Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI PERTANIAN

Materi : Isolasi, Purifikasi, dan Identifikasi


Jamur Patogen Tanaman

Oleh :
Nama : E ADIST ESCORDIA NOVININDA
NIM : 165040201111132
Kelompok : B2
Asisten : NURHALIMAH

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2019
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan Isolasi
3.1.1 Alat dan Bahan Isolasi
Alat
No. Nama Alat Fungsi
1. Cutter Untuk memotong bagian tanaman spesimen
2. Pinset Untuk memindahkan potongan sampel
3. Cawan petri Sebagai tempat media dan pertumbuhan
4. Bunsen Untuk sterilisasi alat
5. Plastik wrap Untuk menutup cawan petri
Bahan
No. Nama Bahan Fungsi
1. Klorox 2% Untuk mensterilkan spesimen tanaman
2. Alkohol 70% Untuk mensterilkan alat
3. Aquades Untuk mensterilkan spesimen tanaman
4. Spirtus Sebagai bahan bakar bunsen
5. Media PDA Sebagai media pertumbuhan

3.1.2 Alat dan Bahan Purifikasi


Alat
No. Nama Alat Fungsi
1. Jarum ose Untuk mengambil dan memindahkan patogen
2. Bunsen Untuk mensterilkan alat
3. Plastik wrap Untuk menutup cawan petri
4. Cawan petri Sebagai tempat media dan pertumbuhan
Bahan
No. Nama Alat Fungsi
1. Media PDA Sebagai media pertumbuhan
2. Alkohol 70% Untuk mensterilkan alat
3. Spirtus Sebagai bahan bakar bunsen
4. Tissue steril Untuk membersihkan meja dan alat

3.1.3 Alat dan Bahan Identifikasi


Alat
No. Nama Alat Fungsi
1. Jarum ose Untuk mengambil sampel jamur
2. Kaca preparat Tempat meletakkan hifa
3. Mikroskop Untuk identifikasi
4. Bunsen Untuk sterilisasi alat
5. Cover glass Untuk menutup kaca preparat
Bahan
No. Nama Alat Fungsi
1. Isolat hasil Sebagai sampel yang akan diidentifikasi
purifikasi
2. Alkohol 70% Untuk sterilisasi alat
3. Spiritus Sebagai bahan bakar bunsen
4. Media PDA Sebagai media perkembangbikan jamur

3.2 Cara Kerja (Diagram Alir + Analisa)


3.2.1 Isolasi

Menyiapkan alat dan bahan

Memotong bagian daun yang sakit menggunakan cutter, setengah


sehat setengah sakit

Menyiapkan 4 cawan petri berisi alkohol, klorox dan aquades dalam


2 cawan petri

Mencuci bagian sampel daun yang telah dipotong dengan alkohol


70% selama ±1 menit

Mencuci dengan klorox ±1 menit dan membilas dengan aquades 2


kali. Mengering anginkan dengan tissue steril

Mensterilkan semua alat tanam menggunakan bunsen

Memasukkan ketiga potongan daun dalam media PDA aseptis

Membungkus cawan petri menggunakan plastik wrap

Menginkubasi hasil isolasi 5-7 hari dalam suhu kamar

Mengamati isolat setiap hari dan mendokumentasi

Membersihkan sampel bagian tanaman yang bergejala dengan air


mengalir kemudian memotong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat masing-
masing ± 1 cm, lalu potongan sampel direndam dengan klorox 2% selama 1
menit tujuannya untuk meluruhkan mikroorganisme yang ada di sampel
tersebut, kemudian merendam dengan alkhohol selama 1 menit fungsinya
untuk sterilisasi, selanjutnya Aquades untuk sterilisasi selama 1 menit.
Perendaman pada aquades dilakukan sebanyak dua kali. Meniriskan pada
tissue lalu menanam isolat di media PDA. Potongan sampel yang ditanam
adalah 3 potong, dan diletakkan agak berjauhan dan membentuk segitiga.
Tutup cawan petri dan ditambahkan dengan plastik warp untuk memastikan
cawan petri tidak terbuka. Membungkus cawan petri menggunakan kertas
bekas dan beri label. Sampel diamati setiap hari selama 5-7 hari dan
didokumentasikan.

3.2.2 Purifikasi Jamur Patogen

Menyiapkan alat dan bahan

Menyiapkan media purifikasi dan jamur

Membuka media yang telah terdapat patogen, dan membuat pola


bagian yang akan diambil menggunakan jarum ose

Mengambil potongan media yang telah terdapat patogen


menggunakan jarum ose

Memindahkan patogen pada media PDA yang baru

Memasukkan ketiga potongan daun dalam media PDA aseptis

Membungkus cawan petri menggunakan plastik wrap

Menginkubasi hasil isolasi 5-7 hari dalam suhu kamar

Mengamati isolat setiap hari dan mendokumentasi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan


bahan. Kemudian, membakar jarum ose pada bunsen dan mengambil satu
gores hifa hasil isolasi pathogen untuk ditanamkan pada media PDA yang
baru. Penanaman pada media hanya dilakukan pada salah satu titik yaitu
berada di tengah (titik tumbuh di tengah) agar jamur dapat tumbuh menyebar
mengitari cawan petri. Setelah itu tutup cawan petri dan membungkusnya
dengan plastik wrap sambil diputar di sekitar bunsen. Langkah terakhir,
melakukan inkubasi selama 5-7 hari dan melakukan pengamatan setiap hari.

3.2.3 Identifikasi Jamur Patogen

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil sedikit sampel jamur mengunakan jarum ose

Meletakkan pada kaca preparat dan menutupnya menggunakan


cover glass

Melakukan identifikasi dan mendokumentasi hasil

Identifikasi dilakukan dengan cara preparat kering. Preparat kering


dilakukan dengan mengambil PDA sedikit menggunakan jarum ose kemudian
dibakar hingga mencair pada bunsen. Setelah itu diletakan pada kaca preparat.
Kemudian jamur diambil sedikit lalu diletakkan pada PDA yang telah cair tadi,
selanjutnya ditutup menggunakan cover glass. Setelah itu diidentifikasi
menggunakan mikroskop.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Isolasi Jamur Patogen
No Nama Gejala Hasil (Dokumentasi+
Patogen Literatur)
(ilmiah)
1 Alternaria Bercak melingkar seperti
porri cincin berwarna abu-abu
pada tepinya dan
keunguan pada bagian
tengahnya. Pada bagian
tanaman yang terserang
mengeriput dan terlihat
seperti mengering.
Sesuai dengan pendapat
Semangun (2000), gejala
pertama adalah bercak
kecil, melekuk, berwarna
putih sampai kelabu.
Bercak tampak bercincin-
cincin, dan warnanya
agak keunguan. Tepinya
agak kemerahan atau
keunguan dan dikeliingi
oleh zona yang berwarna
kuning, yang dapat
meluas agak jauh di atas
atau di bawah bercak,
pada cuaca lembab
permukaan bercak
tertutup oleh konidiofor
dan konidium jamur yang
berwarna coklat sampai
hitam. Ujungnya daun
yang sakit mengering.
Bercak lebih banyak
terdapat pada daun tua.
2 Fusarium Seluruh daun
oxysporum menguning, mengering
dan seluruh tanaman
menjadi layu memucat
hingga terkulai seperti
kekurangan air. Menurut
Walker (1952), gejala
awal adalah tulang-
tulang daun memucat
dan tangkai merunduk.
Daun menguning,
pertama kali muncul
pada daun tua, biasanya
daun sebelah bawah.
selanjutnya daun layu
dan mati, dan gejala
berlanjut ke daun muda.
Satu persatu cabang-
cabang mulai terinfeksi.
Dalam beberapa minggu
penyakit berkembang
cepat, pencoklatan pada
berkas pembuluh dapat
dilihat pada pangkal
batang. Keseluruhan
tanaman akhirnya
terinfeksi, dan biasanya
kejadian ini menjadikan
layu keseluruhan pada
tanaman, hingga
akhirnya mati , dan
batang kering seperti
kayu
3 Colletotricum gejala yang ditimbulkan
capsici oleh cabai yang terserang
jamur Colletothricum
capsici adalah bintik-
bintik hitam dibagian
tengah buah (Wijayanti,
2014). Jamur ini dapat
menginfeksi cabang,
ranting, daun danbuah.
Infeksi pada buah terjadi
biasanya pada buah
menjelang tua dan
sesudah tua. Gejala
diawali berupa bintik-
bintik kecil yang berwarna
kehitam-hitaman dan
sedikit melekuk.
Serangan yang lebih
lanjut mengakibatkan
buah mengerut, kering,
membusuk dan jatuh.
4 Pyricularia Pada daun tampak bintik-
oryzae bintik kecil, warna bintik
ungu kekuning-kuningan,
kemudian membesar dan
terdapat titik kecil
berwarna putih pada
bagian tengah. Gejala
pada daun yang sering
disebut blas daun
berbentuk bercak-bercak
jorong dengan ujung
runcing. Pusat bercak
berwarna kelabu atau
keputih-putihan dan
biasanya mempunyai tepi
coklat atau coklat
kemerahan. Bentuk dan
warna bercak bervariasi
tergantung dari keadaan
lingkungan,umur, bercak,
dan derajat ketahanan
jenis padi
4.1.2 Tabel Identifikasi
No Hasil Identifikasi
Makroskopis (dokumentasi + Mikroskopis (dokumentasi +
literature) literature)
1 Alternaria porri Alternaria porri

(Hanudin, 2006) (Marlitasari dkk,2016)


2 Fusarium oxysporum Fusarium oxysporum

(Nugraheni, 2010)
(Juniawan, 2015)
3 Colletotricum capsici Colletotricum capsici

Sektiono dkk (2016) Sektiono dkk (2016)


4 Pyricularia oryzae Pyricularia oryzae

Wicaksono dkk (2017) Wicaksono dkk (2017)


4.2 Pembahasan
4.2.1 Isolasi Jamur Patogen
1. Alternaria porri
Isolasi jamur patogen Alternaria porri pada tanaman bawang
dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang sehat dan setengah
bagian tanaman sakit yang memiliki gejala pada daun yang terserang
terdapat bercak melingkar seperti cincin berwarna abu-abu pada tepinya
dan keunguan pada bagian tengahnya, tanaman terlihat mengeriput dan
mengering. Bagian tanaman yang diambil untuk isolasi yaitu daun
bawang merah. Berdasarkan isolasi, diperoleh hasil berupa tumbuhnya
hifa pada ketiga potongan daun bawang merah dengan ciri-ciri hifa
berwarna putih seperti kapas, tumbuh secara melingkar, permukaannya
cembung dengan tepi berbentuk tidak beraturan seperti tersusun atas
serat-serat tebal. Pada hasil isolasi ini, tidak ditemukan kontaminasi pada
jamur yang tumbuh ataupun bagian lain di sekitar jamur pada cawan petri.
2. Fusarium oxysporum
Hasil isolasi Fusarium oxysporum menunjukkan pertumbuhan dari
miselium yang awalnya tidak berwarna (putih) berubah menjadi putih
keabu-abuan. Menurut literatur, Fusarium oxysporum dapat tumbuh
dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang mengandung
ekstrak sayuran. Awalnya miselium tidak berwarna, semakin tua warna
menjadi krem atau kuning pucat dalam keadaan tertentu berwarna merah
muda agak ungu (Gandjar dkk, 1999)
3. Colletotricum capsici
Hifa jamur Colletotrichum sp. berwarna agak gelap dan tidak
bersekat, konidiofor tidak bercabang dan konidia berbentuk bulan sabit
tidak bersekat serta hialin. Colletotrichum capsici menghasilkan spora
berupakonidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-ujungnya
yang tumpul dan bengkok seperti bulan sabit (Agrios, 2005).
4. Pyricularia oryzae
Menurut Lestari dkk (2014), isolat Pyricularia oryzae biasanya
ditandai dengan warna kekuningan yang mengkilap atau punhitam keabu-
abuan. Dengan demikian dapat dikatakan isolat cendawan Pyricularia
oryzae media PDA menunjukkan pertumbuhan yang baik. Menurut
Meena (2005) pada suhu ruang 25-30°C koloni cendawan Pyricularia
oryzae pada media PDA menunjukkan pertumbuhan yang baik.
Observasi di bawah mikroskop menunjukkan bahwa isolat Pyricularia
oryzae memiliki bentuk konidia pyriform dimana umumnya bagian
dasarnya bulat dan ujungnya menyempit,tidak berwarna atau transparan
(hialin) dan berwarna pucat olive. Beberapa isolate menampakkan
pinggiran koloni yang lebih halus namun ada juga yang tidak teratur. Pada
umumnya miselia cendawan P. oryzae mempunyai bentuk lingkar seperti
cincin konsentris yang mengarah ke pusat.
4.2.2 Purifikasi Jamur Patogen
1. Alternaria porri
Purifikasi jamur patogen Alternaria porri pada tanaman bawang
dilakukan dengan mengambil satu gores hifa dari hasil isolasi. Hifa yang
dipilih harus pada bagian yang jauh dari kontaminasi. Hasil yang
diperoleh pada hasil purifikasi Alternaria porri berupa tumbuhnya hifa
berwarna kuning keunguan, berbentuk tidak beraturan dengan
permukaan tipis dan halus, selain itu ditemukan kontaminasi pada sekitar
cawan petri atau tepat disekeliling tumbuhnya jamur Alternaria porri,
jamur kontaminasi berwarna abu-abu dengan permukaan atas seperti
terdapat taburan serbuk berwarna hitam. Menurut Hanudin (2006), bahwa
setelah beberapa hari koloni menebal seperti butiran tepung berwarna
putih dan pada tengah koloni muncul warna ungu. Koloni menyebar ke
seluruh permukaan cawan petri secara beraturan. Terdapat perbedaan
dan persamaan yang ditemukan antara kenampakan makroskopis hasil
