Anda di halaman 1dari 12

METODE PENELITIAN PERPUSTAKAAN

ASIP4424.10

TUGAS 1

OLEH
SUSANLY AINUN HANDOKO
041413111

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
1. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh
sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.
Penelitian kualitatif merupakan upaya peneliti untuk mengumpulkan data yang didasarkan
pada latar ilmiah. Penelitian ini dilakukan secara ilmiah atau natural, hasil penelitiannya pun
juga ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan
penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari mengumpulkan data,
penafsiran terhadap data yang diperoleh, serta pemaparan hasilnya.
Penelitian kualitatif memperoleh pemahaman mendalam, mengembangkan teori,
mendeskripsikan realitas, dan kompleksitas sosial. Sementara itu, kuantitatif menjelaskan
hubungan antar variabel, menguji teori, melakukan generalisasi fenomena sosial yang diteliti.
enelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur oleh hitam putih
kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek data sedalam-dalamnya atas
hal-hal tertentu. Sehingga, kualitas penelitian kualitatif tidak terlalu ditentukan oleh
banyaknya narasumber yang terlibat, tetapi seberapa dalam peneliti menggali informasi
spesifik dari narasumber yang dipilih.
Sementara itu, penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan serangkaian
instrumen penelitian berupa tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dikonversikan
menggunakan kategori/kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kualitas penelitian
kuantitatif ditentukan oleh banyaknya responden penelitian yang terlibat.
1. Kelebihan Metode Penelitian Kualitatif
 Dapat menggali data lebih mendalam;
 Tingkat kesalahan interpretasi lebih kecil karena pengamatan dilakukan secara
mendalam;
 Waktu yang digunakan dapat disesuaikan dengan sasaran penelitian;
 Peneliti dapat melakukan pengecekan ulang apabila masih meragukan data yang
diperoleh.
2. Kelemahan Metode Penelitian Kualitatif
 Peneliti harus meluangkan waktu yang cukup lama;
 Dana yang teralokasi untuk penelitian lebih banyak;
 Sasaran penelitian bisa merasa bosan saat didatangi lebih dari satu kali;
 Peneliti harus memiliki tingkat kepekaan dan kemampuan menggali data yang tinggi.
3. Kelebihan Metode Penelitian Kuantitatif
 Data yang diperoleh dapat dibuktikan secara kuantitatif atau nyata;
 Waktu yang dialokasikan untuk penelitian lebih singkat;
 Dana yang diperlukan lebih sedikit;
 Tidak terlalu lama mengganggu pihak sasaran penelitian.
4. Kelemahan Metode Penelitian Kuantitatif
 Data yang didapat sering kurang mendalam;
 Peneliti dapat terkelabui atau terbuai oleh angka;
 Tidak selalu mudah melakukan pengecekan ulang terhadap data yang meragukan;
 waktu untuk menggali data lebih terbatas

2. Peran konsep, teori, variable, dsb dalam penelitian


Suatu penelitian itu harus original, terbukti ilmiah, diakui oleh orang lain, dsb. Dalam
mendukung hal ini tentunya dibutuhkan bagian-bagian yang harus dimasukan dalam
penelitian itu senidiri seperti konsep, teori, varibel, dll. Dalam Menyusun suatu penelitan
tidak lepas dari suatu masalah yang diangkat. Untuk hal ini tentunya diperlukan suatu
variable. Dalam penggunaan variable inipun harus diketahui apakah hal ini sudah terbukti
secara ilmiah, apakah sudah ada penelitian sebelumnya, apakah penilitian ini sudah
tersusun secara sistematis, itulah mengapa konsep dan teori penting dalam bagian ini.
