Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TRANSISI DEMOGRAFI
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 6

1. SUSANLY AINUN HANDOKO (811417068)


2. FEBRINA GANIO (811417130)
3. PRATIWI AYU L. MOHAMMAD (811417028)
4. LASTRI AULA (811417121)
5. CINDRAWATI UMAR (811417034)
6. DWI JULIANI MERTASONO (811417141)
7. MOH. IKSAN SIMIN (811417181)
\

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat yang selalu dilimpahkan kepada hamba-
hambanya. Atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Dasar Kependudukan dengan judul “transisi demografi” ini dengan baik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas dorongan dan dukungan keluarga, pengajar
dan rekan-rekan seperjuangan serta pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian
tugas ini.
Kami menyadari dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun.

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................. 5
1.3 TUJUAN ........................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
2.1 TRANSISI DEMOGRAFI ................................................................ 6
2.2 SEJARAH PERTUMBUHAN PENDUDUK ................................... 7
2.3 DEMOGRAFER ............................................................................... 9
2.4 TRANSISI DEMOGRAFI INDONESIA ......................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15
3.1 KESIMPULAN ................................................................................. 15
3.2 SARAN ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada awal abad 20, tampak bahwa tingkat kematian turun di berbagai Negara Barat
dan tingkat kelahiran juga turun. Kondisi ini menimbulkan teori demografi yang utama
yaitu : Teori Transisi Demografi. Transisi demografi pada dasarnya mengacu pada
perubahan dari satu situasi stationary (saat dimana pertumbuhan penduduk 0) ke situasi
lainnya. Menurut Blacker ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya
phase 2 dan 3 adalah phase transisi.
Indonesia merupakan jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat dari hasil sensus
penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam pengetahuan tentang
kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting
terhadap suatu proses demografi.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebabkan
jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian dunia ini telah terjadi
kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan beberapa ahli, dan
masing-masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan
kemiskinan tersebut. Kalau faktor-faktor penyebab tersebut telah diketemukan maka
masal;ah kemiskinan akan dapat diatasi.
Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara maka
perlu didalami kajian demografi. Demikian halnya yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan atau program kesehatan maka
terlebih dahulu harus mampu memahami keadaan di daerah atau negara tersebut.
Keadaan yang dimaksud ialah keadaan kesehatan, sosial ekonomi, kebudayaan,
lingkungan atau jumlah kepadatan penduduk.
Transisi demografi adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh para demografer
terdahulu untuk melakukan pendekatan atau melakukan analisis terhadap fenomena
pertumbuhan penduduk yang memang sangat menarik sekali untuk dikaji. Pertumbuhan
penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor alami dan faktor dari luar.
Faktor alamiah terjadinya suatu perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran (fertilitas),
dan kematian (mortalitas), sedagkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk adalah faktor yang berasal dari luar seperti perpindahan
penduduk (mobilitas), pertumbuhan ekonomi, gaya hidup, bencana alam dan lain-lain.

4
Dikatakan sebuah hal yang menarik untuk dipelajari karena pertumbuhan penduduk
memberikan suatu pola tertentu yaitu dari awal tahun masehi sampai saat ini. Mungkin
itu yang menimbulkan suatu kegelisahan pada pikiran demografer-demografer pada masa
lalu untuk meneliti apakah yang menyebabkan perubahan karakteristik penduduk dari
waktu ke waktu. Transisi demografi meneliti apakah hal-hal yang mempngaruhi
fenomena pertumbuhan penduduk tersebut.
Yang menarik adalah pola yang tidak linear pada pertumbuhan jumlah penduduk
dunia. Hingga pada akhirnya Malthus menyimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah
penduduk itu dianalogikan seperti deret ukur, sedangkan pertambahan bahan pangan
berkembang menurut deret hitung. Para ahli demografi pada awalnya memproyeksikan
bahwa pertumbuhan penduduk akan terjadi terus-menerus sehingga akan ada waktunya
ketika manusia jumlahnya akan mencapai tigkat puncak sehingga sudah tidak ada ruang
untuk bergerak lagi. Higga pada akhirnya disadari bahwa kesalahan dari pandangan
tersebut adalah mereka tidak memperkirakan adanya perkembangan ekonomi modern
yang bisa menanggulangi hal buruk tersebut terjadi.
Pendekatan trasisi demografi terus dikembangkan oleh para demografer-demografer
pada masa itu. Beberapa dari mereka yang akan dibahas teorinya pada kesempatan
penulisan essay ini adalah Notestein (1945-1953), Blacker (1947), Coale (1976-1989),
Teitelbum (1975), dan Caldwell (1976). Masing-masing dari mereka melakukan dengan
pendekatan dan sudut pandang berbeda.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalahnya yaitu penjelasan mengenai transisi demografi
1.3. TUJUAN
Mengetahui tentang transisi demografi

