Anda di halaman 1dari 27

Tanggal Praktek Tanggal Penyerahan Laporan

14Maret 2018 21 Maret 2018

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1
PENYEMPURNAAN TOLAK AIR MENGGUNAKAN SILIKON PADA
KAIN KAPAS, POLIESTER DAN POLAMIDA

Kelompok 1
Disusun oleh : Fatma Mulyardi (15020010)
Fasha Yakarima (16020107)
Anastasia Novia Eka (16020112)
Yogi Aditya Pratama (16020115)
Tyas Aditya Dewi (16020122)
Devina Aulia (16020124)
Grup : 2K4
Nama Dosen : Wulan S., S.ST.,M.T.
Asisten Dosen : Desti M., S.ST.
Desi Riana

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2018
PENYEMPURNAAN TOLAK AIR MENGGUNAKAN SILIKON PADA
KAIN KAPAS, POLIESTER DAN POLAMIDA

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Mengetahui proses penyempurnaan tolak air dengan menggunakan resin jenis
silicon pada kain kapas, nylon, dan polyester.
1.2 Tujuan
- Memberikan sifat tolak air pada kain kapas, nylon, dan polyester.
- Mengevaluasi sifat tolak air pada kain kapas, nylon dan polyester setelah
proses penyempurnaan tolak air dengan pengujian uji siram dan memberikan
nilai uji siram terhadap masing – masing kain yang diuji.
- Menganalisis pengaruh resin tolak air jenis silicon terhadap kain kapas, nylon,
dan polyester.

II. Dasar Teori


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-
tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari
buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam
jenis Gossypium. Species yang berkembang menjadi tanaman industri kapas
ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland atau
kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama pembuat
kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat
bervariasi dari elips sampai bulat.Tetapi pada umumnya berbentuk seperti
ginjal.Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita yang terpuntir..
Bentuk membujur serat, dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: dasar, badan dan
ujung.
- Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat
pertumbuhan serat tetap tertanam di antara sel-sel epidermis. Dalam proses
pemisahan serat dari bijinya, pada umumnya dasar serat ini putus sehingga
jarang ditemukan pada saat kapas diperdagangkan.
- Badan
Merupakan bagian utama dari serat, kira-kira 3/4 sampai 15/16
panjang serat. Bagian ini mempunyai diameter yang sama, dinding yang
tebal, dan lumen yang sempit.
- Ujung
Merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada
umumnya kurang dari 1/4 bagian panjang serat.Diameter bagian ini lebih
kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung yang runcing.

Serat kapas dewasa, penampang lintangnya terdiri dari 6 bagian.


- Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin dan protein.
Adanya lilin menyebabkan lapisan ini halus, sukar tembus air dan zat
pewarna. Berfungsi melindungi bagian dalam serat.
- Dinding primer
Merupakan dinding tipis sel yang asli, terutama terdiri dari selulose
tetapi juga mengandung pektin, protein, dan zat-zat yang mengandung
lilin.Selulose dalam dinding primer berbentuk benang yang sangat halus
yang tidak tersusun sejajar sepanjang serat tetapi membentuk spiral
mengelilingi sumbu serat.
- Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya
sedikit berbeda dengan dinding primer.
- Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulose, yang merupakan bagian utama
serat kapas.Dinding ini juga merupakan lapisan benang yang halus yang
membentuk spiral mengelilingi sumbu serat.Arah putarannya berubah-ubah.
- Dinding lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap zat kimia tertentu dibanding
dinding sekunder.
- Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk dan ukurannya
bervariasi dari serat ke serat lain maupun sepanjang satu serat.
Adapun komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel berikut :
% Pada Dinding
Komposisi % Pada Serat
Primer
Selulosa 88 – 96 52
Pektin 0,7 - 1,2 12
Lilin 0,4 – 0,1 7
Protein 1,1 – 1,9 12
Abu 0,7 – 1,6 3
Senyawa Organik 0.5 – 1,0 14
*Sumber : Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil Bandung

A. Morfologi Serat Kapas

 Penampang membujur : seperti pipa terpilin


 Penampang melintang : seperti ginjal
 Dimensi serat : Pada umumnya bervariasi dari (p:d) 1000 : 1 sampai 5000
:1

B. Struktur Fisik Kapas


Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi
oleh tingkat kedewasaan serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding
sel. Serat makin dewasa dinding selnya makin tebal.Untuk menyatakan
kedewasaan serat dapat dipergunakan perbandingan antara tebal dinding
dengan diameter serat.Serat dianggap dewasa apabila tebal dinding lebih
dari lumennya.
Pada satu biji kapas banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima
dari jumlah serat kapas normal adalah serat yang belum dewasa. Serat yang
belum dewasa adalah serat yang pertumbuhannya terhenti karena suatu
sebab,misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah pada tanaman
kapas dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling akhir, kerusakan karena
serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat membuka dan lain-lain.
Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan apabila jumlahnya terlalu
banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan limbah yang besar.

