Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………………………………1
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………….2
Bab II Laporan Kasus…………………………………………………………………4
Bab III Tinjauan Pustaka…………………………………………………………….11
Bab IV Pembahasan Kasus…………………………………………………………..21
Bab V Kesimpulan…………………………………………………………………...23
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….24

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orkitis adalah peradangan pada testis. Orkitis berbeda dari infeksi


traktus genitalia lain dalam dua hal, yaitu : jalur utama infeksi adalah
hematogen dan virus adalah organisme penyebab orkitis yang paling sering.
Infeksi diklasifikasikan sebagai orkitis viral , orkitis bacterial piogenik, atau
orkitis granulomatosa.

Sering terjadi pada pada laki-laki berumur diantara pra pubertas. Virus
adalah penyebab orkitis paling sering. Orkitis parotiditis adalah infeksi virus
yang sering terlihat , walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa
anak-anak telah menurunkan insidens. Dua puluh hingga tiga puluh persen
kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan orkitis terjadi
bilateral pada 15 % pria dengan orkitis paroditis. Pada laki-laki pubertas atau
dewasa biasanya terdapat kerusakan tubulus seminiferous dengan resiko resiko
infertilitas dan pada beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang
mengakibatkan hipoginadisme defisiensi testosteron. Orkitis jarang terjadi pada
pria prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna
tanpa disfungsi testiskular sesudahnya.

Virus lain yang dapat menyebabkan orkitis dan memberikan


gambaran klinis yang sama adalah Coxsakie B, mononukleosis. Orkitis bakteri
piogenik disebabkan oleh bakteri (Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa) dan infeksi parasit (malaria, filariasis,
skistosomasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan
dari epididimis.

2
Dilakukan biakan urine dan darah, serta biakan langsung dari testis
yang terinfeksi untuk mengidentifikasikan organisme penyebab. Pengobatan
untuk infeksi ini adalah antibiotik spesifik untuk organisme penyebab infeksi
tersebut. Tindakan yang memberikan kenyamanan seperti tirah baring,
penyangga skrotum, kantong es, dan analgesik dapat dilakukan.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan laporan kasus orchitis diharapkan mengetahui dan


memahami penyakit orchitis.

1.2.2 Tujuan Khusus

Untuk lebih mengenal dan mampu menjelaskan tentang ruang lingkup


orchitis dalah hal definisi, fisiologi, etiologi, dan penatalaksanaan orchitis.
Mampu menjelaskan dan memberikan terapi menyeluruh dan edukasi
kepada pasien mengenai upaya pencegahan kekambuhan pada orchitis.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas
Nama : Tn. I.A
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : --
Alamat : Jln. Sepinggan Asri III
Masuk Rumah Sakit : 18 Agustus 2017
Keluar Rumah Sakit : 20 Agustus 2017
No CM : 00.68.82.18

2.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis serta pemeriksaan fisik pada tanggal
18 Agustus 2017

Keluhan Utama
Nyeri pada buah zakar kiri 3 hari SMRS

Keluhan Tambahan
Benjolan pada buah zakar kiri 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki berumur 22 tahun datang ke IGD RSKD pada tanggal 18
Agustus 2017 dengan keluhan nyeri pada buah zakar kiri 3 hari SMRS. Nyeri
baru pertama kali dan dirasakan hilang timbul dan nyeri bertambah saat pasien
beraktivitas. Nyeri dirasakan menjalar ke bagian abdomen. Pasien juga mengeluh
benjolan pada buah zakar kanan 3 hari SMRS. Pasien sebelumnya mengeluh
demam dan gondongan 1 minggu sebelumnya Benjolan pada buah zakar, tidak
hilang timbul baik saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Tidak terdapat

4
discharge yang keluar dari benjolan. Tidak terdapat keluhan mual dan muntah.
Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal. BAK normal tidak ada
lendir ataupun darah, tidak ada nyeri saat BAK, BAB tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Keluhan serupa (-), Infeksi saluran kemih (-), Alergi (-), riwayat keluar
nanah & darah lewat kemaluan (-), riwayat Trauma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Keluhan serupa pada keluarga (-), alergi (-)

Riwayat Sosial:
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, merokok, tidak pernah jajan di luar

