Oleh:
ADHE HILDA MAYASARI TASMAS
NRP: 450 932 854 3
JAKARTA
2011
Pengalengan Ikan Bandeng
Dengan Medium Saos Padang
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil Ikan yang cukup besar karena memiliki
wilayah kelautan yang cukup luas, dengan bentangan luas laut mencapai kurang lebih 5,8
2
Juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan/ laut Nusantara 2,3 juta km , perairan territorial
2 2,
0,8 juta km dan ZEEI 2,7 km dan mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km. yang
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Terdapat perairan umum di wilayah daratan seluas
0,54 juta km2.
Namun demikian tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tersebut masih belum
optimal, baik untuk pemenuhan konsumsi ikan dalam negeri maupun pemenuhan permintaan
ekspor.
Produksi perikanan Indonesia didominasi oleh perikanan tangkap dengan potensi lestari
sumber daya ikan laut sekitar 6,40 juta ton/tahun, sedangkan pemanfaatan ikan laut baru
mencapai 4,1 juta ton pada tahun 2006 sedangkan produksi perikanan budidaya mencapai 2,6
juta ton/tahun pada tahun 2006.
Industri pengolahan ikan masih bergantung terhadap import bahan penolong seperti
kaleng, minyak kedelai, bahan kemasan dan lainnya.
Terdapat berbagai jenis ikan bandeng di perairan Indonesia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk pengolahan produk ikan bandeng kaleng. Selain digemari
konsumen, produksinya juga cukup tinggi. Usaha diversifikasi ini selain memperbanyak
jenis produksi ikan kaleng dalam negri, pada gilirannya nanti diharapkan juga akan
menurunkan volume dan nilai ikan kaleng.
1.2. Tujuan
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan :
Taruna mengetahui dan dapat melaksanakan teknik pengalengan ikan bandeng
dengan medium saos padang.
Taruna dapat menghitung rendemen pada pengalengan ikan bandeng
Taruna dapat mengamati mutu bahan mentah dan produk akhir pada pengalengan
ikan bandeng.
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari Rabu tanggal 01 Juni 2011 dari pukul 08.00
– 13.00 bertempat di Workshop Pengolahan Sekolah Tinggi Perikanan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Bandeng Sebagai Bahan Baku
Adapun klasifikasi ikan bandeng sebagai berikut :
Bandeng
Klasifikasi ilmiah
kerajaan: Animalia
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Gonorynchiformes
Famili: Chanidae
Genus: Chanos
Spesies: C. chanos
Nama binomial Chanos chanos
Ikan Bandeng (chanos chanos ), termasuk ikan yang penting di kawasan asia tenggara.
Bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan berbadan ramping, dengan
sirip ekor yang bercabang dua. Mereka bisa bertambah besar menjadi 1. 7 m, tetapi yang
paling sering sekitar 1 meter panjangnya. Mereka tidak memiliki gigi, dan umumnya hidup
dari ganggang dan invertebrata. insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum
suboperculum dan radii branhiostegi. seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang
bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh terdapat garis
memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi
dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap kebelakang. Selaput bening
menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan
simetris. Sirip ekor homocercal Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan
betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari lubang ansunya yang hanya dua buah dan ukuran
badan agak kecil sedangkan bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran
badan lebih besar dari ikan bandeng jantan.
2.2. Prinsip Dasar Pengalengan
Pengalengan, yaitu salah satu cara penyimpanan dan pengawetan bahan pangan yang
dikemas secara hermetic dalam suatu wadah yang disebut can (kaleng) dan kemudian
disterilkan, sehingga diperoleh produk pangan yang tahan lama dan tidak mengalami
kerusakan baik fisik, kimia maupun biologis.
Prinsip pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat
sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau membusukkan tidak dapat
masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu tertentu untuk mematikan pertumbuhan
mikroorganisme yang ada (http://www.x3-prima.com)
Prinsip utamanya yang dilakukan pada makanan kaleng adalah selalu menggunakan
perlakuan panas yang ditujukan untuk membunuh mikroba yang kemungkinan ada.
2.3. Kaleng Sebagai Bahan Pengemas
Lapisan enamel merupakan lapisan non logam pada kaleng, melapisi metal (mencegah
korosi), melindungi kontak langsung dengan produk. Enamel dalam berfungsi untuk
mencegah korosi, sedangkan enamel luar berfungsi untuk mencegah korosi dan untuk
dekorasi.
Kemasan ini tahan suhu sterilisasi, mempunyai daya simpan tinggi, kuat, tidak mudah
sobek/tertusuk dan teknik penutupannya relatif mudah. Contoh bahan komposit yang banyak
dibuat retort pouch adalah PP-Alufo-PET. Penggunaan kemasan jenis ini antara lain untuk
produk buah-buahan, produk sayuran, produk daging, produk ikan, kerang, produk susu dan
minuman.
