Anda di halaman 1dari 117

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

BAHAN AJAR
METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR
PEMERIKSAAN

Oleh:
Suwadi
Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak

DIKLAT FUNGSIONAL PEMERIKSA DASAR


2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

KEGIATAN BELAJAR 1:
OVERVIEW PEMERIKSAAN ..................................................................................................... 1
A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan ................................................................................ 1
B. Jenis Pemeriksaan............................................................................................................1
C. Ruang Lingkup Pemeriksaan ............................................................................................ 2
D. Kriteria Pemeriksaan ......................................................................................................... 2
E. Standar Pemeriksaan ....................................................................................................... 4
F. Jangka Waktu Pemeriksaan.............................................................................................10
G. Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) .................................................................................13
H. Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan SP2 Perubahan................................................. 14
I. Alur Kegiatan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan...................................................................................................................... 15

KEGIATAN BELAJAR 2:
ASERSI MANAJEMEN (MANAGEMENT ASSERTIONS) DAN
TUJUAN AUDIT TERKAIT ASERSI MANAJEMEN .................................................................. 19
A. Asersi Manajemen ........................................................................................................... 19
1. Pengertian Asersi Manajemen .................................................................................. 19
2. Karegori Asersi Manajemen .......................................................................................20
B. Tujuan Audit Terkait Asersi Manajemen .......................................................................... 24
1. Tujuan Audit Terkait dengan Transaksi ...................................................................... 24
2. Tujuan Audit Terkait Saldo Akun ................................................................................ 27
3. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan ...........................31

KEGIATAN BELAJAR 3:
BUKTI PEMERIKSAAN (AUDIT EVIDENCE) ........................................................................... 33
A. Bukti Pemeriksaan Berdasarkan Standar Pemeriksaan Pajak ....................................... 33
B. Jenis Bukti Pemeriksaan................................................................................................ 34

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 ii
KEGIATAN BELAJAR 4:
METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN ...........................................................40
A. Metode Pemeriksaan ....................................................................................................... 40
1. Pengertian Metode Pemeriksaan................................................................................ 40
2. Jenis Metode Pemeriksaan ........................................................................................ 41
B. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan ................................................................................. 50
1. PengertianTeknik dan Prosedur Pemeriksaan........................................................... 50
2. Jenis Teknik Pemeriksaan Beserta Prosedur Pemeriksaannya ................................. 50
C. Pengumpulan Data Pemeriksaan Terkait PBB P3 dan Bea Meterai............................... 75
D. TABK Dasar Menggunakan Alat Bantu Ms Excel ........................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 77


LAMPIRAN .............................................................................................................................. 78

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 iii
Kegiatan Belajar 1

OVERVIEW PEMERIKSAAN

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan pengertian dan tujuan pemeriksaan;
2. menjelaskan jenis pemeriksaan;
3. menjelaskan ruang lingkup pemeriksaan;
4. menjelaskan kriteria pemeriksaan;
5. menjelaskan standar pemeriksaan;
6. menjelaskan jangka waktu pemeriksaan;
7. menjelaskan unit pelaksana pemeriksaan;
8. menjelaskan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan SP2 Perubahan; dan
9. menjelaskan alur kegiatan pemeriksaan.

A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,


dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.1

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

B. Jenis Pemeriksaan
Terdapat dua jenis pemeriksaan, baik pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan maupun untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

1
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-undang KUP), Pasal 25.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 1
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu pemeriksaan lapangan dan
pemeriksaan kantor.2
Yang dimaksudkan pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib
Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak, sedangkan pemeriksaan
kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.3

C. Ruang Lingkup Pemeriksaan

1. Ruang Lingkup Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban


Perpajakan

Ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan dari jenis pajak dan periode dari
pencatatan atau pembukuan yang menjadi objek untuk dilakukan pemeriksaan.4

Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


meliputi pemeriksaan atas satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau
beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun
tahun berjalan.5

2. Ruang Lingkup Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan


Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan

Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau
pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.6

D. Kriteria Pemeriksaan

1. Kriteria Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 (selanjutnya disebut PMK Tata Cara Pemeriksaan),
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 71.
3
Ibid., Pasal 1 angka 3 dan angka 4.
4
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-28/PJ/2013 tentang Kebijakan Pemeriksaan (selanjutnya disebut
SE-28/PJ/2013), butir E angka 1 huruf a.
5
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 3 dan SE-28/PJ/2013, butir E angka 1 huruf a
6
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 69 dan SE-28/PJ/2013, butir F angka 1 huruf a

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 2
Terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan dilakukannya pemeriksaan, yaitu:7
a. Pemeriksaan rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan
hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; dan
b. Pemeriksaan khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk based audit),
merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil
analisis risiko secara manual atau secara komputerisasi menunjukkan adanya indikasi
ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan


dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut:8
a. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP;
b. terdapat keterangan lain berupa data konkret sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
huruf a Undang-Undang KUP;
c. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain yang
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
d. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
e. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;
f. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau
akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
g. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
h. Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui
jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan analisis risiko; atau
i. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan
berdasarkan analisis risiko.

2. Kriteria Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan


Perundang-undangan Perpajakan

Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

7
SE-28/PJ/2013, butir E angka 1 huruf b
8
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 4 ayat (1)

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 3
perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain sebagai berikut:9
a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan;
d. pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
e. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
f. pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto;
g. pencocokan data dan/atau alat keterangan;
h. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
i. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
j. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
k. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/ atau
l. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

E. Standar Pemeriksaan
Pemeriksaan baik untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan maupun
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan harus
dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan digunakan sebagai
ukuran mutu pemeriksaan, yang merupakan capaian minimum yang harus dicapai dalam
melaksanakan pemeriksaan. Standar pemeriksaan meliputi standar umum pemeriksaan, standar
pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil pemeriksaan.10

1. Standar Umum Pemeriksaan

Standar umum pemeriksaan berikut ini berlaku untuk pemeriksaan baik dalam rangka
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan maupun untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan
dengan persyaratan Pemeriksa Pajak.11 Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang

9
Ibid., Pasal 70
10
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013 tentang Standar Pemeriksaan (selanjutnya disebut
PER-23/PJ/2013), Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3)
11
Ibid., Pasal 3 ayat (2)

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 4
memenuhi syarat sebagai berikut:12
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan
sebagai Pemeriksa Pajak.
1) Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat menjadi seorang Pemeriksa
Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai tim Pemeriksa Pajak (kompetensi kolektif).
2) Pemeriksa Pajak harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai di bidang
perpajakan, akuntansi, dan pemeriksaan.
3) Pemeriksa Pajak diharuskan memiliki pengetahuan umum tentang lingkungan dan proses
bisnis Wajib Pajak, termasuk di antaranya adalah kemampuan menerapkan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku.
4) Pemeriksa Pajak harus memiliki keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik
secara lisan maupun tulisan.
5) Pemeriksa Pajak harus memelihara dan meningkatkan keahlian dan kompetensinya
melalui pendidikan berkelanjutan. Pendidikan dimaksud dapat berupa diklat-diklat, kursus
singkat, maupun seminar, baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi lainnya, di dalam
maupun di luar negeri.
b. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.
1) Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan LHP, Pemeriksa Pajak harus
menggunakan keterampilannya secara profesional, cermat dan seksama, objektif, dan
independen, serta selalu menjaga integritas.
2) Pemeriksa Pajak dianggap telah menggunakan keterampilannya secara cermat dan
seksama apabila dalam melaksanakan Pemeriksaan didasarkan pada iktikad baik dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara.
1) Pemeriksa Pajak dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari tindakan tercela serta
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.
2) Pemeriksa Pajak harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak.
3) Dalam semua hal yang berkaitan dengan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak harus bersikap
independen, yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan, kondisi, perbuatan dan/atau

12
Ibid., Pasal 3 ayat (3)

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 5
Wajib Pajak yang diperiksanya. Gangguan independensi yang dapat dialami oleh
Pemeriksa Pajak selama Pemeriksaan meliputi hal-hal berikut:
a) memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan Wajib Pajak;
b) memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
Wajib Pajak;
c) pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan masalah
perpajakan, akuntansi, ataupun keuangan kepada Wajib Pajak dalam kurun waktu 2
(dua) tahun terakhir;
d) memiliki teman dekat/keluarga yang dapat berposisi sebagai wakil Wajib Pajak yang
diperiksa; atau
e) keadaan, kondisi, dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut pertimbangan
Pemeriksa Pajak dapat mengganggu independensi.
4) Dalam hal Pemeriksa Pajak mengalami gangguan maka Pemeriksa Pajak harus
memberitahukan kepada Kepala UP2 tentang adanya gangguan independensi tersebut.
Selanjutnya, Kepala UP2 harus segera mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk
mengatasi gangguan independensi tersebut.
d. Taat terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Dalam hal diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.13

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

2.1. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Untuk Tujuan Menguji Kepatuhan Pemenuhan


Kewajiban Perpajakan

Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan, yaitu:14
a. Pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan
pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data
Wajib Pajak, menyusun Rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun Program
Pemeriksaan (audit program), serta mendapat pengawasan yang seksama;
b. Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode pemeriksaan

13
Ibid., Pasal 3 ayat (4)
14
Ibid., Pasal 4 dan PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 8

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 6
dan teknik pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan (audit program) yang telah
disusun;
c. Temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang Supervisor,
seorang Ketua Tim, dan seorang atau lebih Anggota Tim, dan dalam keadaan tertentu Ketua
Tim dapat merangkap sebagai Anggota Tim;

Keadaan tertentu Ketua Tim dapat merangkap sebagai Anggota Tim adalah:
1) terbatasnya jumlah Pemeriksa Pajak pada UP2; dan/atau
2) berdasarkan pertimbangan Kepala UP2.
e. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu,
baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dari instansi di luar
Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai tenaga ahli,
seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara;
f. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain;
g. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,
dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak;
h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam
kerja; dan
i. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP.

2.2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan
Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan

Pelaksanaaan pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan
pemeriksaan, yaitu:15
a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan
pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama.
1) Persiapan yang baik harus didukung dengan penyusunan program pemeriksaan (audit
program).
2) Pengawasan yang seksama dilakukan oleh Supervisor dalam rangka memastikan bahwa

15
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 74 dan PER-23/PJ/2013, Pasal 7

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 7
pelaksanaan pemeriksaan sejalan dengan tujuan dan kriteria pemeriksaan.
b. Luas pemeriksaan disesuaikan dengan kriteria dilakukannya pemeriksaan untuk tujuan lain.
c. Pemeriksaan dilakukan oleh tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari 1 (satu) orang Supervisor, 1
(satu) orang Ketua Tim, dan 1 (satu) orang atau lebih Anggota Tim, dan dalam keadaan
tertentu Ketua Tim dapat merangkap sebagai Anggota Tim.

Keadaan tertentu Ketua Tim dapat merangkap sebagai Anggota Tim adalah:
1) terbatasnya jumlah Pemeriksa Pajak pada UP2; dan/atau
2) berdasarkan pertimbangan Kepala UP2.
d. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,
dan/atau di tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.
e. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar
jam kerja.
f. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP.

3. Standar Pelaporan Pemeriksaan


3.1. Standar Pelaporan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan

Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus


dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu:16
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup dan pos-pos yang diperiksa
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung
temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan
perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait
dengan pemeriksaan.
b. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurang-kurangnya
memuat:
1) penugasan pemeriksaan;
2) identitas Wajib Pajak;
3) pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
4) pemenuhan kewajiban perpajakan;
5) data/informasi yang tersedia;

16
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 6 dan PER-23/PJ/2013, Pasal 10

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 8
6) buku dan dokumen yang dipinjam;
7) materi yang diperiksa;
8) uraian hasil Pemeriksaan;
9) ikhtisar hasil Pemeriksaan;
10) penghitungan pajak terutang; dan
11) simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
c. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
d. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah:
1) Pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan Rencana Pemeriksaan dan perubahannya.
2) Dasar hukum koreksi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

3.2. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain Dalam Rangka
Melaksanakan Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan

Kegiatan Pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun
sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu:17
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak dan memuat pula
pengungkapan informasi lain yang terkait.
b. LHP untuk tujuan lain sekurang-kurangnya memuat :
1) identitas Wajib Pajak;
2) penugasan Pemeriksaan;
3) dasar (tujuan) Pemeriksaan;
4) buku dan dokumen yang dipinjam;
5) materi yang diperiksa;
6) uraian hasil Pemeriksaan; dan
7) simpulan dan usul Pemeriksa.
c. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
d. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah:
1) Hasil pemeriksaan telah sesuai kriteria Pemeriksaan tujuan lain.
2) Simpulan, usul, dan/atau rekomendasi yang diberikan telah memiliki dasar hukum yang
tepat.

17
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 76 dan PER-23/PJ/2013, Pasal 7

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 9
F. Jangka Waktu Pemeriksaan

1. Jangka Waktu Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban


Perpajakan

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan


dalam jangka waktu Pemeriksaan yang meliputi:
a. jangka waktu pengujian; dan
b. jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan.18

1.1. Jangka Waktu Pengujian

Apabila Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, jangka waktu


pengujian paling lama 6 (enam) bulan, yang dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang
telah dewasa dari Wajib Pajak, sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.19

Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan. Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan
dilakukan dalam hal:
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya;
b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga;
c. ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak; dan/atau
d. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.20

Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan yang terkait dengan:


a. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi;
b. Wajib Pajak dalam satu grup; atau
c. Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau transaksi khusus
lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan,

18
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 15 ayat (1)
19
Ibid., Pasal 15 ayat (2)
20
Ibid., Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2)

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 10
dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan dapat dilakukan paling
banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.21

Apabila Pemeriksaan dilakukan dengan Jenis Pemeriksaan Kantor, jangka waktu


pengujian paling lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa dari
Wajib Pajak, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak datang
memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak.22

Apabila Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor, jangka waktu pengujian paling lama 1 (satu) bulan, yang dihitung sejak
tanggal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa Wajib Pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.23

Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor, dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan, kecuali untuk Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret
yang dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor tidak dapat diperpanjang.24

Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam hal:


a. Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya;
b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga;
c. ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak; dan/atau
d. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.25

Dalam hal dilakukan perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan atau
Pemeriksaan Kantor, kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan harus menyampaikan pemberitahuan
perpanjangan jangka waktu pengujian secara tertulis kepada Wajib Pajak.26

21
Ibid., Pasal 16 ayat (3)
22
Ibid., Pasal 15 ayat (3)
23
Ibid., Pasal 15 ayat (4)
24
Ibid., Pasal 17 ayat (1)
25
Ibid., Pasal 17 ayat (2)
26
Ibid., Pasal 18

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 11
Apabila jangka waktu perpanjangan pengujian Pemeriksaan Lapangan atau
perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan Kantor telah berakhir, SPHP harus disampaikan
kepada Wajib Pajak.27

1.2. Jangka Waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Dan Pelaporan.

Jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan baik untuk
pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor paling lama 2 (dua) bulan, yang dihitung
sejak tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota yang
telah dewasa dari Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.28

Apabila Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor, jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja, yang dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota yang telah dewasa dari Wajib Pajak sampai dengan tanggal
LHP.29

Dalam hal pemeriksaan dilakukan karena Wajib Pajak mengajukan permohonan


pengembalian kelebihan pembayaran pajak, jangka waktu pengujian dan perpanjangannya serta
jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan pelaporan harus memperhatikan jangka
waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP.30

2. Jangka Waktu Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan


Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan

Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP. Sedangkan untuk
jenis Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari yang
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak, datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor

27
Ibid., Pasal 19 ayat (1)
28
Ibid., Pasal 15 ayat (5)
29
Ibid., Pasal 15 ayat (6)
30
Ibid., Pasal 19 ayat (2)

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 12
sampai dengan tanggal dalam LHP. Dalam hal jangka waktu Pemeriksaan baik untuk jenis
pemeriksaan lapangan maupuan pemeriksaan kantor berakhir, pemeriksaan harus
diselesaikan.31

Dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka permohonan penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak, jangka waktu pemeriksaan baik untuk jenis pemeriksaan lapangan
maupun pemeriksaan kantor harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (7) Undang-
Undang KUP.32

Dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, jangka waktu Pemeriksaan baik untuk jenis pemeriksaan lapangan
maupun pemeriksaan kantor harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (9)
Undang-Undang KUP.33

G. Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2)

1. UP2 untuk Pemeriksaan dengan Tujuan Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban


Perpajakan34

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh


Pemeriksa Pajak di UP2, yaitu Kantor Pelayanan Pajak atau Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan. Kantor Pelayanan Pajak dapat bertindak sebagai UP2 Domisili atau UP2 Lokasi
sesuai dengan wilayah kerjanya. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan bertindak sebagai UP2
Domisili.

Dalam hal UP2 bertindak sebagai UP2 Domisili, UP2 tersebut dapat melakukan
pemeriksaan atas satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

Dalam hal UP2 bertindak sebagai UP2 Lokasi, UP2 tersebut dapat melakukan
pemeriksaan atas satu atau beberapa jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak
dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

31
Ibid., Pasal 81 ayat (1) s.d. ayat (3)
32
Ibid., Pasal 81 ayat (4)
33
Ibid., Pasal 81 ayat (5)
34
SE-28/PJ/2013, butir E angka 1 huruf e

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 13
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dapat menugaskan Fungsional
Pemeriksa Pajak di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) untuk melaksanakan
pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak dengan menerbitkan Surat Tugas Pelaksanaan
Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh Lampiran I.5 SE-28/PJ/2013.
Penugasan dapat juga dilakukan berdasarkan permintaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
Administrasi pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa Pajak di
Kanwil DJP dilakukan oleh UP2.

2. UP2 untuk Pemeriksaan dengan Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan Perpajakan35

Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan


perundang-undangan perpajakan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak di UP2, yaitu Kantor
Pelayanan Pajak, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, atau Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan.

H. Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan SP2 Perubahan

1. SP2 dan SP2 Perubahan untuk Pemeriksaan dengan Tujuan Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan36

SP2 untuk pemeriksaan dengan tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan diterbitkan berdasarkan:
a. instruksi/persetujuan/penugasan pemeriksaan dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Direktur Jenderal Pajak;
b. surat permintaan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili; atau
c. surat persetujuan pengalihan pemeriksaan.
Dalam hal susunan tim Pemeriksa Pajak diubah, Kepala UP2 harus menerbitkan SP2
Perubahan. Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan SP2 Perubahan kepada Wajib Pajak. Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu
paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal SP2. Surat Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor dikirimkan kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari
kerja setelah tanggal SP2.

35
Ibid., butir F angka 1 huruf c
36
Ibid., butir E angka 1 huruf f

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 14
2. SP2 dan SP2 Perubahan untuk Pemeriksaan dengan Tujuan Lain Dalam Rangka
Melaksanakan Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan37

SP2 diterbitkan berdasarkan:


a. instruksi pemeriksaan dari Direktur Jenderal Pajak;
b. instruksi pemeriksaan dari Direktur Pemeriksaan dan Penagihan;
c. instruksi/penugasan pemeriksaan dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
Dalam hal susunan tim Pemeriksa Pajak diubah, Kepala UP2 tidak perlu memperbarui
SP2 tetapi harus menerbitkan SP2 Perubahan. Pemeriksa Pajak wajib menyerahkan atau
mengirimkan tembusan SP2 Perubahan kepada Wajib Pajak.

I. Alur Kegiatan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban


Perpajakan

Pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


baik untuk jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor diawali dengan adanya
Instruksi, Persetujuan, atau Penugasan Pemeriksaan dan diakhiri dengan pembuatan Laporan
Hasil Pemeriksan dengan usulan penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan
Pajak kecuali pemeriksaan diselesaikan dengan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Sumir.

1. Alur Kegiatan Pemeriksaan Lapangan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan


Kewajiban Perpajakan

Pemeriksaan Lapangan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dilakukan karena terdapat instruksi, persetujuan, atau penugasan pemeriksaan.
Berdasarkan instruksi, persetujuan, atau penugasan pemeriksaan tersebut Kepala Unit
Pelaksana Pemeriksaan (UP2) menugaskan Supevisor untuk menyusun Usulan Rencana
Pemeriksaan (Audit Plan). Selanjutnya, berdasarkan Usulan Rencana Pemeriksaan yang dibuat
oleh Supervisor yang dilampiri dengan Rencana Program Pemeriksaan (Audit Program), Kepala
UP2 menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan. Surat Perintah Pemeriksaan tersebut diterbitkan
bersamaan dengan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Setelah Surat Perintah
Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterima oleh tim Pemeriksa
Pajak, tim Pemeriksa Pajak menyiapkan sarana dan prasarana pemeriksaan. Kegiatan-kegiatan
tersebut termasuk lingkup kegiatan dalam Tahap Persiapan Pemeriksaan.

