Dampak Negatif Pembangunan Pltu
Dampak Negatif Pembangunan Pltu
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian secara teknis yang telah dilakukan untuk mengurangi dampak negatif kegiatan PLTU
batubara diantaranya adalah sistem pembakaran batubara bersih, dan teknologi daur kombinasi
gasifikasi batubara terintegrasi yang dapat menurunkan tingkat emisi yang dihasilkan PLTU
batubara. Aktivitas riset dalam PLTU batubara saat ini dapat menerapkan konsep Penakaran
Daur Hidup atau Life Cycle Assessment (LCA). Life Cycle Assessment merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasidampak suatu produk terhadap
lingkungan. Konsep dasar LCA didasarkan pada pemikiran bahwa suatu sistem industri tidak
dapat terlepas dengan lingkungan tempat industri itu berada. Masyarakat Toksikologi
Lingkungan dan Kimia (Society for Environmental Toxicology and Chemistry / SETAC)
telah berperan penting dalam mengembangkan kerangka kerja LCA dan
telah menstandarisasinya dengan seri ISO 14040 khusus mengenai LCA. Studi LCA
telah digunakan untuk menganalisis dampaklingkungan rumah sakit[3], industri lampu[4],
dan mengevaluasi emisi gas rumah kaca dariPLTN. Penakaran daur hidup dapat digunakan untuk
identifikasi permasalahan dalam siklus hidup PLTU batubara dan pengembangan kebijakan
untuk perbaikan dan merupakan suatu aspek lingkungan dari produk.
B. Rumusan Masalah
2. Apakah dampak negatif dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
bertenaga batubara bagi lingkungan masyarakat
C. Pembahasan
Pembangunan dimulai ketika terjadi pergeseran peradaban manusia dari manuia hutan
berpindah pindah menjadi manusia sosil dengan membentuk klompok dalam daerah tertentu. Seiring
dengan petumbuhan manusi yang selalu embutuhkan energy maka kegiatan pembangunan melekat
pada pemenuhan keutuhan tersebut
AMDAL adalah bentuk studi dengan memberikan rekomendasi terhadap setiap jenis kegiatan
pembangunan. Rekomendasi kelayakan diberikan beikt rekomendasi untuk pengelolaan lingkungan
dan pemantaun lingkungan. Dalam pelaksanaan ppembangunan kejian kelayakn berupa kelayakan
teknis, kelayakan ekonomis, dan kelayakan hidup
c. Kerusakan Tanah
d. Dampak erosi
Dampak Besar dan penting, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pembangunan PLTU
Antara politik, ekonomi, dan lingkungan merupakan tiga pilar yang saling interaksi, dan
interdependensi dalam pelakuan terhadap sumber daya alam. Secara politik perkembangan dunia
ekonomi didorong untuk meningkatkan pendapatan setinggi tingginya, melibatkan tenaga kerja
sebanyak banyaknya. Resiko yang dihadapi adalah pengkerdilan fungsi dan keberadaan
lingkungan. Dampak pencemaran akibat kegiatan industry harus diterima lingkungan dengan
kosekuensi perubahan tata lingkungan dan fungsi lingkungan. Sedangkan bila harus melakukan
Dalam dampak terhadap lingkungan secara makro dapat dikelompkan kedalam dampak
terhadap lingkungan abiotik(A), biotic(B), dan cultur (C). ketiga jenis lingkungan tersebut saling
interaksi dan interependensi satu dengan yang lain. Adanya interaksi menyebabkan terjadinya
dampak secara langsung yang dirasakan akibat pembangunan PLTU , sedangan adanya
interdependensi menyebabkan dampak secara tidak langsung.
Perairan pdaa suatu wilayah terdiri dai materi dan energy untuk mendukung kehidupan,
yang popular dengn daya dukung lingkungan polutan merupakan materi dan energy asing yang
memauki badan air, sehingga menurunkan daya dukung lingkungan. Kondisi tercemar terjadi
bila perubahan tersebut menyebabkan badan air berubah bentuknya. Bahan organic merupakan
bahan yang dominan sebagai polutan.
4. Pencemaran Udara
Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batu bara terdapat proses pembakaran
batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses pembakaran batubara selain
dihasilkan pelepasan energy berupa panas juga dihasilkan abu dan asap. Debu dan asap ini
merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU batubara. Berikut polutan utama yang dihasilkan
oleh PLTU batubara :
1) Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang
terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak
terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di
tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai
bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika
akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu
alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai
4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera
tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam
jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk.
Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak
nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit
silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti
dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau
penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma
broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-
penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan
sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu –
waktu diperlukan.
2) Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara.
Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-
pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur
besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada
pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga
penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya
rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka
penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka
penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit
antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis
menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan
terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada
silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis
Debu yang dihasilkan dari pembakaran batubara mengandung partiker radioaktif, salah satu
diantaranya diantaranya adalah Radon dan Uranium 233. Disamping ancaman radiasi dari
partikel-partikel radioaktif, debu hasil pembakaran batubara mengancam kesehatan penduduk
sekitar.
Disamping itu debu dari hasil pembakaran batubara juga mengandung partikel berbaya
lainnya, diantaranya adalah logam-logam berat seperti Pb,Hg,Ar,Ni,Se, dll, dari hasil
penelitian disekitar PLTU, terbukti kadar logam berat tersebut jauh di atas nilai ambang batas
yang diizinkan.
5. Hujan Asam
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia, termasukbelerang
(sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi dengan oksigenmembentuk
sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara. Sumber utama SO2 adalah pembangkit
tenaga listrik yang membakar batubara dengan kandungan sulfur tinggi. Di Amerika Serikat
dilakukan The Clean Air Act tahun 1970 telah membatasi emisi SO2 dengan tegas yang
mengharuskan pembangkitpembangkit untuk menggunakan Scrubber, untuk mengubah
menjadi batubara dengan kandungan sulfur rendah, atau mengubah menjadi gas batubara dan
memperbaiki sulfur kembali) . Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumber
SO2 karena bensin dan solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan gunung
merapi dan air mata panas juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan bau seperti bau
telur busuk). Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya
di lapisan atas atmosfer dihadapan sinar matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat.
Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan atau
kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara ke tanah bersama hujan
6. Radiasi
Radiasi yang ditimbulkan oleh SUTT (Saluran Listrik Tegangan Tinggi) sangat
berbahaya bagi kesehatan. Pemerintah lebih memilih membangun SUTT melewati pemukiman
warga ketimbang melewati tanah yang kosong yang jaraknya agak lebih jauh. Pemerintah hanya
memikirkan kerugian yang di dapatnya dalam biaya pemindahan SUTT dibanding kerugian yang
didapat oleh warga yang rumahnya terlintas oleh jalur SUTT.
Selain pada proses pembangunannya, pada saat penghidupan pertama mesin menimbulkan
kekacauan yang besar. Disaat orang sedang nyenyak tidur di waktu dini hari, terdengar suara
gemuruh yang amat kencang menyerupai ombak laut. Spontan warga panik keluar rumah karena
takut terjadi tsunami. kebisingan itu berlarut larut hinga hampir dua minggu
lamanya. Pemerintah dalam hal ini tidak mau tahu soal dampak yang di timbulkan ini. Melainkan
hanya ingin proyeknya beres tepat pada waktunya. Dapat dilihat disini bahwa pemerintah sangat
egois yang mementingkan proyeknya, tidak mementingkan penderitaan yang di alami oleh
rakyatnya.
9. Kerusakan Ekosistem
Kerusakan yang di akibatkan oleh pencemaran udara yang berasal dari PLTU akan
merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU. Kerusakan berawal dari kerusakan
terumbu karang langka yang menjadi tempat berkembang-biaknya ikan dan biota laut lainnya.
Rusaknya terumbu karang dipastikan akan menyebabkan berkurangnya populasi ikan dan
biota laut lainnya di wilayah tersebut. Akibatnya, penghasilan para nelayan sekitar pun akan
menurun.PLTU menggunakan sumber energi yang berasal dari fosil batubara yang berada di
daerah lain. hal ini memerlukan sarana seperti dermaga dan transportasi. dalam pembangunan
PLTU memerlukan batu dan tanah. Batu dan tanah yang diperuntukan untuk pembangunan
dermaga itu diambil dari pegunungan atau dataran tinggi. hal itu sangat merusak alam dan
rawan akan bencana longsor.
Jika kita tinggal di daerah metropolitan seperti Los Angeles, kita mungkin terbiasadengan
asap perkotaan - asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan yang membentukgumpalan
udara yang mengambang di daerahdaerah berpenduduk pada hari musim panas2).Asap
sebagian besar terdiri dari lapisan bawah ozon (O3), tetapi juga banyak mengandungunsur-
unsur kimia lainnya, termasuk karbon monoksida (CO), unsur partikel seperti debu,senyawa
volatil organik (VOCs) seperti benzene, butane, dan hidrokarbon lainnya. Lapisan bawah
ozon yang berbahaya jangan disamakan dengan lapisan ozon yang berguna di stratosfer untuk
melindungi bumi dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Ozon di bagian permukaan
Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan merusak kantung udara pada paru-
paru,dimana oksigen dan karbon dioksida bertukar, yang pada akhirnya menyebabkan
pengerasanpada jaringan lunak dan kenyal. Hal itu juga dapat menyebabkan sesak napas,
kelelahan, sakit kepala, mual, dan memperburuk masalah pernapasan seperti asma. Setiap
bagian ozonberdampak kecil terhadap kerusakan pada paruparu, seperti halnya asap rokok,
yang akhirnyamengikis kapasitas paru-paru setiap manusia. Tetap berada di dalam rumah dan
mengurangiaktivitas fisik pada saat kondisi asap meningkat dapat meminimalisasi kerusakan
yang parah.Ozon juga merugikan tumbuh-tumbuhan dengan merusak jaringan-jaringan daun.
Untukmeningkatkan kualitas udara di daerah-daerah dengan masalah ozon
terburuk, ReformulatedGasoline (RFG) yang mengandung 2% oksigen telah diperkenalkan.
Penggunaan RFG telahmenghasilkan penurunan yang signifikan dalam emisi ozon dan
polutan lainnya, danpenggunaannya diwajibkan untuk daerah-daerah yang rawan banyak
asap3).
Polutan yang berbahaya lainnya pada asap adalah karbon monoksida, yang tidak berwarna,
tidak berbau, dan merupakan gas yang beracun. Karbon monoksida sebagianbesar berasal
dari kendaraan bermotor, dandapat mencapai tingkat yang berbahaya di daerah dengan lalu
lintas sangat padat. Karbon monoksida menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan
oksigen dengan cara mengikat sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Pada
jumlah yang kecil, karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang
dikirim ke otak, organ dan otot lainnya, memperlambat reaksi dan reflek, dan bersifat
merusak. Itu menimbulkan ancaman yang serius bagi orang yang berpenyakit jantung yang
disebabkanrapuhnya kondisi sistem peredarahan darah dan janin, karena oksigen sangat
D. Kesimpulan
Dampak Negatif dari pembangunan PLTU bagi lingkungan masyarakat sangat besar
sekali terutama masalah kerusakan alam dan kesehatan dari warga di daerah pembangunan
PLTU. Diantaranya :
1. Kerusakan ekosistem
2. Pencemaran Udara
3. Polusi Suara
E. Saran