Kemasan ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu produk cair, propelan pendorong cairan
dan gas. Jenis kemasan aerosol ditentukan berdasarkan komposisi bahan (produk, propelan
dan gas) dan mekanisme pengeluaran produk.
Kemasan jenis ini dikenal pertama kali pada tahun 1841 yang dibuat dari tube logam
timah putih untuk mengemas cat minyak. Mulai tahun 1895 digunakan untuk kemasan pasta
gigi (dominan).
2.3.7. Drum dan Wadah Logam Lain
Penyiapan Wadah
Wadah perlu dicuci terlebih dahulu, dan kemudian dibersihkan dari sisa-sisa air
pencuci.
2. Pemberian kode
Pada wadah perlu diberikan kode tentang tingkat kualitas bahan yang diisikan , tanggal,
tempat, dan nomor dari batch pengolahan. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan
pemeriksaan jika ada suatu kerusakan atau kelainan yang terjadi pada produk akhir yang
dihasilkan.
1. Pemilihan (Sortasi/Grading)
Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan ukuran/diameter, berat jenis atau
warna.
2. Pembersihan (Washing)
3. Pengupasan
Tujuan pengupasan ialah membuang bagian-bagian yang tidak dapat dimakan dan tidak
diinginkan, seperti kulit, tangkai, bagian-bagian yang cacat atau busuk, dll. Pengupasan dapat
dilakukan dengan :
• Secara mekanis
Pengisian (Filling)
Pengisian bahan ke dalam wadah (kaleng atau botol) harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu banyak udara tertahan dalam wadah. Pengisian bahan jangan terlalu
penuh dan harus disisakan tempat kosong di bagian atas wadah (“ head space “). Volume
head space tak lebih dari 10 % dari kapasitas wadah. Gunanya head space adalah supaya
waktu proses sterilisasi masih ada tempat untuk pengembangan isi. Pengisian bahan
dilakukan dengan tangan atau mesin. Besar “ head space “ dalam wadah sangat penting. Bila
terlalu kecil akan sangat berbahaya, karena ujung kaleng akan pecah akibat pengembangan isi
selama pengolahan. Bila head space tidak cukup, kecepatan pemindahan panas menurun,
dengan demikian waktu pengolahan lebih lama. Sebaliknya apabila “ head space “ terlalu
besar, udara yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih banyak, sehingga dapat
menyebabkan oksidasi dan perubahan warna bahan yang dikalengkan.
Bahan pemanis
Pemberi flavor
Mengurangi rasa asam
Mengusir udara dan gas dari wadah dan bahan serta mengurangi tekanan
selama pengolahan
Penambahan garam ke dalam wadah dapat berbentuk larutan garam atau tablet garam,
kemudian ditambahkan air secukupnya untuk memperoleh konsentrasi yang diinginkan.
Proses Pengalengan
3. Sterilisasi (Processing)
4. Pendinginan (Cooling)
1. Pembuangan Udara/Penghampaan/Exhausting
Tujuan penghampaan:
Untuk memperoleh keadaan vakum dalam wadah yaitu dengan jalan mengeluarkan
udara terutama oksigen (O2) yang ada dalam head space
Maksud penghampaan :
Udara dan gas yang dikeluarkan dari isi kaleng ditampung dalam head space yaitu
ruangan antara tutup wadah dan permukaan bahan. Head space ini perlu untuk menampung
gas-gas yang timbul akibat reaksi-reaksi kimia dalam bahan dan juga agitasi (pengadukan)
serta isi kaleng selama sterilisasi.
• Exhausting termal
Wadah yang telah diisi bahan dipanaskan untuk mengeluarkan gas-gas, baru ditutup.
Hal ini dimungkinkan karena daya larut udara pada suhu tinggi dalam head space rendah,
sehingga akan keluar bersama-sama dengan uap air. Wadah akan diisi oleh uap air. Pada
pendinginan kembali, uap air dalam head space akan mengembun kembali, dan terjadilah
keadaan vakum.
• Dengan cara menginjeksikan uap air panas ke dalam head space untuk menggantikan
udara dan gas-gas, selanjutnya wadah ditutup, lalu didinginkan agar uap air mengembun dan
terjadi keadaan vakum.
2. Penutupan Wadah (Sealing)
Tujuan penutupan wadah : Memasang tutup dari wadah sedemikian rupa, sehingga
faktor-faktor penyebab kerusakan tidak dapat masuk lagi ke dalamnya setelah dilakukan
sterilisasi.
Penutupan kaleng dilakukan dengan alat khusus. Penutupan kaleng harus sempurna,
sebab kebocoran dapat merusak produknya. Sebelum wadah ditutup diperiksa dahulu apakah
head space-nya sudah cukup dan sesuai dengan perhitungan. Setelah ditutup sempurna,
kaleng/wadah perlu dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang menempel pada dinding kaleng
/ wadah. Pencucian dilakukan dengan air panas (suhu sekitar 82,2 oC) yang mengandung
larutan H2PO4 dengan konsentrasi 1,0 – 1,5 %, kemudian dibilas dengan air bersih beberapa
kali.
3. Sterilisasi (Processing)
Sterilisasi (Processing) pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya
pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktorfaktor
penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking)
pada makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121 oC selama 20 – 40 menit, tergantung
dari jenis bahan makanan. Setiap jenis bahan pangan mempunyai suhu dan lama sterilisasi
yang berbeda, tergantung dari :
• Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit.
Faktor ini ditentukan oleh jenis bakteri, jumlah bakteri pada saat akan dilakukan
sterilisasi dan pH dari bahan pangan.
Pada umumnya suhu sterilisasi yang biasa dilakukan pada ikan di atas 100 oC ( pada
121 oC).
4. Pendinginan (Cooling)
Tujuan Pendinginan :
• mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum
mati
Cara Pendinginan :
Kaleng / wadah yang sudah dipanaskan kemudian didinginkan dengan air dingin
sampai suhunya 35 – 40 oC. Pendinginan dapat dilakukan :
# di luar otoklaf dengan jalan menyemprotkan air dingin. Air pendingin sebaiknya
mengalami khlorinasi terlebih dahulu.
Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit di atas suhu kamar, maksudnya agar air
yang menempel pada dinding wadah cepat menguap, sehingga terjadinya karat dapat dicegah.
• korosi kaleng
2. RH rendah
Makanan kaleng memiliki daya simpan (shelf life) yang lama, sekalipun tidak
menggunakan bahan pengawet. Tetapi, seperti sifat makanan pada umumnya, makanan
kaleng tetap mengalami penurunan mutu seiring dengan lamanya penyimpanan. Daya simpan
diberi batasan sebagai kisaran waktu sejak selesai pengolahan di pabrik sampai konsumen
menerima produk tersebut dalam kondisi mutu yang baik.
Penurunan mutu makanan kaleng bergantung pada sifat bahan, suhu sterilisasi dan
kondisi udara dalam head space-nya. Semakin lama disimpan, semakin rendah daya
simpannya (shelf life loss). Kemunduran daya simpan ini disebut kadaluwarsa. Bila
menggunakan bahan baku yang baik, proses pemanasan sempurna dan bahan pengemas yang
tidak berbahaya, maka daya simpan makanan kaleng dapat mencapai tiga tahun.
Makanan kaleng biasanya tidak menuntut kondisi penyimpanan tertentu, dalam arti
dapat disimpan pada suhu kamar dan di segala tempat. Namun, penyimpanan pada suhu
rendah dan kering dapat memperpanjang masa simpan. Di sisi lain penyimpanan pada tempat
yang lembab dan basah dapat melahirkan proses pengkaratan yang tidak diinginkan.
Proses Sterilisasi
Dengan pengolahan yang aseptik, makanan kaleng memiliki daya simpan (shelf life)
yang lama, sekalipun tidak menggunakan bahan pengawet. Tetapi, seperti sifat makanan pada
umumnya, makanan kaleng tetap mengalami penurunan mutu seiring dengan lamanya
penyimpanan. Daya simpan diberi batasan sebagai kisaran waktu sejak selesai pengolahan di
pabrik sampai konsumen menerima produk tersebut dalam kondisi mutu yang baik.
Tidak satu jenis makanan pun yang memiliki daya simpan tak terbatas atau memiliki
mutu yang baik sepanjang segala abad, meski sudah mengalami pengolahan dengan teknologi
tinggi seperti HTST (high temperature short time) atau UHT (ultra high temperature) pada
susu ultra, serta pembekuan dan bahkan freeze drying. Ini artinya, tidak ada jaminan sehat
mengkonsumsi makanan kaleng.
Bakteri Berbahaya
Bila dalam proses pendinginannya digunakan air kurang bersih, dapat dipastikan
mikroba pembusuk akan hadir dalam kaleng melalui lobang kecil tersebut. Pada gilirannya,
bila kondisi penyimpanan mendukung maka bakteri tersebut akan tumbuh dan berkembang
biak dan kelak memproduksi racun.
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai supaya kita terhindar dari toksin (racun)
Clostridium botulinum yang kerap hadir dalam makanan kaleng. Bakteri yang berbahaya ini
umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak ada udara (anaerobik) dan mampu melindungi
diri dari suhu yang agak tinggi (termofilik) dengan jalan membentuk spora.
Cara hidup yang demikian memungkinkan bakteri ini dapat hidup pada makanan kaleng,
terutama pada jenis-jenis makanan yang bahan bakunya daging, ikan, sayur yang pHnya di
atas 4,6 atau nilai keasaman relatif rendah.
Bila kondisi pertumbuhannya sesuai, toksin botulinum yang sangat berbahaya itu bisa
dihasilkan. Jika dikonsumsi maka racun tersebut akan menyerang susunan saraf dan
dampaknya bisa melumpuhkan, menyulitkan pernapasan serta menyebabkan kematian.
Makanan kaleng yang sudah mulai mengalami kerusakan atau kebusukan dapat dilihat
dari kondisi kaleng yang sudah mengalami penggembungan. Namun, ada juga yang tidak
terdekteksi dari luar, karena kedua ujung kaleng datar.
Kerusakan produk makanan kaleng yang perlu diwaspadai, dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Flat Sour
Permukaan kaleng tetap datar tapi produknya sudah bau asam yang menusuk. Ini
disebabkan aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses
sterilisasi.
Flipper
Permukaan kaleng kelihatan datar, namun bila salah satu ujung kaleng ditekan, ujung
lainnya akan cembung.
Springer
Salah satu ujung kaleng sudah cembung secara permanen, sedang ujung yang lain
sudah cembung. Jika ditekan akan cembung ke arah berlawanan.
Soft Swell, kedua ujung kaleng sudah cembung, namun belum begitu keras sehingga masih
bisa ditekan sedikit ke dalam.
Hard Swell
Kedua ujung permukaan kaleng cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa ditekan
ke dalam oleh ibu jari.
Kembung lunak
Yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak keras dan masih dapat ditekan dengan
ibu jari.
Kerusakan makanan kaleng dapat dibedakan atas kerusakan fisik, kimia dan
mikrobiologi. Kerusakan fisik pada umumnya tidak membahayakan konsumen, misalnya
terjadinya penyok-penyok karena benturan yang keras. Kerusakan kimia dapat berupa
kerusakan zat-zat gizi, atau penggunaan jenis wadah kaleng yang tidak sesuai untuk jenis
makanan tertentu sehingga terjadi reaksi kimia antara kaleng dengan makanan didalamnya.
Beberapa kerusakan kimia yang sering terjadi pada makanan kaleng misalnya kaleng menjadi
kembung karena terbentuknya gas hidrogen, terbentuknya warna hitam, pemudaran warna,
atau terjadi pengkaratan kaleng.
- Pembentukan gas, terutama hidrogen (H2) dan karbon dioksida (CO2) sehingga kaleng
menjadi kembung, yaitu disebabkan oleh pertumbuhan berbagai spesies bakteri pembentuk
spora yang bersifat anaerobik yang tergolong Clostridium, termasuk C. botulinum yang
memproduksi racun yang sangat mematikan.
Pemotongan daging
Daging dipotong sesuai ukuran kaleng
(±29-32mm untuk kaleng 307x113)
(timbang b Kg)
Pencucian
Pengisian Dalam Kaleng
(berat 157-170 gr untuk kaleng 307x113)
Pemasakan pendahuluan (precooking)
Dikukus dengan suhu 1000C selama 30 menit
Tiriskan
(air, lemak yang keluar dari ikan) kemudian timbang d Kg
Pengisian Medium
Saos tomat, minyak, larutan garam
Penutupan Kaleng
Sterilisasi
Suhu 1150C selama 90 menit
Pendinginan
Ikan Bandeng Kaleng
Bahan:
CARA MEMBUAT :
: 21%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Rendemen yield : 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
800
: 𝑥 100%
1020
: 78%
4.2. Pembahasan
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku adalah ikan bandeng yang masih dalam keadaan
segar. Dari data yang di peroleh, hasil rendemen didapat sebanyak 21%, Rendemen limbah
adalah presentase ikan yang tidak digunakan dalam proses pengalengan ikan. Adapun yang
termasuk kedalam limbah adalah bagian kepala, ekor, serta insang dan isi perut.
Rendemen yield yang didapat dari data yang diperoleh sebanyak 78%, yang dimaksud
dengan rendemen yield adalah presentase berat ikan yang digunakan atau yang dikalengkan,
meliputi bagian badan ikan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bandeng
http://ehsablog.com/pengemasan-penyimpanan-dan-pelabelan.html
http://www.x3-prima.com/2009/12/pengalengan-ikan.html