Makalah Kekerasan Pada Perempuan
Makalah Kekerasan Pada Perempuan
DI SUSUN OLEH :
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah
memberikan kami akal budi sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen pengajar. Dalam
makalah ini penulis membahas tentang “KEKERASAN PADA PEREMPUAN”
dengan pertimbangan materi atas merupakan bahan pembelajaran sehingga dapat
membantu lebih memahami KEKERASAN PADA PEREMPUAN .
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan,
baik isi materi atau penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan
hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini
sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar serta
teman-teman sekalian yang telah membaca makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk
kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, merupakan
pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta
bentuk diskriminasi yang harus di hapus.
3. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah perempuan,
harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan
terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau per lakuan yang meren
dahkan derajat dan mar tabat kemanusiaan.
4. Bahwa dalam kenyataannya kasus ke keras an dalam rumah tangga banyak terjadi,
sedangkan sistem hukum di Indonesia belum menjamin perlin dungan terhadap korban
kekerasan dalam rumah tangga.
5. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Peng ha pus an Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.
Pada Korban
Kesehatan Fisik seperti memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah tulang dan
luka dalam), gangguan kesehatan yang khronis, gangguan pencernaan, perilaku
seksual beresiko, gangguan makan, kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, terinfeksi penyakit menular seksual,
HIV/AIDS Kesehatan Mental: seperti depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku
obsesif kompulsif, disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma Produktivitas
kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit berkonsentrasi,
berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan medis, atau memenuhi
panggilan polisi/meng-hadiri sidang. Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku,
kematian karena aborsi/kegugur-an/AIDS
Pada Anak
Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah, Terhambatnya kemampuan untuk
menjalin hubungan yang dekat dan positif dengan orang lain, Kecenderungan lari dari
rumah, adanya keinginan bunuh diri Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung
menjadi korban kekerasan yang serupa di masa remaja/dewasanya
Pada Masyarat & Negara
Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut serta
dalam kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan dan menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat.
Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun pengadilan,
serta biaya untuk perawatan kesehatan bagi korban
Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan
Upaya pencegahan dan penanganan korban maupun pelaku yang ada masih jauh dari
memadai. Bagi para perempuan penyandang cacat, kondisi ini lebih berat dirasakan Khusus
tentang dukungan bagi korban untuk dapat melanjutkan hidupnya secara mandiri, sehat dan
bermartabat, dibutuhkan beragam dukungan yang bentuknya fleksibel sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan korban, dan bersifat memberdayakan Jalan keluar, pemecahan
masalah gender dalam tindak kekerasan terhadap perempuan perlu dilakukan secara
serempak, baik upaya yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dari segi
pemecahan praktis jangka pendek, dapat dilakukan upaya program aksi yang melibatkan
perempuan agar mereka mampu menghentikan masalah mereka sendiri, seperti kekerasan,
pelecehan dan berbagai stereotype terhadapnya.
Mereka sendiri harus mulai memberikan pesan penolakan secara jelas kepada pelaku
yang melakukan kekerasan dan pelecehan agar kegiatan kekerasan dan pelecehan tersebut
terhenti. Sementara usaha perjuangan strategis jangka panjang perlu dilakukan untuk
memperkokoh usaha praktis tersebut. Perjuangan strategis ini meliputi berbagai peperangan
ideologis di masyarakat. Bentuk-bentuk peperangan tersebut misalnya, dengan
melancarkan kampanye kesadaran kritis dan pendidikan umum masyarakat untuk meng-
hentikan berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan. Upaya strategis lain perlu
melakukan studi tentang berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan untuk selanjutnya
dipakai sebagai advokasi guna merubah kebijakan, hukum dan aturan pemerintah yang
dinilai tidak adil terhadap kaum perempuan. Menghentikan ketidakadilan gender dalam
aspek kekerasan terhadap perempuan, berarti mengangkat kepentingan perempuan dan
membuat mereka lebih berdaya, hal ini merupakan bagian dalam rangka mengangkat
harkat dan martabat perempuan. (SUSANTO. 2005)
Pemahaman terhadap konsep gender sangat diperlukan mengingat dengan konsep ini
telah lahir suatu analisis gender. Analisis gender dalam sejarah pemikiran manusia tentang
ketidakadilan sosial dianggap suatu analisis baru, dan mendapat sambutan akhir-akhir ini.
Analisis gender merupakan analisis kritis yang mempertajam dari analisis kritis yang sudah
ada, seperti analisis kelas oleh Karl Marx, analisis hegemony ideologi oleh Gramsci, analisis
kritis (Critical Theory) dari mazhab Frankfurt, dan analisis wacana oleh Fucoult. Tanpa
analisis gender kritik mereka kurang mewakili semangat pluralisme yang diimpikan. Tanpa
mempertanyakan gender terasa kurang mendalam. Peran gender yang berbeda juga
menimbulkan ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Diantara beberapa manifestasi
ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi gender Berikut akan diuraikan dari
aspek terjadinya kekerasan terhadap perempuan disertai analisis dari temuan penelitian.