Variabel, secara singkat merupakan sesuatu yang menjadi fokus pengkajian dan untuk
merumuskannya dibutuhkan teori, konsep, atau proposisi yang jelas. Sebab jika tidak,
kamu mungkin akan kesulitan untuk memformulasikan masalah penelitian dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk suatu penelitian. Pada dasarnya dalam
proses penlitian diperlukan kombiasi karakteristik tertentu, atau objek individu ke dalam
kategori yang lebih umum. Sebagai dasar dalam membangun variable maupun skala
pengukurannya konsep dan teori berperan penting dalam hal ini.
3. Tinjauan literatur Covid 19
Perpustakaan digital merupakan suatu inovasi perpustakaan yang penerapannya
menggunakan perangkat teknologi informasi. Secara harfiah, perpustakaan digital merupakan
perpustakaan yang mengelola semua maupun beberapa bagian koleksi berformat digital serta
mempunyai fungsi sebagai alternatif koleksi konvensional (Hartono, 2017). Dari pendapat
tersebut, dapat diketahui bahwa koleksi dari perpustakaan digital tidak berbentuk fisik
melainkan berformat digital. Secara umum, sebagian besar perpustakaan di Indonesia sudah
mulai mengembangkan perpustakaan digital sebagai alternatif dari layanan konvensionalnya.
Dengan memanfaatkan perpustakaan digital, pemustaka tidak perlu datang secara langsung
ke perpustakaan. Pemustaka hanya perlu memanfaatkan perangkat smartphone ataupun
melalui PC/laptop dan tentunya memiliki jaringan internet yang memadai untuk mengakses
perpustakaan digital.
A. Kemudahan Akses Informasi Perpustakaan sebagai lembaga yang menyediakan jasa
layanan informasi memiliki tugas untuk memberikan pelayanan informasi yang prima
kepada pemustaka meskipun dalam kondisi seperti apapun termasuk pada saat
pandemi. Seiring perkembangan teknologi yang sedemikian cepat, perpustakaan mulai
bertransformasi menuju kearah layanan yang memungkinkan baik pemustaka atau
pustakawan memanfaatkan teknologi informasi di perpustakaan. Keberadaan
teknologi informasi tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam rangka
untuk menunjang kemudahan akses informasi oleh pemustaka. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, bahwa masa pandemi mengakibatkan pembatasan aktivitas
fisik antar individu. Dengan demikian, aktivitas pemustaka yang hendak mengakses
informasi perpustakaan secara langsung juga terhambat. Adanya perpustakaan digital,
akan memudahkan pemustaka dalam hal akses informasi yang dimiliki oleh
perpustakaan. 2. Mempercepat Proses Temu Kembali Informasi Dahulu sebelum
adanya pandemi, secara normatif pemustaka yang ingin meminjam atau membaca
koleksi perpustakaan, hal pertama yang dilakukan yaitu menuju komputer OPAC
(Online Public Access Catalogue) atau bertanya kepada pustakawan. Hal tersebut
sudah lumrah dilakukan oleh pemustaka yang hendak melakukan penelusuran
informasi yang dibutuhkan. Namun saat ini, pemustaka yang hendak mencari
informasi hanya perlu mengakses portal perpustakaan digital untuk mencari informasi
atau koleksi yang diperlukan tanpa mengalami kesulitan mencari koleksi di jajaran rak
yang tersedia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perpustakaan digital
merupakan model baru dalam temu kembali informasi atau sistem temu kembali
informasi modern
B. Era pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia yang
mengakibatkan munculnya aturan mengenai pembatasan aktivitas fisik di luar rumah
termasuk juga perpustakaan. Akibatnya perpustakaan perlu menciptakan beberapa
regulasi mengenai aturan di perpustakaan yang mengatur berbagai hal, meliputi
penerapan protokol kesehatan, larangan pemustaka untuk berkunjung ke
perpustakaan, dan berbagai aturan lainnya untuk mencegah penyebaran virus
Covid19. Melihat fakta yang terjadi, keberadaan perpustakaan digital dapat dilihat
sebagai suatu peluang yang ideal diterapkan di perpustakaan di masa pandemi.