37
Ibid., butir F angka 1 huruf d

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 15
Kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lingkup
Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan;
b. Pertemuan dengan Wajib Pajak;
c. Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak;
d. Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen;
e. Kegiatan dalam hal terjadi Penolakan Pemeriksaan;
f. Penyegelen;
g. Permintaan Penjelasan Kepada Wajib Pajak dan Permintaan Keterangan Kepada Pihak
Ketiga;
h. Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan;
i. Pemeriksaan atas Buku, Catatan dan Dokumen;
j. Kegiatan apabila Terdapat Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT;
k. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan
l. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksan, bisa saja terjadi pembahasan sampai pada
tingkat Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan.
Setelah kegiatan-kegiatan dalam Tahap Pelaksanaan dilaksanakan, kegiatan berikutnya
adalah pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan
Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak kecuali Pemeriksaan Lapangan dihentikan dan dibuatkan
LHP Sumir. Kegiatan tersebut termasuk dalam Tahap Pelaporan Pemeriksaan.
Alur kegiatan Pemeriksaan Lapangan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat dilihat pada Gambar 1.1. berikut ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 16
Gambar 1.1.
Alur Kegiatan Pemeriksaan Lapangan Untuk Tujuan Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

2. Alur Kegiatan Pemeriksaan Kantor Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban


Perpajakan

Alur kegiatan pemeriksaan kantor untuk tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak hampir sama dengan alur kegiatan pemeriksaan lapangan untuk tujuan
yang sama. Bedanya adalah hanya ada pada tahap pelaksanaan pemeriksaan. Pada tahap
pelaksanaan pemeriksaan kantor diawali dengan penyampaian pemanggilan Wajb Pajak dengan
menggunakan Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor, sedangkan pada
pemeriksaan lapangan diawali dengan pemberitahuan pemeriksaan lapangan dengan
penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. Pada pemeriksaan kantor tidak ada
kegiatan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dan penyegelan.
Alur kegiatan Pemeriksaan Kantor dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat dilihat pada Gambar 1.2. berikut ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 17
Gambar 1.2. Alur Kegiatan Pemeriksaan Kantor Untuk Tujuan Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 18
Kegiatan Belajar 2

ASERSI MANAJEMEN (MANAGEMENT ASSERTIONS) DAN


TUJUAN AUDIT TERKAIT ASERSI MANAJEMEN

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan asersi manajemen;
2. menjelaskan tujuan audit terkait asersi manajemen.

A. Asersi Manajemen

1. Pengertian Asersi Manajemen


Pembahasan asersi manajemen dalam bahan ajar ini menggunakan buku yang ditulis
oleh Arens, Elder, dan Beasly yang berjudul Auditing and Assurance Services, An Integrated
Approach yang diterbitkan oleh Pearson Education Limited di Inggris pada tahun 2012 (untuk
selanjutnya disebut Arens, Elder, dan Beasly (2012)) dari halaman 173 sampai dengan halaman
176. Walaupun buku tersebut lebih ditujukan penggunaannya untuk audit tujuan umum (general
audit) namun perlu juga Pemeriksa Pajak memahami asersi manajemen tersebut yang nantinya
dapat digunakan untuk mengembangkan tujuan audit atas pos-pos SPT yang diperiksa beserta
pos-pos turunannya sehingga Pemeriksa Pajak dapat memilih teknik pemeriksaan beserta
prosedur pemeriksaannya yang tepat untuk menguji pos-pos SPT yang diperiksa beserta pos-
pos turunannya.
Arens, Elder, dan Beasly (2012: 173) mendefinisikan asersi manajemen sebagai berikut:
“Management assertions are implied or expressed representations by management about
classes of transactions and the related accounts and disclosures in the financial statements.”38
Asersi manajemen adalah pernyataan (represesentasi) yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi, akun terkait, dan pengungkapan di laporan keuangan.
Asersi manajemen secara langsung berkaitan dengan kerangka kerja pelaporan

38
Arens, Elder, dan Beasly, 2012, Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach, Pearson Education
Limited, England

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 19
keuangan/prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (di Indonesia: PSAK) yang digunakan
oleh perusahaan, karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen
untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Oleh karena
itu, auditor harus memahami asersi manajemen untuk melakukan audit yang memadai.39

2. Kategori Asersi Manajemen


Standar auditing internasional mengklasifikasi asersi manajemen ke dalam tiga kategori,
yaitu:
a. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit;
b. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode; dan
c. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan.

Setiap kategori asersi manajemen tersebut terdiri dari asersi-asersi khusus. Asersi-asersi
khusus ini dikelompokkan sehingga asersi yang berkaitan di antara kategori asersi dimasukkan
ke dalam baris tabel yang sama. Asersi-asersi khusus dalam setiap kategori transaksi disajikan
dalam Tabel 2.1 berikut ini.

39
Ibid.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 20
Tabel 2.1
Asersi Manajemen untuk Setiap Kategori Asersi

Asersi tentang Kelas Transaksi Asersi tentang Saldo Akun Asersi tentang Penyajian dan
dan Peristiwa Pengungkapan
Keterjadian (occurrence) – Eksistensi (existence) – aset, Keterjadian dan hak serta
transaksi dan peristiwa yang kewajiban, dan ekuitas ada kewajiban (occurrence and
dicatat telah terjadi dan rights and obligations) –
berkaitan dengan entitas peristiwa dan transaksi yang
diungkapkan telah terjadi dan
berkaitan dengan entitas
Kelengkapan (completeness) – Kelengkapan (completeness) – Kelengkapan (completeness) –
semua transaksi dan peristiwa semua aset, kewajiban, dan semua pengungkapan yang
yang seharusnya telah dicatat, ekuitas yang seharusnya telah seharusnya dimasukkan dalam
telah dicatat dicatat, telah dicatat laporan keuangan, telah
dimasukkan
Keakuratan (accuracy) – jumlah Penilaian dan alokasi (valuation Keakuratan dan penilaian
dan data lain yang berkaitan and allocation) – aset, (accuracy and valuation) –
dengan transaksi dan peristiwa kewajiban, dan ekuitas informasi keuangan dan
yang dicatat, telah dicatat dimasukkan dalam laporan informasi lainnya telah
dengan tepat keuangan pada jumlah yang diungkapkan secara tepat pada
tepat dan setiap hasil jumlah yang tepat
penyesuaian penilaian dicatat
dengan tepat
Klasifikasi (classification) – Klasifikasi dan dapat dipahami
transaksi dan peristiwa telah (classification and
dicatat dalam akun yang tepat understandability) – informasi
keuangan dan informasi lainnya
telah disajikan dan diuraikan
secara tepat serta
pengungkapan telah dinyatakan
secara jelas
Pisah batas (cutoff) – transaksi
dan peristiwa telah dicatat
dalam periode akuntansi yang
benar
Hak dan kewajiban (rights and -
obligations) – entitas memiliki
atau mengendalikan hak atas
aset, dan kewajiban merupakan
kewajiban entitas tersebut
Diterjemahkan dari Tabel 6-2 dari buku Arens, Elder, dan Beasly (2012: 174)

Dalam tabel tersebut di atas tampak bahwa terdapat lima asersi yang dibuat manajemen
mengenai transaksi dan asersi tersebut juga diterapkan terhadap peristiwa lain yang dicerminkan
di dalam catatan akuntansi, seperti pencatatan penyusutan dan pengakuan kewajiban pensiun.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 21
Sebagai contoh, begitu entitas melaporkan penjualan di Laporan Laba Rugi Komprehensif
sebesar Rp500.000.000.000, maka manajemen telah menyatakan bahwa penjualan tersebut
memang benar-benar terjadi (asersi keterjadian), tidak ada penjualan yang terjadi tidak
dimasukkan dalam jumlah penjualan tersebut (asersi kelengkapan), tidak terdapat kesalahan
perhitungan atau pencatatan jumlah dalam bukti atau pembukuan yang mendukung penjualan
tersebut (asersi keakuratan), transaksi penjualan telah diklasifikasikan dalam akun yang tepat
sehingga tidak ada transaksi penjualan yang dicatat dalam akun pendapatan lainnya (asersi
klasifikasi), dan transaksi penjualan tersebut memang telah dicatat dalam periode akuntansi yang
tepat (asersi pisah batas).
Selanjutnya, dalam tabel tersebut di atas tampak bahwa terdapat empat jenis asersi yang
dinyatakan manajemen mengenai saldo akun pada akhir periode akuntansi. Sebagai contoh,
begitu entitas melaporkan mesin sebesar Rp5.000.000.000 dalam Laporan Posisi Keuangan,
maka manajemen telah menyatakan bahwa mesin tersebut memang benar-benar ada (asersi
eksistensi/keberadaan), tidak ada mesin yang memang ada tapi belum dilaporkan dalam jumlah
tersebut (asersi kelengkapan), mesin yang dilaporkan tersebut dinilai/diukur dalam jumlah yang
tepat dan apabila terdapat penyesuaian karena penilaian berdasarkan standar akuntansi
keuangan maka hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat (asersi penilaian dan alokasi),
dan mesin yang dilaporkan tersebut memang merupakan milik entitas atau entitas memiliki hak
untuk mengedalikan mesin tersebut (asersi hak dan kewajiban).
Terakhir, dalam tabel tersebut di atas tampak bahwa terdapat empat jenis asersi yang
dinyatakan manajemen mengenai penyajian dan pengungkapan. Seiring dengan semakin
meningkatnya kompleksitas transaksi, asersi manajemen tentang penyajian dan pengungkapan
telah meningkat juga. Peristiwa dan transaksi yang diungkapkan dalam laporan keuangan
memang telah terjadi dan berkaitan dengan entitas (asersi keterjadian dan hak serta kewajiban),
semua pengungkapan yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan, telah dimasukkan
(asersi kelengkapan), informasi keuangan dan informasi lainnya telah diungkapkan secara tepat
pada jumlah yang tepat (asersi keakuratan dan penilaian) dan informasi keuangan dan informasi
lainnya telah disajikan dan diuraikan secara tepat serta pengungkapan telah dinyatakan secara
jelas (asersi klasifikasi dan dapat dipahami).

Pentingnya Pemeriksa Pajak memahami asersi manajemen untuk pemeriksaan pajak:


 Setiap Wajib Pajak berkeinginan untuk meminimalkan beban pajaknya. Untuk meminimalkan
beban pajak, bisa dilakukan dengan cara menurunkan penghasilan bruto baik berupa
penjualan maupun pendapatan luar usaha atau menaikkan biaya baik berupa harga pokok

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 22
penjualan, biaya usaha lainnya, maupun biaya luar usaha. Perlu diwaspadai juga Wajib Pajak
melaporkan asetnya terlalu rendah (understated) atau melaporkan kewajibannya terlalu tinggi
(overstated) yang berdampak pada adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan
neto) dilaporkan terlalu rendah. Kalau aset dilaporkan terlalu rendah atau kewajiban dilaporkan
terlalu tinggi, berarti kekayaan bersih dilaporkan terlalu rendah sehingga terdapat tambahan
kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dilaporkan. Hal ini merupakan Objek
Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang PPh. Berdasarkan Pasal 12 ayat (3)
Undang-undang KUP disebutkan bahwa apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti
jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan tidak benar, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan jumlah pajak yang terutang.
 Untuk pengujian penghasilan bruto, Pemeriksa Pajak perlu memahami asersi manajemen
terkait dengan kelas transaksi berupa asersi kelengkapan, asersi keakuratan, asersi
klasifikasi, dan asersi pisah batas. Selain itu, Pemeriksa Pajak perlu juga untuk memahami
asersi manajemen terkait dengan penyajian dan pengungkapan berupa asersi kelengkapan,
asersi keakuratan dan penilaian, dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal ini penting
mengembangkan tujuan audit atas pos-pos penghasilan bruto yang terpilih untuk diperiksa
berdasarkan identifikasi masalah pada tahap persiapan pemeriksaan dan sekaligus
menentukan teknik pemeriksaan beserta prosedur pemeriksaan yang tepat untuk menguji pos-
pos penghasilan bruto yang terpilih untuk diperiksa tersebut. Selain itu, juga beguna untuk
mengembangkan tujuan audit terkait Objek PPN, PPh Pasal 22, dan PPh Final atas pengalihan
hak atas tanah dan bangunan.
 Untuk pengujian biaya, Pemeriksa Pajak perlu memahami asersi manajemen terkait dengan
kelas transaksi berupa asersi keterjadian, asersi keakuratan, asersi klasifikasi, dan asersi
pisah batas. Selain itu, Pemeriksa Pajak perlu juga untuk memahami asersi manajemen terkait
dengan penyajian dan pengungkapan berupa asersi keterjadian dan hak serta kewajiban,
asersi keakuratan dan penilaian, dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal ini penting
mengembangkan tujuan audit atas pos-pos biaya yang terpilih untuk diperiksa berdasarkan
identifikasi masalah pada tahap persiapan pemeriksaan dan sekaligus menentukan teknik
pemeriksaan beserta prosedur pemeriksaan yang tepat untuk menguji pos-pos biaya yang
terpilih untuk diperiksa tersebut.
 Untuk pengujian apakah aset dinyatakan terlalu rendah (understated) di laporan posisi
keuangan yang berdampak pada adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto)
dilaporkan terlalu rendah, Pemeriksa Pajak perlu memahami asersi manajemen terkait saldo
akun berupa asersi kelengkapan, asersi penilaian dan alokasi, dan asersi hak dan kewajiban.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 23
Selain itu, Pemeriksa Pajak perlu juga untuk memahami asersi manajemen terkait dengan
penyajian dan pengungkapan berupa asersi kelengkapan, asersi keakuratan dan penilaian,
dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal ini penting mengembangkan tujuan audit untuk
menguji tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) yang belum dilaporkan oleh
Wajib Pajk di SPT.
 Untuk pengujian apakah kewajiban dinyatakan terlalu tinggi (overstated) di laporan posisi
keuangan yang berdampak pada adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto)
dilaporkan terlalu rendah, Pemeriksa Pajak perlu memahami asersi manajemen terkait saldo
akun berupa asersi eksistensi/keberadaan, asersi penilaian dan alokasi, dan asersi hak dan
kewajiban. Selain itu, Pemeriksa Pajak perlu juga untuk memahami asersi manajemen terkait
dengan penyajian dan pengungkapan berupa asersi keterjadian dan hak serta kewajiban,
asersi keakuratan dan penilaian, dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal ini penting
mengembangkan tujuan audit untuk menguji tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan
neto) yang belum dilaporkan oleh Wajib Pajk di SPT.

B. Tujuan Audit Terkait Asersi Manajemen


Pembahasan tujuan audit terkait asersi manajemen dalam bahan ajar ini menggunakan
buku yang ditulis oleh Arens, Elder, dan Beasly (2012) dari halaman dari halaman 176 sampai
dengan halaman 181. Walaupun buku tersebut lebih ditujukan penggunaannya untuk audit tujuan
umum (general audit) namun perlu juga Pemeriksa Pajak memahami tujuan audit terkait asersi
manajemen yang nantinya berguna untuk memilih tujuan audit yang tepat untuk menguji pos-pos
SPT yang diperiksa beserta pos-pos turunannya.

1. Tujuan Audit Terkait dengan Transaksi


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat dengan
asersi manajemen tentang kelas transaksi. Ada enam tujuan audit yang secara umum berkaitan
dengan transaksi yang dapat diterapkan pada setiap kelas transaksi.
Tujuan audit yang secara umum yang berkaitan dengan transaksi adalah sebagai berikut:
a. Keterjadian (occurance) – transaksi yang dicatat memang ada.
b. Kelengkapan (completeness) – transaksi yang ada/terjadi telah dicatat.
c. Keakuratan (accuracy) – transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar.
d. Posting dan pengikhtisaran (posting and summarization) – transaksi yang dicatat dimasukkan
ke dalam file induk (master files) secara tepat dan diikhtisarkan dengan benar.
e. Klasifikasi (classification) – transaksi yang dicatat dalam jurnal telah diklasifikasikan secara

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 24
tepat.
f. Penetapan waktu (timing) – transaksi dicatat pada tanggal yang benar.

Berikut ini uraian dari masing-masing tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi.

1.1. Keterjadian (Occurance) – Transaksi yang Dicatat Memang Ada


Tujuan ini berkaitan dengan apakah transaksi dicatat memang benar-benar terjadi.
Pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan ketika tidak ada penjualan
merupakan pelanggaran atas tujuan keterjadian. Tujuan ini merupakan imbangan
(counterpart) auditor terhadap asersi manajemen tentang keterjadian untuk kelas transaksi.
Tujuan keterjadian berkaitan dengan kemungkinan transaksi lebih dicatat (lebih saji).

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


- Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit keterjadian terkait asersi manajemen
tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji biaya yang dilaporkan di SPT Tahunan
PPh dan kredit pajak.

1.2. Kelengkapan (Completeness) – Transaksi yang Ada/Terjadi Telah Dicatat


Tujuan ini berkaitan dengan apakah semua transaksi yang seharusnya dimasukkan dalam
jurnal benar-benar telah dimasukkan/dicatat. Kelalaian memasukkan transaksi penjualan ke
dalam jurnal penjualan dan buku besar ketika ketika terjadi transaksi penjualan melanggar
tujuan kelegkapan. Tujuan ini merupakan imbangan auditor terhadap asersi manajemen
tentang kelengkapan untuk kelas transaksi. Tujuan kelengkapan berkaitan dengan
kemungkinan transaksi tidak dicatat (kurang saji).

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit kelengkapan terkait asersi manajemen
tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji penghasilan bruto yang dilaporkan di SPT
Tahunan PPh, Objek PPN, Objek PPh Pasal 22, dan Objek PPh Final atas pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan.

1.3. Keakuratan (Accuracy) – Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar
Tujuan ini terkait dengan keakuratan informasi tentang transaksi akuntansi dan merupakan
salah satu bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi. Untuk transaksi penjualan,
tujuan ini dilanggar bila jumlah barang yang dikirimkan berbeda dengan jumlah yang

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 25
tercantum dalam penagihan (faktur penjualan), harga jual yang salah digunakan untuk
menagih (dalam faktur penjualan), terjadi kesalahan penjumlahan atau perkalian dalam
faktur penjualan, atau jumlah yang salah dimasukkan dalam jurnal penjualan.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit keakuratan terkait asersi manajemen
tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji penghasilan bruto dan biaya yang dilaporkan
di SPT Tahunan PPh, Objek PPN, Objek PPh Pemotongan dan Pemungutan dan kredit
pajak.

1.4. Posting dan Pengikhtisaran (Posting and Summarization) – Transaksi yang Dicatat
Dimasukkan kedalam File Induk (Master Files) dan Diikhtisarkan dengan Benar
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi yang dicatat dalam
jurnal ke buku pembantu dan buku besar. Ini merupakan bagian dari asersi keakuratan untuk
kelas transaksi. Sebagai contoh, jika transaksi penjualan dicatat dalam catatan pelanggan
yang salah atau pada jumlah yang salah dicatat dalam file induk, jumlah seluruh transaksi
penjualan diposting dari jurnal penjualan ke buku besar tidak akurat, maka tujuan ini
dilanggar.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit posting dan pengiktisaran terkait asersi
manajemen tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji penghasilan bruto dan biaya
yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh.

1.5. Klasifikasi (Classification) – Transaksi yang Dicatat Dalam Jurnal Telah


Diklasifikasikan Secara Tepat.
Tujuan ini berkaitan apakah transaksi telah dimasukkan dalam akun yang tepat, dan
merupakan imbangan auditor terhadap asersi klasifikasi yang dinyatakan manajemen untuk
kelas transaksi. Contoh, misklasifikasi penjualan adalah mencatat penjualan tunai sebagai
penjualan kredit, mencatat penjualan aktiva tetap operasi sebagai pendapatan.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit klasifikasi dan pengiktisaran terkait asersi
manajemen tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji penghasilan bruto dan biaya

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 26
yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh, Objek PPN, dan Objek PPh Pemotongan dan
Pemungutan.

1.6. Penetapan Waktu (Timing) – Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar
Tujuan ini merupakan imbangan auditor terhadap asersi pisah batas (cutoff). Kesalahan
penetapan waktu terjadi jika suatu transaksi tidak dicatat pada hari terjadinya. Sebagai
contoh, transaksi penjualan harus dicatat pada tanggal pengiriman barang.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit penetapan waktu terkait asersi manajemen
tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji penghasilan bruto dan biaya yang dilaporkan
di SPT Tahunan PPh, Objek PPN, Objek PPh Pemotongan dan Pemungutan, dan kredit
pajak.

2. Tujuan Audit Terkait Saldo Akun

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo serupa dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi . Tujuan tersebut juga mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka
kerja untuk membantu auditor mengumpulkan bukti yang tepat yang cukup yang berkaitan
dengan saldo akun. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun,
seperti piutang usaha dan persediaan, bukan kelas transaksi seperti penjualan dan pembelian
persediaan.

Terdapat delapan tujuan audit yang secara umum yang berkaitan dengan saldo, yaitu:
a. Eksistensi (existence) – jumlah yang tercantum memang ada;
b. Kelengkapan (completeness) – jumlah yang ada telah dicantumkan;
c. Keakuratan (accuracy) – jumlah yang tercantum telah dinyatakan pada jumlah benar;
d. Klasifikasi (classification) – jumlah yang tercantum dalam daftar auditee telah diklasifikasikan
dengan tepat;
e. Pisah batas (cutoff) - transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang
tepat;
f. Hubungan yang rinci (detail tie-in) – rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file induk
(master file) yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai dengan total di buku
besar;
g. Nilai yang dapat direalisasi (realizable value) – aset dicantumkan pada jumlah yang diestimasi

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 27
akan direalisasi; dan
h. Hak dan kewajiban (rights and obligations).

Berikut ini adalah uraian dari masing-masing tujuan audit yang secara umum berkaitan dengan
saldo.