Kekerasan (violence) terhadap perempuan karena adanya perbedaan gender.
Kekerasan terhadap perempuan belakangan ini diduga meningkat. Berbagai macam bentuk
kekerasan menimpa perempuan, mulai yang ringan hingga yang berat (mengancam jiwa).
Banyak sekali kekerasan terjadi pada perempuan yang ditimbulkan oleh adanya stereotype
gender. Perbedaan gender dan sosialisasi gender yang amat lama mengakibatkan kaum
perempuan secara fisik lemah dan kaum lelaki umumnya kuat. Hal itu tidak menimbulkan
masalah sepanjang anggapan lemahnya perempuan tersebut tidak mendorong dan
memperbolehkan lelaki untuk bisa seenaknya memukul dan memperkosa perempuan. Banyak
terjadi pemerkosaan justru bukan karena unsur kecantikan, melainkan karena kekuasaan dan
stereotype gender yang dilabelkan pada kaum perempuan, Berbagai macam dan bentuk
kejahatan yang bisa dikategorikan
kekerasan gender, di antaranya adalah sebagai berikutpemerkosaan, pemukulan dan
serangan non fisik yang terjadi dalam rumah tangga, penyiksaan, prostitusi atau
pelacuran, pornografi, sterilisasi dalam KB, kekerasan terselubung dengan memegang
bagian dari tubuh perempuan, dan pelecehan sex.
Sampai saat ini kita belum dapat menekan terjadinya tindak kekerasan terhadap
perempuan. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa pernah
mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami perempuan Indonesia cenderung
tinggi. Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 persen dari total penduduk Indonesia pernah
mengalami tindak kekerasan (Jawa Pos, 30 April 2003).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemahaman terhadap konsep gender sangat diperlukan mengingat dengan
konsep ini telah lahir suatu analisis gender. Analisis gender dalam sejarah
pemikiran manusia tentang ketidakadilan sosial dianggap suatu analisis baru, dan
mendapat sambutan akhir-akhir ini. Analisis gender merupakan analisis kritis
yang mempertajam dari analisis kritis yang sudah ada, seperti analisis kelas oleh
Karl Marx, analisis hegemony ideologi oleh Gramsci, analisis kritis (Critical
Theory) dari mazhab Frankfurt, dan analisis wacana oleh Fucoult. Tanpa analisis
gender kritik mereka kurang mewakili semangat pluralisme yang diimpikan.
Tanpa mempertanyakan gender terasa kurang mendalam. Peran gender yang
berbeda juga menimbulkan ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Diantara
beberapa manifestasi ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi gender
Berikut akan diuraikan dari aspek terjadinya kekerasan terhadap perempuan
disertai analisis dari temuan penelitian.
Kekerasan (violence) terhadap perempuan karena adanya perbedaan
gender. Kekerasan terhadap perempuan belakangan ini diduga meningkat.
Berbagai macam bentuk kekerasan menimpa perempuan, mulai yang ringan
hingga yang berat (mengancam jiwa). Banyak sekali kekerasan terjadi pada
perempuan yang ditimbulkan oleh adanya stereotype gender. Perbedaan gender
dan sosialisasi gender yang amat lama mengakibatkan kaum perempuan secara
fisik lemah dan kaum lelaki umumnya kuat. Hal itu tidak menimbulkan masalah
sepanjang anggapan lemahnya perempuan tersebut tidak mendorong dan
memperbolehkan lelaki untuk bisa seenaknya memukul dan memperkosa
perempuan. Banyak terjadi pemerkosaan justru bukan karena unsur kecantikan,
melainkan karena kekuasaan dan stereotype gender yang dilabelkan pada kaum
perempuan, Berbagai macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan
kekerasan gender, di antaranya adalah sebagai berikutpemerkosaan, pemukulan
dan serangan non fisik yang terjadi dalam rumah tangga, penyiksaan, prostitusi
atau pelacuran, pornografi, sterilisasi dalam KB, kekerasan terselubung deng an
memegang bagian dari tubuh perempuan, dan pelecehan sex.
Sampai saat ini kita belum dapat menekan terjadinya tindak kekerasan terhadap
perempuan. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa
pernah mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami perempuan Indonesia
cenderung tinggi. Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 persen dari total penduduk
Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan (Jawa Pos, 30 April 2003).
3.2 SARAN
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk memahami kekerasan pada
perempuan Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini
melakukan penyuluhan mengenai pentingnya kekerasan pada perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.savyamirawcc.com/kekerasan-terhadap-perempuan-ktp
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/sekilas-kekerasan-terhadap-perempuan.html
http://curhatnisa.blogspot.com/2011/09/konsep-kekerasan-terhadap-perempuan-dan.html