Asumsi tersebut didasarkan pada fitur serta layanan perpustakaan digital yang
memungkinkan pemustaka untuk tetap dapat memanfaatkan layanan perpustakaan
secara virtual. Setiap inovasi yang melibatkan penerapan perangkat teknologi
informasi, memiliki keuntungan atau peluang dan serta tantangan dalam
implementasinya di lapangan. Adapun peluang dari penerapan perpustakaan digital
dalam konteks masa pandemi Covid-19 ini menurut penulis yaitu sebagai berikut
C. Menyelamatkan Kandungan Informasi yang Dimiliki Perpustakaan Dalam kondisi
pandemi Covid-19, yang membatasi pemustaka untuk datang ke perpustakaan
menjadikan pelbagai koleksi yang ada di perpustakaan khususnya koleksi tercetak
seperti buku, majalah, dan koleksi tercetak lainnya kurang dimanfaatkan secara baik.
Oleh karena itu diperlukan upaya yang dapat dilakukan oleh pengelola perpustakaan
agar koleksi yang ada tidak menjadi rusak dan pada akhirnya kandungan informasi
yang ada hilang begitu saja.
Kelemahan pembelajaran jarak jauh, yaitu: Pertama, pembelajaran jarak jauh
membutuhkan perencanaan terlebih dahulu, baik pendidik maupun peserta didik yang terlibat
dalam pembelajaran jarak jauh perlu mengorbankan waktu untuk menyelesaikan tugas tepat
waktu. Kedua, pembelajaran jarak jauh meskipun terjangkau, memiliki iasa yang
tersembunyi, misalnya biaya pengiriman dan internet. Ketiga, pembelajaran jarak jauh tidak
menawarkan umpan balik langsung dari pendidik. Dalam pembelajaran di ruang kelas
tradisional, kinerja peserta didik dapat segera dinilai melalui pemberian pertanyaan dan
pengujian informal. Sebaliknya, dalam pembelajaran jarak jauh, peserta didik harus
menunggu umpan balik sampai pendidik memeriksa tugas dan menanggapinya. Keempat,
metode penyampaikan pembelajaran tidak menuntut upaya yang proporsional dari pendidik.
Pembelajaran jarak jauh tidak hanya mencakup waktu yang diperlukan untuk pengiriman
materi pembelajaran yang sebenarnya, tetapi juga harus melibatkan banyak waktu yang
didedikasikan untuk mendukung dan mempersiapkan peserta didik. Kelima, pembelajaran
jarak jauh tidak selalu menawarkan semua yang dibutuhkan untuk setiap program pendidikan.
Bahkan, kehadiran di kelas adalah wajib untuk menyelesaikan beberapa program pendidikan.
Tidak semua lembava pencari kerja yang mengakui gelar pendidikan yang didapatkan
melalui pembelajaran online. Sebelum mengikuti pembelajaran online, peserta didik harus
menentukan perspektif setiap lembaga penerima kerja. Keenam, pembelajaran jarak jauh
tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja pada keterampilan
komunikasi lisan.
Peserta didik dalam pembelajaran jarak jauh tidak mendapatkan pengalaman
mempraktikkan interaksi verbal dengan pendidik dan peserta didik lainnya. Ketujuh, adanya
isolasi sosial meskipun saat ini telah diatasi dengan adanya teknologi informasi, seperti papan
buletin, diskusi online, obrolan online, email, dan konferensi video. Kedelapan, masalah
kesiapan peserta didik dan pendidik. Jika peserta didik tidak menganggap kegunaan teknologi
untuk pembelajaran, mereka tidak akan menerima pendidikan jarak jauh. Peserta didik yang
tidak memiliki komitmen, kedisiplinan, dan selalu menunda-nunda pekerjaan akan kesulitan
mengikuti pembelajaran. Ketidakmampuan pendidik untuk mengembangkan keterampilan
yang diperlukan untuk mengadaptasi sikap positif dalam pelaksanaan pembelajaran
mengganggu keberhasilan pembelajaran jarak jauh. Selain itu, pendidik yang enggan
menggunakan teknologi bahkan menganggap teknologi secara negatif juga akan mengganggu
terlaksananya pembelajaran jarak jauh.
