Makalah Keramik
Makalah Keramik
MAKALAH
KERAMIK
Oleh :
Kelompok 1
Kelas 4KC
KATA PENGANTAR
Kelompok 1 4KC Page 1
Makalah Bahan Konstruksi Kimia Keramik
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah yang maha mempunyai ilmu karena atas
berkat dan rahmatn-Nya makalah berjudul Keramik ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada Ibu Ir. Rusdianasari, M.Si. sebagai
dosen pembimbing mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
Makalah ini, dibuat sebagai tugas mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia dan
diharapkan dapat menunjang mata kuliah yang bersangkutan di Jurusan Teknik Kimia
sebagai bacaan tambahan yang berbarengan dengan proses pembelajaran.
Kritik dan saran sangat diharapkan karena penulis sadar bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini. Tak lupa, ucapkan terima kasih turut disampaikan kepada
para pembaca yang telah meluangkan waktu untuk melirik makalah ini.
Penulis
Kelompok 1, 4KC
BAB I
PENDAHULUAN
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu
bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia
tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk
menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan
sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian
keramik terbaru juga mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk
padat. (Yusuf, 1998:2).
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia
dibandingkan elemennya. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi
kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu, sifat keramik juga tergantung pada
lingkungan geologi dimana bahan diperoleh.
Secara umum, struktur keramik sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik
tergolong sebagai konduktor listrik dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping
itu, keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai
kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya. Pengetahuan lebih lanjut mengenai
jenis-jenis, penggolongan, dan penggunaan keramik akan dibahas pada makalah ini.
Adapun tujuan dan manfaat yang diharapkan dari makalah ini antara lain :
BAB II
PEMBAHASAN
Tiap jenis keramik memiliki sifat yang berbeda. Sifat yang umum dan mudah dilihat
secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh. Hal ini dapat dlihat pada
keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya.
Coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam,
pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu,
terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam.
Sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari
clay, flint dan feldspar tahan sampai dengan suhu 12000C, keramik engineering seperti
keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 20000C. kekuatan tekan tinggi, sifat ini
merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.
Pada prinsipnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Keramik tradisional
b. Keramik halus
Kaca-keramik memiliki fase amorf dan fase kristalin satu atau lebih dan diproduksi
dengan proses kristalisasi terkontrol. Kaca-keramik biasanya memiliki antara 30% dan 90%
kristalinitas dan menghasilkan array dari bahan dengan sifat termomekanis menarik. Glass
Ceramic yang sebagian besar diproduksi dalam dua langkah. Pertama, kaca terbentuk oleh
proses pembuatan kaca. Gelas didinginkan dan kemudian dipanaskan pada langkah kedua.
Dalam perlakuan panas, sebagian kaca mengkristal.
Berdasarkan derajat vitrifikasi/ derajat pengurangan pori dan temperatur pembakaran, jenis
keramik terbagi atas :
Gambar 10. A Tunnel kiln and kiln car lined with refractories from Shinagawa
Refraktori sibakar pada suhu tinggi dengan sedikit fluks, derajat vitrifikasi rendah. Contoh
refraktory adalah Fire brick, Magnesite brick, Aluminium silikat, Olivine product.
c. Keramik Bangunan
Dibakar pada suhu rendah dengan jumlah fluks yang tinggi dan derajat vitrifikasi rendah.
Contoh : Building brick, Face brick, Teracota, Sewerpipe, draintile
c. Feldspar
Fungsi feldspar adalah sebagai bahan pengikat dan berguna untuk menurunkan temperatur
pembakaran. Jenis-jenis feldspar antara lain K-feldspar, Na-feldspar, dan Ca-feldspar
d. Bahan Tambahan
Bahan tambahan diberikan sesuai dengan produk. Adapun bahan tambahan antara lain :
Fluxing agent :
- Fluorspar - Nepheline syenite
- Barium mineral - Cyolite
Refractory ingredient
– Alumina - dolomit
– Olivine - chromite
– Zircona - magnesite
– Titania - dll
Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali dari perut bumi
dan dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali memurnikan bubuk ini dengan
mencampurkannya dengan suatu larutan hingga terbantuk endapan pengotor. Kemudian
endapan tadi disaring dan bubuk material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis
dan air. Hasilnya, bubuk dengan tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1
mikrometer (0.0001 centimeter).
a. Pembentukan
Setelah pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk meekatkan bubuk
keramik dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat ditambahkan untuk
mendapatkan kelenturan dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut dapat menjadi bentuk yang
berbeda-beda dengan beragam proses pembentukan (molding). Proses pembentukan ini
diantaranya adalah slip casting, pressure casting, injection molding, dan extruction. Setelah
dibentuk, keramik kemudian dipanaskan dengan proses yang dikenal dengan nama
densifikasi (densification) agar material yang terbantuk lebih kuat dan padat.
