis, dpt pula di mukosa faring/rektum Faktor virulensinya pili yg melekat pada epitel mukosa. Selain itu adalah Por protein, Opa protein, LOS, dll Lokal tp dpt menyebar hematogen Bisa sebabkan infertilitas Grjala timbul 2-7 hari stl infeksi Pada pria urethra discharge yg purulent disertai dysuria Pada wanita vaginal discharge yg purulent 50% asimptomatik ON ditandai dgn discharge yg lengket Diagnosis laboratorium: - Mikroskopis dan kultur/biakan/isolasi speciment berupa vaginal/urethra purulent discharge, darah, lcs - Mikroskopik jika ditemukan gram negatif diplokokus intraseluler maka diagnosis pasti GO - Akut intra/ekstra-seluler, kronik intraseluler - Kultur sangat penting untuk asimpomatik dan spesimen bukan sekret uretra - Thayer Martin (bila spesimen kontaminan) dan Agar Coklta (bila spesimen steril mis. darah dan lcs) - Bisa dengan pem. DNA mis. PCR Terapi: Dulu dgn penisilin, namun karena ada (Penicilin Producing N. GO) yaitu kuman GO dpt membentuk penisilinase/betalaktamase sehingga resisten maka di pakailah ceftriaxone dan derivat fluoroquinolones (ciprofloxacin) Tindakan crede adalah upaya mencegah ophtalmia neonatorum yaitu dgn meneteskan larutan AgNO3 1% pada mata bayi baru lahir 2. Infeksi oleh klamida C. trachomatis serotype D-K sbk cervicitis, urethritis, proctitis, conjungtivitis, pneumonia (pd neonatus) sdkn serotype L1, L2, L3, sblk Lymphogranuloma venerum Bisa dalam bentuk Elementary Body bila di luar sel, dan Reticulate Body bila didalam sel Dua spesies baru dari clamidophila sbk pnykt respiratorik Diagnosis laboratorium: - Kultur harus dilakukan di media monolayer mccoy ditambah cycloheximide untuk tingkatkan pertumbuhan - Dengan direct fluorescent antibody test dpt dilihat secara mikroskopik (mikroskop ultraviolet) - Bisa dgn tes ELISA untuk deteksi antibody Terapi: - Doksisiklin atau tetrasiklin - Serotype L1,2,3 dgn doksisiklin tetrasiklin, atau erirtromisin, sdkn serotype D-K dgn doksisiklin atau azitromisin 3. Lymphogranuloma Venerum (LGV) Lesi primer berupa ulkus papula ditempat msk kuman setelah masa inkubasi selama 1-4 minggu, disertai gejala demam, sakit kepala dan myalgia Diagnosis: Dilakukan dgn Tes Frei (skin test), caranya dgn menyuntikkan antigen LGV intradermal tetapi kurang sensitif krn antigen Frei hanya bersifat genus specific Terapi: Dianjurkan dgn tetrasiklin atau dgn doksisiklin; wanita hamil dan anak- anak di bawah usia 9 tahun, terapi dgn erythromycin 4. Ulkus Mole / Chancroid (Soft Chancre) Karena Haemophilus ducreyi, ditandai dgn ulkus genital yg sakit/nyeri dan lymphadenitis lokal Diagnosis laboratorium dgn pemeriksaan mikroskopik dan biakan/kultur Spesimen berupa swab tepi ulkus atau aspirasi kel lymphe yg membesar. Terapi dgn eritromisin/azitromisin, seftriakson atau dgn kotrimoksasol 5. Donovanosis Karena Calymmatobacterium granulomatis, ditandai dgn ulkus dan genital nodul Diagnosis dgn pemeriksaan mikroskopik dgn pewarnaan Wright’s atau Giemsa – ditemukan donovan bodies. Terapi dgn tetrasiklin atau kotrimoksazol 6. Non Gonococcal Urethritis (NGU) Dsbk Mycoplasma hominis, Mycoplasma genitalium dan Ureaplasma urealyticum Mikroorganisme tsb sering kolonisasi di tractus genitalia wanita dan pria sehat yang seksual aktif, ditularkan melalui hubungan seksual Mycoplasma genitalium dpt sbk non-gonococcal urethritis Mycoplasma hominis dpt sbk PID (pelvic inflamatory disease), postabortal dan postpartum fever serrta pyelonefritis Ureaplasma urealyticum sbk NGU dan prostatitis Terapi dgn tetrasiklin atau dgn eritromisin (kdg Ureaplasma resisten tetrasiklin) 7. Bacterial Vaginosis Dsbk oleh Gardnerella vaginalis, suatu infeksi anaerob, ditandai dgn vaginal discharge yang berbau amis spt bau ikan Vaginitis non spesifik merupakan sindroma yang ditandai oleh minimal tiga gejala : - vaginal discharge banyak dan bau - pH vagina > 4.5 - terdapat “clue cells” (sel epitel vagina yang dikelilingi bakteri) - bau ikan (amis) G. vaginalis dapat dijumpai pd 20-40% wanita sehat, juga telah diisolasi dari darah wanita yang menderita postpartum fever Kuman tersebut dapat tumbuh pada media agar darah manusia Terapi dengan metronidazole oral