Kesembilan, masalah yang berhubungan dengan teknologi, misalnya memerlukan
waktu untuk mempelajari teknologi, frustasi dengan teknologi yang tidak berfungsi, waktu
yang diperlukan untuk mempersiapkan bahan pembelajaran, menyita waktu sehingga tidak
ada lagi waktu untuk penelitian, dan adanya penambahan biaya internet karena bekerja
menggunakan teknologi. Praktik pembelajaran di masa pandemik Covid-19 secara cepat dan
tiba-tiba harus bergeser menjadi pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran tradisional yang biasanya dilakukan di kelas secara tatap muka antara pendidik
dan peserta didik berubah menjadi pembelajaran yang berbasis teknologi. Pergeseran yang
tiba-tiba itu bukanlah sesuatu yang mudah. Pendidik dan para pemangku kepentingan harus
secara cepat beradaptasi dan melakukan perencanaan agar program pembelajaran dapat
dilakukan secara terstruktur dan terkontrol.
Meskipun pembelajaran jarak jauh telah dilaksanakan di berbagai negara maju dan
berkembang, tidak semua lembaga pendidikan swasta dan umum yang membiasakan diri
untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Perpustakaan sekolah maupun perpustakaan
keluarga memiliki peranan penting dalam menyediakan koleksi buku-buku dan sumber
belajar yang lengkap untuk mendukung proses pembelajaran peserta didik. Peserta didik
dituntut untuk dapat meningkatkan kemandirian dalam belajar dengan adanya bimbingan dari
guru sebagai pendidik pembelajaran jarak jauh dan orang tua sebagai pengontrol peserta didik
belajar di rumah.
Pendidik dan orang tua bekerja sama membantu proses pembelajaran peserta didik.
Guru sebagai pendidik pembelajaran jarak jauh memberikan tugas, dukungan, dan umpan
balik yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Orang tua terus membina minat baca
peserta didik di rumah dengan menyediakan sumber belajar yang sesuai dengan tuntutan
tugas dan kebutuhan anak. Jika perlu, orang tua menyediakan perpustakaan keluarga dan
menyedikan ruang belajar khusus bagi anak di rumah. Kerja sama yang baik antara pendidik
dan orang tua dalam pembelajaran jarak jauh di masa pandemik Covid-19 menjadi elemen
penting terciptanya pembelajaran yang terstruktur dan terkontrol dan memberi manfaat positif
bagi perkembangan kognitif peserta didik. Keberadaan perpustakaan, baik di sekolah dan di
rumah didukung dengan kebiasaan membaca yang baik akan semakin mendukung proses
pembelajaran yang dilakukan.
LAYANAN PERPUSTAKAAN
Perpustakaan sebagai penyedia informasi bagi masyarakat dan pemustaka dalam masa
pandemi tetap harus bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Situasi dan
kondisi dimasa pandemi yang berbeda dengan sebelum pandemi. Pada masa pandemic
dimana masyarakat diharuskan melakukan aktivitas dari rumah, termasuk belajar/kuliah dari
rumah, akan merubah metode pelayanan perpustakaan yang semula dilakukan secara
langsung. Pelayanan perpustakaan harus dilakukan secara online, baik pelayanan sumber
informasi maupun pelayanan administrasi. Menurut Lisda Rahayu (2014), hakikat layanan
perpustakaan adalah penyediaan segala bentuk bahan pustaka secara tepat dan akurat sesuai
kebutuhan pemustaka penyediaan berbagai sarana penelusuran informasi. Selain
menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan pemustaka, perpustakaan juga harus
menyediakan sarana temu balik yang dapat memudahkan pemustaka untuk mencari bahan
pustaka yang sesuai dengan kebutuhan informasinya.