1. Slip Casting. Slip Casting adalah proses untuk membuat keramik yang berlubang.
Proses ini menggunakan cetakan dengan dinding yang berlubang-lubang kecil dan
memanfaatkan daya kapilaritas air.
2. Pressure Casting. Pada proses ini, bubuk keramik dituangkan pada cetakan dan
diberi tekanan. Tekanan tersebut membuat bubuk keramik menjadi lapisan solid
keramik yang berbentuk seperti cetakan.
3. Injection Molding. Proses ini digunakan untuk membuat objek yang kecil dan rumit.
Metode ini menggunaan piston untuk menekan bubuk keramik melalui pipa panas
masuk ke cetakan. Pada cetakan tersebut, bubuk keramik didinginkan dan mengeras
sesuai dengan bentuk cetakan. Ketika objek tersebut telah mengeras, cetakan dibuka
dan bagian keramik dipisahkan.
4. Extrusion. Extrusion adalah proses kontinu yang manama bubuk keramik dipanaskan
didalam sebuah tong yang panjang. Terdapat baling-baling yang memutar dan
mendorong material panas tersebut kedalam cetakan. Karena prosesnya yang kontinu,
setelah terbentuk dan didinginkan, keramik dipotong pada panjang tertentu. Proses ini
digunakan untuk membuat pipa keramik, ubin dan bata modern.
b. Densifikasi
Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah keramik
menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan pada tungku
(furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 17000C. Pada proses pemanasan, partikel-
partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini menyebabkan objek keramik
menyusut hingga 20% dari ukuran aslinya. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk
memaksimalkan kekerasan keramik dengan mendapatkan struktur internal yang tersusun
rapih dan sangat padat.
Proses pembentukan keramik umumnya dilakukan dengan Teknik Putar. Teknik putar tatap
merupakan teknik pembuatan keramik dengan alat yang identik dengan teknik putar. Proses
pembentukan benda ddilakukan dengan cara memukul bagian luar dan menahan bagian
dalam dinding benda.
Alat utama yang digunakan, putaran tangan, pukul(paddle), penahan bagian dalam(anvil).
Benda yang dibuat secara visual menampakan tekstur bekas pukulan sebagai dekorasi.
Pembuatan dasar benda dengan cara memukul sampai membentuk setengah bola
Pukul dengan anvil dilakukan untuk memadatkan dan melebarkan benda keramik
Lakukan pemadatan dinding benda dengan cara dipukul dan ditahan bagian dalam
Bahan-bahan yang terdapat dalam refraktori, biasanya merupakan senyawa oksida logam
yang memiliki daya tahan terhadap suhu tinggi. Berikut ini beberapa senyawa oksida yang terdapat
dalam refraktori:
Silikon Oksida
Silikon oksida banyak dijumpai dalam bebatuan dan mineral-meneral, mempunyai titik leleh
1713oC. Silikon oksida juga dapat dibentuk dari silikon yang direaksikan dengan oksigen
membentuk dioksida.
Kalsium Oksida
Senyawa padat putih dengan titik leleh 2572 °C dibentuk melalui pemanasan kalsium dengan
oksigen atau dari penguraian kalsium karbonat (batu kapur).
Magnesium Oksida
Magnesium oksida mempunyai titik leleh 2800°C, dapat dibuat dengan memanaskan
magnesium dengan oksigen, atau dari penguraian garam-garam Mg-nya seperti Mg(OH)2,
MgCO3, Mg(NO3)2
Besi (III) Oksida
Suatu zat padat berwarna coklat kemerah-merahan dengan titik leleh 1580 oC, yang dapat
diperoleh dengan memanaskan Fe(OH)3 atau FeSO4 pada suhu tinggi (Sunarya, 2003).
Beberapa sifat-sifat penting refraktori adalah:
Titik leleh
Bahan-bahan murni meleleh dengan seketika pada suhu tertentu. Hampir kebanyakan bahan
refraktori terdiri dari partikel yang terikat bersama dan memiliki suhu leleh tinggi. Pada suhu
tinggi, partikel tersebut meleleh dan membentuk terak. Titik leleh refraktori adalah suhu
dimana piramida uji (kerucut) gagal mendukung beratnya sendiri.
Ukuran
Bentuk dan ukuran refraktori merupakan bagian dari rancangan tungku, karena hal ini
mempengaruhi stabilitas struktur tungku. Ukuran yang tepat sangat penting untuk memasang
bentuk refraktori dibagian dalam tungku dan untuk meminimalkan ruang antara sambungan
konstruksinya.
Bulk density
Bulk density merupakan sifat refraktori yang penting, yakni jumlah bahan refraktori dalam
suatu vo lum (kg/m3). Kenaikan dalam bulk density refraktori akan menaikan stabilitas
volum, kapasitas panas dan tahanannya terhadap penetrasi terak.
Porositas
Porositas merupakan volume pori-pori yang terbuka, dimana cairan dapat menembus, sebagai
persentase volum total refraktori. Sifat ini penting ketika refraktori melakukan kontak
dengan terak dan isian yang leleh. Porositas yang nampak rendah mencegah bahan leleh
menembus refraktori. Sejumlah besar pori-pori kecil biasanya lebih disukai daripada sejumlah
kecil pori-pori yang besar.
Cold crushing strength
Cold crushing strength merupakan resistansi refraktori terhadap kehancuran yang sering
terjadi selama pengiriman. Hal ini hanya keterkaitan tidak langsung terhadap kinerja
refraktori, dan digunakan sebagai salah satu indikator resistansi terhadap abrasi.
Kerucut pyrometric dan kerucut pyrometric eqivalen/ Pyrometric Cones Equivalent (PCE)
‘Kerefraktorian’ batu bata (refraktori) adalah suhu dimana refraktori melengkung yang
disebabk a n tidak dapat menahan beratnya lagi, Kerucut pyrometric digunakan di industri
keramik untuk menguji kerefraktorian batu bata (refraktori). Kerucut ini terdiri dari
campuran oksida yang dikenal meleleh pada kisaran suhu yang sempit. Kerucut dengan
komposisi berbagai oksida diletakkan berurutan sesuai dengan suhu lelehnya sepanjang bata
refraktori dalam tungku. Tungku dibakar dan suhunya akan naik. Satu kerucut akan
melengkung bersama bata refraktori. Nilai ini merupakan kisaran suhu dalam oC, dimana
diatas suhu tersebut refraktori tidak dapat digunakan. Hal ini disebut suhu Kerucut Pyrometric
Ekivalen (Gambar 3)
Creep pada suhu tinggi: Creep merupakan sifat yang tergantung pada waktu, yang
menentukan rusaknya bentuk pada waktu dan suhu yang diberikan pada bahan refraktori
dengan penekanan.
Stabilitas volum, pengembangan, dan penyusutan pada suhu tinggi: kontraksi atau ekspansi
refraktori dapat berlangsung selama umur pakai. Perubahan yang permanen dalam ukurannya
dapat disebabkan oleh:
- Perubahan dalam bentuk allotropic, yang dapat menyebabkan perubahan dalam specifi
gravity
- Reaksi kimia, yang menghasilkan bahan baru dari specific gravity yang berubah
- Pembentukan fase cair
- Reaksi sintering
- Penggabungan debu dan terak atau karena adanya alkali pada refraktori semen tahan api,
membentuk basa alumina silikat. Hal ini biasanya teramati pada blast furnace.
Konduktivitas panas
Konduktivitas panas tergantung pada komposisi kimia dan mineral dan kandungan silika
pada refraktori dan pada suhu penggunaan. Konduktivitas biasanya berubah dengan naiknya
suhu. Konduktivitas panas refraktori yang tinggi dikehendaki bila diperlukan perpindahan
panas yang melalui bata, sebagai contoh dalam recuperators, regenerators, muffles, dll.
Konduktivitas panas yang rendah dikehendaki untuk penghematan panas seperti refraktori
yang digunakan sebagai isolator. Isolasi tambahan dapat menghemat panas namun pada
saat yang sama akan meningkatkan suhu panas permukaan, sesampai diperlukan refraktori
yang berkualitas lebih baik. Oleh sebab itu, atap bagian luar dari tungku dengan perapian
terbuka/ tungku open hearth biasanya tidak diisolasi, karena akan menyebabkan runtuhnya
atap. Refraktori yang ringan dengan konduktivitas panas yang rendah d igunakan secara luas
pada tungku perlakuan panas suhu rendah, sebagai contoh dalam tungku jenis batch d imana
kapasitas panas struktur refraktori yang re ndah meminimalkan panas tersimpan selama siklus
pemanasan dan pendinginan. Refraktori untuk isolasi memiliki konduktivitas panas yang
sangat rendah.