2.3. Pemeriksaan Fisik Generalis:


Dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2017
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Suhu : 39°C
Kepala
 Mata : konjugtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : dalam batas normal
 Hidung : dalam batas normal
 Mulut : dalam batas normal
Leher
 Parotis : edema minimal
Thorax

5
Pulmo
 Inspeksi : dinding dada simetris statis/dinamis
 Palpasi : stem fremitus simetris
 Perkusi : sonor +/+
 Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
 Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
 Palpasi : iktus cordis tidak teraba
 Perkusi : pembesaran batas jantung (-)
 Auskultasi : S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Datar, tidak tampak adanya massa
 Palpasi : supel
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus (+), normal
Ekstremitas
 Superior : akral hangat, tidak ada edema
 Inferior : akral hangat, tidak ada edema

Status Lokalis
Inspeksi: Tak tampak discharge, tampak tanda peradangan pada testis kiri,
testis kiri ukuran 6cm x 3cm
Palpasi: Teraba bengkak pada scrotum kiri, terdapat nyeri tekan, Phren test
positif

6
Gambar 2.1 Skrotum pasien

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Leukosit 13.030 4.500-11.500
Hemoglobin 15,9 14,0-18,0
Hematokrit 42,8 40,0-54,0
Trombosit 178.000 150.000-450.000
Eosinofil 0.00 1,0-3,0
Basofil 0.2 0–2
Segmen 77,1 50,0-70,0
Limfosit 31.20 25 – 40
Monosit 8.90 2–8
Eritrosit 5.3 4.40 – 5.90
MCV 79,6 80 – 94
MCH 29,6 26 – 32
MCHC 37,1 32 - 36

7
Urinalisis

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Glukosa Normal <50
Protein Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
pH 6,0 5-8
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit 1-3 1-5/LPB
Eritrosit 0-2 0-1/LPB
Epitel 1-3 0-4/LPB
Kristal Negatif Negatif

Tabel 2.1 dan 2.2 pemeriksaan darah lengkap dan urinalisis

2.5. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka
diagnosis pasien ini adalah Orkitis Sinistra

2.6. Penatalaksanaan
- Ceftriaxone inj 2x1 gr
- Ketorolac inj 3x30 mg
- Paracetamol 3x500 mg
2.7. Prognosis
- Ad Vitam : Dubia ad bonam
- Ad Sanationam : Dubia ad malam
- Ad Functionam : Dubia ad bonam

8
FOLLOW UP PASIEN

18 Agustus 2017

S/ Nyeri daerah Kemaluan, Benjolan pada testis kiri.

O/ Kesadaran : Compos mentis


Vital sign : TD : 120/70 mmHg, N : 92, RR : 24x/menit, Suhu : 39oC
Reguler
Kepala : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
Reflek cahaya (+/+)
Leher : JVP tidak meningkat, Suara dasar Vesikuler (+/+), Suara
tambahan (-/-),
Thorax : Bising jantung (-) gallop (-) S1-S2 murni

Abdomen : Supel, timpani, Bising usus (+) normal,

Genital : Tidak terdapat discharge, Scrotum tampak hiperemis di


kiri, Tampak testis membesar, Terdapat nyeri tekan
Ekstremitas : Akral tidak dingin dan tidak oedem
A/ Orchitis Sinistra
P/ Ceftriaxone inj 2x1 gr
Ketorolac inj 3x30 mg
Paracetamol tab 3 x 500 mg

19 Agustus 2017

S/ Nyeri daerah Kemaluan, Benjolan pada testis kiri


O/ Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD : 120/80 mmHg, N : 92x/m, RR : 24x/m, Suhu : 38,2oC

Genital : Tidak terdapat discharge, Scrotum tampak hiperemis di


kiri, Tampak testis membesar, Terdapat nyeri tekan
A/ Orchitis Sinistra
P/ Ceftriaxone inj 2x1 gr
Ketorolac inj 3x30 mg
Paracetamol tab 3 x 500 mg

9
20 Agustus 2017

S/ Nyeri pada kemaluan berkurang, Benjolan pada testis kiri


O/ Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD : 120/80 mmHg, N : 92x/m, RR : 24x/m, Suhu : 37,5oC