Salah satu unsur utama untuk melihat baik buruknya perpustakaan dapat diketahui dari
kualitas pelayanannya. Oleh karena itu kualitas pelayanan di perpustakaan menjadi unsur
utama yang harus diperhatikan. Pemustaka yang puas terhadap layanan yang diberikan oleh
petugas perpustakaan akan menjadikan citra positif bagi perpustakaan. Sebaliknya pemustaka
yang tidak puas dengan layanan yang diberikan perpustakaan akan mengakibatkan citra
negative bagi perpustakaan. Berikut ini akan dibahas berbagai jenis layanan di perpustakaan
yang dapat dilakukan secara online:
1. Layanan Penelusuran Online Layanan penelusuran online disediakan untuk
mempermudah pemustaka dalam mencari informasi dan bertanya langsung kepada
pustakawan yang bertugas di layanan online. Layanan penelusuran online ini biasanya
menjadi salah satu menu yang ada di website perpustakaan. Layanan penelusuran
online memberikan informasi tentang koleksi-koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Melalui penelusuran online pemustaka dapat menelusuri informasi yang diperlukan
dari manapun dan kapanpun. Sumber informasi online yang pertama kali dikenal
adalah katalog perpustakaan (OPAC). Setelah catalog kita mengenal internet serta 
database-database  yang memuat informasi tertentu.  OPAC menyediakan informasi
mengenai koleksi yang dimiliki oleh institusi, meskipun saat ini ada juga modifikasi
untuk memberikan tautan ke sumber informasi yang ada di internet maupun sumber 
online  lain. Internet juga merupakan sumber informasi yang cukup berguna walaupun
tidak menjanjikan dapat memperoleh informasi sesuai yang kita inginkan.
Sedang database online yang tersedia banyak sekali ragamnya baik berbayar ataupun
gratis.
2. Layanan E-Resources Untuk menunjang keberhasilan dan kesuksesan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran di semua jenjang pendidikan, baik perpustakaan
sekolah, maupun perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan koleksi baik cetak
maupun elektronik (e-resources). Koleksi cetak berupa buku, majalah, jurnal, surat
kabar, peta, koleksi grey literature seperti skripsi, tesis, disertasi, prosiding, makalah
dan bentuk koleksi cetak lainnya. Sedangkan koleksi elektronik yang dimiliki berupa
buku elektronik (ebook), jurnal elektronik (e-journal) baik yang dilanggan maupun
yang diterbitkan institusi boleh diakses secara bebas (open access). Pada saat ini,
sumber informasi elektronik sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran online.
Pemustaka dapat mengakses sumber informasi elektronik dari manapun dan kapanpun
asal memiliki jaringan internet. Sumber informasi elektronik yang dimiliki
perpustakaan ada yang bisa diakses oleh semua orang dan ada juga yang terbatas
bagian-bagian tertentu saja.
3. Layanan Repositori Institusi Repositori Institusi adalah sebuah arsip online untuk
mengumpulkan, melestarikan, dan menyebarluaskan salinan digital karya ilmiah-
intelektual dari sebuah lembaga/institusi. Repositori institusi juga bisa diartikan
sebagai tempat penyimpanan dan penyebarluasan informasi atau materi yang
diterbitkan oleh  institusi  induknya. Layanan repositori institusi di perguruan tinggi
berupa layanan informasi tugas akhir mahasiswa, baik jenjang sarjana maupun pasca
sarjana dan tugas akhir dosen yang selesai tugas belajar/karya siswa kemudian
diserahkan ke perpustakaan Layanan repository institusi ini ada yang bersifat open
access (terbuka untuk semua orang) dan ada yang bersifat close access (terbatas
khusus anggota atau sivitas akademika tertentu). Untuk layanan open access
pemustaka dapat memperoleh informasi secara full text, sedangkan layanan close
access, pemustaka hanya dapat mengakses karya repository terbatas abstraknya saja
atau hanya bagian-bagian tertentu tidak bisa full text.
4. Layanan Digital Library Upaya mencegah penyebaran penularan virus Covid 19
dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar mengajar di sekolah dan perkuliahan di
perguruan tinggi dilaksanakan secara online atau daring. Dalam rangka menyediakan
sumber-sumber informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran dan perkuliahan
diperlukan sumber-sumber informasi yang dapat diakses secara online. Sumber-
sumber informasi online tersebut dikenal dengan sumber informasi digital. Melalui
sumber informasi digital ini, pemustaka dapat mengakses koleksi digital yang dimiliki
perpustakaan dari mana saja dan kapan saja. Perpustakaan digital atau digital library
adalah organisasi yang menyediakan sumbersumber dan staf ahli untuk menyeleksi,
menyusun, menyediakan akses, menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan
dan mempertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga
selalu tersedia dan murah untuk digunakan komunitas tertentu atau ditentukan.
Berdasarkan pengertian tersebut, perpustakaan digital selain harus menyediakan
sumber informasi digital juga harus menyediakan petugas yang ahli dalam mengelola
koleksi digitalnya agar dapat dimanfaatkan secara terus menerus oleh pemustaka.
5. Layanan Cek Plagiasi Online Perpustakaan menyediakan software turnitin dan
Ithenticate untuk mengecek karya tulis mahasiswa dosendan pustakawan. Setiap
mahasiswa yang menyusun tugas akhir, harus melakukan pengecekan karyanya bebas
dari plagiasi di perpustakaan. Dosen dan pustakawan yang ingin mengecekkan karya
tulisnya juga bisa di perpustakaan secara gratis. Jika sebelum pandemi pengecekan
dilakukan secara langsung dengan datang ke perpustakaan, namun pada masa
pandemi dilakukan secara online melalui email. File karya tulis dikirimkan ke email
perpustakaan, kemudian petugas akan mengecek tingkat plagiasi karya tulis tersebut
menggunakan software yang ada di perpustakaan. Hasil pengecekan akan dikirimkan
melalui email ke yang bersangkutan. Untuk syarat kelulusan atau wisuda berlaku
syarat-syarat tertentu yang sudah disosialisasikan melalui wesite perpustakaan dan
buku panduan perpustakaan.
6. Layanan Bebas Pustaka Online Mahasiswa yang akan wisuda, pindah kuliah ataupun
yang mengundurkan diri diwajibkan menyerahkan Surat Keterangan Bebas
Perpustakaaan. Surat keterangan ini bisa diperoleh setelah mahasiswa memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat untuk mahasiswa yang akan wisuda, harus menyerahkan
file tugas akhir yang telah disyahkan, tidak memiliki pinjaman buku, tidak memiliki
denda keterlambatan pengembalian buku, menyerahkan buku sumbangan. Sedangkan
untuk mahasiswa yang akan pindah kuliah atau mengundurkan diri cukup dua syarat
yaitu tidak memiliki pinjaman buku, tidak memiliki denda keterlambatan
pengembalian buku. Pelayanan bebas pustaka pada masa pandemi dilakukan secara
online melalui email perpustakaan. Mahasiswa yang akan mengurus Surat Keterangan
Bebas Perpustakaaan tetapi masih mempunyai pinjaman buku dan denda, bisa
mengirimkan buku yang dipinjamnya melalui jasa pengiriman, seperti gosend, JNE,
kantor pos dan lain-lain. Pembayaran denda keterlambatan pengembalian buku bisa
ditransfer ke rekening yang sudah ditentukan. Pengumpulan file tugas akhir dilakukan
melalui email perpustakaan. Sedangkan sumbangan buku pada masa pandemi
ditiadakan, kecuali bagi mahasiswa yang sudah terlanjur menyerahkan tetap diterima
dan diproses lebih lanjut.
7. Tutorial Online Perkuliahan yang dilakukan secara online, pasti memerlukan sumber-
sumber informasi secara online. Oleh karena itu, untuk memberikan petunjuk dan
kemudahan bagi pemustaka dalam mengakses sumber-sumber informasi elektronik
perpustakaan perlu membuat petunjuk/panduan berupa Tutorial onlne. Tutorial online
ini berupa petunjuk cara mengakses sumber-sumber informasi yang ada di
perpustakaan. Sumber informasi di perpustakaan berupa e-journal, e-book, e-tugas
akhir. Adanya panduan berupa tutorial online diharapkan pemustaka tidak lagi
kesulitan untuk mengakses sumber informasi yang diperlukan.
8. Literasi Informasi Online Literasi informasi bagi pemustaka sangat diperlukan untuk
memperlancar dalam pencarian dan pemanfaatan sumber informasi yang dibutuhkan.
Literasi informasi yang bisa disajikan perpustakaan kepada pemustaka secara online
ada beberapa macam. Misalnya pengenalan perpustakaan kepada anggota baru/ siswa
baru/mahasiswa baru, literasi tentang penelusuran sumber informasi, literasi tentang
pemanfaatan sumber-sumber informasi, literasi tentang publikasi karya ilmiah, literasi
tentang pengecekan plagiasi, dan sebagainya. Literasi secara online bisa dilakukan
dengan menggunakan aplikasi Zoom meeting, Google Hangouts Meet, GoToMeeting,
FreeConference dan aplikasi lainnya.
9. Webinar Pada masa pandemi dimana pertemuan langsung dengan banyak orang harus
dikurangi, sehingga webinar menjadi sarana yang tepat dan praktis untuk
menyelenggarakan seminar, pelatihan, workshop secara online. Selain praktis
penyelenggaraan webinar juga sangat ekonomis dan mampu menjangkau semua
wilayah yang sudah memiliki jaringan internet. Panitia, pemateri dan peserta yang
masing-masing beda di tempat tidak menjadi kendala. Biasanya yang menjadi kendala
adalah jaringan yang kurang lancar dan listrik yang padam. Perpustakaan bisa
menyelenggarakan kegiatan webinar kapan saja dan dari mana saja. Persiapan
webinar juga lebih cepat dan praktis, tidak seperti jika penyelenggaraan langsung.
Webinar hanya perlu host yang bertugas mengatur dan memandu pelaksanaan
webinar, pemateri yang akan memberikan materi secara online, peserta yang
tergabung dalam webinar dari lokasi masing-masing dan jaringan listrik dan internet.
10. Konsultasi Perpustakaan & Kepustakawanan Online Konsultasi kepustakawanan pada
masa pandemi bisa dilakukan melalui whatshap, sms, telpon, email maupun chatting.
Pustakawan bisa melayani konsultasi sepanjang waktu, tidak terbatas pada jam kerja.
Kalau konsultasi langsung hanya bisa dilakukan pada saat jam kerja, maka konsultasi
online bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Konsultasi online ini meliputi
konsultasi akses informasi elektronik, konsultasi pelayanan administrasi, konsultasi
penyusunan tugas akhir, konsultasi kepustakawanan seperti penyusunan Dupak dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Dyan, Permata Yanda, dkk. 2020. Peran Perpustakaan sebagai Pendukung Pembelajaran
Jarak Jauh di Masa Pandemi. Jurnal Libraria: Vol. 8 (1)
Irawan, Prasetyo. Metode Penelitian: Modul 1. Tangerang: Universitas Terbuka
Nurhayati, Cucu. 2020. SOS14305: Teori Perubahan Sosial. Tangerang : Universitas Terbuka
Rheza Ega W., Annisa N. Fatwa. 2021. Pwluang dan Tantangan Perpustaakan di Masa
Pandemi. Jurnal Publish: Vol. 5 (2)
Soeprapto. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Tangerang: Universitas Terbuka
Suharti. 2020. Layanan Perpustakaan di Masa Pandemi. Buletin Perpustakaan Universitas
Islam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai