Transisi
Transisi
TRANSISI DEMOGRAFI
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 6
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat yang selalu dilimpahkan kepada hamba-
hambanya. Atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Dasar Kependudukan dengan judul “transisi demografi” ini dengan baik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas dorongan dan dukungan keluarga, pengajar
dan rekan-rekan seperjuangan serta pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian
tugas ini.
Kami menyadari dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun.
PENULIS
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada awal abad 20, tampak bahwa tingkat kematian turun di berbagai Negara Barat
dan tingkat kelahiran juga turun. Kondisi ini menimbulkan teori demografi yang utama
yaitu : Teori Transisi Demografi. Transisi demografi pada dasarnya mengacu pada
perubahan dari satu situasi stationary (saat dimana pertumbuhan penduduk 0) ke situasi
lainnya. Menurut Blacker ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya
phase 2 dan 3 adalah phase transisi.
Indonesia merupakan jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat dari hasil sensus
penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam pengetahuan tentang
kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting
terhadap suatu proses demografi.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebabkan
jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian dunia ini telah terjadi
kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan beberapa ahli, dan
masing-masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan
kemiskinan tersebut. Kalau faktor-faktor penyebab tersebut telah diketemukan maka
masal;ah kemiskinan akan dapat diatasi.
Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara maka
perlu didalami kajian demografi. Demikian halnya yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan atau program kesehatan maka
terlebih dahulu harus mampu memahami keadaan di daerah atau negara tersebut.
Keadaan yang dimaksud ialah keadaan kesehatan, sosial ekonomi, kebudayaan,
lingkungan atau jumlah kepadatan penduduk.
Transisi demografi adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh para demografer
terdahulu untuk melakukan pendekatan atau melakukan analisis terhadap fenomena
pertumbuhan penduduk yang memang sangat menarik sekali untuk dikaji. Pertumbuhan
penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor alami dan faktor dari luar.
Faktor alamiah terjadinya suatu perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran (fertilitas),
dan kematian (mortalitas), sedagkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk adalah faktor yang berasal dari luar seperti perpindahan
penduduk (mobilitas), pertumbuhan ekonomi, gaya hidup, bencana alam dan lain-lain.
4
Dikatakan sebuah hal yang menarik untuk dipelajari karena pertumbuhan penduduk
memberikan suatu pola tertentu yaitu dari awal tahun masehi sampai saat ini. Mungkin
itu yang menimbulkan suatu kegelisahan pada pikiran demografer-demografer pada masa
lalu untuk meneliti apakah yang menyebabkan perubahan karakteristik penduduk dari
waktu ke waktu. Transisi demografi meneliti apakah hal-hal yang mempngaruhi
fenomena pertumbuhan penduduk tersebut.
Yang menarik adalah pola yang tidak linear pada pertumbuhan jumlah penduduk
dunia. Hingga pada akhirnya Malthus menyimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah
penduduk itu dianalogikan seperti deret ukur, sedangkan pertambahan bahan pangan
berkembang menurut deret hitung. Para ahli demografi pada awalnya memproyeksikan
bahwa pertumbuhan penduduk akan terjadi terus-menerus sehingga akan ada waktunya
ketika manusia jumlahnya akan mencapai tigkat puncak sehingga sudah tidak ada ruang
untuk bergerak lagi. Higga pada akhirnya disadari bahwa kesalahan dari pandangan
tersebut adalah mereka tidak memperkirakan adanya perkembangan ekonomi modern
yang bisa menanggulangi hal buruk tersebut terjadi.