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Transisi demografi
Transisi Demografi adalah proses perubahan kematian dan kelahiran yang
berlangsung dari tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah dalam suatu kurun waktu
pada masyarakat tertentu. Transisi Demografi muncul akibat perubahan yang terjadi di
masyarakat, diantaranya adalah masalah sosial ekonomi yang memiliki hubungan timbal
balik terhadap kesehatan. Transisi Demografi di Indonesia telah didahului dengan revolusi
penurunan kematian dan dewasa ini sedang terjadi revolusi penurunan kelahiran. Angka yang
memperhitungkan kemungkinan si bayi perempuan meninggal sebelum mencapai masa
reproduksinya atau yang biasa disebut NRR (Net Reproduction Rate) pada beberapa provinsi
sedang mendekati 1 yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Bali. Konon
menyusul Sulawesi Utara. Dengan NRR sama dengan satu, rata-rata seorang ibu setelah masa
hidupnya akan diganti oleh seorang anak perempuannya, dengan kata lain ada pertumbuhan
kelahiran pada penduduk.
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982), demografi
mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi
penduduk) dan perkembangannya (perubahannya). Donald J Bogue di dalam bukunya yang
berjudul “Principle of Demography “ memberikan definisi demografi sebagai berikut :
“Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar,
komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui
bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
Pada dasarnya transisi demografi menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik
tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat
fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol
atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua (
fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga.
Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.

6
Konsep transisi demografi pada dasarnya meneliti tentang sebab mengapa hampir
setiap negara baik negara berkembang maupun negara maju sama-sama melewati fase yang
hampir sama yaitu:
1. Kelahiran dan kematian tinggi
2. Kelahiran masih tinggi, dan angka kematian turun
3. Angka kematian dan angka kelahiran sama-sama turun dan mencapai pada angka
yang rendah, dan kemudian stabil.
Walaupu Blacker mengajukan bahwa tahapan ini dibagi menjadi 5 tahap, tetapi pada
dasarnya sama.

2.2. Sejarah jumlah penduduk


Sebelum membahas tentang teori transisi demografi seperti di atas, dibahas dahulu
tentang sedikit sejarah tentang riwayat perkembangan jumlah penduduk di duia dari masa ke
masa. Pada awalnya, yaitu pada awal tahun masehi jumlah penduduk di dunia diperkirakan
sekitar 250 juta penduduk dengan angka pertumbuhan penduduk hanya sekitar 0,04% per
tahun. Kehidupan pada zaman ini masih terbilang sangat sederhana. Belum tercipta dunia
perindustrian dan pola hidup juga masih sangat sederhana dilihat dari segi kesehatan,
pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya. Angka kelahiran pada saat itu tinggi dibarengi
dengan tingginya angka kematian. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat rendah ini
bertahan hingga berabad-abad lamanya. Hingga terjadi revolusi industri yang terjadi sekitar
tahun 1750 yang menyebabkan lonjakan jumlah peduduk yang cukup signifikan. Jumlah
penduduk saat itu mencapai sekitar angka 790 juta jiwa penduduk.
Pada abad berikutnya dampak dari revolusi industri mulai terasa. Revolusi industri
tentu sangat berhubungan erat dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang yang
mendukukung terjadinya perbaikan kualitas taraf hidup manusia. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Eropa melahirkan inovasi-inovasi baru dalam sejarah hidup
manusia. Pada abad 19 ditemukannya obat-obatan seperti penicilin dan ditemukannya
inovasi-inovasi dalam dunia kesehatan yang secara simultan akan mempengaruhi angka
kematian manusia pada waktu itu. Angka kematian turun drastis tetapi tidak dibarengi dengan
turunnya angka kelahiran atau fertilitas. Akibatnya adalah terjadi lonjakan jumlah penduduk
dunia yang lebih signifikan pada waktu tersebut. Terlebih dengan berkembangnya sarana
transportasi yang awalnya hanya untuk keperluan dagang beralih fungsi menjadi sarana
transportasi untuk melakukan perpindahan penduduk dan untuk dilakukannya distribusi
barang-barang dari suatu penjuru dunia ke tempat lainya. Dunia semakin maju, semakin

7
terasa sempit dengan dibarengi dengan jumlah penduduk dunia yang kian membanyak dari
waktu ke waktu. Pada tahun 1900an jumlah penduduk dunia sudah mencapai angka sekitar
1,7 milyar jiwa. Bukan hanya jumlah penduduk yang meningkat secara terus menerus tetapi
juga laju pertumbuhanya juga terus meningkat. Jadi jika dilihat pertumbuhan penduduk
mengalami kenaikan menyerupai deret ukur bukan deret hitung. Bukan hanya semakin
bertambah, tetapi juga semakin cepat bertambahnya. Dari 1,7 milyar, jumlah penduduk dunia
melonjak menjadi 2 milyar pada tahun 1930. Dengan semakin berkembangya teknologi
kesehatan, angka harapan hidup juga semakin bertambah baik. Itu terbukti dengan
meningkatnya jumlah penduduk tua yang masih hidup dibandingkan dengan waktu sebelum
ditemukannya teknologi kesehatan yang semakin membaik. Jumlah penduduk dunia pada
tahun 1950 naik lagi menjadi 2,5 milyar. Tetapi peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak
dibarengi dengan dipikirkannya masalah kelahiran. Jadi angka kelahiran tetap saja tinggi
dengan angka kematian yang semakin turun. Akibat nyata dari hal tersebut adalah jumlah
penduduk yang semakin banyak.
Lonjakan jumlah penduduk cukup berarti pada tahun 1999 yaitu menjadi 6 milyar.
Selang satu tahun saja yaitu pada tahun 2000 jumlah penduduk sudah bertambah sebesar 55
juta jiwa. Higga saat ini penduduk dunia sudah sekitar 7 milyar jiwa. Upaya untuk
menngotnrol atau menekan angka kelahiran sudah dilakukan sejak beberapa puluh tahun lalu.
Antara lain dengan program KB yang dilakukan di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia
program semacam ini juga dilakukan di berbagai negara lain. Upaya-upaya yang dilakukan
antara lain dengan penggunaan alat kontrasepsi. Upaya lain adalah dengan berubahnya gaya
hidup orang yang semakin berubah ke arah modern, pada gaya hidup ini orang lebih
mementigkan karir ketimbang menikah dan memiliki anak. Sehingga banyak pemuda-pemudi
yang menikah pada usia lumaya tua. Biasanya hal seperti ini terjadi di negara maju,
sedangkan untuk negara berkembang atau negara miskin masih banyak adat yang membuat
mereka memiliki anak banyak. Itu mungkin disebabkan karena tidak adanya lapangan
pekerjaan yang memadai untuk ibu-ibu rumah tangga dan juga karena adanya paham bahwa
jika banyak anak maka semkin banyak kesempatan untuk menggantikan tenaga kerja orang
tuanya. Akibat dari hal-hal ini adalah berhasil ditekannya angka kelahiran. Hal ini bisa
disadari sebagai fenomena transisi demografi pada tahap kedua.

8
2.3. Demografer
Objek penelitian para demografer meneliti transisi demografi sama, yaitu fenomena
pertumbuhan penduduk dari masa ke masa. Beberapa demografer adalah sebagai berikut
1. Notestein (1945-1953)
Notestein berpendapat bahwa walaupun faktor utama dari pertumbuhan penduduk adalah
kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk, hanya kelahiran dan kematian yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Jadi konsep transisi demografi hanya
memandang pengaruh dari faktor alamiah kelahiran dan kematian. Fertilitas yang tinggi
diperlukan untuk mempertahankan keluarga. Transisi demografi bergerak dari suatu
kondisi stabil dengan laju pertumbuhan penduduk nok ke kondisi stabil lainya, yaitu
setelah melalui beberapa tahap.
2. Caldwell (1976)
Caldwell berpendapat bahwa tingginya kelahiran tidak berpengaruh pada kematian, tidak
juga berpegaruh pada adat istiadat, tetapi semata-mata karea pergeseran keutungan
ekonomi. Jadi yang mempengaruhi transisi demografi adalah karena pergeseran sistem
ekonomi yang berlaku, sebagai contoh karena sistem ekonomi menjadi modern maka
keinginan untuk memiliki anak banyak akan terkurangi dan lebih memilih untuk
konsenterasi pada karir pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada perbedaan sistem keluarga
di negara berkembang dan negara maju. Pada negara berkembang, jumlah anak itu
sedikit dan usia produktif banyak sedangakan pada negara berkembang jumlah anak
banyak dengan pelayanan kesehatan tidak sebaik negara maju. Orang tua memperoleh
keuntunungan ekonomis dari anak-anaknya dan penurunan fertilitas hanya akan terjadi
ketika aliran kekayaan dari anak ke orang tua dibalik menjadi dari orang tua ke anak.
3. Blacker (1947)
Blacker berpendapat bahwa transisi demografi terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
 High stationary
 Early expanding
 Late expanding
 Low stationary
 Declining
4. Coale (1976-1989)
Pendapat Coale adalah perubahan spesifik terhadap perilaku reproduktivitas penduduk
yang terjadi pada tranformasi penduduk tradisional menjadi modern.

9
5. Teitelbum
Dia berpendapat bahwa angka kematian menurun lebih cepat disaat angka kelahiran
masih tetap tinggi. Itu karena angka kematian lebih berhubungan erat dengan sosial
ekonomi.
Berikut dijelaskan transisi demografi yang dijelaskan oleh Blacker yang membagi
transisi demografi menjadi 5 tahapan. Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut

1. Tahap 1 High stationary


Pada tahap ini angka kelahiran dan kematian sangat tinggi. Hal yang menyebabkan
adalah karen pola hidup yang masih sederhana, belum ditemukannya obat-obatan dan
alat-alat medis yang canggih. Wabah penyakit tidak dapat kdikendalikan seperti
angka kematian dan kelahiran yang juga tidak terkendali tiap tahunya. Jadi
pertumbuhan penduduk lambat dikarenakan angka kematian hampir sama dengan
angka kelahiran. Contoh dari tahap ini adalah Eropa pada abad 14.
2. Tahap 2 Early Expanding
Jumlah penduduk naik dengan pesat karena angka kelahiran masih saja tetap tinggi
karena masih ada pandangan bahwa semakin banyak anak maka akan semakin banyak
keuntungan yang didapat. Tingginya angka kelahiran dibarengi dengan
dilaksanakannya revolusi industri yang menemukan obat-obatan dan alat-alat medis
yang sudah lebih canggih sehingga berhasil menekan angka kematian. Pada awalnya,
obat-obatan seperti penicili diciptakan untuk keperluan perang, tetapi selanjutnya
dikonsumsi untuk umum. Dengan ditemukanya obat-obatan modern, dan pelayanan
kesehatan yang lebih baik, maka angka harapan hidup pun meningkat. Hasilnya,
jumlah penduduk dunia naik pesat. Contoh pada tahap ini adalah India sebelum
perang dunia 2, dan Indonesia pada tahun 1980an angka pertumbuhan sebesar 2,32%
per tahun.
3. Tahap 3 Late Expanding
Pada tahap ini angka kelahiran sudah berhasil ditekan dengan ditemukannya alat
kontrasepsi yang berhasil menekan angka kelahiran. Sementara itu, angka kematian
menunjukkan penurunan yang lebih signifikan dikarenakan pelayanan medis sudah
lebih bagus dan sistem ekonomi juga menunjukkan kondisi yang lebih baik. Dengan
demikian gaya hidup manusia juga sedikit berubah menjadi manusia modern. Industri
membaik dan banyak tenaga kerja terserap, sehingga angka kelahiran berhasil ditekan.
Contoh dari tahap ini adalah India sesudah perang dunia 2.

10
4. Tahap 4 Low Stationary
Angka kelahiran semakin bisa ditekan hasilnya angka kelahiran pada tahap ini berada
pada angka yang rendah. Begitu juga dengan angka kematian yang sudah lebih dahulu
berhasil ditekan sebelumnya. Selisih antara keduanya tidak begitu jauh yaitu pada
angka yang relativ rendah. Contoh : Australia, Selandia Baru, Amerika pada tahun
1930.
5. Tahap 5 Declining
Pada tahap ini terjadi kebalikan yaitu angka kematian malah lebih tinggi daripada
angka kelahiran. Hal ini bisa terjadi karena semakin berhasil ditekannya angka
kelahiran dengan alat kontrasepsi ataupun karena gaya hidup masyarakat terkait
memang sudah berubah. Contoh Jerman tahun 1975.

Transisi demografi sebenarnya menganalisis dan kemudian mengeneralisir gejala


gejala yang terjadi pada pertumbuhan penduduk masyarakat dunia per wilayah mereka
tinggal, walaupu pada akhirnya juga ditemukan bahwa sebenanya tidak tepat juga teori itu
digeneralisir di detiap wilayah. Ada wilayah atau negara atau suatu peradaban yang jika
dikatakan itu melenceng dari teori yang telah dikemukakan. Pada umumnya teori transisi
demografi menjelaskan perubahan kehidupan masyarakat dari agraris menjadi industrial.
Tetapi pada kenyataanya ada negara yang sudah bisa menekan angka kelahiran walaupun
proses industrialisasi masih dalam proses awal. Fenomena ini dapat ditemui di negara-negara
di Eropa timur yang masih menjalankan sistem agraris. Kesimpulan yang didapatkan adalah
bahwa tidak hanya proses menuju industrialisasi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
tetapi juga kesamaan budaya dan kultur bahasa. Negara-negara di Eropa Timur dekat sekali
dengan negara-negara Eropa yang sudah lebih awal beralih ke industri sebagai sektor
utamanya dan sudah berhasil menekan angka kelahiran.
Faktor lain yang menyebabkan teori transisi demografi tidak dapat digeneralisir secara
global adalah bahwa pembangunan dan kesejahteraan masing-masing wilayah itu berbeda. Itu
menyebabkan kebudayaan dan proses sosialisasi atau gaya hidup berbeda. Contohnya saja
pada negara berkembang atau negara miskin masih menganut banyak anak banyak rejeki, dan
pada saat yang sama pada negara maju gaya hidup sudah lebih maju.
Proses transisi demografi juga tidak menunjukkan kecepatan yang sama antara negara
maju dan negara berkembang. Di inggris proses transisi demografi memerlukan waktu antara
200 tahun, sedangkan di Indonesia hanya perlu waktu sekitar 30 tahun.

11
Pada intiya teori transisi demografi dapat digeneralisir di setiap negara itu tidak benar
tetapi kenyataan bahwa setiap negara melalui tahapan-tahapan transisi demografi itu benar
adanya, tetapi dengan keadaan dan kondisi yang berbeda sesuai adat, budaya, dan keadaan
negara tersebut.

2.4. Transisis demografi Indonesia


Transisi demografi yang terjadi di Indonesia terjadi sama seperti pada teori yang
sebelumnya. Hanya saja pada tahap tertentu ada sedikit perbedaan dalam proses pertumbuhan
penduduknya. Mungkin Indonesia juga termasuk yang tadi disebutkan sebagai Negara
dengan proses transisi demografi berbeda, yaitu Indonesia mengalami penurunan angka
kelahiran sebelum Indonesia menjalani proses industrialisasi. Seperti kita tahu Indonesia
adalah Negara agraris jadi sampai saat ini Indonesia masih menjadi Negara agraris.
Penurunan angka kelahiran Indonesia dilakukan dengan cara menjalankan program KB atau
keluarga berencana. Dalam menjalankan program KB digalakkan juga pemakaian alat
kontrasepsi sehingga angka kelahiran bisa ditekan. Indonesia adalah Negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke empat di dunia. Dengan luas wilayah yang seperti ini, semakin terlihat
jelas bahwa Indonesia adalah masih menjadi Negara berkembang. Biasanya cirri-ciri Negara
berkembang adalah memiliki penduduk yang masih mempunyai anak banyak. Seperti kita
tahu, masyarakat jawa pada beberapa generasi lalu adalah masyarakat dengan jumlah anak
yang bisa dibilang banyak. Jumlah anak 10 atau lebih itu menjadi lumrah. Itu menunjukkan
bahwa masyarakat Indonesia masih belum mempunyai kebudayaan atau gaya hidup sebagai
masyarakat modern. Jadi menurut saya Indonesia masih menjalani proses menuju kondisi
yang stabil sesuai alur yang disepakati di teori transisi domografi. Semakin berkembangnya
jaman kebiasaan memiliki anak banyak juga sudah mulai ditinggalkan, proses industrialisasi
sudah semakin membaik, dan angka kelahiran sudah cukup berhasil ditekan. Tidak khayal,
beberapa waktu yang akan datang Indonesia akan mencapai keadaan yang stabil dan
menyelesaikan transisi demografi.

Penyebab terjadinya Transisi Demografi


1. Tingkat Kesehatan
Rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia dikarenakan pemerintah tidak bisa
menempatkan orang yang benar-benar mengerti tentang kesehatan program yang
dipaksakan yang jelas tidak bisa dijelaskan tetapi anggarannya banyak. Puskesmas
daerah yang banyak menyerap anggaran hanya membuat laoran di atas meja setiap

12
tanggal 20-25 untuk tutup buku akhir bulan, di lapangan satu kerja bisa dilaksanakan
lima program dan dapat tanda tangan sekali jalan tanpa mau tahu programnya.
2. Keadaan Geografis
Keadaan geografis suatu tempat dapat dilihat dari kenyataannya di muka bumi atau
letak suatu tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya. Keadaan ini
ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang membatasinya.
3. Kebijakan Politik
Dalam lingkungan politik terdiri dari hukum, badan hukum, dan pemerintah. Hal ini
sangat mempengaruhi keputusan pemasaran karena lembaga politik dapat membatasi
suatu organisasi dalam masyarakat.
4. Kemajuan IPTEK
Adanya perkembangan IPTEK dan obat-obatan menjadikan perubahan gaya hidup
yang ada di masyarakat. Sehingga menyebabkan dinamika tingkat kematian
(mortalitas) dan tingkat kelahiran (fertilitas).
5. Perubahan pola pikir di masyarakat
Di dalam masyarakat selalu terdapat tentang apa yang disebut gejala alam dan gejala
sosial. Dimana gejala-gejala tersebut akan menghasilkan pola-pola tertentu yang bisa
digunakan untuk membantu kita memahami gejala-gejala lain yang sifatnya lebih
kontekstual.

Beberapa hal yang menghalangi Indonesia dalam menyelesaikan trasnsisi


demografinya adalah sebagai berikut:
a. Tidak meratanya pembangunan di Indonesia sehingga jurang pemisah semakin jelas.
Seperti kita tahu, di Indonesia masih ada masyarakat primitive dengan gaya hidup
yang masih sangat sederhana, sedangakan di sisi lain pembangunan dan proses
industrialisasi terus berkembang.
b. Pendidikan Indonesia masih perlu ditngkatkan dan diratakan. Salah satu faktor
penentu pertumbuhan penduduk adalah pendidikan wanita. Pendidikan masyarakat
yang tinggi juga akan merangsang pemikiran masyarakat untuk mempunyai gaya
hidup modern.
c. Indonesia adalah Negara agraris. Mungkin ini salah satu penyebab sulitnya Indonesia
berubah menjadi Negara industri karena sebagian masyarakat Indonesia adalah petani.

13
Pertanyaannya, apakah transisi demografi Indonesia dapat selesai pada tahun 2020-an?
Pada penghujung Pembangunan Jangka Panjang Tahap II nanti? Bila ini terjadi berarti
transisi tersebut berlangsung sekitar seabad; suatu transisi dengan percepatan. Bukankah itu
suatu prestasi pembangunan bangsa? Apakah demikian adanya? Situasi Indonesia yang
Negara kepulauan, sungguh sangat beraneka. Indonesia belum lagi menjadi Negara makmur.
Mengikuti proyeksi dan prediksi yang ada, apakah trnasisi itu dapat selesai dengan
sendirinya, tanpa intervensi kebijaksanaan pembangunan yang memadai? Telah banyak
keberhasilan pembangunan diperoleh pada masa lalu, namun tidak serta merta demikian pula
pada masa depan. Dengan terbatasnya kemampuan Negara dan bangsa, akankah nantinya
masa transisi menjadi berkepanjangan? Karenanya, Indonesia memerlukan konsep
pembangunan nasional masa depan. Kecenderungan mortalitas yang menurun dapat
saja meningkat lagi, bila kemampuan masyarakat menolong dirinya dan menopang
keluarganya sendiri berkurang. Penurunan mortalitas di Indonesia tidak akan berjalan lancar,
mandeg, bila kesenjangan antar berbagai lapisan masyarakat bertambah besar. Singkatnya,
kematian yang meningkat dapat menginduksi terjadinya peningkatan kelahiran baru.
Penurunan fertilitas kemudian dapat berhenti atau malah meningkat apabila keinginan jumlah
anak yang dimiliki membesar lagi dan komitmen pemerintah dan masyarakat pada masa
mendatang menjadi kurang mendukung. Bila proses transisi berkepanjangan, berarti masalah
yang dihadapi masih berubah terus dan selalu menghadapi masalah baru sementara yang lama
masih ada terus. Beban untuk mendorong terus roda pembangunan masih terus tinggi.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya transisi demografi,menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik
tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana
tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk
kembali nol atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua (
fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan
ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.

3.2 SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena
kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

15
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Demografi FE UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2000. Jakarta: Lembaga
Penerbit F.E.U.I.
Mantra,ida bagoes. 2000. Demografi umum. Yogyakarta: pustaka pelajar offset.
Siregar, Kemal N. dan Agus Suwandono. Artikel: Transisi Demografi di Indonesia: Seabad?.
Media Litbangkes Vol. II No. 01/1992
Sudarti. 2003. Jurnal Penelitian: Transisi Demografi Penduduk Jawa Timur. Malang:
Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
World Population Prospect, Economic and Social Affairs, UN.

16

Anda mungkin juga menyukai