Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Terapi Shalat Tahajud terhadap Penurunan Stres

(Studi pada Mahasiswa FK Universitas Islam Sultan Agung)

BAB I

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Lazarus mengatakan stres merupakan sesuatu yang membebani dan dapat mengancam

kesejahteraan sebagai bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan (Lumonga 2009:17).

Hardjana (dalam Yosep, 2009:46) mengatakan bahwa stres adalah apabila transaksi seseorang

dapat menimbulkan ketidaksepadanan pada sistem sumber daya biologis, psikologis, atau sosial,

baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Dari beberapa pendapat tersebut, bisa ditarik

kesimpulan bahwa stres merupakan kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara kemampuan

tubuh dengan beban yang dihadapi sehingga menimbulkan respon yang dapat menciptakan suatu

gangguan.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu seorang individu mengalami stres, salah satunya

adalah ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara baik. Hal ini

banyak menimpa kalangan remaja terutama mahasiswa fakultas kedokteran dikarenakan beban

akademik yang dipikul juga lebih besar dibandingkan dengan fakultas lain sehingga dapat

berdampak buruk terhadap prestasi akademik mereka. Penelitian yang dilakukan di Arab Saudi

oleh Abdulghani (2008), menemukan bahwa prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran

adalah sekitar 57% dan merupakan angka yang cukup tinggi dengan proporsi stres mahasiswa

wanita lebih besar (75,7%) dibandingkan lelaki (57%) yang diambil dari 494 partisipan.

Dalam studi kedokteran, kita mengenal ada beberapa hormon yang berkaitan dengan

mekanisme terjadinya stres, salah satunya adalah hormon kortisol dimana pada orang yang

mengalami stres kadar hormon kortisol dalam tubuhnya akan meningkat dikarenakan terjadi
peningkatan sekresi Adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang dapat memicu korteks adrenal

untuk memproduksi kortisol dalam jumlah lebih besar (Guyton & Hall., 2008).

Stres juga bisa merupakan tanda bahwa seseorang mengalami penurunan kesehatan

karena terdapat gangguan di dalam tubuhnya. Dalam beberapa hadits dijelaskan bahwa segala

penyakit bisa disembuhkan atas seizin Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :

ً‫ل للاً دَاءً إِ َّلً أ َ ْنزَ َلً لَهً ِشفَاء‬


ًَ َ‫َما أ َ ْنز‬

“TidaklahًAllahًmenurunkanًpenyakitًkecualiًDiaًjugaًmenurunkanًpenawarnya.”ً(HRًBukhari).

Obat terbagi dalam dua jenis yaitu jasmani dan rohani. Obat jasmani adalah obat yang

bisa dikenali dengan indra manusia sama halnya seperti obat yang diberikan oleh dokter,

namun ada pula obat rohani berupa ketenangan jiwa dimana bisa didapat dengan mendekatkan

diri kepada Allah SWT. Dari Imam Qatadah, ”Al-Qur’anًtelahًmenunjukkanًpenyakitًdanًobatً

kalian.ً Adapunً penyakitً kalianً adalahً dosa,ً danً obatً kalianً adalahً istighfar.” (Kitab

Ihya’Ulumiddin:ً 1/410). Ada banyak cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, misalnya

dengan shalat. Namun bagi sebagian umat Islam shalat 5 waktu sudah merupakan kewajiban,

oleh karena itu ibadah wajib saja belum cukup bagi mereka sehingga perlu adanya amalan lain

diluar amalan wajib. Kaitannya dengan stres, Moh Sholeh melakukan penelitian tentang

pengaruh shalat tahajud terhadap peningkatan perubahan respon ketahanan tubuh. Moh Sholeh

membandingkan kadar hormon kortisol pada orang yang menjalankan shalat tahajud dengan

orang yang tidak menjalankan shalat tahajud dalam kurun waktu penelitian 2 bulan untuk

mendapatkan hasil dimana setelah diukur ternyata ditemukan fakta bahwa kadar hormon

kortisol pada orang yang menjalankan shalat tahajud lebih rendah daripada mereka yang tidak

shalat tahajud (Sholeh, 2006).


