Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PARACETAMOL DALAM SAMPEL JAMU PEGAL LINU

MENGGUNAKAN METODE KLT

LAPORAN PRAKTIKUM
Laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Obat Tradisional
yang dibina oleh Ibu Elok Widayanti S.Si, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Rizky Fitriana SP P17120171004
Chintya Ferda Intansari P17120173014
Eka Fitri Agnesya P17120173015
Orchidosia Zukhruffin J P17120173021
Revietta Satrina P P17120173024
Shafiyah Sarita W P17120173025
Muthia Rizqy Fadhilah P17120174027
Devy Nur Fadila P17120174033
Elin Rahma Setya R P17120174035

PROGRAM STUDI D3 ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamu diartikan sebagai obat yang dibuat dari akar-akaran, daun-daunan, dan
sebagainya. Jamu merupakan obat tradisional Indonesia. Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian atau galenik, atau campuran bahan-bahan tersebut, yang secara turun-
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis
dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat
tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses
produksi dan penanganan bahan baku.
Dari pengertian diatas telah jelas bahwa sediaan obat tradisional yang
diproduksi harus memenuhi mutu yang baik guna memenuhi persyaratan keamanan
dan khasiat, namun tidak diperbolehkan mengandung senyawa kimia lain untuk
menekan khasiatnya. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi adanya kandungan
paracetamol pada jamu yang beredar di masyarakat agar bebas dari senyawa kimia
dalam sediaannya.

1.2. Tujuan Praktikum


Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya kandungan paracetamol di dalam
sampel jamu pegal linu yang beredar bebas di masyarakat menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

1.3 Manfaat Praktikum


Mahasiswa mampu memahami cara mengidentifikasi kandungan paracetamol
di dalam sampel jamu pegal linu dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan
bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika dan hewan
atau tumbuhan yang dilindungi (BPOMRI, 2006). Secara lebih detail, definisi jamu atau obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan bahan
kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat yang sering disebut dengan bahan kimia obat
(BKO) (Yuliarti, 2010).

Jamu pegel linu merupakan salah satu produk obat tradisional yang banyak diminati
oleh masyarakat. Jamu pegel linu ini diyakini dapat menghilangkan pegel linu, capek-capek,
nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh dan
menghilangkan sakit seluruh badan. Banyak industri obat tradisional maupun industri kecil
obat tradisional yang mengembangkan jamu ini dengan ramuan-ramuan tertentu (Wahyuni &
Sujono, 2004). Beberapa bahan kimia obat yang sering ditambahkan dalam jamu tersebut
adalah dexamethason dan parasetamol yangkhasiat dari dexamethason adalah analgetik dan
antiradang kuat. Dexamethason sering mengakibatkan myopathy (otot menyusut dan nyeri)
pada penggunaan oral, juga menekan adrenal agak kuat. Sedangkan efek samping
parasetamol adalah kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal (Saputra, 2017). Parasetamol
merupakan derivat aminofenol yang mempunyai aktivitas analgesik dan antipiretik. Efek
antipiretik ditimbulkan oleh gugus amino benzen yang menurunkan panas saat demam
(Wilmana, 1995).

Untuk mengetahui adanya kandungan parasetamol dalam jamu pegal linu, dilakukan
pengujian kualitatif dan kuantitatif. Adapun uji kualitatifnya yaitu dengan menggunakan
lempeng KLT. Metode KLT digunakan karena KLT merupakan metode yang sederhana dan
cepat. KLT digunakan secara luas untuk analisis obat (Gandjar & Rohman, 2007). Dalam
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), untuk mengidentifikasi parasetamol dalam jamu
pegal linu dapat diamati kromatogram berdasarkan perbandingan nilai Rf dari masing-masing
sampel dengan nilai Rf baku pembanding parasetamol.

2.2 Tinjauan Bahan

Nama Bahan Sifat Fisika & Kimia Identifikasi Bahaya Penanganan


Parasetamol Bentuk: padatan 1.Sedikit berbahaya jika Hindari kontak langsung
(C8H9NO2) Warna: putih terhirup dan dapat dengan mata dan kulit;
Titik lebur: 169- menyebabkan batuk; Hindari menghirup
170⁰C 2.Dapat menyebabkan serbuknya secara
Titik didih: >500⁰C iritasi kulit dan mata langsung.
Berat molekul: 151,16 merah;
g/mol
Berat Jenis 1.293
(air=1)
Etanol Bentuk fisik : air Hindari kontak dengan
(C2H5OH) Bau : khas alkohol kulit, gunakan pakaian
Warna : tak berwarna dan sepatu / pelindung
Titik didih : > 76⁰C 1. Cairan mudah terbakar kaki yang sesuai; Jangan
(168,8⁰F) dan menguap; menghirup uapnya,
Titik baku : -113,84⁰C 2. Menyebabkan iritasi wadah harus tertutup,

(-172,9⁰F) mata; gunakan ventilasi yang

Masa jenis : 0,789 – 3. Menyebabkan iritasi cukup, cuci tangan setelah

0,806 saluran pernapasan; menangani bahan.


4. Jika tertelan
menyebabkan pusing,
kantuk, dan perasaan
muak
Kloroform Bentuk: cairan Hindari kontak langsung
( CHCl3) Warna:tak berwarna dengan mata dan kulit;
Densitas: 1.48 g/cm Hindari menghirup
Titik lebur: -63.5 °C 1.Peka terhadap cahaya; uapnya secara langsung.
Titik didih: 61.2 °C 2.karsinogenik toksik dan wadah harus tertutup,
berbahaya bagi gunakan ventilasi yang
kesehatan. cukup, cuci tangan setelah
menangani bahan

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Lokasi: Laboratorium Kimia Analisis, Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Waktu: Jumat, 15 Maret 2019

3.2. Alat
a. Gelas Beker 250ml

Fungsi gelas beaker adalah untuk wadah penampung hasil filtrasi, untuk
mengaduk, dan mencampur cairan.
b. Gelas Ukur

Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat ukur volume cairan yang tidak
memerlukan ketelitian yang tinggi, yaitu pada pembuatan eluen.
c. Pipet Tetes
Pipet tetes merupakan jenis pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan
dari suatu wadah ke wadah lain dengan jumlah yang sangat sedikit dan dengan
tingkat ketelitian pengukuran volume yang sangat rendah.
d. Pipa kapiler

Pipa kapiler digunakan untuk menotolkan larutan cuplikan pada plat KLT/ silika gel
254.
e. Kabinet Kromatografi (lampu UV)

Kabinet kromatografi adalah alat yang digunakan untuk menampakkan bercak pada
plat hasil klt dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 245nm dan 365nm.
f. Chamber

Chamber kromatografi berfungsi sebagai wadah eluen untuk kromatografi


serta tempat penjenuhan eluen.
g. Labu ukur
Fungsi labu ukur adalah Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
dan mengencerkan larutan dengan keakurasian yang tinggi,

3.3. Bahan
a. Serbuk paracetamol murni
b. Serbuk jamu Pegel Linu
c. Plat Silika Gel GF 254
d. Kloroform
e. Etanol

3.4. Cara Kerja


1. Pembuatan Fasa Gerak
- Menyiapkan larutan kloroform dan etanol ad
- Memipet larutan kloroform sebanyak 9,5 mL dan dimasukkan kedalam gelas
beaker
- Memipet larutan etanol ad sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan kedalam gelas
beaker yang telah berisis larutan kloroform
- Dituangkan kedalam chamber dan ditutup dengan menggunakan kertas saring
- Larutan dijenuhkan selama 1 jam.
2. Pembuatan Larutan Baku
- Menimbang serbuk paracetamol sebanyak 100 mg dengan neraca analitik
- Dimasukkan kedalam gelas beaker
- Dilarutkan dengan menggunakan etanol ad 5 ml dan diaduk hingga larut
- Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml
- Ditambahkan dengan etanol ad hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.

3. Pembuatan Larutan Sampel


- Menimbang serbuk jamu sebanyak 0,5 mg dengan neraca analitik
- Dimasukkan kedalam gelas beaker
- Dilarutkan dengan menggunakan etanol ad 5 ml dan diaduk hingga larut
- Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml
- Ditambahkan dengan etanol ad hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen
selama 5 menit
- Didiamkan selama 10 menit hingga bagian tidak larut mengendap sempurna
- Larutan kemudian disaring dan filtratnya digunakan sebagai larutan sampel.
4. Instrumentasi dan Kondisi Analisis
- Menyiapkan plat KLT dengan ukuran 7 x 4 cm, diberi garis tepi bawah 1 cm dan
tepi atas 0,5 cm
- Larutan sampel (kiri) dan larutan baku (kanan) ditotolkan dengan menggunakan
pipa kapiler dengan diameter 0,5 cm dengan jarak tiap penotolan adalah 1 cm
- Memasukkan plat kedalam chamber yang didalamnya sudah terdapat fasa gerak
kloroform : etanol (9,5 : 0,5) yang sudah dijenuhkan
- Kemudian dielusi sampai tanda batas atas
- Mengamati bercak noda menggunakan UV lamp dengan panjang gelombang 245
nm dan 365 nm.
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
1. Pembuatan larutan sampel jamu Menimbang sampel jamu 0,5 gram
berbentuk serbuk halus berwarna
kecoklatan dan dilarutkan dengan etanol
10 ml.
Setelah dilarutkan, didiamkan dan
terbentuk 2 lapisan filtrate bagian atas
dan endapan bagian bawah.
2. Pembuatan larutan baku Menimbang serbuk parasetamol murni
parasetamol murni 100 mg dan diencerkan dengan 10 ml
etanol hingga menjadi larutan bening
dan dihasilkan larutan baku dengan
konsentrasi 10.000 ppm.
3. Pembuatan eluen sebagai fasa
gerak.
 Memipet klorofom sebanyak
9,5 ml dan etanol sebanyak Larutan bening
0,5 ml untuk membuat Larutan bening
larutan klorofom-etanol
dengan perbandingan
9,5:0,5.
 Kemudian dilakukan
penjenuhan eluen pada
chamber dan didiamkan Larutan jenuh
selama ± 1 jam. Diletakkan
kertas saring dibawah tutup
chamber sebagai tanda
keadaan larutan telah jenuh.
4. Penyiapan plat KLT, kemudian Fasa diam yang digunakan adalah
penotolan sampel dan larutan lempeng KLT aluminium yang dilapisi
baku pada fasa diam KLT silika gel dengan ketebalan 250 µm.
menggunakan pipa kapiler.
Lempeng KLT dipotong dengan
ukuran 10 cm x 4 cm. Larutan
sampel dan baku ditotolkan pada
lempeng KLT menggunakan pipa
kapiler ±2 µl. batas garis bawah
dan atas masing-masing 1cm dan
0,5 cm. Jarak antar bercak adalah
1 cm.
5. Melakukan proses elusi sampel Spot bercak terelusi sehingga data
hingga tanda batas. dihitung nilai Rf nya.
6. Penyinaran menggunakan lampu Bercak larutan sampel dan larutan uji
UV pada panjang gelombang 254 berada pada jarak yang sama dan hampir
nm. sama.
Trial 1
Jarak eluen : 5
Jarak standard : 1,3
Jarak sampel : 1,2
Rf sampel : 0,24
Rf standard : 0,26
Trial 2
Jarak eluen : 5
Jarak standard : 1,3
Jarak sampel : 1,3
Rf sampel : 0,26
Rf standard : 0,26

4.2. Analisa prosedur


Dari praktikum yang telah dilakukan, awal perlakuan adalah pembuatan larutan baku
induk paracetamol 1000ppm, dengan cara menimbang serbuk parasetamol 100mg
menggunakan neraca analitik lalu dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan
pelarut etanol 10ml menggunakan pipet volume dan dilihat ketelitiannya. Kemudian diaduk
hingga larut sempurna Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan sampel, yaitu menggunakan
serbuk jamu pegel linu. Dengan menimbang 0.5 gram serbuk jamu pegal linu dilakukan di
dalam neraca analitik. Dimasukkan ke dalam beaker glass, dan ditambahkan pelarut methanol
sebanyak 5 ml . diaduk hingga larut sempurna lalu dipindahkan ke dalam labu takar 10ml dan
ditambahkan pelarut methanol hingga tanda batas. Setelah itu kocok secara perlahan agar
homogen.
Langkah ketiga dengan penyiapan eluen sebagai fasa gerak. Dengan membuat larutan
klorofom-etanol perbandingan 9,5:0,5 Memipet klorofom sebanyak 9,5 ml dan etanol
sebanyak 0,5 ml menggunakan pipet volume..Kemudian dilakukan penjenuhan eluen pada
chamber tempat elusi dengan didiamkan selama ± 1 jam dan ditutup karena sifat larutan yang
higroskopis dan tidak boleh digerak gerakkan agar menghasilkan larutan jenuh. Keadaan
jenuh chamber ditandai dengan basahnya kertas saring yang diletakkan dibawah tutup
chamber. Langkah ke empat penyiapan plat KLT, penotolan sampel dan larutan baku pada
fasa diam KLT menggunakna pipa kapiler. Lempeng KLT dipotong dengan ukuran 10 cm x 4
cm. Larutan sampel dan baku ditotolkan pada lempeng KLT menggunakan pipa kapiler ±2
µl. batas garis bawah dan atas masing-masing 2 cm. Jarak antar bercak adalah 1 cm.
Lempeng dielusi sampai ketinggian sekitar 5,5 cm dalam chamber gelas yang sebelumnya
telah dijenuhkan dengan uap fase gerak. Selanjutnya melakukan elusidasi sampel sampai
eluen mencapai tanda batas atas.Langkah akhir yaitu Penyinaran menggunakan lampu UV
pada panjang gelombang 254 nm - 365 nm

4.3 Analisa hasil


Pada praktikum ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan paracetamol
di dalam sampel jamu pegal linu yang diuji secara kualitatif menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian sampel dilakukan dengan membandingkan baku
pembanding parasetamol dengan sampel jamu pegal linu. Bercak yang terbentuk pada titik
penotolan baku pembanding parasetamol dengan sampel memiliki nilai Rf masing-masing,
dan bercak jarak tempuh sampel dengan jarak tempuh larutan baku standar paracetomol
hampir sama ini menyatakan hasil positif mengandung senyawa parasetamol.
Kemudian dilakukan perhitungan nilai Rf dengan dua kali pengulangan uji. Pada trial
1, didapat jarak eluen 5 cm , kemudian didapatkan jarak tempuh sampel sebesar 1,2 cm
sehingga didapatkan nilai Rf sebesar 0,24. Kemudian untuk larutan baku standar paracetamol
didapatkan jarak eluen 5 cm , dan jarak tempuh larutan standar sebesar 1,3 cm sehingga
didapatkan nilai Rf sampel sebesar 0,26. Selanjutnya pada trial 2, didapat jarak eluen 5 cm,
kemudian jarak tempuh sampel sebesar 1,3 cm sehingga didapatkan nilai Rf sebesar 0,26.
Kemudian untuk larutan baku paracetamol didapatkan jarak eluen 5 cm, dan jarak tempuh
larutan standar sebesar 1,3 cm , sehingga didapatkan nilai Rf sebesar 0,26.
Berdasarkan nilai Rf yang didapatkan, terdapat perbedaan antara nillai Rf pada
sampel uji dan larutan standar. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain
dikarenakan kurang lama dalam proses penjenuhan fasa gerak sehingga menyebabkan eluen
tidak bisa membawa bercak sampel secara maksimal.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Analisis Paracetamol dalam Sampel Jamu Pegel Linu menggunkan
metode KLT dapat disimpulkan bahwa pada sampel jamu dan paracetamol murni memilili
jarak noda yang hampir sama. Pada percobaan pertama Rf sampel jamu paracetamol sebesar
0,24 dan Rf larutan baku standar adalah 0,26. Dan percobaan kedua nilai Rf pada sampel
jamu 0,26 dan pada larutan baku standar 0,26. Jadi di dalam Sampel Jamu Pegel Linu positif
mengandung paracetamol .

5.2 Saran
Sebaiknya diktat untuk praktikum disesuaikan dengan apa yang diprkatikumkan dan
diperjelas sehingga saat melakukan praktikum, mahasiswa tidak kebingungan dengan
prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I.G., & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.

Saputra, S. A. (2017). IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU PEGEL


LINU SEDUH DAN KEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR BANDAR. Jurnal
Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan, 2(2), 188-192.

Wahyuni, A. S., & Sujono, T. A. (2004). Studi Aktivitas Daya Analgetik Jamu Pegel Linu.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Wilmana, P.F., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4 , Jakarta : Bagian Farmakologi
FKUI

Yuliarti, N. 2010. Sehat, Cantik, Bugar, dengan Herbal dan Obat Tradisional. Penerbit ANDI.
Lampiran
PERHITUNGAN
Trial 1
a. Larutan sampel uji
Jarak tempuh sampel
Rf = Jarak eluen
1,2
Rf = = 0,24
5

b. Larutan baku standar paracetamol

Jarak tempuh sampel


Rf =
Jarak eluen

1,3
Rf = = 0,26
5

Trial 2
a. Larutan sampel uji
Jarak tempuh sampel
Rf = Jarak eluen
1,3
Rf = = 0,26
5

b. Larutan baku standar paracetamol

Jarak tempuh sampel


Rf = Jarak eluen

1,3
Rf = = 0,26
5
Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai