Anda di halaman 1dari 12

FORMAT KONTRAK BELAJAR SISTEM PENCERNAAN

KOLELITIASIS

NAMA : SUHARYONO
NPM : 2016727093

Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Preseptor Preseptor
Pencapaian Mahasiswa
Akademik Akademik

1. Mampu melaksanakan 1. Pengkajian


asuhan keperawatan pada a. Biodata meliputi: Nama, umur,
pasien dengan Kolelitiasis. alamat, pendidikan, pekerjaan,
nomor registrasi, status perkawinan,
1. Definisi : agama, tanggal masuk Rumah Sakit
Kolelitiasis merupakan b. Riwayat Kesehatan Dahulu
deposit kristal padat Apakah mengalami sakit abdomen
yang terbentuk (hepatitis, sitrosis, pankreatitis,
dikandung empedu kolesistitis)?
dimana batu empedu c. Riwayat Kesehatan Sekarang
dapat bermigrasi ke 1) Adakah riwayat salah satu
saluran empedu keluarga yang mengalami
sehingga dapat sebelumnya?
menimbulkan 2) Nyeri kolik midepigastrik
komplikasi dan dapat 3) Nyeri mungkin menjalar ke bahu
mengancam jiwa 4) Mual, muntah
(Sjamsuhidayat, 2010; 5) Menggigil atau Demam
Stinton, 2012). 6) Urine berwarna gelap, pekat
7) Penurunan berat badan
2. Etiologi : 2. Pemeriksaan Fisik
Etiologi batu empedu a. Inspeksi
masih belum diketahui 1) Bentuknya: apakah ada yang
dengan sempurna asimetris, ada gerakan peristaltik
namun yang paling usus yang tampak dari luar,
penting adalah kesimetrisan bentuk abdomen,
gangguan metabolisme striae, massa, assites, kaput
yang disebabkan oleh medusa.
perubahan susunan 2) Inspeksi umbilikus, Umbilikus
empedu, stasis empedu normalnya tidak menonjol
dan infeksi kandung menunjukkan hernia umbilikalis.
empedu. Sementara 3) Lihat apakah klien menggunakan
itu, komponen utama tipe pernapasan abdomen.
dari batu empedu 4) Perhatikan, apakah tampak
adalah kolesterol yang gerakan peristaltik usus pada
biasanya tetap dinding abedomen.
berbentuk cairan. Jika b. Auskultasi
cairan empedu menjadi 1) Dilakukan pada tempat kuadran
jenuh karena abdomen. Dengarkan peristaltik
kolesterol, maka ususnya selama satu menit penuh
kolesterol bisa menjadi 2) Bising usus normalnya terdengar
tidak larut dan 5-30x/ menit.
membentuk endapan di 3) Jika peristaltik usus terdengar
luar empedu. lebih dari normal, kemungkinan
Pembentukan batu klien sedang mengalami diare.
empedu adalah 4) Bunyi bising usus yang lebih
multifaktorial. dari normal, terasa nyeri, dan
peristaltiknya tampak dari luar
3. Manifestasi Klinis karena adanya obstruksi disebut
a. Rasa nyeri dan kolik borborigimi.
bilier 5) Dengarkan apakah ada bising
b. Ikterus usus pada pembuluh darah aorta,
c. Perubahan warna renalis, dan femoral. Jika
urine dan feses. terdengar bunyi bising/ bruits ini
d. Defisiensi vitamin K kemungkinan ada gangguan pada
dapat mengganggu pembuluh darah tersebut.
pembekuan darah c. Perkusi
yang normal. a) Lakukan perkusi pada
Regurgitasi gas: kesembilan region abdomen
flatus dan sendawa. b) Jika perkusi terdengar timpani,
berarti perkusi yang dilakkan
4. Komplikasi diatas organ yang berongga/
Girsang (2013) udara (lambung, usus)
menyebutkan c) Jika terdengar pekak, berarti
komplikasi dari perkusi mengenai organ padat
kolelitiasis adalah : (hati, ginjal)
a. Kolesistisis d) Perhatikan bunyi, bunyi normal
i. Yaitu kandung perkusi abdomen adalah timpani,
empedu tersumbat jika ada kelebihan udara akan
oleh batu empedu, terdengar lebih nyaring atau
menyebabkan infeksi hipertimpani
dan peradangan d. Palpasi
kandung empedu. Sebelum palpasi abdomen, lakukan
b. Kolangitis palpasi ringan pada seluruh lapang
i. Peradangan pada abdomen. Tanyakan apakah ada
saluran empedu, bagian yang terasa nyeri, lakukan
terjadi karena infeksi palpasi terakhir pada daerah
yang menyebar tersebut.
melalui saluran-
saluran dari usus 3. Pemeriksaan Penunjang
kecil setelah saluran- a. Pemeriksaan Sinar-X Abdomen,
saluran menjadi hanya 15-20% batu empedu yang
terhalang oleh tampak melalui pemeriksaan sinar-x.
sebuah batu empedu. b. Foto polos abdomen, biasanya tidak
c. Hidrops memberikan gambaran yang khas
i. Disebabkan oleh karena hanya sekitar 10-15%.
obstruksi duktus c. Ultrasonografi, Pemeriksaan USG
sistikus sehingga dapat mendeteksi kalkuli dalam
tidak dapat diisi lagi kandung empedu atau duktus
empedu pada koledokus yang mengalami dilatasi.
kandung empedu d. Koleskintografi, menggunakan
yang normal. preparat radioaktif yang disuntikkan
d. Empiema secara intravena.
i. Kandung empedu e. ERCP (Endoscopic Retrograde
berisi nanah. CholangioPancreatography),
Komplikasi ini dapat pemeriksaan ini meliputi insersi
membahayakan jiwa endoskop serat-optik yang fleksibel
dan membutuhkan ke dalam esofagus hingga mencapai
kolesistektomi duodenum pars desendens..
darurat segera. f. Kolangiografi Transhepatik
e. Perforasi Perkutan, pemeriksaan dengan cara
i. Perforasi lokal menyuntikkan bahan kontras ke
biasanya tertahan dalam percabangan bilier.
oleh adhesi yang g. MRCP (Magnetic Resonance
ditimbulkan oleh Cholangiopancreatography), batu
peradangan berulang saluran empedu akan terlihat sebagai
kandung empedu. intensitas sinyal rendah yang
Perforasi bebas lebih dikelilingi empedu dengan intensitas
jarang terjadi tetapi sinyal tinggi.
mengakibatkan h. Tes laboratorium :
kematian sekitar Leukosit = 12.000 – 15.000 (N=
30%. 5000-10000 iu)
f. Ileus batu empedu Bilirubin = meningkat ringan
i. Obstruksi intestinal (N=<0,4 mg/dl)
yang diakibatkan Amilase serum = meningkat (N=17-
lintasan batu empedu 15 unit/100 ml)
yang besar kedalam Protombin menurun, aliran empedu
lumen usus. intestin menurun menyebabkan
penurunan absorbsi vitamin K.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Dan


No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut; Setelah dilakuakn Mandiri
berhubungan tindakan keperawatan a. Monitor dan catat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan karakteristik nyeri
dengan selama 1 x 24 jam, (menetap, hilang timbul, kolik)
obstruksi/spasme diharapkan gangguan Rasional: membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
duktus, proses rasa nyaman dapat informasi tentang kemajuan/ perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi,
inflamasi teratasi. Dengan kriteria dan keefektifan intervensi
hasil : b. Catat respon terhadap obat-obatan dan laporkan pada dokter jika nyeri
a. Klien tidak hilang.
melaporkan nyeri Rasional: nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat
berkurang mengindentifikasikan terjadinya komplikasi/ kebutuhan intervensi lebih
b. Ekspresi wajah lanjut.
lebih rileks c. Anjurkan klien untuk istirahat dengan posisi yang nyaman menurut
c. TTV dalam batas klien
normal Rasional: istirahat dengan posisi fowler mengurangi tekanan
d. Skala nyeri intraabdomen, bagaimanapun pasien secara alamai akan menentukan
berkurang sendiri posisi yang nyaman menurut dirinya.
d. Anjurkan menggunakan terknik relaksasi, contoh latihan napas dalam
Rasional: menggunakan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping
e. Sediakan waktu untuk mendengarkan keluhan nyeri klien dan
pertanhankan jadwal kontak dengan klien.
Rasional: membantu menurunkan kecemasan dan memfokuskan
kembali perhatian sehingga nyeri dapat dikurangi
Kolaborasi
a. Pertahankan status puasa, masukan/ pertahankan pengisapan NGT
sesuai indikasi
Rasional: membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran
kolesistokinin dan kontraksi kandung empedu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan rendah lemak pada pasien
kolelitiasis.
c. Kolaborasi dengan ahli bedah untuk rencana kolisistektomi laparaskopik
yaitu penngangkatan kantong empedu yang paling umum
direkomendasikan adalah operasi “lubang kunci” atau kolesistektomi
laparaskopik.
d. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi:
 Antikoligernik, contoh atropin dan propantelin (Pro-Banthine)
Rasional: menghilangkan refleks spasme/ kontraksi otot halus dan
membantu dalam menghilangkan nyeri
 Obat pereda sakit (analgesik) dan pola makan sehat untuk
mengendalikan gejala. Analgesik/ narkotik (meperidine
hydrochloric/ Demerol).
 Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline bromide/
probanthine) untuk relaksasi otot polos dan menurunkan tonus dan
spasme saluran empedu.
 Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang kecil
(chenodiol). Obat asam ursodeoksilat, obat ini mampu melarutkan
batu empedu.
e. Sedatif, contoh fenobarbital
Rasional: membantu klien untuk istirahat dan merilekskan otot polos
serta mengurangi nyeri.
2. Kelebihan volume Setelah dilakukan Mandiri
cairan berhubungan tindakan keperawatan a. Pertahankan intake dan output, catat adanya kelebihan output. Kaji
dengan perubahan selama 3 x 24 jam, membran mukosa/ kulit, pulsasi/ nadi perifer, dan pengisian kapiler.
tekanan darah diharakan kelebihan Rasional: memberikan informasi tentang status cairan/ volume sirkulasi
volume cairan teratasi. dan kebutuhan penggantian
Dengan kriteria hasil : b. Awasi tanda/ gejala peningkatan/ berlanjutnya muntah/ mual, kram
1. Tidak ada edema abdomen, kelemahan, kejang, kecepatan jantung tak teratur, parastesia,
2. CRT <2 detik hipoaktif atau tidak adanya bising usus.
Rasional: muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan
pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, klorida, dan
kalsium.
c. Motivasi klien untuk banyak minum
Rasional: Klien kurang motivasi untuk minum karena adanya perasaan
mual muntah
d. Hindari dari lingkungan yang berbau
Rasional: Menurunkan rangsangan pada pusat muntah
e. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut
Rasional: Mnurunkan kekeringan membran mukosa, menurunkan
risiko perdarahan oral.
f. Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus menerus
pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis,
hemotemesis/melena
Rasional: Protombin darah menurun dan waktu koagulasi memenjang
bila aliran empedu terhambat, dan meningkatkan risiko perdarahan/
hemoragi
g. Monitor dan catat perubahan tanda vita yang signifikan
Rasional: Perubahan volume sirkulasi (nadi), TD menurun
mengindikasikan tanda-tanda kekurangan cairan yang mengarah ke
syok hipovolemik
Kolaborasi
a. Berikan antiemetik, contoh proklorperazin (compazine)
Rasional: menurunkan dan mencegah muntah
b. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K
Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi dan mempertahankan
keseimbangan
c. Observasi ulang pemeriksaan laboratorium, contoh Ht/Hb, elektrolit,
Ph, dan waktu pembekuan
Rasional: Membantu dalam menilai volume dalam penentuan tindakan
selanjutnya
3. Perubahan nutrisi; Setelah dilakukan Mandiri
kurang dari tindakan keperawatan a. Kaji adanya distensi abdomen, sering sendawa, berhati-hati, menolak
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam, bergerak.
berhubungan diharapkan nutrisi Rasional: Tanda non verbal ketidak nyamanan berhubungan dengan
dengan peningkatan kurang dari kebutuhan gangguan pencernaan, nyeri perifer
tekanan intra tubuh dapat teratasi. b. Hitung kebutuhan kalori
abdomen, Dengan kriteria hasil : Rasional: Mnegidentifikasikan kekurangan nutrisi/ kebutuhan
peningkatan asam 1. Nutrisi klien c. Diskusikan bersama klien makanan kesukaan, makanan yang
lambung, anoreksia, adekuat memperberat penyakitnya dan siapkan jadwal makanan
mual/muntah. 2. Mual atau Rasional: Melibatkan klien dalam pemcernaan membantu klien
muntah mengontrol makana yang dimakan dan memotivasi klien untuk makan
berkurang d. Anjurkan klien untuk bergerak sesuai indikasi
Rasional: Membantu mengeluarkan flatus dan menurunkan distensi
abdomen.
e. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Memonitor keefektifan rencana diit
f. Ukur lingkar lengan atas
Rasional: Mengindentifikasi terjadinya perubahan stastu nutrisi
g. Motivasi klien untuk makan
Rasional: Memotivasi klien untuk makan karena adanya anoreksia
h. Ciptakan suasana yang menyenangkan saat klien makan
Rasional: Merangsang klien untuk mau makan
i. Libatkan keluarga dalam asupan nutrisi klien
Rasional: Keluarga dapat memotivasi dan memfasilitasi klien untuk
makan
Kolaborasi
a. Mulai dari diit cair rendah lemak setelah selang NGT terpasang
Rasional: Pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung
empedu dan nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna dan
berguna mencegah kekambunhan
b. Berikan garam empedu, contoh Bliron, Zanchol, Decholin
Rasional: Meningkatkan pencernaan dan absorpsi lemak, vitamin larut
dalam lemak, kolesterol. Berguna pada kolesistitis kronik.
c. Antimuntah untuk mengontrol mual dan muntah.
d. Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, albumin/ protein
serum, kadar transverin
Rasional: Mmberikan informasi tentang kekurangan nutrisi/ keefektifan
terapi. Albumin merupakan salah satu protein serum (53%) yang
berfungsi untuk mempertahankan volme darah dengan menjaga tekanan
osmotik koloid, pH, dan keseimbangan elektrolit serta transpor ion-ion
logam, asam lemak, steroid, dan obat-obatan (Brobeck, 1979)
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan tindakan keperawatan a. Tingkatkan tirah baring/ duduk serta berikan lingkungan tenang, dengan
dengan gangguan selama 1 x 24 jam membatasi pengunjung sesuai kebutuhan
metabolisme, nyeri diharapkan intoleransi Rasional: Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi
aktivitas dapat teratasi. yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak
diyakini meurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah surkulasi
optimal ke sel hati
b. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik
Rasional: Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan
c. Tingkatkan aktivitas susai toleransi, bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif/ aktif
Rasional: Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Dapat
terjadi karena keterbatasan aktivitas yang menggangu istirahat,
d. Dorong pengguanaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
e. Aktivitas hiburan yang tepat, contoh menonton TV, radio, dan mambaca
Rasional: Menunjukkan kurangnya resolusi/ eksaserbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
f. Catat perubahan tingkah laku/ emosi karena penurunan kemampuan
mobilisasi
Rasional: Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian sering
menimbulkan rasa marah, frustasi dan depresi.
PATHWAY KOLELITIASIS

Penumpukan komponen empedu dan masuknya escherichia coli dari


saluran usus ke dalam saluran dan kantong empedu

Perubahan cairan empedu dan keseimbangan produksi empedu

Teberntuk inti yang lambat laun


menebal d an menkristal menjadi batu empedu

Kristal atau batu bergerak atau geser

Menyumbat aliran empedu Menggesek mukosa salu


-ran empedu

Cairan Inflamasi Perdarahan Nyeri kolik


empedu
refluk

Kolesistitits Pankreatitis Haemoglobin


menurun

Masuk ke Konjungtiva
dalam Kulit dan mata ikterik
, an anemis
peredaran urine warna gelap
darah

Defisiensibilirubin dalam
saluran pemcernaan

Feses Mual,
seperti muntah
dempul
ANATOMI FISIOLOGI
KANDUNG EMPEDU

1. Anatomi
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah pir yang terletak di bagian
sebelah dalam hati (scissura utama hati) di antara lobus kanan dan lobus kiri hati. Panjang
kurang lebih 7,5 – 12 cm, dengan kapasitas normal sekitar 35-50 ml (Williams, 2013).
Kandung empedu terdiri dari fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus
mempunyai bentuk bulat dengan ujung yang buntu. Korpus merupakan bagian terbesar
dari kandung empedu yang sebagian besar menempel dan tertanam didalam jaringan hati
sedangkan Kolum adalah bagian sempit dari kandung empedu (Williams, 2013; Hunter,
2014). Kandung empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi
infundibulum kandung empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan
peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu,
bagian infundibulum menonjol seperti kantong yang disebut kantong Hartmann
(Sjamsuhidayat, 2010).
2. Fisiologi
Fungsi dari kandung empedu adalah sebagai reservoir (wadah) dari cairan empedu
sedangkan fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan
absorpsi air dan natrium (Doherty, 2015). Empedu diproduksi oleh sel hepatosit
sebanyak 500-1000 ml/hari. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan
dialirkan ke dalam kandung empedu dan akan mengalami pemekatan 50%. Setelah
makan, kandung empedu akan berkontraksi, sfingter akan mengalami relaksasi kemudian
empedu mengalir ke dalam duodenum.Sewaktu-waktu aliran tersebut dapat disemprotkan
secara intermitten karena tekanan saluran empedu lebih tinggi daripada tahanan sfingter.
Aliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi
kandung empedu, dan tahanan dari sfingter koledokus (Sjamsuhidayat, 2010; Williams,
2013).

Anda mungkin juga menyukai