Berdasarkan penelitian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut untuk membuktikan penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan melibatkan

mahasiswa FK Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) sebagai sampel karena penelitian

tersebut belum pernah dilakukan pada mahasiwa Fk Unissula.

2) Rumusan Masalah

Apakah pengaruh terapi shalat tahajud terhadap penurunan stres?

3) Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi shalat tahajud terhadap penurunan stres

3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengaruh shalat tahajud terhadap kadar kortisol

4) Manfaat Penelitian

4.1 Manfaat Teoritis

Mengetahui informasi mengenai pengaruh shalat tahajud terhadap penurunan stres

4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi mengenai praktik tahajud yang baik sebagai upaya penurunan stres
BAB II

KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTETIS

2.1 Shalat Tahajud

Shalat merupakan suatu proses pendekatan suatu jiwa kepada Rabb-nya dimana ketika shalat

seseorang akan membaca doa-doa yang merupakan penghubung antara ruh dengan Dzat

Yang Maha Kuasa. Shalat yang dilakukan dengan baik dapat mendatangkan ketenangan jiwa

karena ketika shalat seseorang berdoa dan menumpahkan segala keluh kesahnya kepada Sang

Pencipta sehingga beban hidup yang dipikulnya juga akan ikut berkurang serta masalah akan

terasa menjadi lebih ringan. Shalat juga merupakan upaya untuk mensyukuri segalan nikmat

Allah dimana dijelaskan dalam Al-Qur’anًyangًberbunyiً:

َ َ‫ن َعذَابِي ل‬
ً‫شدِيد‬ ًْ ِ‫ش َك ْرت ًْم ََل َ ِزيدَنّك ًْم ًۖ َولَئ‬
ًّ ِ‫ن َكفَ ْرت ًْم إ‬ ًْ ِ‫َوإِ ًْذ تَأَذّنًَ َربُّك ًْم لَئ‬
َ ‫ن‬

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,

pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),

maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim:7)

Selain manfaat tersebut, shalat juga memiliki manfaat lain diantaranya adalah manfaat fisik

atau jasmani. Ketika shalat, seseorang akan melakukan beberapa gerakan shalat dimana

gerakan tersebut dinilai memiliki beragam manfaat dan keutamaan yang sudah terbukti

bermanfaat bagi tubuh kita bahkan dalam beberapa penelitian yang dilakukan, gerakan shalat

dapat dijadikan suatu metode terapi.


Selain shalat wajib terdapat shalat sunnah yang diutamakan dalam Islam yaitu shalat tahajud.

Tidak seperti shalat lainnya, pelaksanaan shalat tahajud dilakukan pada tengah malam

diantaraًwaktuًisya’ًdanًfajarًsetelahًorangًterbangunًdariًtidurnya.ًParaًmalaikatًakanً

turun ke bumi dengan membawa karunia Allah bagi hamba-Nya yang menginginkannya.

Maka dari itu, waktu tersebut dipercaya sebagai waktu ang paling utama untuk mencari

keridhaan-Nya karena masih banyak orang yang tertidur pulas sehingga orang-orang yang

beriman bangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Rasulullah pernah bersabda : “Puasaً

yang paling utama setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa bulan Muharam, dan shalat

yangًpalingًutamaًsetelahًshalatًfardhuًadalahًshalatًpadaًwaktuًmalam”ً(HR.Muslim)

Gerakan dalam shalat tahajud tidak berbeda jauh dengan shalat biasa. Perbedaan hanya

terdapat dalam niat dan waktu pelaksanaannya saja. Dalam shalat tahajud doa yang dibaca

diulang-ulang sehingga dapat memberikan energi yang positif bagi pembacanya.

Manfaat lain yang didapat yaitu dapat melenturkan otot dan menguatkan sehingga apabila

dilaksanakan dengan khusuk dengan frekuensi sering dapat mendatangkan manfaat bagi

tubuh baik jasmani maupun rohani.

2.2 Stres

Stres memiliki beragam pengertian dan mencakup hal yang sangat luas tetapi pada dasarnya

stress merupakan pola interaksi seorang individu dalam menghadapi stresor. Tidak

selamanya stressor data memicu stress apabila tubuh sanggup untuk mengimbangi besar

stressor tersebut. Stressor dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Stresor yang berasal
dari dalam misalnya beban pikiran karena dikejar deadline tugas sedangkan stressor yang

bersasal dari luar misalnya suara bising kendaraan dan sebagainya. Stres merupakan kondisi

yang menganggu atau dalam istilah medis biasa dikenal sebagai mekanisme patologis karena

dapat mengancam kesejahteraan individu terutama kejiwaannya sehingga dapat berpengaruh

kepada fisik individu tersebut.

Hampir setiap jenis respon tubuh yang berupa stres, baik stres fisik maupun stres psikis

dalam waktu yang relatif cepat dapat meningkatkan sekresi kortisol. Peningkatan sekresi

kortisol ini seringkali dapat mencapai sampai 20 kali. Stres psikis akibat paparan narkotika

dapat menyebabkan peningkatan kadar ACTH dengan kecepatan yang sama dengan stres

fisik. Peningkatan kadar ACTH ini disebabkan peningkatan aktivitas sistem limbik,

khususnya amigdala dan hipokampus yang keduanya menjalarkan sinyal ke bagian posterior

hipotalamus (Guyton 2000; Bear et al. 1996). Ditemukan perubahan kadar kortisol di dalam

tubuh individu yang mengalami perubahan neuropsikiatrik (Stern & Prange 1995).

ACTH yang disekresi oleh hipofisis anterior akan terikat dengan reseptornya pada membran

sel korteks adrenal, untuk ini dibutuhkan ion kalsium ekstrasel. Selanjutnya ikatan tersebut

akan mengaktifkan enzim adenilsiklase, cAMP dan protein kinase-A, sehingga terjadi

perubahan kolesterol esterase menjadi kolesterol bebas (Guyton 2000; Cance et al. 1994; Fox

1996). Kortisol disintesis dari kolesterol. Kolesterol mengalami esterifikasi oleh kolesterol

esterase dan disimpan dalam lipid droplet. Pembentukan kolesterol bebas pada lipid droplet

dilakukan oleh kolesterol esterase hidrolase. Perangsangan oleh ACTH akan mengakibatkan
aktifasi kolesterol esterase. ACTH mengaktifkan sel korteks adrenal untuk memproduksi

kortikosteroid (Duman et al. 2001; Guyton 2000)

Kortisol beredar di dalam tubuh dan berperan dalam mekanisme coping (coping mechanism).

Bila stresor yang diterima hipotalamus kuat, maka CRF yang disekresi akan meningkat,

sehingga rangsang yang diterima oleh pituitary juga meningkat, dan sekresi kortisol oleh

kelenjar adrenal juga meningkat. Apabila kondisi emosional telah stabil, coping mecahnism

menjadi positif, maka sinyal di otak akan menghambat pelepasan CRF dan siklus hormon-

stres berulang lagi (Akil & Morano 1995; Bear et al. 1996).

2.3 Hubungan Shalat Tahajud dengan Penurunan Stres

Hasan (2008) menyebutkan bahwa dalam Islam terdapat tiga tata cara yang dapat dilakukan

untuk berkomunikasi dengan Allah, salah satunya adalah shalat. Menurut Sukadiyanto

(2010), salah satu upaya membangun kedekatan dengan Allah adalah Shalat Tahajud. Shalat

tahajud yang dijalankan dengan merasakan dan melakukan cara bernapas yang baik dan

benar, maka individu akan terhindar dari stres yang berat. Sholeh (2010) juga menyebutkan

bahwa shalat tahajud yang dijalankan dengan penuh kesungguhan, khusyuk, tepat, ikhlas,

dan kontinyu dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan mengefektifkan coping

mechanism. Respons emosi positif (positive thinking), dapat menghindarkan reaksi stres.
2.4 Kerangka Teori

Shalat Tahajud

Dzikir Tadarus

Penurunan Stress

2.5 Kerangka Konsep

Shalat Tahajud

Durasi Khusuk Frekuensi

Penurunan Stres

2.6 Hipotesis

Terdapat hubungan antara shalat tahajud terhadap penurunan kadar kortisol

Terdapat korelasi antara sholat tahajud terhadap penurunan stress mahasiswa FK Unissula

Anda mungkin juga menyukai