2.1. Eksistensi (Existence) – Jumlah yang Tercantum Memang Ada


Jumlah ini berkaitan dengan apakah jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan
memang seharusnya dicantumkan. Sebagai contoh, pencantuman piutang usaha pelanggan
dalam neraca saldo piutang usaha ketika tidak ada piutang usaha pelanggan, maka hal
tersebut melanggar tujuan eksistensi. Tujuan ini adalah imbangan auditor terhadap asersi
manajemen tentang eksistensi saldo akun.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit eksistensi/keberadaan terkait asersi
manajemen tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah kewajiban
dinyatakan terlalu tinggi (overstated) di laporan posisi keuangan yang berdampak pada
adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan terlalu rendah.

2.2. Kelengkapan (Completeness) – Jumlah yang Ada Telah Dicantumkan


Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu akun
benar-benar telah dicatat. Kelalaian untuk mencantumkan piutang usaha pelanggan dalam
neraca apabila piutang usaha itu memang ada merupakan pelanggaran terhadap tujuan
kelengkapan. Tujuan ini adalah imbangan auditor terhadap asersi manajemen tentang
kelengkapan untuk saldo akun.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit kelengkapan terkait asersi manajemen
tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dinyatakan terlalu
rendah (understated) di laporan posisi keuangan yang berdampak pada adanya tambahan
kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan terlalu rendah.

2.3. Keakuratan (Accuracy) – Jumlah yang Tercantum Telah Dinyatakan pada Jumlah
yang Benar
Tujuan keakuratan mengacu pada jumlah yang dicantumkan pada jumlah yang benar. Pos-

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 28
pos persediaan dalam daftar persediaan auditee dapat saja salah karena jumlah unit
persediaan yang ada salah saji, harga per unit salah, atau totalnya dihitung secara tidak
benar. Masing-masing hal tersebut melanggar tujuan keakuratan. Keakuratan merupakan
salah satu bagian dari asersi penilaian dan alokasi untuk saldo akun.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit keakuratan terkait asersi manajemen
tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan kewajiban
dinyatakan dalam jumlah yang benar untuk menguji adanya tambahan kemampuan
ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan terlalu rendah.

2.4. Klasifikasi (Classification) – Jumlah yang Tercantum Dalam Daftar Auditee Telah
Diklasifikasikan dengan Tepat
Klasifikasi melibatkan penentuan apakah pos-pos yang ada dalam daftar auditee telah
dimasukkan dalam akun-akun buku besar yang tepat. Sebagai contoh, dalam daftar piutang
usaha, piutang tersebut harus dipisahkan antara piutang jangka pendek dengan piutang
jangka panjang, serta jumlah piutang yang berasal dari afiliasi, para pejabat, dan direksi
harus diklasifikasikan secara terpisah dengan jumlah piutang dari pelanggan lainnya.
Kasifkasi juga merupakan bagian dari asersi penilaian dan alokasi. Tujuan audit klasifikasi
yang berkaitan dengan saldo akun berhubungan erat dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan penyajian dan pengungkapan, yaitu bagaimana saldo-saldo itu diklasifikasikan
dalam akun-akun buku besar sehingga dapat disajikan dan diungkapkan secara tepat dalam
laporan keuangan.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit klasifikasi terkait asersi manajemen
tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan kewajiban
diklasifikasikan dalam jumlah yang benar yang dapat digunakan untuk mendukung pengujian
keterkaitan dalam rangka menguji penjualan dan pembelian.

2.5. Pisah Batas (Cutoff) - Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat pada
Periode yang Tepat
Dalam menguji pisah batas atas saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan apakah

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 29
transaksi-transaksi telah dicatat dan dimasukkan dalam saldo akun pada periode yang tepat.
Pengujian pisah batas bisa dipandang sebagai bagian dari pemeriksaan akun neraca atau
transaksi yang berkaitan, tetapi demi kemudahan biasanya auditor melakukannya sebagai
bagian dari audit atas akun-akun neraca. Tujuan penetapan waktu untuk transaksi berkaitan
dengan penetapan waktu yang tepat untuk pencatatan transaksi selama tahun berjalan,
dimana tujuan pisah batas untuk tujuan audit terkait saldo hanya berkaitan dengan transaksi
menjelang akhir tahun. Sebagai contoh, dalam audit per 31 Desember, transaksi penjualan
yang dicatat pada bulan Maret padahal barangnya dikirimkan pada bulan Februari
merupakan kekeliruan yang bertentangan dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi, tetapi bukan kekeliruan tujuan audit yang berkaitan dengn saldo.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit pisah batas terkait asersi manajemen
terkait saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan kewajiban
dilaporkan pada tanggal yang tepat untuk menghindari apakah aset dinyatakan terlalu
rendah (understated) atau kewajiban dinyatakan terlalu tinggi (overstated) yang berdampak
pada tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan terlalu rendah.

2.6. Hubungan yang Rinci (Detail Tie-In) – Rincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah pada
File Induk (Master Files) yang Berkaitan, Sesuai dengan Total Saldo Akun, dan Sesuai
dengan Total Buku Besar
Saldo akun dalam laporan keuangan didukung oleh rincian pada file induk dan skedul yang
dibuat oleh klien. Tujuan hubungan yang rinci ini memastikan rincian dalam daftar telah
disiapkan secara akurat, ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar.
Sebagai contoh, setiap piutang usaha yang tertera dalam daftar piutang usaha seharusnya
sama dengan yang ada dalam file induk piutang usaha, dan totalnya harus sama dengan
akun pengendalian buku besar. Hubungan yang rinci juga merupakan bagian dari asersi
penilaian dan alokasi untuk saldo akun.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan hubungan yang rinci terkait asersi manajemen
terkait saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan kewajiban
dilaporkan pada jumlah yang tepat untuk menghindari apakah aset dinyatakan terlalu rendah
(understated) atau kewajiban dinyatakan terlalu tinggi (overstated) yang berdampak pada

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 30
adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan terlalu rendah.

2.7. Nilai yang Dapat Direalisasi (Realizable Value) – Aset Dicantumkan pada Jumlah yang
Diestimasi Akan Direalisasi
Tujuan ini terkait dengan apakah saldo akun telah dikurangi untuk penurunan biaya historis
ke nilai realisasi bersih atau ketika standar akuntansi mensyaratkan perlakuan akuntansi
berdasarkan nilai pasar wajar. Contoh penerapan tujuan ini mempertimbangkan kecukupan
penyisihan piutang tak tertagih dan penghapusan persediaan yang usang. Tujuan ini hanya
diterapkan pada akun aset serta merupakan bagian dari asersi penilaian dan alokasi untuk
saldo akun.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan nilai yang dapat direalisasi terkait asersi
manajemen terkait saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk mewaspadai adanya rugi
penurunan nilai yang berdampak pada pengakuan rugi penurunan nilai dalam laporan laba
rugi komprehensif yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak.

2.8. Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations)


Selain eksistensi, sebagian besar aset juga harus dimiliki sebelum dapat dicantumkan dalam
laporan keuangan. Secara serupa, utang harus merupakan kewajiban entitas. Hak selalu
berkaitan dengan aset dan kewajiban berkaitan dengan utang. Tujuan ini adalah imbangan
auditor terhadap asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan hak dan kewajiban terkait asersi manajemen
terkait saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan kewajiban
yang dilaporkan merupakan hak dan kewajiban Wajib Pajak untuk menghindari apakah aset
dinyatakan terlalu rendah (understated) atau kewajiban dinyatakan terlalu tinggi (overstated)
yang berdampak pada tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan
terlalu rendah.

3. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan


Tujuan audit yang berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan biasanya identik
dengan asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang telah dibahas sebelumnya.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 31
Konsep yang sama, yang diterapkan pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, juga berlaku
untuk tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.

Auditor harus memperoleh bukti untuk mendukung asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.

Keperluan untuk Pemeriksaan Pajak:


Penyajian dan pengungkapan Wajib Pajak dalam laporan keuangan penting dipahami oleh
dipahami Pemerika Pajak untuk dapat memperoleh pemahaman yang utuh mengenai perlakuan
akuntansi Wajib Pajak dan SPT Wajib Pajak sehingga Pemeriksa Pajak dapat membandingkan
perlakukan perpajakan Wajib Pajak atas pos-pos SPT yang diperiksa dengan ketentuan
peraturan perpajakan yang berlaku untuk melihat penyimpangan/kepatuhan terhadap ketentuan
material perpajakan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 32
Kegiatan Belajar 3

BUKTI PEMERIKSAAN (AUDIT EVIDENCE)

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan bukti pemeriksaan untuk pemeriksaan pajak; dan
2. menjelaskan jenis bukti pemeriksaan.

Bukti pemeriksaan (audit) mempunyai peranan penting bagi pemeriksa (auditor) dalam
mengambil kesimpulan atas audit yang sedang dilakukannya. Arens, Elder, dan Beasley (2012:
24) memberikan pengertian bukti (evidence) sebagai berikut: “Evidence is any information used
by auditor to determine whether the information being audited is stated in accordance with the
established criteria.”

Definisi tersebut menyatakan bahwa bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Dalam konteks pemeriksaan laporan keuangan untuk tujuan umum
(pemberian opini) tentunya kriteria yang telah ditetapkan adalah Standar Akuntasi Keuangan.
Sedangkan dalam konteks pemeriksaan pajak, kriteria yang ditetapkan adalah Undang-undang
Perpajakan beserta peraturan pelaksanaannya.

A. Bukti Pemeriksaan Berdasarkan Standar Pemeriksaan Pajak

Pasal 6 ayat (1) PMK Tata Cara Pemeriksaan menyebutkan bahwa pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan
Standar Pemeriksaan.

Selanjutnya, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 huruf c PMK Nomor 17/KMK.03/2013
menyebutkan bahwa “temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang
cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Hal ini juga di
tegaskan di PER-23/PJ/2013 Pasal 4 huruf c.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 33
Selanjutnya, ketentuan tersebut menyebutkan bahwa yang dimaksud bukti kompeten
adalah adalah bukti yang valid dan relevan dengan tetap mempertimbangkan prinsip kewajaran
dan kelaziman usaha atas transaksi Wajib Pajak yang memiliki hubungan istimewa.

Valid berarti bukti dapat diandalkan untuk menyimpulkan suatu fakta. Tingkat validitas bukti
dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal sebagai berikut:
1. Indepedensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti.
Bukti yang diperoleh dari pihak yang independen tingkat validitasnya lebih tinggi dibandingkan
bukti yang diperoleh dari pihak yang tidak independen. Selain independensi, perlu juga
memperhatikan hubungan pihak yang memberikan bukti dengan bukti yang diberikan.
2. Kondisi di mana bukti diperoleh.
Tingkat kesulitan mendapatkan bukti yang dipengaruhi situasi dan/atau kondisi dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan tingkat validitas bukti.
3. Cara bukti diperoleh.
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh Pemeriksa Pajak (misalnya observasi) tingkat
validitasnya lebih tinggi dibandingkan bukti yang diperoleh secara tidak langsung (misalnya
bukti yang disediakan oleh Wajib Pajak). Cara memperoleh bukti juga harus memperhatikan
legalitas cara perolehan bukti.

Yang dimaksud relevan adalah bahwa bukti harus berkaitan dengan pos-pos yang akan
diperiksa sebagaimana tercantum dalam Program Pemeriksaan.

Adapun yang dimaksud bukti yang cukup adalah bukti yang memadai untuk mendukung
temuan hasil pemeriksaan. Kecukupan terkait dengan pertimbangan profesional (professional
judgement) Pemeriksa Pajak.

B. Jenis Bukti Pemeriksaan

Pembahasan Bukti Pemeriksaan dalam bahan ajar ini menggunakan buku yang ditulis oleh
Arens, Elder, dan Beasly (2012) dari halaman dari halaman 199 sampai dengan halaman 204.

Arens, Elder, dan Beasly (2012: 199) menyebutkan bahwa dalam memeutuskan proseduer
audit mana yang akan diginakan, auditor dapat memilih dari delapan kategori bukti, yang disebut
jenis-jenis bukti audit (types of audit evidence), yaitu:
1. Pemeriksaan fisik (physical examination);
2. Konfirmasi (confirmation);
3. Dokumentasi (documentation);

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 34
4. Prosedur analitis (analytical procedures);
5. Wawancara dengan kilen (inquiries of the client);
6. Penghitungan kembali (recalculation);
7. Pelaksanaan ulang (Reperformance); dan
8. Observasi (observation).

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kategori atau jenis bukti audit tersebut.

1. Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)


Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau penghitungan oleh auditor atas suatu aset berwujud.
Jenis bukti ini paling sering dikaitkan dengan persediaan dan kas, tetapi dapat juga diterapkan
pada verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan asset berwujud. Di sini ada perbedaan dalam
pemeriksaan antara pemeriksaan atas fisik aset, seperti sekuritas dan kas, dan pemeriksaan
atas dokumen, seperti cek-cek yang dibatalkan dan dokumen penjualan. Jika objek yang
diperiksa, seperti faktur penjualan, tidak memiliki nilai inheren, bukti ini disebut dokumentasi.
Sebagai contoh, sebelum cek ditandatangani, cek tersebut adalah sebuah dokumen; setelah
cek itu ditandatangani, cek tersebut berubah menjadi aset; dan ketika cek tersebut dibatalkan,
cek tersebut berubah kembali menjadi dokumen. Untuk terminologi pemeriksaan yang benar,
pemeriksaan fisik atas cek hanya dapat terjadi jika cek tersebut merupakan aset.
Pemeriksaan fisik adalah suatu alat verifikasi langsung bahwa aset secara aktual memang ada
dan apak aset yang ada memang dicatat.

2. Konfirmasi (Confirmation)

Konfirmasi menggambarkan penerimaan respon tertulis secara langsung dari pihak ketiga
yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Responnya dapat dalam
bentuk elektronik atau kertas. Karena konfirmasi berasal dari sumber pihak ketiga/independen,
jenis bukti audit ini sangat dipercaya dan merupakan jenis bukti yang sering digunakan. Namun
demikian, konfirmasi relatif mahal untuk memperolehnya dan dapat menimbulkan beberapa
ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang diminta untuk menyediakan konfirmasi tersebut.

Keputusan auditor tentang apakah akan menggunakan konfirmasi atau tidak tergantung pada
kebutuhan serta bukti alternatif yang tersedia.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 35
3. Dokumentasi (Documentation)
Dokumentasi adalah inspeksi auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang
digunakan auditee untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam
laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan-catatan yang
digunakan auditee untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara
terorganisasi, yang mungkin berbentuk kertas, elektronik, atau media lain. Karena setiap
transaksi dalam organisasi auditee secara normal didukung paling tidak oleh selembar
dokumen, sejumlah besar jenis bukti audit ini biasanya tersedia. Sebagai contoh, klien
seringkali menyimpan pesanan pelanggan (customer order), dokumen pengiriman (shipping
document), serta salinan faktur penjualan (sales invoice) atas setiap transaksi penjualan.
Dokumen yang sama ini adalah bukti yang berguna bagi auditor untuk memverifikasi
keakuratan catatan klien tentang transaksi penjualan. Dokumentasi digunakan secara luas
sebagai bukti audit karena jenis bukti ini biasanya secara mudah tersedia dengan biaya yang
relatif rendah.

Dokumen dapat diklasifikasikan sebagai dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal
adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi auditee dan disimpan tanpa
pernah disampaikan kepada pihak luar. Dokumen internal mencakup salinan faktur penjualan,
laporan jam kerja karyawan, dan laporan penerimaan persediaan. Dokumen eksternal adalah
dokumen yang ditangani oleh seseorang di luar organisasi auditee, yang merupakan pihak
yang transaksinya sedang didokumentasikan, tetapi dokumen tersebut saat ini berada di
tangan auditee atau dengan segera dapat diakses oleh auditee. Dalam beberapa kasus,
dokumen eksternal berasal dari luar organisasi auditee dan berakhir di tangan auditee.
Contoh-contoh dokumen eksternal adalah faktur dari pemasok, wesel bayar yang dibatalkan,
dan polis asuransi.

Dokumen eksternal dianggap sebagai bukti yang lebih dapat diandalkan ketimbang dokumen
internal. Beberapa dokumen ekternal seperti sertifikat tanah, polis asuransi, perjanjian utang,
dan kontrak memiliki reliabilitas yang sangat tinggi karena dokumen tersebut hampir selalu
disiapkan dengan penuh pertimbangan dan seringkali telah direview oleh pengacara atau
pakar lainnya yang memenuhi syarat. Dokumen asli dipandang lebih dapat diandalkan
ketimbang fotocopy atau faks.

Ketika auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung transaksi atau jumlah yang
tercatat, prosesnya seringkali disebut vouching. Untuk menjamin pencatatan transaksi akuisisi,
sebagai contoh, auditor dapat memverifikasi ayat jurnal pada jurnal akuisisi dengan memeriksa

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 36
faktur pendukung dari vendor atau pemasok serta laporan penerimaan sehingga memenuhi
tujuan keterjadian. Namun, jika auditor menelusuri dari laporan penerimaan ke jurnal akuisisi
untuk memenuhi tujuan kelengkapan, hal itu tidak tepat bila disebut sebagai vouching. Proses
terakhir ini disebut sebagai tracing atau penelusuran.

4. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun
atau data lain tampak secara masuk akal dibandingkan terhadap ekspektasi auditor. Sebagai
contoh, auditor dapat membandingkan persentase marjin kotor tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya. Prosedur analitis telah digunakan secara luas dalam praktik, dan dibutuhkan
selama fase perencanaan dan penyelesaian pada seluruh audit.

Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang industri dan bisnis auditee sebagai bagian
dari perencanaan audit dengan melakukan prosedur analitis di mana informasi tahun berjalan
yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah diaudit atau
data industri, perubahannya disoroti. Perubahan ini bisa merupakan trend yang penting atau
peristiwa khusus, yang semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit. Sebagai contoh,
penurunan persentase marjin kotor selama waktu bersangkutan bisa menunjukkan
meningkatnya persaingan di area pasar perusahaan dan kebutuhan untuk mempertimbangkan
penetapan harga persediaan secara lebih cermat selama audit. Secara serupa, kenaikan saldo
aset tetap dapat menunjukkan akuisisi penting yang harus di-review.

Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara data keuangan tahun berjalan yang belum
diaudit dan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan biasanya disebut fluktuasi tidak
biasa (unusual fluctuations). Fluktuasi tidak biasa terjadi apabila perbedaan yang signifikan
tidak diperkirakan terjadi tetapi terjadi atau apabila perbedaan yang signifikan diperkirakan
terjadi tetapi pada kenyataannya tidak terjadi. Dalam kedua kasus, keberadaan salah saji
akuntansi adalah salah satu alasan yang mungkin bagi terjadinya fluktuasi tidak biasa. Jika
fluktuasi tidak biasa cukup besar, auditor harus menentukan alasannya dan yakin bahwa
penyebabnya adalah peristiwa ekonomi yang sah, dan bukan salah saji.

5. Wawancara dengan Klien (Auditee) (Inquiries of The Client)

Wawancara dengan klien (auditee) yaitu upaya untuk memperoleh informasi baik seraca
tertulis maupun lisan dari auditee atas respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh auditor.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 37
Walaupun bukti yang dapat dipertimbangkan diperoleh dari auditee melalui wawancara,
biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan karena bukan dari sumber yang
independen dan mungkin bias. Karena itu, apabila auditor memperoleh bukti melalui
wawancara, auditor juga perlu memperoleh bukti pendukung tambahan melalui prosedur
lainnya. Sebagai ilustrasi, apabila auditor ingin memperoleh informasi tentang metode
pencatatan dan pengendalian transaksi akuntansi auditee, auditor biasanya memulai dengan
menanyakan auditee bagaimana pengendalian internal dioperasikan. Selanjutnya, auditor
akan melakukan pengujian audit dengan menggunakan dokumentasi dan observasi untuk
menentukan apakah transaksi telah dicatat (tujuan kelengkapan) dan diotorisasi (tujuan
keterjadian) dengan cara yang telah ditentukan.

6. Penghitungan Kembali (Recalculation)

Penghitungan kembali/rekalkulasi melibatkan pengecekan kembali suatu sampel


penghitungan/kalkulasi yang dibuat oleh auditee yang terdiri dari pengujian atas keakuratan
penghitungan auditee dan mencakup prosedur seperti perkalian dalam faktur penjualan dan
persediaan, penjumlahan dalam jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban
penyusutan dan beban dibayar di muka. Sebagian besar rekalkulasi auditor dilakukan oleh
perangkat lunak audit dengan bantuan komputer.