purifikasi dan hasil literatur. Perbedaan terletak pada bentuk penyebaran
hifa jamurnya, sedangkan persamaannya yaitu baik hasil purifikasi
maupun literatur diperoleh warna hifa sama-sama keunguan.
2. Fusarium oxysporum
Hasil purifikasi dari jamur Fusarium oxysporum menunjukkan
perkembangan dengan ditandai tumbuhnya miselium berwarna putih
yang kemudian berubah menjadi gelap yakni putih keabu-abuan.
Pertumbuhan dari koloni untuk dilakukkannya pemurnian tergolong
sedang karena memerlukan waktu sekitar 6-7 hari untuk memenuhi
media pemurnian. Selama dilakukannya purifikasi sampai pengambilan
koloni untuk identifikasi terlihat tidak adanya kontaminasi. Menurut
literatur, Fusarium oxysporum dapat tumbuh dengan baik pada
bermacam-macam medium agar yang mengandung ekstrak sayuran.
Awalnya miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem atau
kuning pucat dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu.
Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora (Gandjar,
dkk,1999)
3. Colletotricum capsici
Berdasarkan hasil praktikum purifikasi atau pemurnian jamur
Colletotricum capsici yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur
yang ditumbuhkan pada media PDA mulai berkembang. Jamur terlihat
mengalami pertumbuhan yang baik yaitu miselium yang berwarna putih
setiapharinya semakin melebar. Hasil purifikasi jamur Colletotricum
capsici ini sesuai dengan literatur mengenai kenampakan makroskopis
Colletotricum capsici pada media PDA yang dikemukakan oleh Sulastri,
dkk (2013) yang menyatakan bahwa miselium jamur Colletotrichum
capsici yang tumbuh pada medium PDA berwarna putih keabu-abuan
sampai dengan hitam pada 7 hst, arah pertumbuhan miselium
kesamping, dan struktur miselium kasar. Pengamatan makroskopis
biakan murni Colletotricum capsici berwarna putih sampai abu-abu gelap.
4. Pyricularia oryzae
Hasil pengamatan terhadap hasil ekplorasi cendawan P. oryzae
yang ditumbuhkan pada media PDA didapatkan ciri khas cendawan ini
yaitu secara morfologi makro miseliumnya seperti kumpulan serabut
halus berwarna putih susu (Sulistyowati, 2013).
4.2.3 Identifikasi
1. Alternaria porri
Berdasarkan hasil identifikasi secara mikroskopis diketahui bahwa
jamur memiliki bentuk Irregular atau tidak teratur. Elevasi convex atau
cembung. Margin undulate atau bergelombang. Identifikasi jamur patogen
Alternaria porri dilakukan dengan mengambil hifa dari hasil purifikasi
untuk diamati pada mikroskop. Hasil yang diperoleh berdasarkarkan
kenampakan secara mikroskopis, bahwa warna koloni dan bentuk konidia
jamur seperti gada, bersekat, bercabang, agak melengkung, pada bagian
dekat ujung bentuknya tumpul menggembung, pada ujungnya lancip dan
konidiumnya berwarna coklat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mayur
dan Borse (2015), pada hifa muda merupakan hyaline slender dan
bersepta kemudian membentuk koloni dan menjadi berwarna coklat.
Panjang konida adalah 100-300 μm, dengan diamer 15-20 μm. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan (McKenzie, 2013) yang menyatakan
konidiophores hidup sendiri atau dalam kelompok kecil, berwarna pucat
hingga agak kecoklatan, panjangnya sampai 120 μm, tebal 5-10 μm.
Pada konidia tunggal, lurus atau sedikit melengkung, obclavate atau
dengan tubuh conidium ellipsoidal dan meruncing sampai paruh, panjang
keseluruhan 100-300 μm, lebar 15-20 μm, pucat, halus atau minimal
verruculose, 8-12 septa transversal, 0-7. Paruhnya seringkali panjangnya
sama dengan badan conidium, kadang bercabang, berwarna pucat, tebal
2-4 μm, meruncing.
2. Fusarium oxysporum
Berdasarkan hasil identifikasi secara mikroskopis diketahui bahwa
jamur memiliki bentuk Irregular atau tidak teratur. Elevasi umbonate, dan
margin filiform. Klasifikasi dari jamur ini adalah Kingdom Fungi, Divisio