Pendekatan trasisi demografi terus dikembangkan oleh para demografer-demografer
pada masa itu. Beberapa dari mereka yang akan dibahas teorinya pada kesempatan
penulisan essay ini adalah Notestein (1945-1953), Blacker (1947), Coale (1976-1989),
Teitelbum (1975), dan Caldwell (1976). Masing-masing dari mereka melakukan dengan
pendekatan dan sudut pandang berbeda.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Transisi demografi
Transisi Demografi adalah proses perubahan kematian dan kelahiran yang
berlangsung dari tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah dalam suatu kurun waktu
pada masyarakat tertentu. Transisi Demografi muncul akibat perubahan yang terjadi di
masyarakat, diantaranya adalah masalah sosial ekonomi yang memiliki hubungan timbal
balik terhadap kesehatan. Transisi Demografi di Indonesia telah didahului dengan revolusi
penurunan kematian dan dewasa ini sedang terjadi revolusi penurunan kelahiran. Angka yang
memperhitungkan kemungkinan si bayi perempuan meninggal sebelum mencapai masa
reproduksinya atau yang biasa disebut NRR (Net Reproduction Rate) pada beberapa provinsi
sedang mendekati 1 yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Bali. Konon
menyusul Sulawesi Utara. Dengan NRR sama dengan satu, rata-rata seorang ibu setelah masa
hidupnya akan diganti oleh seorang anak perempuannya, dengan kata lain ada pertumbuhan
kelahiran pada penduduk.
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982), demografi
mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi
penduduk) dan perkembangannya (perubahannya). Donald J Bogue di dalam bukunya yang
berjudul “Principle of Demography “ memberikan definisi demografi sebagai berikut :
“Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar,
komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui
bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
Pada dasarnya transisi demografi menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik
tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat
fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol
atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua (
fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga.
Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.
6
Konsep transisi demografi pada dasarnya meneliti tentang sebab mengapa hampir
setiap negara baik negara berkembang maupun negara maju sama-sama melewati fase yang
hampir sama yaitu:
1. Kelahiran dan kematian tinggi
2. Kelahiran masih tinggi, dan angka kematian turun
3. Angka kematian dan angka kelahiran sama-sama turun dan mencapai pada angka
yang rendah, dan kemudian stabil.
Walaupu Blacker mengajukan bahwa tahapan ini dibagi menjadi 5 tahap, tetapi pada
dasarnya sama.
7
terasa sempit dengan dibarengi dengan jumlah penduduk dunia yang kian membanyak dari
waktu ke waktu. Pada tahun 1900an jumlah penduduk dunia sudah mencapai angka sekitar
1,7 milyar jiwa. Bukan hanya jumlah penduduk yang meningkat secara terus menerus tetapi
juga laju pertumbuhanya juga terus meningkat. Jadi jika dilihat pertumbuhan penduduk
mengalami kenaikan menyerupai deret ukur bukan deret hitung. Bukan hanya semakin
bertambah, tetapi juga semakin cepat bertambahnya. Dari 1,7 milyar, jumlah penduduk dunia
melonjak menjadi 2 milyar pada tahun 1930. Dengan semakin berkembangya teknologi
kesehatan, angka harapan hidup juga semakin bertambah baik. Itu terbukti dengan
meningkatnya jumlah penduduk tua yang masih hidup dibandingkan dengan waktu sebelum
ditemukannya teknologi kesehatan yang semakin membaik. Jumlah penduduk dunia pada
tahun 1950 naik lagi menjadi 2,5 milyar. Tetapi peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak
dibarengi dengan dipikirkannya masalah kelahiran. Jadi angka kelahiran tetap saja tinggi
dengan angka kematian yang semakin turun. Akibat nyata dari hal tersebut adalah jumlah
penduduk yang semakin banyak.
Lonjakan jumlah penduduk cukup berarti pada tahun 1999 yaitu menjadi 6 milyar.
Selang satu tahun saja yaitu pada tahun 2000 jumlah penduduk sudah bertambah sebesar 55
juta jiwa. Higga saat ini penduduk dunia sudah sekitar 7 milyar jiwa. Upaya untuk
menngotnrol atau menekan angka kelahiran sudah dilakukan sejak beberapa puluh tahun lalu.
Antara lain dengan program KB yang dilakukan di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia
program semacam ini juga dilakukan di berbagai negara lain. Upaya-upaya yang dilakukan
antara lain dengan penggunaan alat kontrasepsi. Upaya lain adalah dengan berubahnya gaya
hidup orang yang semakin berubah ke arah modern, pada gaya hidup ini orang lebih
mementigkan karir ketimbang menikah dan memiliki anak. Sehingga banyak pemuda-pemudi
yang menikah pada usia lumaya tua. Biasanya hal seperti ini terjadi di negara maju,
sedangkan untuk negara berkembang atau negara miskin masih banyak adat yang membuat
mereka memiliki anak banyak. Itu mungkin disebabkan karena tidak adanya lapangan
pekerjaan yang memadai untuk ibu-ibu rumah tangga dan juga karena adanya paham bahwa
jika banyak anak maka semkin banyak kesempatan untuk menggantikan tenaga kerja orang
tuanya. Akibat dari hal-hal ini adalah berhasil ditekannya angka kelahiran. Hal ini bisa
disadari sebagai fenomena transisi demografi pada tahap kedua.
8
2.3. Demografer
Objek penelitian para demografer meneliti transisi demografi sama, yaitu fenomena
pertumbuhan penduduk dari masa ke masa. Beberapa demografer adalah sebagai berikut
1. Notestein (1945-1953)
Notestein berpendapat bahwa walaupun faktor utama dari pertumbuhan penduduk adalah
kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk, hanya kelahiran dan kematian yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Jadi konsep transisi demografi hanya
memandang pengaruh dari faktor alamiah kelahiran dan kematian. Fertilitas yang tinggi
diperlukan untuk mempertahankan keluarga. Transisi demografi bergerak dari suatu
kondisi stabil dengan laju pertumbuhan penduduk nok ke kondisi stabil lainya, yaitu
setelah melalui beberapa tahap.
2. Caldwell (1976)
Caldwell berpendapat bahwa tingginya kelahiran tidak berpengaruh pada kematian, tidak
juga berpegaruh pada adat istiadat, tetapi semata-mata karea pergeseran keutungan
ekonomi. Jadi yang mempengaruhi transisi demografi adalah karena pergeseran sistem
ekonomi yang berlaku, sebagai contoh karena sistem ekonomi menjadi modern maka
keinginan untuk memiliki anak banyak akan terkurangi dan lebih memilih untuk
konsenterasi pada karir pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada perbedaan sistem keluarga
di negara berkembang dan negara maju. Pada negara berkembang, jumlah anak itu
sedikit dan usia produktif banyak sedangakan pada negara berkembang jumlah anak
banyak dengan pelayanan kesehatan tidak sebaik negara maju. Orang tua memperoleh
keuntunungan ekonomis dari anak-anaknya dan penurunan fertilitas hanya akan terjadi
ketika aliran kekayaan dari anak ke orang tua dibalik menjadi dari orang tua ke anak.
3. Blacker (1947)
Blacker berpendapat bahwa transisi demografi terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
High stationary
Early expanding
Late expanding
Low stationary
Declining
4. Coale (1976-1989)
Pendapat Coale adalah perubahan spesifik terhadap perilaku reproduktivitas penduduk
yang terjadi pada tranformasi penduduk tradisional menjadi modern.
9
5. Teitelbum
Dia berpendapat bahwa angka kematian menurun lebih cepat disaat angka kelahiran
masih tetap tinggi. Itu karena angka kematian lebih berhubungan erat dengan sosial
ekonomi.
Berikut dijelaskan transisi demografi yang dijelaskan oleh Blacker yang membagi
transisi demografi menjadi 5 tahapan. Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut
10
4. Tahap 4 Low Stationary
Angka kelahiran semakin bisa ditekan hasilnya angka kelahiran pada tahap ini berada
pada angka yang rendah. Begitu juga dengan angka kematian yang sudah lebih dahulu
berhasil ditekan sebelumnya. Selisih antara keduanya tidak begitu jauh yaitu pada
angka yang relativ rendah. Contoh : Australia, Selandia Baru, Amerika pada tahun
1930.
5. Tahap 5 Declining
Pada tahap ini terjadi kebalikan yaitu angka kematian malah lebih tinggi daripada
angka kelahiran. Hal ini bisa terjadi karena semakin berhasil ditekannya angka
kelahiran dengan alat kontrasepsi ataupun karena gaya hidup masyarakat terkait
memang sudah berubah. Contoh Jerman tahun 1975.
11
Pada intiya teori transisi demografi dapat digeneralisir di setiap negara itu tidak benar
tetapi kenyataan bahwa setiap negara melalui tahapan-tahapan transisi demografi itu benar
adanya, tetapi dengan keadaan dan kondisi yang berbeda sesuai adat, budaya, dan keadaan
negara tersebut.
12
tanggal 20-25 untuk tutup buku akhir bulan, di lapangan satu kerja bisa dilaksanakan
lima program dan dapat tanda tangan sekali jalan tanpa mau tahu programnya.
2. Keadaan Geografis
Keadaan geografis suatu tempat dapat dilihat dari kenyataannya di muka bumi atau
letak suatu tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya. Keadaan ini
ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang membatasinya.
3. Kebijakan Politik
Dalam lingkungan politik terdiri dari hukum, badan hukum, dan pemerintah. Hal ini
sangat mempengaruhi keputusan pemasaran karena lembaga politik dapat membatasi
suatu organisasi dalam masyarakat.
4. Kemajuan IPTEK
Adanya perkembangan IPTEK dan obat-obatan menjadikan perubahan gaya hidup
yang ada di masyarakat. Sehingga menyebabkan dinamika tingkat kematian
(mortalitas) dan tingkat kelahiran (fertilitas).
5. Perubahan pola pikir di masyarakat
Di dalam masyarakat selalu terdapat tentang apa yang disebut gejala alam dan gejala
sosial. Dimana gejala-gejala tersebut akan menghasilkan pola-pola tertentu yang bisa
digunakan untuk membantu kita memahami gejala-gejala lain yang sifatnya lebih
kontekstual.
13
Pertanyaannya, apakah transisi demografi Indonesia dapat selesai pada tahun 2020-an?
Pada penghujung Pembangunan Jangka Panjang Tahap II nanti? Bila ini terjadi berarti
transisi tersebut berlangsung sekitar seabad; suatu transisi dengan percepatan. Bukankah itu
suatu prestasi pembangunan bangsa? Apakah demikian adanya? Situasi Indonesia yang
Negara kepulauan, sungguh sangat beraneka. Indonesia belum lagi menjadi Negara makmur.
Mengikuti proyeksi dan prediksi yang ada, apakah trnasisi itu dapat selesai dengan
sendirinya, tanpa intervensi kebijaksanaan pembangunan yang memadai? Telah banyak
keberhasilan pembangunan diperoleh pada masa lalu, namun tidak serta merta demikian pula
pada masa depan. Dengan terbatasnya kemampuan Negara dan bangsa, akankah nantinya
masa transisi menjadi berkepanjangan? Karenanya, Indonesia memerlukan konsep
pembangunan nasional masa depan. Kecenderungan mortalitas yang menurun dapat
saja meningkat lagi, bila kemampuan masyarakat menolong dirinya dan menopang
keluarganya sendiri berkurang. Penurunan mortalitas di Indonesia tidak akan berjalan lancar,
mandeg, bila kesenjangan antar berbagai lapisan masyarakat bertambah besar. Singkatnya,
kematian yang meningkat dapat menginduksi terjadinya peningkatan kelahiran baru.
Penurunan fertilitas kemudian dapat berhenti atau malah meningkat apabila keinginan jumlah
anak yang dimiliki membesar lagi dan komitmen pemerintah dan masyarakat pada masa
mendatang menjadi kurang mendukung. Bila proses transisi berkepanjangan, berarti masalah
yang dihadapi masih berubah terus dan selalu menghadapi masalah baru sementara yang lama
masih ada terus. Beban untuk mendorong terus roda pembangunan masih terus tinggi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya transisi demografi,menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik
tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana
tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk
kembali nol atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua (
fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan
ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.
3.2 SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena
kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Demografi FE UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2000. Jakarta: Lembaga
Penerbit F.E.U.I.
Mantra,ida bagoes. 2000. Demografi umum. Yogyakarta: pustaka pelajar offset.
Siregar, Kemal N. dan Agus Suwandono. Artikel: Transisi Demografi di Indonesia: Seabad?.
Media Litbangkes Vol. II No. 01/1992
Sudarti. 2003. Jurnal Penelitian: Transisi Demografi Penduduk Jawa Timur. Malang:
Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
World Population Prospect, Economic and Social Affairs, UN.
16