C. Struktur Molekul
Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari
unit-unit anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n
merupakan derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama dikenal yaitu pada
peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida encer, yang
menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin
glukosa. Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti
memilki enam segi (sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki
dua bentuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-glukosa.

CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H

H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa

Sumber : Trotman, Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46

Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari selubiosa
ini berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg dengan tata
nama sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa seperti gambar pada berikut ini :
CH 2 OH H OH

H O H
H O OH H

OH H H
HO H H OH
O
H OH CH 2 OH

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46

Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan


bahwa struktur kimia dari selulosa.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, fourth
edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984,halaman 36.

D. Sifat Serat Kapas


 Sifat Fisika
1. Warna Kapas
Warna kapas pada umumnya sedikit krem. Beberapa kapas yang
seratnya panjang, warnanya lebih krem dari pada jenis kapas yang
serat-seratnya lebih pendek. Warna krem ini disebabkan oleh
pengaruh cuaca yang lama, debu atau kotoran. Tumbuhnya jamur
pada kapas sebelum pemetikan menyebabkan warna putih kebiru-
biruan yang tidak bisa dihilangkan dalam pengelantangan.
2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh kadar selulosa yang
dikandungnya. Dalam keadaan basah serat kapas akan memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan serat ketika dalam
keadaan kering. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan basah,
serat akan menggelembung sehingga berbentuk silinder yang akan
menyebabkan berkurangnya bagian-bagian serat yang terpuntir,
dalam kondisi seperti ini distribusi tegangan akan diterima di
sepanjang serat secara lebih merata. Kekuatan serat kapas dalam
keadaan kering berkisar 3,2-5,2 g/denier dan dalam keadaan basah
lebih tinggi lagi.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat-serat
selulosa alam yang lainnya. Mulur serat kapas berkisar antara 4 –
13% tergantung dari jenis serat kapasnya dan rata-rata mulurnya
adalah 7%.
4. Moisture Regain (MR)
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap air, dan air
memiliki pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas
yang sangat kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah.
Moisture Regain (MR) serat kapas bervariasi sesuai dengan
perubahan kelembaban relatif tertentu. MR kapas pada kondisi
standar berkisar antara 7 – 8,5%.
5. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,50 sampai 1,56.
6. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1,58, indeks bias
melintang sumbu serat 1,53.

 Sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap
asam kuat akan menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan
menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada jembatan
oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan
menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa.
2. Pengaruh Alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu
rendah akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi
pada proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan
adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya
oksiselulosa.
3. Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila
dipanaskan pada suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang
lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas
kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
4. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi
oksiselulosa, rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang mengubah
gugus aldehid menjadi gugus karboksilat.Pada oksidasi sederhana
dalam suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi
pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali
akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan
tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.
5. Hidroselulosa
Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil
tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul
menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik
selulosa.

Reaksi hidroselulosa dapat dilihat pada gambar berikut ini


CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH

Hidrolisa

CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

Sumber :Arifin Lubis, dkk, Teknologi Persiapan Penyempurnaan,


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1994, halaman 85.

Hidrolisa sederhana dengan larutan asam encer panas, rantai


molekul akan terpecah menjadi dua atau lebih dan dapat
membentuk molekul glukosa individu bergantung pada dasarnya
pengaruh asam yang diberikan dan dihasilkan bentuk B. hidrolisa
jenis B mempunyai daya reduksi lebih besar tetapi daya serap
terhadap alkali dan zat warna basa kecil. Pada hidrolisa yang lebih
kompleks gugus aldehida akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat
dan menghasilkan bentuk C. Hidrolisa jenis C mempunyai daya
reduksi yang kecil dan mudah larut dalam alkali serta daya serap
terhadap zat warna basa besar.

6. Oksiselulosa
Pengerjaan selulosa dangan oksidator menyebabkan
terjadinya oksiselulosaReaksi Oksiselulosa dapat dilihat pada
gambar dibawah ini

2.2 Serat Poliester


Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester
dan memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu
saling berdekatan,sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja
membentuk struktur yang teratur. Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat
hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH
dalam molekul tersebut.Oleh karena itu serat poliester sulit didekati air atau zat
warna.Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Sifat fisika polyester:
1. Elektrostatis : Mempunyai elektrostatik yang cukup tinggi
2. Berat jenis : 1,38 g/cm3
3. Kekuatan tarik : 4.5 – 7.5 g/denier
4. Mulur : 25 % - 75 %.
5. Morfologi : Berbentuk silinder dengan penampang melintang
bulat
6. Moisture Regain : RH 65 ± 2 % dan suhu 20o C ± 1 % , MR 0.4 %
RH 100 % , MR 0.6 % - 0.8 %
7. Pengaruh Panas : tahan panas sampai suhu 220oC suhu 230-240oC
polyester
melunak, suhu 260oC poliester meleleh.

Sifat kimia polyester:


1. Pengaruh alkali : Tahan terhadap alkali lemah, terhidrolisa esternya
pada
alkali kuat
2. Pengaruh asam : Tahan asam lemah dan asam kuat namun suhu
rendah.
3. Zat organic :Akan lartut dalam zat organik seperti metakresol,
asam
triflouroasetat–klorofenil dan campuran triokhlorofenol
dengan fenol dan campuran tetra kloro etana dengan
fenol

2.3 Serat Poliamida/Nylon


Polymer polyamida (nylon) adalah polimer yang dibentuk dari asam
karboksilat dan amino.Jenis asam karboksilat dan amino sangat bervariasi
sehingga terbentuk poliamida yang sangat bervariasi, misalnya nylon 6, nylon 66,
nylon 11 dll.Yang paling banyak diproduksi adalah 6 dan 66.Gugus penghubung
(-OH-CO-), nylon 6 dibuat dari senyawa kaprolaktom dan nylon 66 dibuat dari
senyawa asam adipat dengan heksa metilen diamina.
H2N – CONH – CONH – CONH – COOH
Ujung-ujung polimer terdapat gugus fungsi NH2 (amino) dan COOH
(karboksilat) dan sebagai penghubungnya adalah gugus amida (-CONH-).Jumlah
NH2 dan COOH tergantung pada banyaknya polimer yang menyusun sebuah
serat. RH standar 4,0–4,5% karena serat poliamida ini mempunyai gugus
fungsional maka serat ini masih mungkin bereaksi dengan zat-zat lain sedangkan
poliester tidak mempunyai gugus fungsional sehingga daya serapnya lebih besar
dari poliester (sekitar 4,5). Gugus NH2 bersifat basa lemah yang dapat menarik air
dan gugus karboksilat . Yang membedakan antara nylon 6 dan nylon 66 adalah
sifat fisikanya sedangkan sifat kimianya relatif kimia, misal : titik leleh nylon 6 =
215oC <nylon 66 = 250 oC, penyerapan nylon 6 > nylon 66 ini disebabkan oleh
perbedaan struktur fisik yaitu perbedaan DO dan DK. Poliamida ini dapat dicelup
dengan zat warna dispersi asam (kompleks logam, mordan) dispersi – reaktif.

 Pembuatan Polyamida/Nylon
Nilon atau poliamida yang dibuat dari heksa metilen diamina dan asam adipat

NH2(CH2)6NH2 + COOH(CH2)4COOH  NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH + H2O


Heksa metilen As. adipat
diamina

Kemudian molekul-molekul tersebut bereaksi lagi membentuk molekul


yang panjang. Pembuatan nilon diawali dengan pembuatan bahan baku yaitu
asam adipat dan heksa metilena diamina. Asam adipat dibuat dari fenol
melalui pembentukan sikloheksanol dan sikloheksanon.Sedangkan heksa
metilena diamina dibuat dari asam adipat dengan melalui pembentukan
amida dan nitril. Setelah bahan baku diperoleh maka dilakukan pembuatan
polimer yang didahului dengan pembuatan garam nilon, polimerisasi dan
penyetopan panjang rantai. Pada pembuatan garam nilon asam adipat dan
heksa metilena diamina dilarutkan dalam metanol secara terpisah dan
setelah dicampurkan akan terbentuk endapan heksametilena diamonium
adipat (garam nilon).

Pada pemintalan nilon kehalusan filamen tidak bergantung pada


diameter lubang spineret, tetapi bergantung pada :
1. Sifat polimer.
2. Kecepatan penyemprotan polimer melalui spineret
3. Kecepatan penggulungan filament

Untuk mendapatkan derajat orientasi tinggi, filamen yang terbentuk


ditarik dalam keadaan dingin. Panjangnya kira-kira menjadi empat atau lima
kali panjang semula.
Sifat Fisika Polyamida/Nylon
1. Nilon mempunyai kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 g/denier dan 18
%, sampai 4,3 g/denier dan 45 %. Kekuatan basahnya 80-90 % dari
kekuatan kering.
2. Tahan gosokan dan tekukan
Tahan gosok dan tekukan nilon tinggi sekitar 4-5 kali dari tahan gosok
wol.
3. Elastisitas
Selain mulurnya tinggi (22%), nilon juga mempunyai elastisitas tinggi.
Pada penarikan 8% nilon elastis 100% dan pada penarikan 16%, nilon
masih mempunyai elastisitas 91%.
4. Berat jenis nilon 1,14
5. Titik leleh
Nilon meleleh pada suhu 263oC dalam atmosfer nitrogen dan diudara
pada suhu 250 oC
6. Sifat biologi
Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
7. Moisture Regain
Pada kondisi standar (RH 65 % dan suhu 21 oC) moisture regain nilon 4,2
%.

Sifat Kimia Poliamida/Nylon

1. Nilon tahan terhadap pelarut dalam pencucian kering.


2. Nilon tahan terhadap asam encer.
3. Dalam HCl pekat mendidih dalam beberapa jam akan terurai menjadi
asam adipat dan heksa metilena diamonium hidroklorida.
4. Nilon sangat tahan terhadap basa.
5. Pelarut yang bisa melarutkan nilon diantaranya asam formiat, kresol dan
fenol.
2.4 Penyempurnaan Tolak Air
Tolak air didefinisikan aebagai suatu permukaan yang dapat menolak air,
tetapi udara masih dapat menembus permukaan tersebut apabila datang dengan
kekuatan yang besar. Cara untuk mendapatkan tahan air dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya dengan melapisi kain dengan karet (lateks)
seperti kain yang digunakan sebagai jas hujan.Dengan menggunakan zat-zat
yang dapat menolak air seperti emulsi malam, sabun-sabun logam dan zat aktif
permukaan.
Zat yang dapat digunakan untuk pembuatan sifat tolak air ialah garam-
garam alumunium, garam-garam zirkonium, zat-zat tolak air yang dapat bereaksi
dengan selulosa, zat tolak air yang mengandung aminoplast, senyawa-senyawa
kompleks organo-logam, silikon dan senyawa fluoro.
Proses pelapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara pengerjaan,
yaitu dengan perendaman atau impregnasi; pelapisan permukaan, yang meliputi
: proses pelapisan basah yakni untuk zat – zat pelapis yang mengandung pelarut
(solvent), proses pelapisan kering (hot calander coating process), dan yang
terakhir adalah dengan cara ekstruksi.
Dalam istilah sehari hari sering terjadi kerancuan pengertian mengenai
istilah tahan air (water proof) dan tolak air (water repellent). Yang dimaksud
dengan tahan air adalah suatu permukaan yang dapat menolak air saja. Definisi
tersebut masih harus disesuaikan dengan tujuan dan kondisi pembuatan kain
tahan air atau tolak air, sehingga pembedaan kedua istilah tersebut kadangkala
hanya di bedakan dari kemampuan kain menahan air pada suatu tekanan
tertentu yang dikenal sebagai tekanan hidrostatik. Sifat kedua permukaan ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses tahan air (water-proof)
Merupakan proses untuk melapisi kain dengan lemak, wax atau karet
untuk mencegah menyerapnya air kedalam kain. Penambahan zat anti air
dapat dilakukan dengan melapisi permukaan kain secara mekanis atau juga
dapat secara reaksi antara serat dan zat penyempurnaan.Sifat khusus dari
kain anti air adalah daya tembus udara yang rendah.
2. Daya tolak air (water – repellant)
Merupakan sifat kain untuk tidak menyebarkan butiran air keseluruh
permukaan kain.Karena kain yang anti air biasanya tidak tembus udara,
maka sifatnya menjadi kurang nyaman dipakai sebagai bahan pakaian.
Dibawah ini terdapat beberapa syarat zat tolak air, yaitu :
 Mempunyai sudut kontak yang besar
 Mempunyai gugus penolak air yang biasanya merupakan gugus rantai
hidrokarbon jenuh yang panjang
 Mempunyai daya lekat dengan serat
 Mudah digunakan (mempunyai gugus pelarut), sehingga dapat larut dalam air
atau pelarut organic
 Dapat digunakan bersamaan dengan zat penyempurnaan lain.
 Tidak terlalu berpengaruh pada sifat-sifat fisika kain.

Sedangkan beberapa syarat untuk kain tolak air adalah sebagai berikut :
a) Tahan terhadap perembesan dan pembasahan dari air dalam waktu kontak
yang cukup lama.
b) Air diatas air cenderung emepertahankan bentuk butirannya (non spreading)
dan cenderung untuk menggelincir tanpa membasahi atau merembes
melewati bahan
c) Butiran-butiran air yang mudah dihilangkan dari bahan dengan peniupan
secara perlahan-lahan tanpa membasahi bahan.
d) Bahan masih dapat dilalui oleh udara dan uap air.

2.4.1 Prinsip terjadinya sifat tolak air :


1. Tegangan permukaan dan energi bebas permukaan
Adanya tegangan permukaan menyebabkan sistem cenderung
mengambil luas permukaan sekecil mungkin sesuai dengan
kebutuhan energi yang diperlukan sistem.Untuk mencapai
kesetimbangan dibutuhkan energi untuk memperluas permukaan
yang disebut energi bebas permukaan. Tegangan permukaan dan
energi bebas permukaan adalah ekivalen dan dinyatakan dengan
simbol .
2. Sudut kontak dan pembasahan
Jika setetes air dijatuhkan pada permukaan zat padat, tepi
tetesan tersebut membentuk sudut dengan permukaan zat padat yang
disebut sudut kontak. Bila sudut kontak 0 maka permukaan terbasahi
sempurna.Sudut kontak yang besar menunjukkan permukaan memiliki
sifat tolak air yang besar.
sudut kontak > 90o

sudut kontak 90o

sudut kontak < 90o

Gambar 3.1

Sifat tetesan dengan berbagai sudut kontak


(S.Henrodyantopo, S.Teks, dkk. Teknologi Penyempurnaan. 1998)

3. Penetrasi
Melalui celah-celah serat, benang dan ruang kapiler yang
banyak terdapat pada kain air dapat secara spontan melewati
kain.Keadaan tersebut dinamakan penetrasi dan berlangsung bila ada
suatu tekanan tertentu yang membantunya.Makin besar tekanan yang
dibutuhkan berarti semakin besar ketahanan air suatu bahan terhadap
penetrasi.Konstruksi kain mempunyai pengaruh besar terhadap sifat
tolak air, jenis serat, konstruksi benang serta karakteristik anyaman.
Serat-serat yang hidrofob akan menghasilkan kain dengan sifat tolak
air yang baik. Konstruksi benang longgar lebih efisien dibandingkan
dengan yang rapat.

2.4.2 Pengaruh Konstruksi Kain Terhadap Sifat Tolak Air


Konstruksi kain memiliki pengaruh besar terhadap sifat tolak air.
Jenis serat, konstruksi benang, serta karakteristik anyaman (tenunan)
akan mempengaruhi efisiensi perlakuan tolak air yang akan diterapkan
pada kain. Dalam hal ini komposisi serat dan konstruksi kain bergantung
pada tujuan pemakaian akhirnya. Serat hidrofob menghasilkan kain yang
cenderung cepat kering setelah pembasahan, akan tetapi dalam
hubungannya dengan sifat tolak air faktor kelembaban ini tidak penting.
Faktor penentu sifat tolak air adalah daya basah dan tegangan
permukaan kritis(critical surface tension/CST) dari serat yang
bersangkutan. Serat yang kurang terbasahi pada umumnya akan
menghasilkan kain dengan sifat tolak air yang lebih nyata. Umumnya
serat tekstil cenderung memiliki daya basah yang relatif tinggi (nilai CST
nya besar) kecuali teflon dan polyetilena yang secara bawaan memang
bersifat tolak air sehubungan dengan konstitusi kimia molekul-molekul
penyusun seratnya. Oleh karena itu hampir semua serat tekstil
memerlukan penyempurnaan tolak air, meskipun untuk serat-serat
hidrofob tidak diperlukan pemberian zat tolak air yang tinggi pada
penyempurnaannya.
Bulu-bulu (nep) yang tegak, kaku, serta merata pada benang yang
menyusun kain didapati membantu timbulnya sifat tolak air. Akan tetapi
bila bahan tersebut telah dibasahi, bulu-bulu tersebut justru membantu
mempercepat pembasahan dengan cara peresapan.
Konstruksi benang yang longgar terbukti lebih efisien
dibandingkan dengan yang lebih rapat. Benang dengan konstruksi
longgar bila terbasahi akan menggembung dengan mudah dan cepat,
terutama pada benang yang terbuat dari serat hidrofilik. Sifat ini
dimanfaatkan untuk membuat kain yang dikenal sebagai self sealing
fabrics, misalnya selang air pemadam kebakaran, kantung air, dan
sebagainya.

2.5 Resin Silikon


Golongan senyawa ini termasuk baru dan dikembangkan di Amerika
Serikat.Sifat tolak ini yang terbesar adalah apabila dipergunakan untuk bahan
sintetik dan wol.Silikon tidak larut dalam air dan diperdagangkannya dalam
bentuk, 100% produk dalam pelarut hidrokarbon atau hidrokarbon terkhlorinasi
atau emulsi dalam air yang mengandung 30% sampai 60% silicon.Katalis yang
biasa digunakan adalah zirconium oksi khlorida atau senyawa organo logam dari
seng, timah dan tilanium, misalnya butiltitanat.

Cara pengerjannya adalah melewatkan bahan dalam larutan emulsi yang


telah ditambah katalis diteras, dikeringkan pada stenter, dipanas-awetkan
dengan suhu panas antara 120-160⁰C, tidak diperlukan pencucian akhir.Ikatan
silang yang terjadi adalah Si-O-Si. Berikut adalah bahan-bahan yang
dipergunakan:

Katun Rayon
Silikon N 478 .......................................................... 50 50
Kondensat awal urea formaldehia (43%)................ 150 150
Zirkonium oksikhlorida ............................................ 10 10
Seng nitrat (kristal) ................................................. 7 10
Asam asetat glasial ................................................ 3 3
Natrium asetat (anhidris) ........................................ 6 6
Air .......................................................................... 774 471

 Kain direndam sampai mengandung 2% silikon, dikeringkan pada stenter


dan dipanas-awetkan pada 150⁰C selama 3-5 menit.
 Kain dibiarkan beberapa hari untuk mendapatkan hasil semaksimalnya,
larutan resin harus mempunyai pH 6,5-7,5 bila perlu diatur dengan asam
asetat sebelum emulsi silikon ditambahkan.

Midland Silicons Ltd juga membuat silikon tolak air, antara lain “Silicone
Finish MS. 148” untuk kain selulosa serta sintetik dan berupa emulsi “MS.2216”
atau “MS.2217” berupa larutan.
“Silicone Finish MS.2216” 20
Catalyst N.11 6,6
Pelarut 973,4

Daya peras mangel 100% yang memberikan kandungan 2% silikon pada


kain.Satu bagian Catalyst N.11 digunakan untuk tiga bagian “Cilicone Finish
MS.2216”.Sehabis direndam dikeringkan secara stenter, kemudian dipanas-
awetkan selama 5 menit pada suhu 150⁰C.
Suatu silikon yang cukup dengan pengeringan udara ialah “Silicone
Finish MS.2202”, yaitu larutan silikon 50% dalam alcohol. Pengenceran
dilakukan dengan pelarut hidrokarbon alifatik, aromatic atau terkhlorinasi.Cara
pengerjaan ialah dengan penyemprotan, penyikatan, pencelupan atau mangel,
dan terutama untuk bahan tekstil yang berat seperti kanvas dan terval.
2.6 Pengujian Tolak Air dengan Uji Siram
Cara pengujian siram ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik
yang tidak maupun sudah melalui proses penyempurnaan tahan air atau tolak
air. Dalam uji siram dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan lubang
penyiraman.

-
-
-
-
-
-

Gambar 2.3.1 Alat uji siram


Sumber : Moerdoko, wibowo, dkk. 1973. Evaluasi Tekstil Bagian Fisika. Institut Teknologi
Tekstil. Bandung

- Jarak antara permukaan atas corong dengan bagian bawah corong siram
adalah 190 nm.
- Waktu aliran air dengan volume 250 mL yang dituangkan dari corong harus
antara 25 detikdan 30 detik.
- Pemegang contoh uji, terdiri atas dua buah lingkaran kayu atau logam yang
terpasang tepat satu sama lain.
- Air suling atau air deionisasi (dalam praktikum digunakan air keran)

Prinsip dari pengujian ini adalahair disiramkan diatas contoh uji yang dipasang
pada lingkaran penyulam dan dipasang pada AATCC Spray Tester kedudukan
miring 45o terhadap bidang horizontal. Penilaian siram ditentukan dengan
membandingkan kenampakan contoh uji terhadap standar berupa uraian dan
foto.

 Standar penilaian uji siram


Penilaian uji siram adalah sebagai berikut :
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Gambar 2.4.1 Standar penilaian uji siram


Sumber : Moerdoko, wibowo, dkk. 1973. Evaluasi Tekstil Bagian Fisika. Institut Teknologi Tekstil.
Bandung

- 100 (ISO 5) : Tidak ada air yang menempel atau membasahi


permukaan kain bagian atas.
- 90 (ISO 4) : Terjadi sedikit penempelan atau membasahi permukaan
kain bagian atas.
- 80 (ISO 3) : Terjadi pembasahan pada permukaan kain bagian atas
yang terena siraman air.
- 70 (ISO 2) : Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan
kain bagian atas.
- 50 (ISO 1) : Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan air bagian
atas dan bawah
- 0 : Terjadi pembasahan pada seluruh permukan air bagian
atas dan bawah

III. Percobaan/Praktikum
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas piala
- Pengaduk
- Pipet volume
- Nampan plastik
- Timbangan digital
- Mesin pad
- Mesin stenter
- AATCC Spray Tester ( Terdiri dari corong gelas diameter 150 mm,
yang ujungnya dipasang penyemprot diameter 32 mm, dengan 19
lubang diameter 0,86 mm yang diatur melingkar. Satu lubang dititik
pusat penyemprot, enam lubang melingkar ditengah dan 12 lubang
melingkar diluarnya. Penyemprot dipasang diatas penyangga contoh
uji sehingga jarak ujung penyemprot dari permukaan contoh uji 150
mm. Penyangga contoh uji membentuk sudut 45o dengan bidang
datar )
- Simpai bordir diameter 150 mm
- Labu ukur 250 ml

3.1.2 Bahan
- Kain, terdiri dari kain kapas, nilon dan polyester
- Resin tolak air jenis Silicon
- Air
3.2 Diagram Alir

Perhitungan resep
Persiapan alat dan
dan penimbangan
bahan
bahan

Proses perendaman
Pembuatan larutan
kain pada larutan
resin tolak air
resin tolak air

Proses drying suhu


Proses padding
100℃ selama 1
WPU 70%
menit

Proses curing suhu


Evaluasi : uji siram 100℃ selama 2
menit

3.3 Resep
 Silicon : 3%
 WPU Padding : 70%
 Drying : 120°C, 2 menit
 Curing : 170°C, 1 menit

3.4 Fungsi Zat


Silicone : Sebagai resin tolak air yang akan berpolimerisasi membentuk
lapisan film dipermukaan serat sehingga menghalangi air untuk
meresap kedalam serat.
3.5 Skema Proses
Padding
WPU 70 %

O
Drying 100 C curing
1 menit
1500C- 1700C, 2 menit

Perendaman

3.6 Prosedur Kerja


 Proses Penyempurnaan Tolak Air
1. Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
proses penyempurnaan tolak air.
2. Menghitung dan menimbang kebutuhan zat-zat kimia berdasarkan resep
yang telah ditentukan untuk larutan penyempurnaan sebanyak 75-100
ml.
3. Menambahkan ke dalam piala gelas tersebut Silikon yang telah
dilarutkan dengan air dingin sambil diaduk-aduk agar merata.
4. Memindahkan larutan penyempurnaan tolak air yang telah disiapkan ke
dalam baki/nampan plastik yang tersedia, lalu rendam kain di dalamnya
hingga seluruh bagiannya terbasahi, dan lewatkan di antara rol-rol
benam peras (padding dengan WPU 70%) sebanyak dua kali.
5. Keringkan kain (pre-drying) dengan mesin stenter suhu 100oC selama 1
menit dan dilanjutkan dengan pemanasawetan (curing) suhu 170°C
selama 2 menit dengan menggunakan mesin stenter.
6. Kain contoh selanjutnya dikondisikan untuk pengujian dan evaluasi mutu
kain berdasarkan standar pengujian yang telah dipelajari (AATCC, SNI,
atau ISO). Pengujian yang dilakukan yaitu uji tolak air dengan alat
AATCC Spray Tester (uji siram)

 Pengujian Evaluasi Tolak Air


1. Pasang contoh uji pada simpai bordir sehingga tidak terdapat kerutan-
kerutan pada kain.
2. Letakkan simpai beserta contoh uji pada penyangga contoh uji
sedemikian sehingga titik tengah penyemprot tepat diatas titik tengah
simpai.
3. Untuk kain-kain keper, gabardine, atau kain sejenis yang mempunyai
pola rusuk-rusuk, letakkan simpai sedemikian sehingga rusuk-rusuk
miring terhadap aliran air di permukaan kain.
4. Tuangkan 250 ml air suling, suhu 27 ± 1oC kedalam corong penyemprot
dan biarkan air menyemprot contoh uji selama 25-30 detik. Waktu
menuang air gelas piala jangan menyentuh corong.
5. Ambil simpai dengan memegangnya pada satu sisi dan ketukkan sisi lain
pada benda keras dengan permukaan kain menghadap ke bawah satu
kali.putar simpai 180odan ketukkan sekali lagi pada sisi yang semula
dipegang.

3.7 Perhitungan Resep


Air yang digunakan adalah 75 ml, sehingga
3
Silicone 3% = × 75 = 2,25 𝑚𝑙
100

3.8 Data Pengamatan


 Kain Kapas

Iso 0 artinya terjadi pembasahan pada seluruh permukan air bagian atas dan
bawah
 Kain Poliester

50 (ISO 1) artinya terjadi pembasahan pada seluruh permukaan air bagian


Atas.

 Kain Poliamida

70 (ISO 2) yang artinya terjadi pembasahan pada sebagian daerah


permukaan kain bagian atas.
IV. Diskusi
Pada praktikum ini adalah penyempurnaan tolak air yang bertujuan untuk
memberikan sifat tolak air pada kain. Kain yang digunakan untuk penyempurnaan ini
adalah kain kapas, polyester dan poliamida. Pada hasilnya antara kain kapas, dan
polyester, dan poliamida dibandingkan hasilnya mana yang paling baik.Resin yang
digunakan adalah silikon. Resin silikon memiliki hasil yang kurang bagus, karena pada
hasilnya air tetap menembus pada bagian atas dan bawah. Resin silikon ini bersifat
sementara.
Prinsip yang digunakan dalam proses penyempuranaan ini resin yang
berfungsi untuk melapisi kain dengan film dari zat zat hidrofob, sehingga pada contoh
uji berupa akan menutupi celah benang dan kain, secara teori dengan cara ini akan
menahan curahan air yang deras dengan tekanan sekalipun tetapi penyempurnaan
tolak air ini suatu permukaan yang hanya dapat menahan air. Pada proses
penyempurnaan tolak air dilakukan proses padding  dyring  curing. Pada tahap
curing disini akan terjadi kondensasi terus sampai menghasilkan polimer yang baik,
gugus polar polar terikat apada selulosa dan gugus hidrofob menghadap keluar dari
permukaan serat.
Proses akhir dalam penyempurnaan tolak air yang dilakukan untuk
mengetahui mana kain yang dapat menolak air lebih baik. Dilakukan evaluasi uji tolak
air degan cara uji siram menggunakan alat AATCC Spray tester , hasil akhir yang
diharapkan kain yang disempurnakan tolak air mendapat nilai yang baik, sifat menolak
air ini dapat diperloeh dengan membentuk suatu lapisan film dari dipermukaan kain
dengan penambahan resin tolak air.
Faktor penentu sifat tolak air adalah daya basah tegangan permukan kritis
(critical surface tension/CST) dari serat yang bersangkutan. Serat yang kurang
terbasahi pada umumnya akan menghasilkan kain dengan sifat tolak air yang lebih
nyata. Umumnya serat tekstil cenderung memiliki daya basah yang relatif tinggi (nilai
CST-nya besar), kecuali Teflon dan polietilena yang secara bawaan (inherent)
memang bersifat tolak air sehubungan dengan konstitusi kimia molekul-molekul
penyusun seratnya. Oleh sebab itu hampir semua serat tekstil memerlukan
penyempurnaan tolak air, meskipun untuk serat-serat hidrofob tidak diperlukan
pemberian zat tolak air yang tinggi pada penyempurnaannya.
Berdasarkan hasil praktikum di dapatkan bahwa kain poliamida memiliki daya
tolak air lebih bagus dibandingkan dengan kain uji lainnya seperti kain kapas dan kain
poliester. Hal ini menunjukkan bahwa kain poliamida memiliki nila daya tolak air 70
dengan ISO 2, hal tersebut dibuktikan bahwa pada permukaan kain poliamida hanya
terjadi pembasahan sebagian, dan tidak merembes ke dalam kainnya.
V. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa:
 Kain kapas memiliki nilai daya tolak air sebesar 0 dan dalam ISO 0, hal tersebut
dibuktikan bahwa terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain kapas bagian
atas dan bawah.
 Kain Poliester memiliki nilai daya tolak air sebesar 50 dalam ISO 1, hal tersebut
dibuktikan bahwa terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain poliester
pada bagian atas.
 Kain poliamida meiliki nilai daya tolak air sebesar 70 dalam ISO 2, hal tersebut
dibuktikan bahwa terjadi pembasahan sebagian pada permukaan kain poliamida
bagian atas.
Daftar Pustaka

Hendrodyantopo, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Tekstil.

Soeprijono, P. 1973. Serat-Serat Tekstil.Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

Susyami, N.M., dkk. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia.Bandung :


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

https://id.scribd.com/doc/310427424/Makalah-Basaha-Indonesia-Penyempurnaan-Tolak-Air-
dan-Tahan-Air

http://www.academia.edu/9804497/PENYEMPURNAAN_TOLAK_AIR

Anda mungkin juga menyukai