2.4.2.4 Magnesit
Refraktori magnesit merupakan bahan baku kimia, yang mengandung paling sedikit
85 persen magnesium oksida. Tersusun dari magnesit alami (MgCO3). Sifat-sifat refraktori
magnesit tergantung pada konsentrasi ikatan silikat pada suhu operasi. Magnesit kualitas
bagus biasanya dihasilkan dari perbandingan CaO-SiO2 yang kurang dari dua dengan
konsentrasi ferrit yang minimum, terutama jika tungku yang dilapisi refraktori beroperasi
pada kondisi oksidasi dan reduksi. Perlawanan terak sangat tinggi terutama terhadap kapur
dan terak yang kaya dengan besi.
Alumina yang sangat berpori digunakan untuk melapisi tungku dengan suhu operasi sampai
mencapai 1850oC.
2.4.2.8 Monolitik
Refraktori monolitik adalah sebuah cetakan tunggal dalam pembentukan peralatan,
seperti sendok besar seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9. Refraktori ini secara cepat
menggantikan refraktori jenis kovensional dalam banyak digunakan termasuk tungku-tungku
industri. Keuntungan utama monolitik adalah:
Penghilangan sambungan yang merupakan titik kelemahan
Metoda penggunaannya lebih cepat
Tidak diperlukan keakhlian khusus untuk pemasangannya
Mudah dalam penanganan dan pengangkutan
Cakupan yang lebih baik untuk mengurangi waktu penghentian dalam perbaikan
Cakupannya sungguh mengurangi tempat penyimpanan dan menghilangkan bentuk
khusus
Penghematan panas
Tahanan spalling yang lebih baik
Stabilitas volum yang lebih besar
Penempatan monolitik menggunakan berbagai macam metoda, seperti ramming, penuangan,
gunniting, penyemprotan, dan sand slinging. Ramming memerlukan tool yang baik dan
kebanyakan digunakan pada penggunaan dingin dimana penggabungan bahan merupakan hal
yang penting. Dikarenakan semen kalsium aluminat merupakan bahan pengikat, maka bahan
ini harus disimpan secara benar untuk mencegah penyerapan kadar air. Kekuatannya mulai
berkurang setelah 6 sampai 12 bulan.
Email vitreo
Porselen atau email vitreo atau email kekaca (vitrous enamel) adalah campuran keramik
yang mengandung banyak fluks, yang dipasangkan dalam keadaan dingin atau cair kepada
logam yang berada dalam keadaan panas merah sedang. Disini berlangsung vitrifikasi
sempurna. Penerapan email pada emas, perak dan tembaga sudah ada sejak dahulu kala.
Enamel Braclet
Bahan ini sudah digemari sebagai bahan dekorasi yang indah dan digunakan secara
komersial karena merupakan produk yang tahan pakai, penerapannya luas, mudah
dibersihkan, dan tahan terhadap korosi. Penggunaannya dewasa ini ialah dalam suku-suku
pipa, perabot dapur, peralatan industri, baja berlapis email kaca untuk penggunaan dibidang
kimia. Pasarannya dibidang rumah tangga sudah berkurang dengan dikembangkannya lapisan
organik bahan bakar yang lebih modern, tetapi pasaran baru telah terbuka di bidang lampu
elekto-luminisensi.
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan tidak hanya harus bersih dan murni tapi juga harus
mempunyai kehalusan, komposisi mineral yang tepat, bentuk butiran yang tepat dan berbagai
sifat fisika lainnya, sesuai dengan jenis email yang dikehendaki. Bahan baku yang digunakan
dalam industri email dapat dibagi menjadi menjadi 6 kelompok yaitu refraktori, fluks,
opasifikator, warna, bahan pengembang, dan elektrolit.
Refraktori mencakup bahan seperti kuarsa, feldsfar dan lempung yang memberikan
sifat asam pada leburan dan memberikan tubuh pada kaca. Fluks adalah bahan seperti boraks,
soda abu, kriolit, dan flouspar, yang bersifat bass dan bereaksi dengan refraktori asam
sehingga membentuk kaca. Bahan ini cenderung menurunkan titik lebur email. Opasifikator
adalah senyawa yang ditambahkan kepada kaca untuk memberikan warna putih buram yang
menjadi ciri email vitreo, ada 2 jenis opasifikator yaitu opasifikator tak larut (titanium oksida,
timah oksida, dan zirkonium oksida) dan opasifitator devitrifikasi (kriolit dan flourspar). Pada
tahun 1945, email dengan opasifitator titanium oksida dikembangkan secara komersial dan
sejak itu telah banyak dipakai di industri karena opositasnya tinggi, demikian pula
ketahanannya terhadap asam. Keunggulannya terutama adalah bahwa pemasangannya dapat
dibuat lebih tipis dari opasifitator yang ada sebelumnya dan karena itu lebih sukar pecah di
samping lebih halus dan lebih cerah. Opasifitator devitrifkasi juga berfungsi sebagai fluks
dan membuat email lebih mudah lebur. Bahan warna adalah oksida, unsur, garam atau frit
yang dapat berfungsi sebagai refraktori atau sebagai fluks. Bahan pengapung (floating agent)
seperti lempung, getah, dipilih untuk mengapungkan email dari air. Lempungnya harus
bersifat plastik murni, elektrolit misalnya boraks, soda abu dan magnesium sulfat, magnesium
karbonat ditambahkan untuk mempeptisasi lempung dan agar email tersuspensi dengan baik
di dalam air.