7. Pelaksanaan Ulang (Reperformance)

Pelaksanaan ulang adalah pengujian independen oleh auditor atas prosedur akuntansi atau
pengendalian yang dibuat oleh auditee, yang dijalankan sebagai bagian dari sistem akuntansi
dan sistem pengendalian intern entitas (auditee). Jika rekalkulasi melibatkan pengecekan
ulang atas suatu perhitungan, pelaksanaan ulang melibatkan pengecekan atas prosedur lain.
Sebagi contoh, auditor dapat membandingkan harga yang tertera pada suatu faktur pada
daftar harga yang resmi, atau dapat melaksanakan kembali penentuan umur piutang usaha.
Jenis pelaksanaan ulang lainnya adalah mengecek ulang transfer informasi dengan
menelusuri informasi yang tercantum dalam lebih dari satu tempat untuk memverifikasi bahwa
hal itu dicatat pada jumlah yang sama setiap waktu. Sebagai contoh, auditor melakukan
pengujian yang terbatas guna memastikan bahwa informasi dalam jurnal penjualan telah
dicatat untuk pelanggan yang tepat dan pada jumlah yang benar dalam buku tambahan
piutang usaha dan secara akurat diikhtisarkan dalam buku besar.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 38
8. Observasi (Observation)
Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai aktivitas klien. Auditor dapat mengunjungi
lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas klien, atau mengamati para individu
yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk menentukan apakah orang yang diserahi
tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam observasi terdapat risiko
personel auditee akan mengubah perilakunya akibat kehadiran auditor. Mereka mungkin
melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan di hadapan auditor,
tetapi kembali melakukan hal yang biasa dilakukan setelah auditor tidak ada. Karena itu perlu
untuk menindaklanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan jenis bukti pendukung lainnya.
Namun demikian, observasi berguna dalam pelaksanaan sebagian besar audit.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 39
Kegiatan Belajar 4

METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan metode pemeriksaan dan menerapkan metode pemeriksaan yang tepat dalam
setiap penugasan pemeriksaan;
2. menjelaskan teknik dan prosedur pemeriksaan dan menerapkan teknik dan prosedur
pemeriksaan yang tepat dalam setiap penugasan pemeriksaan;
3. menjelaskan pengumpulan data pemeriksaan terkait PBB P3 dan Bea Meterai; dan
4. menjelaskan TABK Dasar Menggunakan Alat Bantu Microsoft Excel dan menerapkannya
dalam setiap penugasan pemeriksaan.

Ketentuan mengenai metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan diatur dalam Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang
Pedoman Penggunaan Metode Dan Teknik Pemeriksaan (selanjutnya disebut SE-65/PJ/2013).
Ketetentuan mengenai metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan sebelumnya diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2012 tanggal 3 Februari 2012 tentang
Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan (selanjutnya disebut PER-04/PJ/2012). Pada tanggal 10 Maret 2014,
PER-04/PJ/2012 tersebut dicabut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
07/PJ/2014.

A. Metode Pemeriksaan
Pembahasan metode pemeriksaan dalam bahan ajar ini seluruhnya mengacu pada SE-
65/PJ/2013.

1. Pengertian Metode Pemeriksaan

Metode Pemeriksaan adalah teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan yang

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 40
dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain. 40

Berdasarkan pengertian tersebut, metode pemeriksaan merupakan teknik pemeriksaan


dan prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa buku, catatan, dan dokumen serta
data, informasi, dan keterangan lain dalam rangka untuk menguji pos-pos SPT yang diperiksa.

2. Jenis Metode Pemeriksaan

Terdapat dua jenis metode pemeriksaan yaitu Metode Langsung dan Metode Tidak
Langsung. Penjelasan masing-masing jenis metode pemeriksaan tersebut diuraikan berikut ini.

2.1. Metode Langsung


Yang dimaksud Metode Langsung adalah teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan
untuk menguji kebenaran pos-pos diperiksa yang dilakukan secara langsung terhadap buku,
catatan, dan dokumen terkait dengan pos-pos yang diperiksa.41
Berdasarkan pengertian tersebut, pengujian atas kebenaran pos-pos SPT yang diperiksa
dilakukan secara langsung terhadap buku, catatan dan dokumen terkait. Dengan demikian,
apabila pemeriksaan atas pos-pos SPT dilakukan terhadap laporan keuangan, pembukuan, dan
bukti-bukti transaksi atas pos-pos SPT yang diperiksa maka pemeriksaan tersebut menggunakan
metode langsung.

2.2. Metode Tidak Langsung


Yang dimaksud Metode Tidak Langsung adalah teknik pemeriksaan dan prosedur
pemeriksaan untuk menguji kebenaran pos-pos diperiksa yang dilakukan secara tidak langsung
melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu.42
Berdasarkan pengertian tersebut, pengujian atas kebenaran pos-pos SPT termasuk
lampirannya tidak dilakukan secara langsung terhadap buku, catatan dan dokumen atas pos-pos
SPT yang diperiksa melainkan melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu.
Metode Tidak Langsung digunakan dalam hal Metode Langsung tidak dapat diterapkan.
Dalam hal Pemeriksa Pajak hanya menggunakan Metode Tidak Langsung, Pemeriksa Pajak
harus memiliki bukti bahwa Metode Langsung tidak dapat digunakan. Selain itu, Metode Tidak
Langsung dapat digunakan untuk mendukung penggunaan Metode Langsung atau untuk

40
SE-65/PJ/2013, butir E angka 2
41
Ibid, butir E angka 3
42
Ibid, butir E angka 4

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 41
melakukan identifikasi masalah.43
Dalam Metode Tidak Langsung terdapat pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh
Pemeriksa Pajak, yaitu:
4. Transaksi Tunai dan Bank;
5. Sumber dan Penggunaan Dana;
6. Penghitungan Rasio;
7. Satuan dan/atau Volume;
8. Penghitungan Biaya Hidup;
9. Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth).44
Pemeriksa Pajak dapat menggunakan satu atau lebih pendekatan Metode Tidak Langsung dalam
melakukan pemeriksaan.45
Metode Tidak Langsung yang digunakan oleh Pemeriksa Pajak harus didasarkan pada
bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Misalnya:46
a. apabila Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan Wajib Pajak orang pribadi dan hanya
mendapatkan bukti berupa catatan kas dan bank namun tidak lengkap dan tidak dapat
diandalkan maka Pemeriksa Pajak dapat menggunakan pendekatan penghitungan biaya
hidup. Pemeriksa Pajak harus mendapatkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
penghitungan biaya hidup tersebut, dimana bukti kompeten yang cukup dapat diperoleh
dengan menggunakan Teknik Pemeriksaan wawancara, konfirmasi, dll.
b. apabila Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan dengan menggunakan pendekatan
transaksi tunai dan bank maka Pemeriksa Pajak harus memperoleh bukti kompeten yang
cukup berupa rekening bank dan/atau buku kas, baik yang diperoleh dari Wajib Pajak maupun
dari pihak bank. Bukti tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan Teknik-Teknik
Pemeriksaan yang ada.
Uraian dari masing-masing pendekatan dari metode tidak langsung diatur dalam Lampiran
I SE-65/PJ/2013. Berikut ini adalah uraian masing-masing pendekatan dari Metode Tidak
Langsung tersebut berdasarkan Lampiran I SE-65/PJ/2013 tersebut.

2.2.1. Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank

43
Ibid, butir F angka 2 huruf b,c, dan d
44
Ibid, butir F angka 2 huruf e
45
Ibid, butir F angka 2 huruf f
46
Ibid, Lampiran I paragraph pertama

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 42
Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank dalam Lampiran I SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam
butir 1. Berikut ini uraian Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank sebagaimana dimaksud dalam
butir 1 tersebut.

Dalam pencatatan Wajib Pajak semua penghasilan dicatat di sisi debit dan pengeluaran
dicatat di sisi kredit, termasuk penghasilan-penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan
pengeluaran-pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Apabila jumlah sisi kredit melebihi jumlah sisi debit, selisihnya merupakan penghasilan
bruto Wajib Pajak yang perlu dipastikan apakah telah dilaporkan atau tidak. Namun apabila
jumlah sisi debit melebihi jumlah sisi kredit, diperlukan keyakinan yang lebih mendalam karena
ada kemungkinan Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh pengeluarannya.

Untuk dapat menghitung Penghasilan Kena Pajak harus diperhitungkan penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak dan pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan. Pengujian atas
objek pajak lainnya dapat didasarkan pada catatan yang ada dari kas/bank tersebut.

Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. berikut ini mengilustrasikan pengujian penghasilan bruto melalui
Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank.

Tabel 4.1.
Contoh Penerimaan dan Pengeluaran Wajib Pajak

Debet Kredit
a. Kas/bank pada awal tahun a. Biaya-biaya usaha (tidak termasuk biaya
b. Penerimaan bruto (SPT) termasuk upah penyusutan dan/atau amortisasi)
bruto*) (sebelum dipotong PPh Pasal 21) b. Biaya sewa (tidak termasuk sewa dibayar di
c. Sewa yang diterima (bruto)*) dan muka)
penghasilan-penghasilan lain c. Biaya bunga (tidak termasuk bunga dibayar
d. Bunga yang diterima dan dividen (bruto)*) di muka)
e. Penerimaan pinjaman d. Biaya-biaya keperluan pribadi
e. Pembelian aktiva
f. Pelunasan pinjaman
g. Kas/bank pada akhir tahun
*) Untuk dipastikan dalam hal Wajib Pajak mencatat dalam jumlah neto

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 43
Tabel 4.2.
Penghitungan Penghasilan Bruto dengan Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank

Jumlah semua penerimaan bank (mutasi kredit bank) +/+


Saldo Akhir Kas +/+
PPh yang dipotong/dipungut pihak lain +/+
Pengeluaran tunai +/+
Saldo Awal Kas -/-
Penerimaan yang bukan penghasilan*) -/-
Penerimaan yang bukan objek pajak -/-
PPN dipungut sendiri**) -/-
Penghasilan bruto seharusnya (final dan non final) xxx

*) Misal pencairan pinjaman, pencairan deposito, mutasi antar rekening sendiri, pembatalan
transaksi, dan sebagainya.
**) PPN dipungut sendiri diisi hanya apabila Pemeriksa Pajak dapat meyakini terdapat PPN
yang dipungut dalam mutasi kredit bank dan penerimaan kas.

Pengeluaran dan penerimaan tunai Wajib Pajak dalam suatu tahun dapat diketahui melalui:
a. data SPT;
b. data bukti pemotongan/pemungutan PPh pihak lain;
c. data rekening bank dan buku kas; dan/atau
d. wawancara dengan Wajib Pajak.
Jumlah penerimaan bank diambil dari mutasi kredit bank, sedangkan penerimaan dan
pengeluaran lainnya diambil dari buku kas Wajib Pajak.

2.2.2. Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana

Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana dalam Lampiran I SE-65/PJ/2013 diuraikan


dalam butir 2. Berikut ini uraian Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana sebagaimana
dimaksud dalam butir 2 tersebut.

Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana sebaiknya digunakan dalam kondisi apabila
terdapat data:
a. sumber pendanaan kegiatan usaha Wajib Pajak baik internal maupun eksternal.
b. penggunaan dana Wajib Pajak baik untuk kegiatan operasional maupun penambahan harta.

Apabila semua penghasilan dan pengeluaran dilaporkan dengan benar, minimal jumlah
sumber dana akan sama besarnya dengan jumlah penggunaan dana. Setiap penggunaan dana
selalu didukung oleh adanya sumber dana. Dengan demikian bila penggunaan dana lebih besar

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 44
daripada sumber dana berarti ada sejumlah sumber dana yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Sumber dana perlu diyakini apakah sumber dana itu berasal dari penghasilan atau bukan.

Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat suatu perkiraan, dimana di sisi debit
memuat sumber dan di sisi kredit memuat penggunaannya.

Sumber dana misalnya:


a. penurunan dalam pos-pos harta (penjualan);
b. kenaikan dalam pos-pos utang;
c. penghasilan yang menjadi objek maupun bukan objek;
d. dsb.

Penggunaan dana misalnya:


a. kenaikan dalam pos-pos harta;
b. penurunan dalam pos-pos utang;
c. pengeluaran-pengeluaran operasional;
d. dsb.

Secara umum pendekatan ini diformulasikan sebagai berikut:

Saldo awal kas/bank + Sumber dana = Saldo akhir kas/bank + Penggunaan dana
atau
Sumber dana = Penggunaan dana
(dalam hal data mengenai saldo awal kas/bank dan/atau saldo
akhir kas/bank tidak ada dan/atau tidak diyakini kebenarannya)
Sumber dana = Saldo akhir kas/bank+ Penggunaan dana – Saldo awal kas/bank
Penghasilan bruto = Sumber dana
(dalam hal terdapat penambahan dan/atau pengurangan harta
dan/atau utang yang belum termasuk dalam sumber dana maka
supaya diperhitungkan)

2.2.3. Pendekatan Penghitungan Rasio

Pendekatan Penghitungan Rasio dalam Lampiran I SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam butir


3. Berikut ini uraian Pendekatan Penghitungan Rasio sebagaimana dimaksud dalam butir 3
tersebut.

Pendekatan Rasio sebaiknya digunakan dalam kondisi:


a. terdapat data yang dapat digunakan sebagai pembanding dan/atau penghitungan rasio baik
dari Direktorat Jenderal Pajak, Wajib Pajak, maupun dari pihak lain.
b. kegiatan usaha Wajib Pajak dapat dibandingkan dengan rasio yang diperoleh.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 45
Pendekatan ini merupakan cara untuk menguji dan menghitung kembali peredaran usaha,
harga pokok penjualan, laba bruto, laba bersih, ataupun penghasilan bruto secara keseluruhan,
dengan cara mengalikan basis data dengan persentase atau rasio-rasio pembanding. Demikian
pula dengan objek-objek atau pos-pos SPT lainnya.

Basis data adalah data awal yang dimiliki oleh Pemeriksa Pajak baik yang berasal dari
internal Wajib Pajak pada tahun pajak yang sedang diperiksa atau tahun pajak yang lain, maupun
yang berasal dari pihak eksternal, misalnya:
a. peraturan perpajakan yang mengatur mengenai benchmarking;
b. publikasi komersial;
c. hasil pemeriksaan;
d. dan lain-lain.

Dalam melakukan perbandingan (internal atau eksternal), Pemeriksa Pajak harus


mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesepadanan, misalnya:
a. karakteristik barang dan jasa yang dijual;
b. luas dan besarnya kegiatan usaha (skala usaha);
c. letak geografis usaha;
d. kondisi ekonomi; dan/atau
e. strategi bisnis yang meliputi umur perusahaan dan aktivitas perluasan/ekspansi.

2.2.4. Pendekatan Satuan dan/atau Volume


Pendekatan Satuan dan/atau Volume dalam Lampiran I SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam
butir 4. Berikut ini uraian Pendekatan Satuan dan/atau Volume sebagaimana dimaksud dalam
butir 4 tersebut.

Pendekatan Satuan dan/atau Volume adalah cara untuk menentukan atau menghitung
kembali jumlah penghasilan bruto Wajib Pajak atau Pos SPT lainnya dengan menerapkan harga
atau jumlah laba terhadap jumlah satuan dan/atau volume usaha yang direalisasi oleh Wajib
Pajak.

Satuan adalah segala sesuatu atau variabel dalam kuantum yang memberikan petunjuk
besarnya volume usaha. Pengertian satuan atau unit tidak hanya mengacu pada jumlah barang
yang diproduksi atau terjual saja tetapi segala variabel (dalam kuantum) yang memberi petunjuk
besarnya volume usaha.

Contoh satuan:

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 46
a. Perdagangan = kuantitas barang dagangan terjual.
b. Pabrikasi = kuantitas barang jadi yang diproduksi, kuantitas pemakaian bahan baku,
bahan pembantu, upah satuan, rendemen.
c. Jasa = variabel yang mengidentifikasikan penghasilan tergantung karakteristik
usaha WP,misalnya:
1) jasa dokter yaitu jumlah kunjungan pasien;
2) jasa pengacara yaitu jumlah jam konsultasi;
3) hotel yaitu hari penggunaan kamar, penggunaan sabun, atau barang
pembantu lainnya.

Pendekatan ini digunakan untuk menguji dan menghitung kembali pos-pos SPT yang
terkait dengan penghitungan kuantitas, dan sangat tepat digunakan apabila jenis barang dan/atau
jasa yang dikelola Wajib Pajak terbatas dan harga relatif stabil sepanjang tahun atau
terstandardisasi/ditetapkan pada suatu harga tertentu.

Data atau informasi mengenai jumlah dan harga satuan dapat diperoleh baik dari
pembukuan, catatan, dan dokumen yang ada pada Wajib Pajak maupun dari pihak lainnya.

Pendekatan ini diterapkan dengan menggunakan formula sebagai berikut:


a. Dalam hal volume usaha dalam setahun dapat diidentifikasi maka peredaran usaha setahun
dihitung dengan cara sebagai berikut:
Peredaran Usaha = Volume Usaha x Harga Jual

b. Dalam hal volume usaha yang dapat diidentifikasi hanya untuk periode tertentu, maka volume
usaha sebagaimana rumus di atas diproyeksikan dengan cara sebagai berikut:

Volume pada periode Setahun


Proyeksi Volume Usaha = yang diidentifikasi x Periode yang
teridentifikasi

c. Dalam hal variabel yang dapat diidentifikasikan berupa input atau proses maka volume pada
periode yang diidentifikasikan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Persentase
Volume pada periode yang Volume input pada untuk
= x
diidentifikasi periode tertentu menghasilkan
output

Formula di atas dibentuk dengan dasar pemikiran Sales = Quantity x Price.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 47
Namun disadari bahwa informasi/data dari kedua faktor tadi tidak selalu tersedia sehingga
diperlukan formula tambahan untuk memproyeksikan atau memperkirakan kuantitas penjualan
setahun/volume dan harga jual per unit.

2.2.5. Pendekatan Penghitungan Biaya Hidup

Pendekatan Penghitungan Biaya Hidup dalam Lampiran I SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam


butir 5. Berikut ini uraian Pendekatan Penghitungan Biaya Hidup sebagaimana dimaksud dalam
butir 5 tersebut.

Biaya hidup adalah seluruh pengeluaran Wajib Pajak tidak termasuk pengeluaran yang
digunakan untuk menambah kekayaan. Setidaknya apabila Wajib Pajak tidak memiliki utang
maka penghasilan Wajib Pajak minimal sama dengan biaya hidup. Penghasilan bruto tersebut
merupakan titik impas (break even point) bagi Wajib Pajak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
tanpa adanya penambahan harta kekayaannya.

Dalam penerapan pendekatan ini, jumlah tanggungan Wajib Pajak serta pola dan gaya
hidup dan keadaan tempat tinggal Wajib Pajak perlu diperhatikan untuk mendapatkan jumlah
biaya hidup yang sewajarnya.

Pengeluaran biaya hidup, dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:


a. konsumsi rumah tangga;
b. transportasi;
c. pendidikan;
d. kesehatan;
e. rekreasi;
f. gaya hidup (lifestyle);
g. sumbangan;
h. olahraga;
i. pemeliharaan harta;
j. pengeluaran berkaitan dengan perolehan penghasilan;
k. pajak dan retribusi;
l. pengeluaran lainnya.

2.2.6. Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth)


Pendekatan Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth) dalam Lampiran I
SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 6. Berikut ini uraian Pendekatan Pertambahan Kekayaan

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 48
Bersih (Net Worth) sebagaimana dimaksud dalam butir 6 tersebut.

Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih dilakukan dengan menghitung selisih


kekayaan bersih Wajib Pajak awal dan akhir tahun. Kekayaan bersih adalah selisih antara harta
dan kewajiban/utang yang dimiliki oleh Wajib Pajak orang pribadi.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat digunakan untuk konsumsi
(biaya hidup) dan/atau untuk menambah kekayaan, sehingga penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi dihitung dengan menjumlahkan pertambahan kekayaan bersih dengan biaya hidup.

Formula Penghitungan Pendekatan Pertambahan Pertambahan Kekayaan Bersih adalah


sebagai berikut:
Kekayaan Bersih akhir tahun +/+
Kekayaan Bersih awal tahun -/-
Kenaikan (pengurangan) kekayaan bersih +/-
Biaya Hidup +/+
Penghasilan bukan objek/PPh Final -/-
Penghasilan bruto xxx

Dalam hal pendekatan ini digunakan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki
kegiatan usaha maka penghitungannya yaitu sebagai berikut:
Kekayaan Bersih akhir tahun +/+
Kekayaan Bersih awal tahun -/-
Kenaikan (pengurangan) kekayaan bersih +/-
Biaya Hidup +/+
Penghasilan bukan objek/PPh Final -/-
Penghasilan bruto xxx

Untuk melengkapi metode pemeriksaan terutama untuk pendekatan biaya hidup dan
pendekatan pertambahan kekayaan bersih, Lampiran IV SE-65/PJ/2013 memberikan contoh
format formulir yang dapat digunakan untuk melakukan pengumpulan bukti dan pengujian atas
pos-pos yang diperiksa sebagai berikut:
- Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;
- Surat Pernyataan Biaya Hidup;
- Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih;
- Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran, Deposito, Tabungan, dan Rekening Lainnya;
dan
- Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit Oleh Akuntan Publik.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 49
Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.

B. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan


Pembahasan teknik dan prosedur pemeriksaan dalam bahan ajar ini seluruhnya mengacu
pada SE-65/PJ/2013.

1. Pengertian Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Pemeriksaan


Yang dimaksud Teknik Pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian,
dan/atau pembuktian yang dikembangkan oleh Pemeriksa Pajak untuk meyakini kebenaran pos-
pos yang diperiksa.47 Adapun yang dimaksud prosedur pemeriksaan adalah serangkaian langkah
dalam suatu teknik pemeriksaan, berupa petunjuk rinci yang biasanya tertulis dalam bentuk
perintah, untuk dilakukan oleh Pemeriksa Pajak.48
Berdasar pengertian teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan tersebut di atas,
maka begitu teknik pemeriksaan dipilih untuk menguji pos-pos yang diperiksa, maka prosedur
pemeriksaannya harus disusun dalam petunjuk rinci secara tertulis dalam bentuk perintah yang
menjadi pedoman bagi Pemeriksa Pajak untuk menguji pos-pos yang diperiksa.

2. Jenis Teknik Pemeriksaan Beserta Prosedur Pemeriksaannya


Teknik-teknik Pemeriksaan yang dapat digunakan Pemeriksa Pajak, meliputi:49
a. pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal Pajak;
b. pengujian keabsahan dokumen;
c. evaluasi;
d. analisis angka-angka;
e. penelusuran angka-angka;
f. penelusuran bukti;
g. pengujian keterkaitan;
h. ekualisasi atau rekonsiliasi;
i. permintaan keterangan atau bukti;
j. konfirmasi;
k. inspeksi;
l. pengujian kebenaran fisik;

47
Ibid, butir D angka 6
48
Ibid, butir D angka 7
49
Ibid, butir F angka 3 huruf a

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 50
m. pengujian kebenaran penghitungan matematis;
n. wawancara;
o. uji petik (sampling);
p. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK); dan/atau
q. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.

Untuk meyakini kebenaran Pos-pos SPT yang diperiksa, Pemeriksa Pajak dapat
menggunakan satu atau lebih teknik pemeriksaan sesuai pertimbangan profesional Pemeriksa
Pajak, kecuali ditentukan lain oleh suatu ketentuan. Dalam hal Pemeriksa Pajak menggunakan
lebih dari satu teknik pemeriksaan, hasil penggunaan suatu teknik pemeriksaan dapat digunakan
untuk mendukung teknik pemeriksaan yang lainnya. Pemeriksa Pajak harus menuangkan setiap
teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan yang ditempuh dalam pemeriksaan pada kertas
kerja pemeriksaan.50

Uraian dari masing-masing teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan terdapat pada
Lampiran II SE-65/PJ/2013 dan contoh hasil penggunaan suatu teknik pemeriksaan yang dapat
digunakan untuk mendukung teknik pemeriksaan lainnya terdapat pada Lampiran III SE-
51
65/PJ/2013. Berikut ini uraian dari masing-masing teknik pemeriksaan berikut prosedur
pemeriksaannya sebagaimana diuraikan dalam Lampiran II dan Lampiran III SE-65/PJ/2013.

2.1. Pemanfaatan Informasi Internal dan/atau Eksternal Direktorat Jenderal Pajak

Teknik pemeriksaan berupa pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat


Jenderal Pajak beserta prosedur pemeriksaannya dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan
dalam butir 1. Berikut ini uraiannya.

Informasi internal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah informasi yang berasal dari
dalam DJP, sedangkan informasi eksternal DJP adalah informasi yang berasal dari luar DJP.
Informasi yang diperoleh dari berbagai pihak sangat bermanfaat dalam pemeriksaan.

Informasi internal DJP dapat berasal dari:


a. alat keterangan;
b. profil Wajib Pajak;
c. hasil pemeriksaan sebelumnya;
d. keputusan keberatan;

50
Ibid, butir F angka 3 huruf b, c, dan d
51
Ibid, butir F angka 3 huruf e dan f

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 51
e. putusan banding;
f. hasil analisis Informasi Data Laporan dan Pengaduan (IDLP);
g. data sistem informasi;
h. dan sebagainya.

Informasi eksternal DJP dapat berasal dari:


a. data internet;
b. media massa;
c. instansi, lembaga, organisasi, asosiasi, dan pihak lainnya;
d. hasil exchange of information (Eol) dengan negara mitra Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B);
e. dan sebagainya.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. pengumpulan;
b. pengidentifikasian; dan
c. pengolahan data, informasi, dokumen, dan/atau pihak yang berhubungan dengan Wajib Pajak
yang sedang diperiksa.

2.2. Pengujian Keabsahan Dokumen


Teknik pemeriksaan berupa pengujian keabsahan dokumen beserta prosedur
pemeriksaannya dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 2. Berikut ini uraiannya.

Pengujian keabsahan dokumen adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini


keabsahan suatu dokumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. teliti keabsahan dokumen, misalnya pembubuhan tanda tangan pihak yang berwenang,
cap/stempel, dan tanggal dokumen;
b. lakukan klarifikasi kepada pihak yang terkait;
c. minta surat pernyataan Wajib Pajak;
d. dan sebagainya.

2.3. Evaluasi
Teknik pemeriksaan berupa evaluasi beserta prosedur pemeriksaannya dalam Lampiran
II SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 3. Berikut ini uraiannya.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 52
Evaluasi adalah proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan sejenisnya
berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu sebelum proses
pemeriksaan (pre test) dan sesudah proses pemeriksaan (post test). Evaluasi yang dilakukan
sebelum proses pemeriksaan berguna untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan dan sebagai cara untuk mengukur keefektifan rencana
pemeriksaan yang telah disusun sebelumnya.

Sedangkan evaluasi yang dilakukan setelah proses pemeriksaan berguna untuk


mengetahui kualitas pemeriksaan dibandingkan dengan prosedur formal yang diatur dalam
ketentuan perpajakan.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. pahami gambaran umum dan kegiatan usaha Wajib Pajak, akta-akta Wajib Pajak, bagan
organisasi, bagan kepemilikan, proses produksi, hasil Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), surat-surat keputusan, supplier utama, konsumen utama, dan sebagainya;
b. pelajari dan cek kelengkapan SPT termasuk lampiran-lampiran dan dokumen-dokumen Wajib
Pajak lainnya;
c. lakukan penilaian atas sistem pengendalian internal Wajib Pajak;
d. identifikasi jenis-jenis pajak yang menjadi kewajiban Wajib Pajak berdasarkan master file saat
terdaftar, pengukuhan sebagai PKP, KLU, dan/atau profil Wajib Pajak;
e. buat checklist prosedur formal tata cara pemeriksaan;
f. pelajari hasil pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya;
g. lakukan penilaian kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan informasi-informasi yang tersedia;
h. bandingkan hasil pemeriksaan dengan rencana pemeriksaan;
i. bandingkan checklist prosedur formal tata cara pemeriksaan dengan pelaksanaan
pemeriksaan;
j. dan sebagainya.

2.4. Analisis Angka-Angka

Teknik pemeriksaan berupa analisis angka-angka dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013


diuraikan dalam butir 4. Berikut ini uraiannya.

Analisis angka-angka adalah penelaahan dan penguraian atas angka-angka dan bagian-
bagiannya serta hubungannya dengan angka pada pos lain untuk mengetahui kewajaran jumlah
suatu pos. Analisis angka-angka dilakukan dengan menelaah keterkaitan angka yang terdapat
pada suatu pos dengan angka dalam pos lainnya yang berhubungan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 53
Misalnya kenaikan beban penyusutan mesin dengan penambahan jumlah atau nilai aktiva
mesin, hubungan biaya pemasaran dengan jumlah penjualan, hubungan biaya pengangkutan
dengan penjualan, hubungan biaya bunga dengan pinjaman, dan sebagainya.

Prosedur pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. cek penghitungan matematis seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
dalam SPT;
b. bandingkan dan lakukan analisis atas angka-angka dalam SPT Wajib Pajak dengan neraca,
laporan laba rugi, dan laporan atau dokumen lainnya;
c. bandingkan dan lakukan analisis atas laporan keuangan Wajib Pajak tahun pajak yang
diperiksa dengan tahun-tahun sebelumnya;
d. lakukan analisis rasio dengan menggunakan informasi baik yang berasal dari internal atau
eksternal Wajib Pajak;
e. dan sebagainya.

1.5. Penelusuran Angka-Angka


Teknik pemeriksaan berupa penelusuran angka-angka dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013
diuraikan dalam butir 5. Berikut ini uraiannya.

Penelusuran angka-angka adalah penelaahan secara mundur untuk mentrasir


angkaangka dalam suatu pos sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail).

Prosedur pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. identifikasi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pos yang diperiksa;
b. klasifikasi jenis transaksi yang telah diidentifikasi sesuai dengan jenis objek pajaknya;
c. identifikasi dokumen-dokumen pendukung yang berkaitan dengan pos atau transaksi yang
sedang diperiksa sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail);
d. lakukan penelaahan mundur atas pos yang diperiksa sampai dengan tanggal neraca;
e. lakukan penelusuran saldo pada neraca dan laporan laba rugi dengan saldo pada buku besar,
buku besar tambahan, jurnal umum, dan/atau dokumen-dokumen Wajib Pajak terkait lainnya
(seperti laporan penerimaan barang, permintaan bahan baku langsung/inventory requisition,
daftar upah buruh, daftar aktiva tetap, daftar gaji pegawai);
f. dan sebagainya.

2.6. Penelusuran Bukti

Teknik pemeriksaan berupa penelusuran bukti dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 54
diuraikan dalam butir 6. Berikut ini uraiannya.

Penelusuran bukti adalah pemeriksaan bukti yang mendukung suatu transaksi yang telah
dicatat (vouching) atau yang seharusnya dicatat (tracing). Tujuannya yaitu untuk menguji apakah
suatu transaksi yang telah dilaporkan didukung oleh bukti kompeten yang cukup (vouching) atau
apakah bukti kompeten yang cukup tersebut telah dicatat dan dilaporkan (tracing) oleh Wajib
Pajak.

Prosedur pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. identifikasi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pos yang diperiksa;
b. kumpulkan bukti-bukti yang mendukung transaksi;
c. cocokkan isi bukti dengan transaksi;
d. teliti validitas dan relevansi bukti;
e. pastikan apakah bukti transaksi telah dicatat dan dilaporkan;
f. dan sebagainya.

2.7. Pengujian Keterkaitan

Teknik pemeriksaan berupa pengujian keterkaitan dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013


diuraikan dalam butir 7. Berikut ini uraiannya.
Pengujian keterkaitan adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu transaksi
berdasarkan pengujian atas mutasi pos-pos lain yang terkait atau berhubungan dengan transaksi
tersebut. Hasil pengujian keterkaitan tidak serta-merta merupakan koreksi atas pos yang
diperiksa, misalnya:
 apabila terdapat selisih dari hasil penghitungan dengan pengujian keterkaitan atas
penghasilan bruto, tidak serta-merta dapat disimpulkan sebagai penjualan/peredaran usaha.
Sehingga perlu dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut
merupakan penjualan/peredaran usaha, penghasilan bruto luar usaha, atau tambahan
kemampuan ekonomis lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 UU PPh.
 apabila terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena pajak, tidak serta-
merta dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena pajak. Sehingga perlu dipastikan
berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut merupakan penyerahan kena pajak
atau tidak kena pajak.

Prosedur pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. dapatkan buku persediaan, buku kas/bank, buku piutang, buku utang;
b. periksa kebenaran saldo-saldo persediaan, kas/bank, piutang, utang;

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 55
c. periksa kebenaran mutasi persediaan, kas/bank, piutang, utang;
d. lakukan uji keterkaitan dengan menggunakan formula;
e. dan sebagainya.

Pos-pos yang saling terkait dalam rangka pengujian keterkaitan antara lain:
 Penghasilan bruto (tunai) terkait dengan penerimaan kas/bank, uang muka penjualan;
 Penghasilan bruto (akrual) terkait dengan pelunasan piutang usaha;
 Pembelian terkait dengan pelunasan utang usaha;
 Barang masuk/keluar terkait dengan mutasi persediaan.

Pengujian atas penghasilan bruto dapat meliputi:


 Penjualan/Peredaran Usaha; dan/atau
 Penghasilan Bruto dari Luar Usaha.

Pengujian keterkaitan dibagi menjadi 4 (empat), yaitu:


a. Pengujian Arus Barang;
b. Pengujian Arus Uang;
c. Pengujian Arus Piutang; dan
d. Pengujian Arus Utang.

Berikut ini adalah uraian masing-masing pengujian keterkaitan tersebut.

a. Pengujian Arus Barang


Pengujian arus barang dilakukan untuk meyakini kebenaran unit barang yang keluar dari
gudang/digunakan/dijual ataupun yang masuk ke gudang, baik berupa bahan baku, bahan
pembantu, barang dalam proses, maupun barang jadi. Pemeriksa Pajak harus memastikan
bahwa unit tersebut telah memperhitungkan pemakaian sendiri, barang rusak (spoiled goods),
sampel, pemberian cuma-cuma, retur pembelian, barang dalam pengiriman (FOB
Destination)/perjalanan (in transit).

Formula (disesuaikan dengan jenis persediaan):


Saldo Awal Persediaan (Unit) +/+
Pembelian (Unit) +/+
Saldo Akhir Persediaan (Unit) -/-
Persediaan keluar/digunakan/dijual/HPP (Unit) xxx

Nilai unit ini dapat digunakan untuk meyakini atau menghitung nilai dari harga pokok barang
atau penjualan apabila harga barang tersebut bernilai sama setiap unitnya, yang dilakukan
dengan cara mengalikan unit dengan harga barang.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 56
b. Pengujian Arus Uang
Pengujian arus uang meliputi transaksi kas, bank, dan setara kas lainnya. Pengujian ini
dilakukan untuk menguji aliran uang suatu transaksi dan/atau mendapatkan jumlah
penerimaan uang dalam suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian kebenaran
penghasilan bruto yang dilaporkan Wajib Pajak berdasarkan kas (cash basis).

Formula:
Saldo Akhir Kas/Bank +/+
Pengeluaran Kas/Bank +/+
Saldo Awal Kas/Bank -/-
Penyesuaian non penghasilan +/-
Penerimaan Kas/Bank xxx

Pengujian arus uang selain menggunakan formula tersebut dapat juga dilakukan dengan
melakukan penghitungan atas sisi penerimaan saja.

Penerimaan kas/bank yang diperoleh dari formula di atas harus mengeluarkan penerimaan-
penerimaan yang tidak ada kaitannya dengan penghasilan, seperti transfer antar bank,
penerimaan pinjaman, PPN dipungut sendiri, dan sebagainya; yang dikelompokkan dalam
penyesuaian non penghasilan, serta harus memperhitungkan uang muka
penjualan/pelanggan jika ada.

Khusus untuk penghitungan PPN dipungut sendiri yang harus dikeluarkan dari penghitungan
penerimaan kas/bank perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Nilai PPN dipungut sendiri yang dikurangkan dapat diperoleh dari:
a) nilai yang dilaporkan pada SPT Masa PPN;
b) penelusuran jurnal setiap transaksi PPN; atau
c) mutasi hutang PPN pada buku besar.
2) Apabila PPN dipungut sendiri yang tercantum di SPT Masa PPN yang digunakan sebagai
pengurang, maka perlu dipastikan bahwa jumlah tersebut tidak termasuk PPN yang telah
dilaporkan di SPT Masa tetapi tidak terdapat aliran uang yang masuk ke kas maupun bank,
diantaranya meliputi:
a) PPN yang ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak, seperti pemberian cuma-cuma,
pemakaian sendiri, sampel, dll;
b) PPN yang dipungut beda waktu, faktur telah diterbitkan pelunasan belum diterima, atau
sebaliknya;
c) dan transaksi lainnya yang secara nyata tidak terdapat titipan PPN dalam penerimaan

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 57
uang yang dihitung.

c. Pengujian Arus Piutang


Pengujian arus piutang dilakukan untuk mendapatkan jumlah pelunasan piutang usaha dalam
suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian kebenaran penghasilan bruto yang
dilaporkan Wajib Pajak secara akrual (accrual basis).

Pengujian arus piutang dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:


1) hanya menggunakan mutasi kredit akun piutang usaha untuk mendapatkan penjualan
secara akrual (non tunai). Jika ingin mendapatkan penjualan secara total tunai dan non
tunai, maka harus ditambahkan dengan hasil penghitungan penjualan tunai; atau
2) menggabungkan hasil pengujian arus uang dan utang-piutang sekaligus, untuk
mendapatkan penghasilan bruto baik dari tunai maupun non tunai. Hal ini dilakukan dengan
cara menggunakan penerimaan uang/tunai dan non tunai (seperti offset utang-piutang,
bukti potong, bukti pungut) sebagai unsur pelunasan piutang usaha, dan juga
memperhatikan saldo-saldo uang muka pelanggan ataupun pendapatan ditangguhkan.

Penyesuaian-penyesuaian yang harus juga diperhitungkan terkait dengan pengujian arus


piutang antara lain:
1) ditambah penghapusan piutang;
2) dikurangi retur penjualan;
3) dikurangi PPN dipungut sendiri yang ada dalam penerimaan kas/bank;
4) saldo-saldo uang muka penjualan/pelanggan;
5) saldo-saldo pendapatan yang ditangguhkan; dan
6) penyesuaian lain yang tidak ada hubungan dengan penerimaan dan penghasilan.

Formula:
Pelunasan/Penerimaan melalui Kas/Bank +/+
Pelunasan Non Kas/Bank +/+
Saldo Akhir Piutang Usaha +/+
Saldo Awal Piutang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Peredaran Usaha xxx

d. Pengujian Arus Utang


Pengujian arus utang tergantung kepada pos yang akan diyakini kebenarannya. Untuk
meyakini pembelian barang secara kredit dilakukan pengujian arus utang usaha. Sedangkan

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 58
untuk meyakini penerimaan pinjaman dilakukan pengujian arus utang bank/afiliasi/pemegang
saham. Demikian pula untuk meyakini uang muka penjualan/pelanggan dan sebagainya
dalam rangka melakukan pemeriksaan atas penjualan/pendapatan yang sebelumnya berupa
uang muka.

Formula:
Saldo Akhir Utang Usaha +/+
Pembelian Tunai +/+
Pelunasan Utang Usaha +/+
Saldo Awal Utang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Pembelian xxx

Penggunaan formula ini disesuaikan dengan pos yang akan diuji dan tetap harus
memperhatikan transaksi-transaksi yang tidak terkait dengan pembelian atau penjualan yang
ada dalam mutasi utang usaha atau uang muka penjualan/pelanggan, seperti transaksi utang
karena biaya, salah posting, dan sebagainya.

Formula:
Saldo AwalUang Muka Penjualan/Pelanggan +/+
Penambahan Uang Muka Penjualan/Pelanggan +/+
Saldo AkhirUang Muka Penjualan/Pelanggan -/-
Penyesuaian +/-
Penjualan/Pendapatan terkait Uang Muka xxx

Dalam rangka menguji penjualan atau penghasilan bruto, Pemeriksa Pajak dapat
menggabungkan ketiga teknik tersebut menjadi pengujian atas arus uang dan utang piutang
untuk mendapatkan nilai tunai dan akrual dari penghasilan bruto.

Pengujian atas arus uang dan utang piutang untuk mendapatkan nilai tunai dan akrual
dari penghasilan bruto dapat dilakukan sebagai berikut:

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 59
Pos:
1. Penerimaan
a. Tunai
1) Penerimaan kas/bank +/+
2) Penerimaan non penghasilan/non objek pajak -/-
b. Non Tunai
1) Bukti Potong/Pungut diterima +/+
2) Offset utang piutang +/+
+/+

2. Akrual
a. Saldo awal piutang usaha -/-
b. Saldo akhir piutang usaha +/+
c. Saldo awal uang muka pelanggan +/+
d. Saldo akhir uang muka pelanggan -/-
e. Saldo awal pendapatan ditangguhkan +/+
f. Saldo akhir pendapatan ditangguhkan -/-
+/+
3. Penghasilan bruto termasuk PPN +/+
4. PPN Dipungut Sendiri *)
a. PPN Dipungut Sendiri diambil dari SPT Masa PPN +/+
Wajib Pajak atau PPN Dipungut Sendiri dapat dihitung
sendiri;
b. PPN Dipungut Sendiri yang tidak terdapat aliran uang +/-
masuk ke kas maupun bank dan PPN yang difakturkan
antar waktu.
-/-
5. Penghasilan bruto menurut Pemeriksa +/+
6. Penghasilan bruto menurut SPT Wajib Pajak -/-
7. Selisih **) +/-
*) Harus dapat diyakini bahwa didalam uang yang diterima,terkandung PPN. Bandingkan
dengan PPN yang dipungut sendiri pada SPT Masa PPN.
**) Harus diyakini merupakan penjualan atau penghasilan lain sebagai tambahan kemampuan
ekonomis.

Dalam pengujian aliran uang dan barang atas suatu transaksi misalnya pembuktian kebenaran
faktur pajak atas transaksi pembelian Barang Kena Pajak (BKP) atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak (JKP) maka pengujian arus uang dan barang dilakukan untuk membuktikan berdasarkan
bukti kompeten yang cukup terjadi pembayaran dari pihak pembeli kepada pihak penjual dan
penyerahan BKP/JKP dari pihak penjual kepada pihak pembeli, serta BKP/JKP tersebut benar-
benar diterima atau dimanfaatkan.
Lampiran III SE-65/PJ/2013 memberikan contoh penggabungan pengujian keterkaitan
(arus uang dan utang piutang). Berikut ini uraian contoh penggabungan pengujian keterkaitan
(arus uang dan utang piutang) tersebut.

Contoh penggabungan pengujian keterkaitan (arus uang dan utang piutang):

Dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak tahun pajak 2008 diperoleh data-data sebagai berikut:

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 60
1. Mutasi debet dan mutasi kredit rekening koran dan buku kas:

No. Nama Bank dan Buku Kas Debet (Rp) Kredit (Rp)
a. Bank: (-catatan: debet dan kredit-nya terbalik-)
1. Bank Freddy 50.000.000 75.000.000
2. Bank Sirmu 35.000.000 50.000.000
3. Bank Marulli & Wendi 30.000.000 25.000.000
b. Buku kas 85.000.000 75.000.000
Jumlah 200.000.000 225.000.000

Penambahan kas/bank yang bukan merupakan penghasilan:


No. Nama Transaksi Jumlah (Rp)
a. Mutasi antar rekening dan setoran Wajib Pajak sendiri 46.000.000
b. Pencairan pinjaman 45.000.000
c. Penggantian biaya 5.000.000
Jumlah 96.000.000

2. Kredit pajak yang dipotong/dipungut dari pihak lain:


No. Nama Transaksi Jumlah (Rp)
a. PPh Pasal 23 Sewa Kendaraan 165.000
b. PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah 225.000
Jumlah 390.000

3. Kutipan sebagian Neraca Komparasi Wajib Pajak per 31 Desember yaitu sebagai berikut:
Tahun Pajak
No. Uraian
2008 (Rp) 2007 (Rp)
Harta
a. Piutang Usaha Pihak Ketiga 15.000.000 10.000.000
b. Tanah dan Bangunan 170.000.000 160.000.000
c. Aktiva Tetap Lainnya 115.000.000 111.000.000
d. Dikurangi: Akumulasi Penyusutan 50.000.000 49.000.000

Kewajiban dan Ekuitas


a. Uang Muka Pelanggan 10.000.000 5.000.000
b. Pendapatan Ditangguhkan 20.000.000 15.000.000

Terdapat piutang Wajib Pajak yang dibayar dengan utang (offset) kepada pembeli yang sama sebesar
Rp19.610.000,00.

4. Penghasilan bruto yang dilaporkan di SPT PPh Badan Wajib Pajak (dalam Rp):
1. Peredaran usaha = 90.000.000
2. Penghasilan dari Luar Usaha:
1) Sewa kendaraan = 11.000.000
2) Keuntungan penjualan aktiva mesin = 1.000.000
3. Penghasilan yang dikenakan PPh Final:
Jasa giro = 1.000.000
103.000.000

5. Data pada SPT Masa PPN Wajib Pajak (dalam Rp):


Terutang PPN
a. Ekspor = 36.000.000
b. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri = 90.000.000

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 61
c. Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN = 15.000.000
Jumlah Seluruh Penyerahan = 141.000.000

Atas SPT Masa PPN tersebut terdapat penyerahan (dalam Rp):

No. Nama Transaksi Jumlah (Rp)


a. Penyerahan tahun 2007 yang difakturkan tahun 2008 5.000.000
b. Penyerahan tahun 2008 yang difakturkan tahun 2009 10.000.000
c. Penyerahan antar cabang (tidak terdapat pemusatan PPN terutang) 4.000.000
d. Pemberian cuma-cuma (harga pokok) 7.500.000
e. Sampel (harga pokok) 5.000.000
f. Pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif (harga pokok) 8.500.000

6. Hasil pemeriksaan atas transaksi penjualan aktiva mesin (dalam Rp):


a. Harga beli = 8.000.000
b. Penyusutan fiskal = 4.000.000
c. Nilai buku = 4.000.000
d. Harga jual = 5.000.000
e. Keuntungan penjualan aktiva mesin = 1.000.000

7. Penerimaan reimbursement yang difakturkan Wajib Pajak sebesar Rp5.000.000,00.

Penghitungan penghasilan bruto dengan menggabungkan pengujian keterkaitan arus uang dan
utang piutang sebagai berikut:

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 62
Uraian Jumlah (Rp)
1. Penerimaan
a. Tunai
1) Penerimaan kas dan bank
2) Penerimaan non penghasilan/non objek pajak: 200.000.000
a) Mutasi antar rekening sendiri -/- (46.000.000)
b) Pencairan pinjaman -/- (45.000.000)
c) Penggantian biaya yang Pajak
Masukannya telah dikreditkan -/- (5.000.000)
(96.000.000)
b. Non Tunai:
1) Bukti potong PPh Pasal 23 sewa kendaraan +/+ 165.000
2) Bukti pungut PPh Pasal 22 Bendaharawan
diterima +/+ 225.000
3) Piutang yang dilunasi dengan utang (offset ) +/+ 19.610.000
20.000.000
124.000.000
2. Akrual
a. Saldo awal piutang usaha -/- (10.000.000)
b. Saldo akhir piutang usaha +/+ 15.000.000
c. Saldo awal uang muka pelanggan +/+ 5.000.000
d. Saldo akhir uang muka pelanggan -/- (10.000.000)
e. Saldo awal pendapatan ditangguhkan +/+ 15.000.000
f. Saldo akhir pendapatan ditangguhkan -/- (20.000.000)
(5.000.000)
Penghasilan bruto akrual termasuk PPN 119.000.000
PPN Dipungut Sendiri:
1. PPN Dipungut Sendiri pada SPT Masa PPN WP 9.000.000
2. PPN Dipungut Sendiri yang tidak ada aliran uang
masuk ke kas/bank dan PPN Dipungut Sendiri
yang difakturkan antar waktu:
a. PPN atas pemberian cuma-cuma dan sampel (1.250.000)
b. PPN atas pemakaian sendiri (850.000)
c. PPN atas penggantian biaya yang difakturkan (500.000)
d. PPN atas penyerahan antar cabang (400.000)
e. PPN penyerahan tahun sebelumnya yang
difakturkan tahun ini*) (500.000)
f. PPN penyerahan tahun ini yang difakturkan
tahun berikutnya*) 1.000.000
(6.500.000)
Penghasilan bruto menurut Pemeriksa 112.500.000
Penghasilan bruto menurut SPT PPh Badan: 90.000.000
1. Peredaran usaha = 11.000.000
2. Penghasilan sewa kendaraan = 1.000.000
3. Keuntungan penjualan aktiva mesin = 4.000.000
4. Nilai buku penjualan aktiva mesin = 1.000.000
5. Penghasilan jasa giro = (107.000.000)
5.500.000
Koreksi penghasilan bruto
*) PPN Dipungut Sendiri yang berasal dari faktur pajak yang dibuat tidak sesuai dengan masa
dilakukannya penyerahan perlu dipastikan tahun pajaknya sesuai ketentuan yang berlaku.

Koreksi ini harus dibuktikan dengan pengujian lainnya apakah peredaran usaha, penghasilan dari
luar usaha, atau tambahan kemampuan ekonomis lainnya.

2.8. Ekualisasi atau Rekonsiliasi


Teknik pemeriksaan berupa ekualisasi dan rekonsiliasi dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 63
diuraikan dalam butir 8. Berikut ini uraiannya.

Ekualisasi atau rekonsiliasi adalah pencocokan saldo 2 (dua) atau lebih angka yang
mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Apabila hasilnya terdapat perbedaan, maka
perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. tentukan saldo-saldo atau pos-pos yang akan dicocokkan (misalnya penjualan, penyerahan
DPP PPN, pembelian);
b. gunakan saldo-saldo:
1) peredaran usaha dan penghasilan lain-lain dengan jumlah penyerahan menurut SPT Masa
PPN;
2) peredaran usaha dengan objek PPh Pasal 22 kegiatan usaha di bidang lain;
3) pembelian (bahan baku, barang jadi, dan aktiva) dengan Dasar Pengenaan Pajak PPN
Masukan;
4) pembelian dengan objek PPh Pasal 22 pedagang pengumpul;
5) biaya yang merupakan objek pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan dengan
objek PPh Pemotongan Pemungutan;
6) objek pemotongan PPh dengan DPP PPN Masukan;
7) objek PPh Pasal 26 dengan objek PPN jasa luar negeri;
8) buku besar bank dengan rekening koran;
9) dan sebagainya,
untuk meyakini kebenaran angka dengan melakukan penghitungan berdasarkan formula;
c. lakukan permintaan data/keterangan Wajib Pajak atas perbedaan yang terjadi;
d. pastikan pemfakturan antar waktu telah dilakukan tepat waktu;
e. dan sebagainya.

Ekualisasi Objek PPh Badan dan Objek PPN Dalam Negeri dalam rangka menghitung
Objek PPN Dalam Negeri dapat dilakukan sebagai berikut:

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 64
Objek PPN Dalam Negeri terdiri dari :
Peredaran usaha +/+
Ditambah:
a. Uang muka pelanggan akhir +/+
b. Pendapatan ditangguhkan akhir (PPN dibayar tahun ini) +/+
c. Penyerahan antar cabang (dalam hal tidak terdapat pemusatan
PPN terutang) +/+
d. Harga jual aktiva Pasal 16D UU PPN +/+
e. Penyerahan tahun sebelumnya difakturkan tahun ini +/+
f. Penggantian biaya yang pajak masukannya telah dikreditkan +/+
g. Pemakaian sendiri +/+
h. Pemberian cuma-cuma +/+
i. Penyerahan BKP/JKP lainnya +/+
j. ......... dsb +/+
Jumlah +/+
Dikurangi:
a. Uang muka pelanggan awal (pastikan telah difakturkan
masa sebelumnya) -/-
b. Pendapatan ditangguhkan awal (pastikan telah difakturkan
tahun sebelumnya) -/-
c. Penyerahan difakturkan tahun berikutnya -/-
d. ..... dsb -/-
Jumlah -/-
Jumlah Penyerahan Seluruhnya +/+
Penyerahan non BKP/JKP -/-
Penyerahan BKP/JKP Menurut Pemeriksa Pajak xxx

Ekualisasi pos-pos PPh Badan dan Objek PPh Pemotongan dapat dilakukan sebagai
berikut:
Objek PPh Pemotongan 21/23/26/Final:
a. Macam-macam objek Pos Laba Rugi/Pos Neraca/Pos SPT/Turunan Terkait +/+
b. Objek-objek lainnya +/+
c. Objek dari masa sebelumnya +/+
d. Dipotong/disetor/dilaporkan masa berikutnya -/-
e. Diperhitungkan sebagai objek PPh Pemotongan lain -/-
f. Dipotong/disetor/dilaporkan di KPP lain -/-
Objek Pajak Menurut Pemeriksa Pajak xxx

Lampiran III SE-65/PJ/2013 memberikan contoh ekualisasi dalam rangka menguji


penyerahan BKP dan/atau JKP. Berikut ini uraian contoh ekualisasi tersebut.

Contoh ekualisasi dalam rangka menguji Penyerahan BKP dan/atau JKP:

Menggunakan data pemeriksaan pada contoh penggabungan pengujian keterkaitan (arus uang
dan utang piutang), berdasarkan bukti yang ada dan hasil pengujian arus uang dan utang piutang
tersebut diperoleh keyakinan bahwa koreksi adalah merupakan peredaran usaha yang kurang
dilaporkan, berikutnya Pemeriksa Pajak melakukan pengujian penyerahan objek PPN dengan

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 65
teknik ekualisasi untuk memastikan jumlah penyerahan yang terutang PPN dengan penghitungan
sebagai berikut:

Uraian Jumlah (Rp)


1. Peredaran usaha menurut Pemeriksa Pajak*) 95.500.000
2. Ditambah :
a. Pemberian cuma-cuma dan sampel +/+ 12.500.000
b. Pemakaian sendiri +/+ 8.500.000
c. Penggantian biaya telah difakturkan +/+ 5.000.000
d. Penyerahan antar cabang +/+ 4.000.000
e. Penyerahan tahun sebelumnya yang
difakturkan tahun ini +/+ 5.000.000
f. Saldo akhir uang muka penjualan +/+ 10.000.000
g. Saldo akhir pendapatan ditangguhkan +/+ 20.000.000
h. Penghasilan sewa kendaraan +/+ 11.000.000
i Harga jual aktiva mesin +/+ 5.000.000
Jumlah 81.000.000
3. Dikurangi :
a. Penyerahan tahun ini yang difakturkan tahun
berikutnya -/- (10.000.000)
b. Saldo awal uang muka penjualan -/- (5.000.000)
c. Saldo awal pendapatan ditangguhkan -/- (15.000.000)
Jumlah (30.000.000)
Jumlah penyerahan seluruhnya 146.500.000
Penyerahan non BKP/JKP 0
Penyerahan BKP/JKP menurut Pemeriksa Pajak 146.500.000
Penyerahan BKP/JKP menurut Wajib Pajak 141.000.000
Koreksi Penyerahan BKP/JKP 5.500.000
*) Sesuai hasil pemeriksaan peredaran usaha.

2.9. Permintaan Keterangan atau Bukti

Teknik pemeriksaan berupa permintaan keterangan atau bukti dalam Lampiran II SE-
65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 9. Berikut ini uraiannya.

Permintaan keterangan atau bukti adalah kegiatan untuk meminta keterangan atau bukti
kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak secara tertulis.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan
publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya. Pemeriksa
Pajak melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, dapat meminta keterangan dan/atau bukti
yang berkaitan dengan pemeriksaan yang sedang dilakukan.

Hasil permintaan keterangan atau bukti dapat berupa:


a. surat jawaban permintaan keterangan atau bukti;
b. berita acara pemberian keterangan atau bukti; dan/atau
c. surat pernyataan/keterangan.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. tentukan keterangan atau bukti yang dibutuhkan;

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 66
b. tentukan pihak-pihak yang akan dimintai keterangan atau bukti;
c. buat surat permintaan keterangan atau bukti dan/atau surat panggilan pemberian keterangan
atau bukti;
d. buat daftar pertanyaan;
e. tuangkan hasil pemberian keterangan atau bukti dalam berita acara;
f. dan sebagainya.

2.10. Konfirmasi

Teknik pemeriksaan berupa konfirmasi dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam


butir 10. Berikut ini uraiannya.

Konfirmasi adalah kegiatan untuk memperoleh penegasan atas kebenaran dan


kelengkapan data dan/atau informasi yang telah dimiliki kepada pihak lain terkait suatu transaksi
yang dilakukan Wajib Pajak. Konfirmasi yang digunakan dalam pemeriksaan dilakukan dengan
meminta pihak lain tersebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, baik ada ataupun tidak
ada. Konfirmasi ini dapat dilakukan dengan mencantumkan maupun mengosongkan data
dan/atau informasi yang dikonfirmasi.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. tentukan data dan/atau informasi yang akan dikonfirmasi;
b. tentukan pihak-pihak yang akan dimintai konfirmasi;
c. buat surat konfirmasi dengan mencantumkan data dan/atau informasi yang akan ditanyakan
dan minta pihak ketiga untuk menjawab; atau kosongkan data dan/atau informasi yang akan
ditanyakan (blank form) dan minta pihak ketiga untuk mengisi jumlah tersebut;
d. lakukan Exchange of Information (EoI) untuk data dan/atau informasi yang berkaitan dengan
pihak lain di luar negeri;
e. dan sebagainya.

2.11. Inspeksi

Teknik pemeriksaan berupa inspeksi dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam


butir 11. Berikut ini uraiannya.

Inspeksi adalah kegiatan peninjauan secara langsung ke tempat kedudukan, tempat


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, dan/atau tempat lainnya.
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan keyakinan dan informasi yang lebih lengkap atas data

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 67
keuangan dan/atau non keuangan seperti proses bisnis atau proses produksi Wajib Pajak yang
valid dan relevan sesuai kondisi terkini yang dilakukan dengan cara meninjau langsung ke kantor,
tempat usaha, tempat produksi, pusat pengolahan data, atau tempat lain dimana suatu data
dan/atau informasi tersebut berada.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. tentukan data dan/atau informasi yang akan diyakini;
b. tentukan tempat dimana data dan/atau informasi tersebut berada;
c. tentukan waktu pelaksanaan inspeksi;
d. dan sebagainya.

2.12. Pengujian Kebenaran Fisik

Teknik pemeriksaan berupa pengujian kebenaran fisik dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013


diuraikan dalam butir 12. Berikut ini uraiannya.

Pengujian kebenaran fisik adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini keberadaan,
kuantitas, dan kondisi aktiva yang dilaporkan Wajib Pajak, misalnya persediaan dan aktiva tetap.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. tentukan aktiva yang akan dilakukan pengujian kebenaran fisik;
b. buat checklist aktiva;
c. tentukan lokasi aktiva yang akan diuji fisik;
d. cek keberadaan dan kuantitas aktiva yang ada dalam checklist dan tuangkan dalam berita
acara penghitungan fisik;
e. dokumentasikan dalam bentuk foto dan dengan seizin Wajib Pajak dalam hal diperlukan;
f. dan sebagainya.

2.13. Pengujian Kebenaran Penghitungan Matematis

Teknik pemeriksaan berupa pengujian kebenaran penghitungan matematis dalam


Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 13. Berikut ini uraiannya.

Pengujian kebenaran penghitungan matematis adalah pengujian yang dilakukan untuk


meyakini kebenaran penghitungan matematis, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian atas objek yang diperiksa.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. pelajari kebijakan akuntansi Wajib Pajak;

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 68
b. teliti dokumen pendukung penghitungan;
c. teliti metode penghitungan yang digunakan oleh Wajib Pajak;
d. uji kebenaran penghitungannya;
e. dan sebagainya.

2.14. Wawancara

Teknik pemeriksaan berupa wawancara dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan


dalam butir 14. Berikut ini uraiannya.

Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan untuk memperoleh keterangan
yang lebih lengkap mengenai hal-hal terkait dengan pos-pos yang diperiksa dan/atau untuk
mengumpulkan data dan/atau informasi lain yang diperlukan dalam pemeriksaan baik dengan
Wajib Pajak maupun dengan pihak lain.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. tentukan keterangan, data, dan/atau informasi yang dibutuhkan;
b. tentukan pihak-pihak yang dapat menyediakan;
c. buat daftar pertanyaan sebelum dilakukan wawancara;
d. tentukan jadwal, waktu, dan tempat;
e. dokumentasikan hasil wawancara dalam bentuk berita acara apabila dipandang perlu;
f. dan sebagainya.

2.15. Uji Petik (Sampling)

Teknik pemeriksaan berupa uji petik (sampling) dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013


diuraikan dalam butir 15. Berikut ini uraiannya.

Uji petik (sampling) menurut ketentuan ini adalah suatu Teknik Pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara menguji sebagian bukti atau transaksi, yang dipilih berdasarkan metode
statistik tertentu, yang tujuannya bukan untuk mendapatkan koreksi namun untuk memperoleh
keyakinan atas pos-pos SPT dan/atau pos-pos turunannya.

Dalam menggunakan teknik sampling setidaknya dapat menguraikan:


a. tujuan sampling;
b. jumlah populasi dan sampel yang ditentukan;
c. metode pemilihan sampel dan pengujiannya;
d. tingkat penyimpangan yang dapat ditolerir;

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 69
e. kesimpulan.

Prosedur penggunaan teknik sampling mengacu pada kaidah sampling sesuai ketentuan
yang berlaku umum atau ilmu statistik kecuali apabila diatur khusus oleh Direktur Jenderal Pajak.

2.16. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK)

Teknik pemeriksaan berupa teknik audit berbantuan computer (TABK) dalam Lampiran II
SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 16. Berikut ini uraiannya.

Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) adalah teknik pemeriksaan yang


memanfaatkan aplikasi-aplikasi pada suatu komputer maupun suatu sistem informasi untuk
mendapatkan keyakinan terhadap kebenaran suatu transaksi yang dicatat/diolah/dibukukan
dengan menggunakan suatu aplikasi tertentu.

Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi, menuntut para Pemeriksa Pajak untuk
mampu mengembangkan Teknik Pemeriksaan dengan TABK agar pemeriksaan dapat dilakukan
lebih efektif dan efisien.

Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh:


a. pelajari sistem informasi Wajib Pajak;
b. siapkan sarana-sarana TABK;
c. minta bantuan tenaga ahli jika diperlukan;
d. dokumentasikan pelaksanaan TABK;
e. dan sebagainya.

2.17. Teknik-teknik Pemeriksaan Lainnya

Teknik-teknik pemeriksaan lainnya dalam Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam


butir 17. Berikut ini uraiannya.

Teknik-teknik pemeriksaan dalam rangka meyakini kebenaran suatu transaksi tidak


dibatasi hanya sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, namun Pemeriksa Pajak dapat
mengembangkan dan/atau menggunakan teknik lainnya yang berlaku umum. Pemeriksa Pajak
harus mengungkapkan secara jelas teknik pemeriksaan yang digunakan beserta alasannya,
sehingga pemeriksaan tetap dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan bukti kompeten yang
cukup.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 70
3. Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan
Berdasarkan Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ/2012
tanggal 3 Februari 2012 tentang Pedoman Penyusunan Program Pemeriksaan Untuk Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan diatur teknik pemeriksaan yang harus dilakukan
untuk Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan untuk Wajib Pajak yang
menyelenggarakan pencatatan. Apabila teknik pemeriksaan tersebut tidak dapat dilaksanakan
harus dijelaskan alasannya.

3.1. Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan Untuk Wajib Pajak yang
Menyelenggarakan Pembukuan
Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan untuk Wajib Pajak yang menyelenggarakan
pembukuan sebagaimana dimaksud dalam SE-04/PJ/2012 dapat disimak dalam tabel berikut ini.:

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 71
Tabel 4.3.
Teknik Pemeriksaan Yang Harus Dilakukan Untuk Kewajiban
PPh Badan/ Orang Pribadi dan PPh Pemotongan dan Pemungutan

Kewajiban PPh Badan / Orang Pribadi


Pengeluaran
Pengeluaran
yang Kewajiban
yang
Mempunyai PPh
Teknik Pemeriksaan Mempunyai
Masa Pemotongan
Penghasilan Masa
Manfaat dan
Manfaat
Sampai Pemungutan
Lebih Dari 1
Dengan 1
Tahun Tahun
1. Pemanfaatan Informasi Internal
dan/atau Eksternal DJP
√ √ √ √
2. Pengujian Keabsahan Dokumen
3. Evaluasi
4. Analisis Angka-Angka
5. Penelusuran Angka-Angka √ √ √ √
(Tracing)
6. Penelusuran Bukti √ √ √ √
7. Pengujian Keterkaitan : √
a. Pengujian arus barang
b. Pengujian arus uang √
c. Pengujian arus piutang √
d. Pengujian arus utang
8. Ekualisasi atau Rekonsiliasi √
9. Permintaan Keterangan atau Bukti
10. Konfirmasi
11. Inspeksi
12. Pengujian Kebenaran Fisik
13. Pengujian Kebenaran Penghitungan
Matematis
√ √ √ √
14. Wawancara
15. Uji Petik (Sampling)
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK)
17. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 72
Tabel 4.4.
Teknik Pemeriksaan Yang Harus Dilakukan
Untuk Kewajiban PPN dan Kredit Pajak

Kewajiban PPN
PPN PPN
Pemanfaatan Kredit
Teknik Pemeriksaan PPN Dalam Kegiatan
Negeri BKP TB/JKP Pajak
dari Luar Membangun
Daerah
Sendiri
Pabean
1. Pemanfaatan Informasi Internal
dan/atau Eksternal DJP √ √ √ √
2. Pengujian Keabsahan Dokumen √
3. Evaluasi
4. Analisis Angka-Angka
5. Penelusuran Angka-Angka (Tracing) √ √ √
6. Penelusuran Bukti √ √ √ √
7. Pengujian Keterkaitan :
a. Pengujian arus barang
b. Pengujian arus uang
c. Pengujian arus piutang
d. Pengujian arus utang
8. Ekualisasi atau Rekonsiliasi √ √ √
9. Permintaan Keterangan atau Bukti
10. Konfirmasi √
11. Inspeksi
12. Pengujian Kebenaran Fisik
13. Pengujian Kebenaran Penghitungan
Matematis
√ √ √ √
14. Wawancara
15. Uji Petik (Sampling)
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK)
17. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 73
3.2. Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan Untuk Wajib Pajak yang
Menyelenggarakan Pencatatan
Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan untuk Wajib Pajak yang menyelenggarakan
pencatatan sebagaimana dimaksud dalam SE-04/PJ/2012 dapat disimak dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.5.
Teknik Pemeriksaan Yang Harus Dilakukan Untuk Kewajiban
PPh Orang Pribadi dan PPh Pemotongan dan Pemungutan

Kewajiban PPh Orang Pribadi


Kewajiban PPh
Teknik Pemeriksaan Peredaran Pemotongan dan
Bruto* Penghasilan** Pemungutan

1. Pemanfaatan Informasi Internal


dan/atau Eksternal DJP
√ √ √
2. Pengujian Keabsahan Dokumen
3. Evaluasi
4. Analisis Angka-Angka
5. Penelusuran Angka-Angka (Tracing)
6. Penelusuran Bukti √ √ √
7. Pengujian Keterkaitan :
a. Pengujian arus barang
b. Pengujian arus uang √ √
c. Pengujian arus piutang
d. Pengujian arus utang
8. Ekualisasi atau Rekonsiliasi √
9. Permintaan Keterangan atau Bukti
10. Konfirmasi
11. Inspeksi
12. Pengujian Kebenaran Fisik
13. Pengujian Kebenaran Penghitungan
Matematis
√ √ √
14. Wawancara
15. Uji Petik (Sampling)
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK)
17. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.

*) Peredaran bruto diuji untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha
dan/atau pekerjaan bebas.
**) Penghasilan diuji untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki penghasilan dari pekerjaan
dan/atau penghasilan lain.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 74
Tabel 4.6.
Teknik Pemeriksaan Yang Harus Dilakukan
Untuk Kewajiban PPN dan Kredit Pajak

Kewajiban PPN
PPN
PPN Dalam Pemanfaatan PPN Kredit
Teknik Pemeriksaan
Negeri BKP TB/JKP Kegiatan Pajak
dari Luar Membangun
Daerah Sendiri
Pabean
1. Pemanfaatan Informasi Internal
dan/atau Eksternal DJP
√ √ √ √
2. Pengujian Keabsahan Dokumen
3. Evaluasi
4. Analisis Angka-Angka
5. Penelusuran Angka-Angka (Tracing)
6. Penelusuran Bukti √ √ √ √
7. Pengujian Keterkaitan :
a. Pengujian arus barang
b. Pengujian arus uang
c. Pengujian arus piutang
d. Pengujian arus utang
8. Ekualisasi atau Rekonsiliasi √ √ √
9. Permintaan Keterangan atau Bukti
10. Konfirmasi √
11. Inspeksi
12. Pengujian Kebenaran Fisik
13. Pengujian Kebenaran Penghitungan
Matematis
√ √ √ √
14. Wawancara
15. Uji Petik (Sampling)
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK)
17. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.

Catatan:
Apabila suatu teknik pemeriksaan yang dipilih tidak dapat dilakukan atau diputuskan untuk tidak
dilakukan dalam pemeriksaan maka Pemeriksa Pajak harus mendokumentasikan alasannya
dalam KKP pengujian pos SPT/pos turunan terkait.

C. Pengumpulan Data Pemeriksaan Terkait PBB P3 dan Bea Meterai


Pengumpulan data pemeriksaan terkait dengan PBB P3 dilakukan dengan
mengidentifikasi dokumen-dokumen, data, dan informasi yang terkait dengan Objek PBB P3,
misalnya SPOP, SPPT, Bukti Pelunasan PBB dan dokumen-dokumen lainnya terkait dengan
Objek PBB P3. Setelah terindentifikasi dokumen-dokumen, data, dan informasi yang terkait Objek

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 75
PBB P3, pengumpulan bukti pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam SE-65/PJ/2013. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata
jumlah PBB yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak yang disampaikan oleh wajib pajak, maka berdasarkan Pasal 10
ayat (2) Undang-undang PBB Direktur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) atas Objek PBB tersebut.

Pengumpulan data pemeriksaan terkait dengan Bea Meteri dilakukan dengan


mengidentifikasi dokumen-dokumen Wajib Pajak yang terutang Bea Meterai namun belum
dilunasi Bea Meterainya dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terutang Bea Meterai
namun belum dilunasi Bea Meterainya dengan menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam SE-65/PJ/2013. Pelunasan Bea Meterai atas dokumen-dokumen yang terutang
Bea Meterai namun belum dilunasi Bea Meterainya dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 74/PMK.03/2104 tentang Tata Cara Pemeteraian Kemudian.

D. TABK Dasar Menggunakan Alat Bantu Ms Excel


Pembahasan TABK Dasar menggunakan Alat Bantu Ms Excel dibahas dalam bahan
ajar yang terpisah dari bahan ajar ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 76
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2012. Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach. Fourteenth Edition. England: Pearson Education Limited.

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2009.

. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan


sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994.

. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013 tanggal


7 Januari 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tanggal 30 September 2015.

. Peraturan Meneteri keuangan Nomor 70/PMK.03/2014 tentang Pemeteraian


Kemudian.

Direktur Jenderal Pajak. Peraturan Nomor PER-23/PJ/2013 tanggal 11 Juni 2013 tentang Standar
Pemeriksaan.

. Surat Edaran Nomor SE-65/PJ/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang


Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan.

. Surat Edaran Nomor SE-28/PJ/2013 tanggal 11 Juni 2013 tentang Standar


Pemeriksaan.

. Surat Edaran Nomor SE-04/PJ/2012 tanggal 3 Februari 2012 tentang Pedoman


Penyusunan Program Pemeriksaan (Audit Program) Untuk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 77
LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Surat Pernyataan Biaya Hidup.
3. Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
4. Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran, Deposito, Tabungan, dan Rekening Lainnya.
5. Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit Oleh Akuntan Publik.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 78
Lampiran 1

CONTOH FORMULIR PENDUKUNG


PENERAPAN METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN PAJAK

SURAT PERNYATAAN
SUMBER PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ................................................... (1)


NPWP : ................................................... (2)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (3)
Alamat : ................................................... (4)

dalam hal ini bertindak selaku:


Wajib Pajak Wakil*) Kuasa*) (5)

dari Wajib Pajak:


Nama : ................................................... (6)
NPWP : ................................................... (7)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (8)
Alamat : ................................................... (9)

Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor …(10) tanggal … (11),
dengan ini memberikan pernyataan mengenai sumber penghasilan sebagai berikut:
1. Penghasilan dari Usaha
Nama dan Alamat Jenis Jumlah Jumlah
No.
Usaha Usaha Modal Penghasilan
(12) (13) (14) (15) (16)

2. Penghasilan dari Pekerjaan


Nama dan Alamat Jumlah
No. NPWP Ket.
Pemberi Kerja Penghasilan
(17) (18) (19) (20) (21)

(dilengkapi dengan fotokopi Bukti Pemotongan PPh Pasal 21)

3. Penghasilan dari Penyertaan Modal


Nama dan Alamat Jumlah Penyertaan Jumlah
No. NPWP Ket.
Usaha Lembar Nilai (Rp) Penghasilan
(22) (23) (24) (25) (26) (27) (28)

(dilengkapi dengan fotokopi bukti penyertaan modal)

4. Penghasilan dari Pengalihan atau Persewaan Harta (misal tanah, rumah, mobil, dsb)
Nama dan Alamat Nomor dan Tanggal Jumlah
No. Jenis Harta
Pemberi Hasil Bukti Kepemilikan Penghasilan
(29) (30) (31) (32) (33)

(dilengkapi dengan fotokopi bukti kepemilikan dan/ataudokumen transaksi)

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 79
5. Penghasilan dari Bunga Deposito, Tabungan, dsb (termasuk rekening keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya)
Nomor Nama dan Alamat Jumlah Nominal
No. Ket.
Rekening/Bilyet Bank Bunga
(34) (35) (36) (37) (38)

(dilampiri dengan fotokopi bukti kepemilikan)

6. Penghasilan dari Luar Usaha lainnya


No. Nama Penghasilan Jumlah Penghasilan Ket.
(39) (40) (41) (42)

7. …dst

Demikian Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi ini dibuat dan ditandatangani sesuai
keadaan yang sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan kejujuran
yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari
pernyataan ini.

.......... , .............................. (43)


Yang membuat pernyataan

(Meterai)

......................(44)

*)Telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 80
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN SUMBER PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 12 : Cukup jelas.
Angka 13 : Diisi dengan nama dan alamat usaha Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 14 : Diisi dengan jenis usaha sesuai dengan Klasifikasi Lapangan Usaha.
Angka 15 : Diisi dengan jumlah modal usaha yang disetorkan seluruhnya.
Angka 16 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan dari usaha yang diperoleh sesuai masa/tahun pajak
yang diperiksa.
Angka 17 : Cukup jelas.
Angka 18 : Diisi dengan nama dan alamat Pemberi Kerja Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 19 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja.
Angka 20 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan dari pekerjaan yang diperoleh sesuai masa/tahun
pajak yang diperiksa.
Angka 21 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 22 : Cukup jelas.
Angka 23 : Diisi dengan nama dan alamat tempat usaha Wajib Pajak yang diperiksa menyertakan modal.
Angka 24 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak usaha tempat Wajib Pajak yang diperiksa menyertakan
modal.
Angka 25 : Diisi dengan jumlah lembar modal disetor.
Angka 26 : Diisi dengan nilai penyertaan.
Angka 27 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan yang diperoleh dari penyertaan modal sesuai
masa/tahun pajak diperiksa.
Angka 28 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 29 : Cukup jelas.
Angka 30 : Diisi dengan jenis harta yang dialihkan atau disewakan.
Angka 31 : Diisi dengan nama dan alamat pihak yang memberikan penghasilan.
Angka 32 : Diisi dengan nomor dan tanggal bukti kepemilikan.
Angka 33 : Diisi dengan jumlah penghasilan yang diperoleh dari pengalihan atau persewaan harta.
Angka 34 : Cukup jelas.
Angka 35 : Diisi dengan nomor bilyet/rekening deposito, tabungan, dsb yang menghasilkan bunga.
Angka 36 : Diisi dengan nama dan alamat bank tempat penghasilan bunga diperoleh.
Angka 37 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan bunga yang diperoleh sesuai masa/tahun pajak
yang diperiksa.
Angka 38 : Diisi apabila diperlukan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 81
Angka 39 : Cukup jelas.
Angka 40 : Diisi dengan nama penghasilan dari luar usaha lainnya yang diperoleh.
Angka 41 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan dari luar usaha lainnya yang diperoleh sesuai
masa/tahun pajak diperiksa.
Angka 42 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 43 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib
Pajak orang pribadi dibuat.
Angka 44 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 82
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN BIAYA HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ................................................... (1)


NPWP : ................................................... (2)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (3)
Alamat : ................................................... (4)

dalam hal ini bertindak selaku:


Wajib Pajak Wakil*) Kuasa*) (5)

dari Wajib Pajak:


Nama : ................................................... (6)
NPWP : ................................................... (7)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (8)
Alamat : ................................................... (9)

Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor … (10) tanggal …(11),
dengan ini memberikan pernyataan mengenai biaya hidup Wajib Pajak termasuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya sebagai berikut:

1. Keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya tahun … (12):


Nama Hubungan Tanggal
No. Pekerjaan
Tanggungan Keluarga Lahir/Usia
(13) (14) (15) (16) (17)

(dilengkapi dengan fotokopi kartu keluarga)

2. Pengeluaran
Jenis Nama Pengeluaran Pengeluaran
No.
Pengeluaran Pengeluaran Per Bulan Per Tahun
(18) (19) (20) (21) (22)
1. Konsumsi 1. .........................
Rumah Tangga 2. .........................
3. dst.
2. Transportasi 1. .........................
2. .........................
3. dst.
3. Pendidikan 1. .........................
2. .........................
3. dst.
4. Kesehatan 1. .........................
2. .........................
3. dst.
5. Rekreasi 1. .........................
2. .........................
3. dst.
6. Gaya Hidup (lifestyle) 1. .........................
2. .........................
3. dst.
7. Sumbangan 1. .........................
2. .........................
3. dst.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 83
8. Olahraga 1. .........................
2. .........................
3. dst.
9. Pemeliharaan Harta 1. .........................
2. .........................
3. dst.
10. PPh Penghasilan 1. .........................
2. .........................
3. dst.
11. Pajak dan Retribusi lainnya 1. .........................
2. .........................
3. dst.
12. Pengeluaran lainnya 1. .........................
2. .........................
3. dst.

Demikian Surat Pernyataan Biaya Hidup ini dibuat dan ditandatangani sesuai keadaan yang sebenarnya dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan kejujuran yang berlandaskan asas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari pernyataan ini.

.......... , .............................. (23)


Yang membuat pernyataan

(Meterai)

......................(24)

*)Telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 84
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN BIAYA HIDUP

Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 12 : Diisi dengan tahun pajak diperiksa.
Angka 13 : Cukup jelas.
Angka 14 : Diisi dengan nama tanggungan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 15 : Diisi dengan status hubungan keluarga dengan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 16 : Diisi dengan tanggal lahir tanggungan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 17 : Diisi dengan pekerjaan tanggungan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 18 : Cukup jelas.
Angka 19 : Diisi dengan jenis pengeluaran Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 20 : Diisi dengan nama pengeluaran Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 21 : Diisi dengan jumlah nominal pengeluaran per bulan.
Angka 22 : Diisi dengan jumlah nominal pengeluaran per tahun.
Angka 23 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Biaya Hidup dibuat.
Angka 24 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 85
Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN
PERTAMBAHAN/PENGURANGAN KEKAYAAN BERSIH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ................................................... (1)


NPWP : ................................................... (2)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (3)
Alamat : ................................................... (4)

dalam hal ini bertindak selaku:


Wajib Pajak Wakil*) Kuasa*) (5)

dari Wajib Pajak:


Nama : ................................................... (6)
NPWP : ................................................... (7)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (8)
Alamat : ................................................... (9)

Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor … (10) tanggal …(11),
dengan ini memberikan pernyataan mengenai biaya hidup Wajib Pajak termasuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya sebagai berikut:
1. Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih (termasuk kekayaan isteri yang tidak dikenai pajak secara
terpisah dan anak yang belum dewasa)
a. Pertambahan/Pengurangan Harta Tahun …(12)
Nilai Perolehan/Nilai
No. Nama Harta Letak Harta Ket.
Pengurangan
(13) (14) (15) (16) (17)

(dilampiri dengan fotokopi dokumen transaksi, bukti pembayaran BPHTB, akte Pejabat Pembuat Akta Tanah,
dsb)

b. Pertambahan/Pengurangan Utang Tahun …(18)


Nama & Alamat Jumlah
No. Jumlah Penghasilan Ket.
Pemberi Utang Utang Bunga
(19) (20) (21) (22) (23) (24)

(dilampiri dengan fotokopi dokumen transaksi, akte notaris, dsb)

2. Data Kartu Kredit (termasuk yang telah ditutup dalam satu tahun terakhir)
No. Nama Bank Penerbit Nomor Kartu Kredit Pagu Kartu Kredit Ket.
(25) (26) (27) (28) (29)

3. ...... dst

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 86
Demikian Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih ini dibuat dan ditandatangani sesuai
keadaan yang sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan kejujuran
yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari
pernyataan ini.

.......... , .............................. (30)


Yang membuat pernyataan

(Meterai)

......................(31)

*)Telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 87
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN PERTAMBAHAN/PENGURANGAN KEKAYAAN BERSIH

Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 12 : Diisi dengan tahun pajak diperiksa.
Angka 13 : Cukup jelas.
Angka 14 : Diisi dengan namaharta Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 15 : Diisi dengan letak harta Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 16 : Diisi dengan jumlah nominal perolehan atau pengurangan harta.
Angka 17 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 18 : Diisi dengan tahun pajak diperiksa.
Angka 19 : Cukup jelas.
Angka 20 : Diisi dengan nama dan alamat Pemberi utang.
Angka 21 : Diisi dengan jumlah nominal utang.
Angka 22 : Diisi dengan jumlah nominal bunga beserta persentasenya.
Angka 23 : Diisi dengan jangka waktu pelunasan utang.
Angka 24 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 25 : Cukup jelas.
Angka 26 : Diisi dengan nama bank penerbit kartu kredit.
Angka 27 : Diisi dengan nomor kartu kredit.
Angka 28 : Diisi dengan pagu kartu kredit
Angka 29 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 30 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan
Kekayaan Bersih dibuat.
Angka 31 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan
Bersih.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 88
Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN
KEPEMILIKAN REKENING KORAN, DEPOSITO, TABUNGAN, DAN REKENING LAINNYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ................................................... (1)


NPWP : ................................................... (2)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (3)
Alamat : ................................................... (4)

dalam hal ini bertindak selaku:


Wajib Pajak Wakil*) Kuasa*) (5)

dari Wajib Pajak:


Nama : ................................................... (6)
NPWP : ................................................... (7)
Tempat, tanggal Lahir : ................................................... (8)
Nomor KTP/Paspor : ................................................... (9)
Pekerjaan : ................................................... (10)
Alamat : ................................................... (11)

Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor … (12) tanggal
…(13),dengan ini menyatakan bahwa Wajib Pajak (termasuk keluarga yang masih menjadi tanggungan Wajib Pajak
sepenuhnya) hanya mempunyai rekening bank, deposito, tabungan dan sejenisnya (termasuk yang telah ditutup
dalam satu masa/tahun pajak yang sedang diperiksa), baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar negeri
yaitu:

Nama dan Alamat Bank Tempat Nomor Rekening dan Jenis


No. Keterangan
Rekening Dibuka Rekening
(14) (15) (16) (17)

Demikian Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran, Deposito, Tabungan, Dan Rekening Lainnya ini dibuat
dan ditandatangani sesuai keadaan yang sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak
manapun, berdasarkan kejujuran yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab
atas segala akibat yang timbul dari pernyataan ini.

.......... , .............................. (18)


Yang membuat pernyataan

(Meterai)

......................(19)

*) Telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 89
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAANKEPEMILIKAN REKENING KORAN BANK, DEPOSITO, TABUNGAN,
DAN REKENING LAINNYA

Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank, Deposito, Tabungan,
dan Rekening Lainnya.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank, Deposito, Tabungan,
dan Rekening Lainnya.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank, Deposito,
Tabungan, dan Rekening Lainnya.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan tempat dan tanggal lahir Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan nomor KTP/paspor Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 11 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 12 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 13 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 14 : Cukup jelas.
Angka 15 : Diisi dengan nama bank dan nama negara tempat rekening koran bank, deposito, tabungan,
dan rekening lainnya dibuka, termasuk yang telah ditutup dalam masa/tahun pajak yang
sedang diperiksa.
Angka 16 : Diisi dengan nomor dan jenis rekening Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 17 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 18 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening
Koran Bank, Deposito, Tabungan, dan Rekening Lainnya dibuat.
Angka 19 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank,
Deposito, Tabungan, dan Rekening Lainnya.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 90
Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN
LAPORAN KEUANGAN TIDAK DIAUDIT OLEH AKUNTAN PUBLIK

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ................................................... (1)


NPWP : ................................................... (2)
Pekerjaan/Jabatan : ................................................... (3)
Alamat : ................................................... (4)

dalam hal ini bertindak selaku:


Wajib Pajak Wakil*) Kuasa*) (5)

dari Wajib Pajak:


Nama : ................................................... (6)
NPWP : ................................................... (7)
Alamat : ................................................... (8)

Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor… (9) tanggal
…(10),dengan ini menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan untuk periode yang berakhir pada tanggal …….
(11) tidak diaudit oleh Akuntan Publik.

Demikian Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh Akuntan Publik ini dibuat dan ditandatangani
sesuai keadaan yang sebenarnyadengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan
kejujuran yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa.Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang
timbul dari pernyataan ini.

.......... , .............................. (12)


Yang membuat pernyataan

(Meterai)

......................(13)

*) Telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 91
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN LAPORAN KEUANGANTIDAK DIAUDIT OLEH AKUNTAN PUBLIK

Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh Akuntan Publik.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh Akuntan Publik.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh Akuntan
Publik.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 10 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal berakhirnya periode Laporan Keuangan perusahaan.
Angka 12 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak
Diaudit oleh Akuntan Publik dibuat.
Angka 13 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh
Akuntan Publik.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan by Suwadi @DFD 2016 92
METODE DAN TEKNIK PEMERIKSAAN
Teknik Audit Berbantuan Komputer Sederhana
dengan Microsoft Excel

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 93


A. MENGGUNAKAN FUNGSI-FUNGSI DALAM MICROSOFT EXCEL ................................... 95
1. Menggunakan Fungsi-Fungsi Umum ............................................................................... 95
2. Menggunakan Fungsi-Fungsi Database .......................................................................... 96
3. Trace Precedents ............................................................................................................ 96
B. ANALISA DATA .................................................................................................................. 97
1. Sub Totals ....................................................................................................................... 97
2. Menguji Duplikasi ............................................................................................................ 98
3. Fungsi Logika .................................................................................................................. 99
4. Auto Filter ........................................................................................................................ 99
5. Stratifikasi...................................................................................................................... 101
6. Fungsi Waktu (Hari, Bulan, Tanggal) ............................................................................. 102
7. Menghubungkan Data ................................................................................................... 102
C. MEMBUAT PIVOT TABLE............................................................................................. 104
1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Pivot Table...................................... 104
2. Cara Membuat Pivot Table ............................................................................................ 104
3. Hasil Pivot Table ........................................................................................................... 106
D. CARA MEMBUAT BUKTI PEMINJAMAN DOKUMEN ELEKTRONIK DENGAN
CHECKSUM ............................................................................................................................ 108
1. Instalasi / pemasangan software Checksum Value MD5 ............................................... 108
2. Menghasilkan Checksum value MD5 ............................................................................. 110

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 94


A. MENGGUNAKAN FUNGSI-FUNGSI DALAM MICROSOFT EXCEL

Sebelum memulai bekerja menggunakan microsoft excel, perlu dipahami bahwa microsoft
excel hanyalah sekedar alat bantu dalam pengolahan data. Dan seperti alat bantu lainnya,
terdapat kelebihan dan kekurangan untuk alat bantu excel ini. Kelebihan dari microsoft excel
salah satunya adalah alat bantu ini banyak digunakan di Indonesia sehingga banyak tutorial
ataupun sharing tentang penggunaan microsoft excel yang tersedia di internet maupun buku-
buku yang dijual komersil. Sedangkan kelemahan dari microsoft excel, salah satunya adalah
jumlah baris yang terbatas.
Untuk auditor pemeriksa pajak, penggunaan microsoft excel ini dapat membantu
pelaksanaan proses pemeriksaan. Manfaat yang didapatkan adalah pemeriksaan dapat
dilakukan dengan cermat, akurat, cepat dan analisa yang memudahkan.

1. Menggunakan Fungsi-Fungsi Umum

Sebagai langkah awal Auditor dapat melakukan pemahaman atas data yang akan dianalisis
dengan memanfaatkan berbagai fungsi yang ada di dalam MS Excel seperti : COUNT, SUM,
MIN, MAX, AVERAGE.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 95


2. Menggunakan Fungsi-Fungsi Database
Excel juga memiliki fungsi2 database seperti dsum, dcount, dmax, dmin, daverage, dll.

Syntact :
DAVERAGE(database,field,criteria)
Database berupa range yang akan diambil datanya Field merupakan nama field/kolom yg
akan diambil datanya, harus diberi tanda petik 2 (“) Table_Latihan_TABK dbf[#All] =
merupakan nama tabel di worksheet tersebut diatas, bisa berubah2 sesuai saat kita
membuat data connection (semua sel mulai dari a1 sampai akhir tabel) Kriteria berupa range
yang memiliki nama field yang sama dengan tabel, berisi kriteria yang dibutuhkan

3. Trace Precedents
Jika Auditor menerima data dalam format MS Excel yang sudah memiliki berbagai
perhitungan di dalamnya, Auditor dapat melakukan pengujian perhitungan melalui FORMULA
AUDITING -> TRACE PRECEDENTS gunanya untuk mencari cells-2 yang menjadi
parameter dari suatu rumus, untuk menelusuri jika rumus kita error.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 96


B. ANALISA DATA

1. Sub Totals
Auditor seringkali harus melakukan Rekapitulasi Data berdasarkan kriteria tertentu, yang
dapat dilakukan dengan fitur SUB TOTAL dalam MS Excel.

Fitur subtotal bisa dipakai untuk membuat summary dari data, tapi harus menggunakan cara
khusus, tidak bisa sekedar copy paste, karena sel2 yang tersembunyi bisa ikut tercopy
Caranya :
1. Lakukan fitur subtotal
2. Pilih/block semua sel
3. Tekan tombol F5, maka akan keluar form “Go To”
4. Pilih Special Cellls
5. Pilih Visible cell
6. Copy (menu “home”copy/Ctrl-C)
7. Pilih lokasi lain, lalu “paste values” (homepastepaste values)

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 97


Catatan:
 Untuk melakukan subtotal maka field/kolom yang
akan disubtotal harus disort.
 Jika yang akan disubtotal masih berupa tabel harus
diubah dulu menjadi range (menu “design”convert
to range).
 Di sebelah kiri terdapat tombol 1,2,3,… yang
berguna untuk melihat lebih detil dari subtotal
tersebut.
 Untuk menghilangkan subtotal, pilih sel didalam
subtotal, klik menu “data”subtotal klik “remove
all”.

2. Menguji Duplikasi
Fitur SUB TOTAL juga dapat digunakan untuk melakukan analisis DUPLICATE.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 98


3. Fungsi Logika
Untuk memudahkan analisisnya, Auditor dapat menggunakan fitur fungsi logika seperti IF,
AND, OR dalam MS Excel.

4. Auto Filter
Auditor seringkali harus meneliti data berdasarkan kriteria tertentu (FILTER), yang dapat
dilakukan menggunakan fitur AUTO FILTER dalam MS Excel.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 99


Dengan menggunakan fitur AUTO FILTER Auditor dapat memilih data yang
akan ditampilkan berdasarkan kriteria yang diinginkan auditor.

a. Tip & Trik


Untuk menfilter text bisa menggunakan wildcard character yaitu
• * kata apa saja (*east finds "Northeast" and "Southeast“)
• ? Single character apa saja (sm?th finds "smith" and "smyth“)
• ~ mencari character *,?, ~ (fy06~? finds "fy06?“)
• Filter bisa dilakukan lebih dari satu kolom, dimana akan menfilter dengan lebih
dalam berdasarkan filter yang telah dilakukan sebelumnya (bukan dari data awal)
Filter bisa digunakan untuk mencari koreksi dengan mencari kata2 tertentu misalnya kata
“sewa” untuk PPh 23 dst, disini digunakan filter “contains”
Untuk kolom tanggal , filter bisa digunakan untuk menfilter hari, bulan maupun tahun
Filter juga bisa mencari data yang blank atau kosong

b. Advanced Filter
1. pilih “copy to another place”
2. Pilih range tujuan pada bagian “Copy to”
3. Centang “Unique record only”

4. Ok

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 100


5. Stratifikasi
Auditor dapat melakukan STRATIFIKASI dalam MS Excel dengan fungsi COUNTIF dan
SUMIF.
Disini kita mencoba untuk melakukan stratifikasi/penggolongan dari AR_Trans.dbf dengan
mencari jumlah record dengan Countif dan total amount dengan Sumif untuk class A, B, dan
C.

Syntax
COUNTIF(range, criteria)
The COUNTIF function syntax has the following arguments :
• range Required. Satu atau lebih Cells yang akan di Count, termasuk Angka atau
Teks, Array atau References yang terdapat angka di dalamnya. Cell Blank dan Teks
murni tidak akan di Count.
• criteria Required. Sebuah angka/nilai, Rumus/logika, Cell refference, atau teks string
yang menunjukkan bahwa nilai cells tersebut akan di count. Contoh Criteria dapat

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 101


ditunjukkan dengan misal nilai 32 maka ditulis pada criteria dengan , ">32", (alamat
cell) B4, "apples", or "32".

Catatan :
Dapat juga digunakan karakter bebas seperti tanda tanya (?) dan asterisk (*) pada Criteria.
Tanda tanya akan match dengan semua singel karakter dan asterisk match dengan semua
sekuen karakter. Jika anda ingin menemukan tanda tanya dan asterisk dalam nilai cell yang
sebenarnya maka gunakan tilde (~) sebelum menulis karakter.
Criteria adalah case insensitive; contohnya, string "apples" dan string "APPLES" akan
menemukan cell yang sama.

6. Fungsi Waktu (Hari, Bulan, Tanggal)


Auditor seringkali harus mengambil data berdasarkan kriteria BULAN atau TAHUN tertentu,
yang dapat dilakukan dalam MS Excel dengan berbagai fungsi DATE, seperti MONTH dan
YEAR.

7. Menghubungkan Data
Auditor dapat menghubungkan/merelasikan data untuk memudahkan analisinya dalam MS
Excel dengan menggunakan fitur fungsi VLOOKUP.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 102


Syntact
VLOOKUP(lookup_value, table referensi, col_index_num, range_lookup).

 lookup_value, Data yang mau dicari pasangannya di table referensi, bisa value atau
nama cells.
 table referensi , Table/range yang menjadi referensi dimana lookup_value akan dicari
pasangannya, sebaiknya dibuat absolut (tekan F4)
 col_index, kolom berapa di tabel referensi yang akan dicari, baris pertama=1, baris
kedua=2
 range_lookup, diisi TRUE jika kita akan mencari angka yang mendekati atau diisi
FALSE jika kita ingin mencari angka yang persis sama.
 Penting, diisi TRUE maka tabel referensi harus disortir ascending pada kolom yang dicari,
tapi jika False tidak perlu disortir

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 103


C. MEMBUAT PIVOT TABLE

Pivot Table merupakan sebuah tools pada aplikasi microsoft excel yang digunakan
untuk meringkas, menganalisis, serta mengeksplorasi data untuk disajikan menjadi
sebuah laporan dalam bentuk tabel-tabel. Fungsi pivot table ini adalah bertujuan agar
sebuah data dapat disajikan secara ringkas berdasarkan parameter-parameter yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan data. Dengan menggunakan pivot table
diharapkan mempercepat analisa suatu data untuk mengambil suatu keputusan.

1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Pivot Table

 Setiap data yang akan dilakukan pivot table harus berisi header, hal ini akan
menyebabkan jika terdapat salah satu header dalam rentang sel /array yang
dipilih tidak berisi judul, maka pembuatan pivot table tidak dapat dilakukan.
 Pivot table akan mengambil baris paling atas sebagai field yang akan digunakan
untuk report.
 Kolom yang tersembunyi / hide akan tetap muncul pada field di pivot table field
list.
 Baris yang tersembunyi akan tetap dihitung nilainya jika terdapat di dalam array
yang dipilih sebagai sumber data.
 Pemilihan jenis data (value field settings) akan berpengaruh pada hasil nilai yang
akan ditampilkan.

2. Cara Membuat Pivot Table

Buka Tab menu INSERT lalu pilih Pivot Table pada menu ribbon yang ada, lalu akan tampil
jendela baru untuk memilih data yang akan diolah.

Untuk dapat membuat sebuah pivot table, terdapat data yang dapat dianalisa yang
berbentuk database. Data yang berbentuk database berarti tidak terdapat cell dalam
data yang tidak mempunyai nilai yang tidak relevan atau valid terhadap data secara
keseluruhan. Seperti contoh data dalam gambar di bawah ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 104


Contoh data diatas terdiri dari lokasi, nama customer, kode barang, jumlah, harga
jual, dan total penjualan pada kolom A sampai kolom G. Dari data-data tersebut akan
disajikan jumlah dan total penjualan berdasarkan kode barang (kolom C) dengan
menggunakan tools pivot table. Langkah-langkah dalam membuat pivot table :

 Dari menu insert pilih PivotTable pada kelompok table (disitu terdapat dua pilihan
yaitu pivot table dan pivot chart), pilih saja pada pivot table kemudian akan muncul
form create pivot table.
 Pada select a table or range silahkan blok data yang akan dilakukan pivot table
(pada contoh simulasi ini adalah array A2:G14 yang dipilih).
 Kemudian pilih lokasi hasil pivot table akan ditempatkan pada choose where you
want the PivotTable report to be place. Disini terdapat 2 pilihan yaitu :

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 105


1. New worksheet apabila ingin menempatkan hasil pivot table pada
worksheet baru yang masih kosong .
2. Existing worksheet apabila ingin hasil Pivot Table pada sheet yang
sama dengan data yang akan di Pivot Table dengan memilih sel yang
akan ditempatkan.
Jika pemilihan data dan penempatan data sudah dilakukan, lalu tekan tombol ok
untuk membuat dan memilih penyajian data pada pivotTable field list.

3. Hasil Pivot Table

Pada form PivotTable field list ini, dapat memilih field-field atau item-item yang akan
dipilih untuk disajikan dalam bentuk table.

Contoh pemilihan datanya dapat dilihat pada tampilan gambar dibawah ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 106


Cara untuk memilih field /data yang akan digunakan adalah dengan mencentang
field-field yang terdapat pada choose fields to add to report.
Field berdasarkan data yang akan dicari ditempatkan pada report filter / row labels /
column labels sedangkan field yang akan dicari nilainya ditempatkan pada values.

Field-field pada data yang akan dicari dalam microsoft excel bisa dipindahkan sesuai
dengan keinginan data pivot table disajikan:
 Report filter jika penyajian data terdapat filter.
 Row labels jika penyajian data dalam bentuk baris (seperti pada contoh diatas).
 Column labels jika penyajian data dalam bentuk kolom.

Selain memilih salah satu cara penyajian diatas, apabila ketentuan penyajian data
lebih dari satu kriteria, bisa memadukan penggunaannya.
Sedangkan pada values (field yang akan dicari nilainya) terdapat beberapa pilihan
nilai yang akan disajikan. Secara default biasanya pencarian nilai ini adalah sum
(berdasarkan jumlah nilai).
Apabila ingin mencari nilai berdasarkan bentuk lainnya (jumlah sel, nilai rata-rata dan
sebagainya) silahkan diganti dengan cara klik pada (sum of jumlah) lalu pilih value
field settings kemudian pilih pada pilihan yang diinginkan.

Dengan menggunakan tools pivot table pada excel, bisa meringkas penyajian suatu
data untuk mempermudah dalam melihat serta melakukan analisa terhadap suatu
data dalam pemeriksaan

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 107


D. CARA MEMBUAT BUKTI PEMINJAMAN DOKUMEN ELEKTRONIK DENGAN
CHECKSUM

Peminjaman dan pengembalian dokumen yang telah ada dalam lampiran peraturan
tersebut. Termasuk juga dokumen elektronik. Untuk memberikan keyakinan atas integritas
data elektronik serta keutuhan dan keaslian data karena perpindahan media penyimpanan
data pada saat transmisi untuk peminjaman data elektronik oleh pemeriksa, dapat
digunakan software yang menghasilkan nilai checksum dengan kriptografi MD5. Nilai
checksum atau hash yang dihasilkan, menjadi informasi yang dituangkan dalam bukti
peminjaman dan pengembalian dokumen. Apabila pada saat pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, yang membahas temuan pemeriksaan yang didasarkan pada dokumen
elektronik, pemeriksa dapat membuktikan bahwa dokumen elektronik yang menjadi sumber
temuan adalah sesuai / sama dengan keadaan pada saat data dipinjam dari wajib pajak
tersebut.
Langkah-langkah dalam mencari nilai checksum adalah sebagai berikut :

1. Instalasi / pemasangan software Checksum Value MD5

a. Gunakan teknik googling untu mendapatkan aplikasi


Untuk mendapatkan software checksum value dengan kata kunci “software checksum
value MD5 free license”. Dalam kesempatan ini penulis akan menggunakan software
berupa WinMD5Free v1.20 yang dapat diunduh pada situs http://www.winmd5.com
(lisensi bebas).
Komputer yang digunakan dapat menggunakan sistem operasi Windows 95 hingga
Windows 7. Di situs tersebut juga dijelaskan mengenai penggunaan aplikasi yang
dinyatakan bebas.

b. Lakukan unduhan dengan mencari link yang tersedia.


Unduhan akan berbentuk file kompresi, sehingga harus diekstrak terlebih dahulu untuk
dapat dijalankan. Ekstraksi file akan menghasilkan software aplikasi dengan nama
“WinMD5.exe”, sehingga dapat langsung diseksekusi. Setelah ekstraksi, jangan lupa
folder yang digunakan untuk menyimpan aplikasi tersebut. Setelah aplikasi dijalankan,
maka layar monitor akan muncul sebuah aplikasi dengan interface/tampilan seperti
gambar di bawah ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 108


Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 109
2. Menghasilkan Checksum value MD5
Setelah aplikasi dijalankan, langkah selanjutnya adalah :

a. Menentukan dokumen elektronik sumber yang akan dicari Checksum value nya.

b. Klik kiri pada tombol Browse di tampilan aplikasi maka akan terbuka jendela explorer
untuk memilih dokumen elektronik dimaksud. Lalu arahkan pada dokumen yang
diinginkan dan klik Open. Dan tampilan akan menjadi seperti gambar di bawah ini.

Nilai “Current file MD5 checksum value” akan terisi secara otomatis.

c. Simpan nilai checksum MD5 data sumber


Sorot nilai checksum yang telah terbentuk tadi kemudian copy nilai tersebut, lalu di
paste ke dalam kotak nilai “Original file MD5 checksum value”. Dan tampilan aplikasi
menjadi seperti di bawah ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 110


d. Menguji data hasil transmisi / penggandaan
Setelah menyimpan nilai checksum MD5 dokumen sumber, maka kita akan
menguji data hasil transmisi/penggandaan yang selanjutnya akan digunakan oleh
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan. Caranya sama dengan menentukan
langkah awal, hanya kali ini dokumen yang dipilih adalah dokumen hasil
transmisi/penggandaan. Klik tombol Browse dan arahkan pada file yang dimaksud.
Dan langkah ini juga akan menghasilkan nilai “Current file MD5 checksum value”
secara otomatis.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 111


e. Verifikasi data sumber dengan data hasil transmisi/penggandaan
Klik tombol Verify pada tampilan aplikasi. Jika nilai checksum antara data sumber
dengan data hasil transmisi/ penggandaan, maka akan muncul kotak dialog baru
dengan keterangan “Matched”.

f. Contoh transmisi data yang terjadi error


Langkah –langkah sebelumnya, sudah dinyatakan selesai untuk menghasilkan nilai
checksum MD5 dengan kesimpulan tidak terjadi error. Berikut akan dibahas apabila
terjadi error saat transmisi/penggandaan data.
 Misalkan data sumber yang dipinjam dengan ditransmisikan atau digandakan
menggunakan medium penyimpanan data yang berbeda, lalu dimanipulasi
datanya, dengan hanya melakukan langkah sederhana, maka pasti akan
menghasilkan nilai checksum MD5 yang berbeda.
 Salah satu contoh langkah sederhana dalam manipulasi data adalah dengan
menyimpan ulang file tersebut, tanpa merubah isi maupun tampilan data hasil
transmisi / penggandaan. Atau coba mengisikan nilai pada data sumber dengan
satu karakter bebas, misalnya spasi yang secara visual tidak terlihat pada data
spreadsheet, maka tetap akan menghasilkan cheksum value yang berbeda.
 Pastikan dokumen yang akan dimanipulasi dalam keadaan terrtutup dan lakukan
langkah menguji data sumber dengan data hasil transmisi/penggandaan seperti
dijelaskan dalam huruf c.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 112


 Lalu kita uji seperti langkah verifikasi data sumber dengan data hasil
transmisi/penggandaan seperti pada huruf d.
 Hasilnya adalah kotak dialog yang menghasilkan data “NOT MATCHED”. Sehingga
data hasil transmisi/penggandaan tersebut tidak lagi utuh atau asli sesuai dengan data
sumber.

g. Menuangkan informasi checksum MD5 pada formulir Bukti Peminjaman dan


Pengembalian dokumen
Langkah selanjutnya, apabila nilai checksum MD5 dokumen sumber sama
dengan dokumen hasil transmisi/ pengandaan, maka informasi checksum MD5 kita
tambahkan dalam mencatat dokumen elektronik yang dipinjamkan oleh wajib pajak
seperti tampak dalam gambar di bawah ini.

Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 113


Pusdiklat Pajak Bahan Ajar TABK by Githa @DFD 2016 114

Anda mungkin juga menyukai