Genital : Tidak terdapat discharge, Terdapat nyeri tekan namun


sudah berkurang
A/ Orchitis Sinistra
P/ Pasien boleh pulang dan mendapat terapi rawat jalan :
- Cefixime 2x100 mg p.o
- Na Diklofenak 2x50 mg p.o

Pasien dianjurkan Kontrol ke Poli Urologi tanggal 23 Agustus 2017

10
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi dan Fisiologi Testis

Testis merupakan organ kelamin khusus pria dimana sepasang struktur


organ yang berbentuk oval dengan ukuran 4x2,5x2,5 cm dan berat kurang lebih
20 gr. Terletak di dalam scrotum dengan axis panjang pada sumbu vertikal dan
biasanya testis kiri lebih rendah diabnding kanan, Letak anatomis testis adalah
caudolateral dan craniomedial. Testis diliputi oleh tunica albuginea pada 2/3
anterior kecuali pada sisi dorsal dimana terdapat epididimis dan pedikel vaskuler.
Sedangkan epididimis merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak di
sekeliling bagian dorsal dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan epididimis
berasal dari arteri renalis.1

Gambar 3.1 Anatomi Testis

11
Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormone
androgen terutama testoteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus
yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantar tubulus
seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat dimana sel lydig berada.1
Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di
dekat ginjal menuju skrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan
mengenai proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan
intraabdominal. Factor endocrine dan axis hypothalamus-ptuitary-testis juga
berperan dalam proses desensus testis. Antara minggu ke 12 dan 17 kehamilan,
testis mengalami migrasi transabdominal menuju lokasi di dekat cincin inguinal
interna.1
Jaringan ikat testis dibagi menjadi 250 lobus pada bagian anterior dan
lateral testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang disebut tunica vaginalis
yang meneruskan diri menjadi lapisan parietal. Lapisan ini langsung berhubngan
dengan kulit terutam skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan
dengan epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya.1
Peredaran darah testis memiliki keterkaitan dengan peredaran darah di
ginjal karena asal embriologi ke dua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke
testis berasal dari aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan
arteri dan vasa deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna.
Aliran darah dari testis kembali ke pleksus pampiniformis di funikulus
spermatikus. Pleksus ini di annulus inguinalis interna akan membentuk vena
spermatika. Vena spermatika kanan akan masuk ke dalam vena cava inferior
sedangkan vena spermatika kiri akan masuk ke vena renalis sinistra.1
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis.
Testis berperan dalam sistem endokrin dan sistem reproduksi.
Fungsi testis yaitu spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH
dan sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.1

12
3.2. Definisi Orkitis

Orkitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap


infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondongan,
namun virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orkitis. Orkitis (inflamasi pada
testis) dapat disebabkan oleh bakteri, bisa unilateral maupun bilateral testis yang
terkena.2

3.3. Epidemiologi

Pada tahun 2002, epididimitis atau orkitis menyumbang untuk 1 di 144


kunjungan rawat jalan (0,69 persen) pada laki-laki 18-50 tahun Ada sekitar
600.000 kasus epididimitis per tahun di Amerika Serikat, yang sebagian besar
terjadi pada pria antara 18 dan 35 tahun .Dalam salah satu penelitian terhadap
prajurit Angkatan Darat AS, kejadian tertinggi pada pria antara 20 dan 29 tahun.
Dalam ulasan dari 121 pasien dengan epididimitis dalam pengaturan rawat jalan,
distribusi bimodal dicatat dengan kejadian puncak yang terjadi pada pria 16
sampai 30 tahun dan 51 hingga 70 tahun. Epididimitis lebih umum daripada
orchitis. Dalam sebuah penelitian rawat jalan, orchitis terjadi pada 58 persen pria
yang didiagnosis dengan epididymitis. Terisolasi orchitis jarang danumumnya
berhubungan dengan gondok infeksi pada anak laki-laki prepubertal.4
Secara nasional gondok wabah di Inggris dan Wales pada tahun 2004-2005
Efeknya terkait penyakit itu cukup, dengan > 43.000 dilaporkan kasus dan
>2.600 rawat inap. Dibandingkan dengan era pre-vaksin, usia rata-rata infeksi
adalah lebih tinggi, dengan infeksi yang terjadi terutama pada remaja yang lebih
tua dan muda dewasa. Insiden gondok orchitis telah menurun secara dramatis
sejak diperkenalkannya program vaksinasi anak . Selama beberapa tahun terakhir
gondok orchitis memiliki jarang terlihat di lembaga kami: Namun, baru-baru ini,
11 pasien dengan penyakit gondok orchitis dirawat di unit kami antara bulan
Maret dan September 2005. Peningkatan tajam ini juga melihat tempat lain di

13
Inggris; 25 kasus gondok orchitis dilaporkan oleh Urologi Departemen Royal
Liverpool University antara September 2004 dan April 2005.2

3.4. Etiologi

Virus adalah penyebab orkitis paling sering. Orkitis parotitis adalah infeksi
virus yang sering terlihat, walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada
masa anak-anak telah menurunkan insidens. Dua puluh hingga tiga puluh persen
kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan orkitis terjadi
bilateral pada 15 % pria dengan orkitis parotitis.1
Virus lain yang dapat menyebabkan orkitis dan memberikan gambaran
klinis yang sama adalah Coxsakie B, mononukleosis. Orkitis bakteri piogenik
disebabkan oleh bakteri (Brucellosis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa) dan infeksi parasit (malaria, filariasis, skistosomasis,
amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan dari epididimis.
Etiologi Orchitis akut:

1. Viral: gondok orchitis paling umum. Coxsackievirus A, varisela dan


echoviral infeksi langka.
2. Bakteri dan infeksi piogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas,
Staphylococcus dan spesies Streptococcus tidak biasa.

3.5. Faktor Predisposisi

Infeksi orkitis diklasifikasikan sebagai orkitis viral dan orkitis bacterial


piogenik

3.5.1. Orkitis viral

Virus merupakan penyebab tersering pada orkitis. Orkitis parotiditis


adalah infeksi virus yang paling sering terlihat. Virus lain yang dapat
menyebabkan orkitis dan gambaran klinis yang sama adalah virus coxsakie,
varisella. Virus Mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal

14
yang termasuk dalam genus paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus
parainfluenza dengan manusia sebagai satu-satunya inang. Virus mumps mudah
menular melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin.1

3.5.2. Orkitis bakterial piogenik

Disebabkan oleh bakteri Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella


pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa. Terinfeksi kuman Brucella dapat
mengalami abortus, retensi plasenta, orchitis dan epididimitis serta dapat
niengekskresikan kuman ke dalam uterus. Penularan penyakit ke manusia terjadi
melalui konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi atau melalui
membrana mukosa dan kulit yang luka, Berat ringan penyakit tergantung strain
Brucella yang menginfeksi.1

3.6. Patofisiologi

3.6.1. Orkitis viral

Infeksi ini ditularkan melalui kontak langsung, droplet, atau melalui udara.
Penyebaran melalui darah adalah utama rute infeksi testis terisolasi ini menyebar
dengan cepat dan rentan orang yang tinggal di dekat proximity. Kemudian di
akhir masa inkubasi menyebabkan penyebaran virus ke organ, sehingga infeksi
sistemik ditandai dengan parotitis klasik atau manifestasi klinis organ lain.
Sistem saraf pusat, saluran kemih, dan organ genital juga bisa menjadi awalnya
efek terjadinya orkitis1

3.6.2. Orkitis bakterial piogenik


Disebabkan oleh bakteri Brucellosis, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.dan infeksi parasitik (malaria, filariasis,
skistomisis, amebiasis) atau kadang – kadang infeksi ricketsia yang di tularkan
dari epididimis. Penyakit sistemik seperti difteri, demam tifoid, demam
paratifoid, dan demam scarlet dapat ditularkan melalui aliran darah.1

15
3.7. Diagnosis
3.7.1. Anamnesis
Sebagian besar pasien dengan orkitis datang dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada testis. Keluhan biasanya disertai dengan demam, mual dan
muntah, nyeri kepala, kurang nyaman saat duduk. Keluhan tambahan dapat
berupa nyeri dan panas saat berkemih. Kadang pasien mengeluh sakit gondongan
sebelumnya.2,5
3.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis
berwarna kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat dipalpasi.
Selangkangan pasien kadang membengkak pada sisi testis yang terkena.2,5
3.7.3. Pemeriksaan Penunjang
Pada orchitis yang disebebabkan oleh bakteri dan virus terjadi
peningkatan leukosit dalam pemeriksaan darah lengkap.2

3.8. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan kultur urin


 Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhea)
 Pemeriksaan darah lengkap
 USG Testis terutama dengan USG Doppler, untuk mengetahui kondisi testis,
menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum.2

3.9. Diagnosis Banding

3.9.1. Torsio Testis

Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus, sehingga terjadi


hambatan aliran darah ke testis, sehingga apabila 5-6 jam (golden period) tidak
mendapatkan terapi akan terjadi atrofi testis. Karena perfusi oleh vasa spermatika

16
interna menurun. Torsio paling sering terjadi pada usia pubertas. Torsi dimulai
dari kontraksi testis sebelah kiri, dimana testis kiri berputar berlawanan dari arah
jarum jam sehingga terjadi oedem testis dan funikulus spermatikus akibatnya
iskemia. Gambaran klinis torsio testis, biasanya pasien mengeluh nyeri hebat di
daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis.5
Pada pemeriksaan fisik tampak testis membengkak, letaknya lebih tinggi
dan lebih horizontal daripada testis kontralateral. Kadang-kadang pada torsio
yang baru saja terjadi. Dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus
spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam. Pemeriksaan
sedimen urine tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urine dan pemeriksaan
darah tidak menunjukkan tanda inflamasi. Pada torsio testis tidak didapatkan
adanya aliran darah ke testis sedangkan pada keradangan akut testis lainnya
sehingga dapat terjadinya peningkatan aliran darah ke testis.5
Terapi torsis testis: (1) detorsi manual, yaitu dengan mengembalikan posisi
testis ke asalnya dengan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio,
dengan local anastesi (lidokain 1%) pada funikulus spermatikus di annulus 10-20
ccbila gagal dilakukan operasi. (2) operasi, tujuannya adalah untuk
mengembalikan testis kearah yang benar. Bila testis viabeldilakukan
orkidopeksi pada tunica dartos, dilanjutkan orkidopeksi sisi kontralateral pada 3
tempat. Bila testis nekrosisdilakukan orkidektomi disusul orkidopeksi sisi
kontralateral.5

3.9.2. Epididimitis

Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis. Reaksi


inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Diduga reaksi inflamasi ini
berasal dari bakteri yang berada di dalam buli-buli, prostat atau uretra yang
secara ascending menjalar ke epididimis. Dapat pula terjadi refluks urine melalui
duktus ejakulatorius atau penyebaran bakteri secara hematogen atau langsung ke
epididimis. Mikroba penyebab infeksi pada pria dewasa muda (<35 tahun) yang
tersering adalah chlamidia trachomatis atau neisseria gonorhoika, sedangkan

17
pada anak-anak dan orang tua yang tersering adalah E.coli atau ureoplasma
ureolitikum. Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri mendadak pada
daerah skrotum diikuti dengan bengkak pada kauda hingga caput epididimis.
Tidak jarang disertai demam, malaise, dan nyeri dirasakan hingga ke pinggang.
Pada pemeriksaan menunjukkan pembengkakan pada hemiskrotum dan kadang
kala pada palpasi sulit memisahkan antara epididimis dengan testis. Reaksi
inflamasi dan pembengkakan dapat menjalar ke funikulus spermatikus pada
daerah inguinal. Gejala klinis epididimitis akut sulit dibedakan dengan torsio
testis. Pada epididimitis akut jika dilakukan elevasi (pengangkatan) testis, nyeri
akan berkurang dan hal ini berbeda dengan torsio testis.5

3.10. Penatalaksanaan

Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling


penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya
hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis
karena virus.1

Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara


seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah
resisten.1

Contoh antibiotik:

a. Ceftriaxone

Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-


negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding

18
proteins. Dewasa IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak
melebihi 125 mg / hari.1

b. Doxycycline

Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara


mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri.
Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore.
Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis
terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari.1

c. Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain
rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal
pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali
untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak
melebihi 250 mg / hari.1

3.11. Komplikasi

 Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat
atrofi testis.
 Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
 Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orkitis unilateral.
 Absses skrotum
 Infark testis
 Rekurensi
 Epididimitis kronis.4

19
3.12. Prognosis
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam
3-10 hari dan dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus
orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.4

20
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pasien Tn. I.A, usia 22 tahun datang dengan keluhan nyeri buah zakar kiri sejak
3 hari SMRS. Pasien sebelumnya mengeluh terkena gondongan 1 minggu SMRS.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan eritem dan pembengkakan pada skrotum kiri, nyeri
tekan saat saat diraba maupun digerakkan, namun pasien merasa berkurang sakitnya
ketika dilakukan phren test yang hasilnya positif dimana testis yang sakit dinaikkan
tinggi dari testis yang tidak sakit. Hasil pemeriksaan penunjang yakni darah lengkap
menunjukkan peningkatan leukosit dan urin tampak keruh ketika dilakukan urinalisis.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan, maka pasien ini didiagnosis dengan Orkitis sinistra. Pada bab ini akan
dibahas perbandingan antara kasus yang didapat dengan teori yang ada mengenai
Orkitis.

Kasus Teori
Pasien mengeluh nyeri buah zakar kiri Salah satu tanda klinis utama dari Orkitis
adalah nyeri salah satu atau kedua testis
Pasien mengeluh sebelumnya terserang Sebagian besar etiologi kasus Orkitis
gondongan 1 minggu SMRS adalah Virus Mumps (Paramyxovirus) dan
sekitar 70% kasus orkitis yang disebabkan
oleh virus mumps bersifat unilateral
Dari pemeriksaan fisik, terlihat Pemeriksaan Fisik Orkitis :
kemerahan dan bengkak pada skrotum - Look : Skrotum terlihat eritem dan
kiri dan nyeri skrotum saat diraba edema
maupun digerakkan - Feel : Nyeri skrotum ketika di
palpasi maupun digerakkan

21
Pasien merasa sedikit nyaman atau nyeri Pada kasus Orchitis : Phren Test Positif
pada daerah skrotum nya berkurang - Positif : Lebih nyaman atau nyeri
ketika dinaikkan berkurang ketika skrotum
dinaikkan
- Negatif : Nyeri tidak berkurang
ketika skrotum dinaikkan
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap : Sebagian besar kasus pemeriksaan darah
Leukosit : 13.030 (11.500) lengkap pada kasus orhitis nilai Leukosit
nya meningkat dari batas normal
Diagnosis banding pada kasus ini adalah Pada kasus Orchitis dapat dibedakan
Epididimitis dan Torsio Testis dengan Epididimitis dan Toriso Testis
dengan Pemeriksaan Phren Test.
Epididimitis dan Torsio Testis : Phren (-)
Orkitis : Phren (+)
Pasien ini mendapatkan terapi antibiotic, Penatalaksanaan Orkitis secara umum
analgesik dan antipiretik bersifat suportif dan simptomatik.

Sebagian besar pasien Orkitis akan


sembuh sendiri dalam 3-10 hari kecuali
penyebab utama nya adalah bakterial

22
BAB V

KESIMPULAN

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi, penyebab
orchitis adalah virus (mumps) dan bakteri (e.coli, N.gonorrea, chlamidia, klebseilla,
pseudomona dll). Gejala yang ditimbulkan adalah bengkak dan nyeri pada testis dan
disertai demam. Penatalaksanaan orkitis adalah dengan terapi suportif yaitu bed rest
dan elevasi skrotum. Terapi spesifik yaitu dengan pemberian antibiotik.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Prince, Sylvia A. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.


Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : Media
Aesculapius
2. Trojian, Thomas H. dkk. Epididymitis and Orchitis : An Overview. 2009.
Available from : www.aafp.org. 79(7):583-7
3. Masarani M , Wazait H, dkk. Mumps orchitis. Journal of the royal society of
medicine. 2006
4. Tae bum, Hum Byeong, Kim jae, dkk. Clinical Features of Mumps Orchitis
in Vaccinated Postpubertal. Department of Urology, Korea University
School of Medicine, Seoul, Korea. 2012
5. Sjamsuhidayat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2003

24
25

Anda mungkin juga menyukai