Pembuatan Frit
Pembuatan kaca email atau frit, serupa dengan tahap pertama pembuatan kaca biasa.
Bahan baku dicampur dalam perbandingan tertentu dan dimasukkan ke dalam tanur pelebur
dan dijaga pada suhu kira-kira 1370oC selama 1 sampai 3 jam. Setelah keseluruhan massa
mencair seragam, campuran tersebut dituang keluar dari tanur ke dalam tanki pendingin kejut
(kuens) yang berisi air dingin, sehingga leburan tersebut hancur menjadi jutaan pecahan
halus. Bahan ini disebut frit. Email biasanya dibuat dalam proses basah dengan menggiling
prawis, yang terutama terdiri dari campuran frit dan lempung (lempung sebagai bahan
penolong suspensi) di dalam mesin giling bola, kemudian dilewatkan melalui ayak 200 mesh.
Salah satu langkah maju yang menyederhanakan proses ini ialah dikembangkannya
pemasangan email dengan semprot serbuk elektrostatik. Serbuk yang diperlukan tersedia siap
pakai, sehingga tidak memerlukan lagi penggilingan di tempat. Teknologi ini juga
menghemat energi yang biasanya diperlukan untuk menyingkirkan air dalam proses basah
yang konvensional.
Pemanggangan
Semua email harus dipanggang di atas barangnya sehingga melebur menjadi suatu
lapisan yang halus, sinambung dan seperti kaca. Persyaratan untuk pemanggangan yang baik
dan berhasil adalah:
(1) suhu pemanggangan cocok, 750-800oC;
(2) waktu, 1-15 menit;
(3) barang ditopang dengan benar;
(4) pemanasan dan pendinginan seragam;
(5) atmosfer bebas dari debu.
Dewasa ini tebal email biasanya adalah 0,165 mm, sedang beberapa tahun yang lalu
adalah sekitar 0,66 mm, dan makin banyak produk yang dibuat dengan satu lapisan saja dan
tidak pernah sumbing karena menggunakan opasifikator yang lebih baik.
Peralatan khusus yang bersalut email atau kaca yang banyak digunakan di pabrik-pabrik
kimia, diuji dengan penguji listrik frekuensi tingi untuk mengetahui adanya cacat halus yang
hanya dapat dideteksi dengan cara ini, tetapi cara ini juga memberi kemungkinan meresapnya
korosi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan keramik adalah tanah liat(clay),
pasir (kuarsa), dan feldspar. Namun ada juga beberapa bahan tabahan yang
ditambahkan sesuai dengna produk yang kan dibuata yaitu Fluxing agent dan
refractory ingredient
Pada prinsipnya Jenis- jenis keramik terbagi atas:
a. Keramik Tadisional
b. Keramik Halus
c. Glass Keramik
Berdasarkan derajat vitrikasi /derajat pengurangan pori dan temperature pembakaran ,
jenis keramik terbagi atas:
a. Keramik Putih (White Wares)
b. Refractory
c. Keramik Bangunan
Email merupakan bahan tidak tebus padang yang dibakarkan secara berlapis (3-6 lapis)
pada bahan dasar. Sifat fisik email merupakan massa yang mirip gelas dan dapat
menempel dan kuat. Email sering digunakan sebagai bahan dekorasi karena merupaka
produk yang tahan pakai. Selain itu, email juga sering dipakai dalam suku-suku pipa,
perabot dapur, peralatan industri.
Daftar Pustaka
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik. Diakses tanggal 28 Maret 2011.
Mattison, Steve .1998, . Ceramics, Step BY Step Instructions for 18 Delightful Projects.
Apple Press. London.
Suharno, Bambang. File Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik. Refraktori.
2008. Jakarta : Universitas Indonesia.
Tim Studio Keramik. 2007. Modul Pendidikan Dan Pelatihan, P4TK Seni Dan Budaya
Yogyakarta.
Van Vlack, Lawrencee. 1985. Ilmu dan Teknologi Bahaan. Bahan Keramik. Erlangga.