Eumycota, Sub divisio Deuteromycotina, Class Deuteromycetes, Ordo
Moniliales. Famili Tuberculariaceae, Genus Fusarium, Species Fusarium
oxysporum. Fusarium oxysporum membentuk miselium bersekat,
membentuk percabangan dan dapat tumbuh dengan baik pada
bermacam-macam medium agar yang mengandung ekstrak sayuran.
Awalnya miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem atau
kuning pucat dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu
(Gandjar, dkk,1999). Pada miselium yang lebih tua terbentuk
klamidospora. Jamur banyak membentuk mikrokonidium bersel satu,
tidak berwarna, lonjong. Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk
kumparan, bersekat dua atau tiga (Agrios, 2005)
3. Colletotricum capsici
Berdasarkan hasil identifikasi secara mikroskopis diketahui bahwa
jamur memiliki bentuk Irregular atau tidak teratur. Elevasi umbonate, dan
margin undulate atau bergelombang. Serta memiliki hifa yang bersepta.
Menururt pendapat Sulastri, dkk (2013), konidia Colletotricum capsici
berbentuk bulan sabit dan tidak bersekat, hifa berwarna agak gelap dan
tidak bersekat sedangkan konidiofornya tidak bercabang.
Menurut Agrios (2005) mengatakan bahwa Colletotricum capsici
menghasilkan spora berupa konidia yang berbentuk silindris, hialin
dengan ujung-ujungnya yang tumpul dan bengkok seperti bulan sabit.
Jamur ini mempunyai miselium yang terdiri dari beberapa septa, inter dan
intraseluler hifa. Aservulus dan stroma pada batang berbentuk
hemispirakel dan ukuran 70-120 μm. Seta menyebar, berwarna coklat
gelap sampai coklat muda, seta terdiri dari beberapa septa dan ukuran
±150μm. Konidiofor tidak bercabang, massa konidia nampak berwarna
kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung konidiofor. Konidia
berbentuk hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 μm. Konidia dapat
berkecambah pada permukaan buah yang hijau atau merah tua.
4. Pyricularia oryzae
Berdasarkan hasil identifikasi secara mikroskopis diketahui bahwa
jamur memiliki bentuk circular atau lingkaran. Elevasi umbonate, dan
margin undulate atau bergelombang. Secara morfologi, cendawan
Pyricularia oryzae mempunyai konidiaberbentuk bulat, lonjong, tembus
cahaya, dan bersekat dua (3 ruangan) (Ou,1985). Satu daur penyakit
dimulai ketika spora cendawan menginfeksi danrnenghasilkan suatu
bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi
dan rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila kondisi lingkungan
menguntungkan, satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu.
Selanjutnya dari satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan sampai
ribuanspora dalam satu malam dan dapat terus rnenghasilkan spora
selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi kelembapan dan suhu yang
mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur penyakit dan
menghasilkan kelimpahan spora yangd ahsyat pada akhir musim. Tingkat
inokulum yang tinggi ini sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan
(Scardaci dkk,1997)
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kasimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, George N. 2005. Plant Pathology Fifth Edition. Department of
PlantPathology University of Florida. Elsevier Academic Press. Gandjar dkk
1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
UI
Hanudin. 2006 . Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Makasar: Universitas
Hasanuddin.
Juniawan. 2015. Mengenal Jamur Fusarium oxysporum.
https://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/mengenal-jamur-
fusarium-oxysporum. Diakses pada 30 Maret 2019
Lestari, P., Wawan, Tri P. Priyatno, Wening Enggarini, Reflinur, dan Yadi Suryadi.
2014. Isolasi, Identifikasi, dan karakterisasi Cendawan Pyricularia
oryzae. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumber Daya Genetik Pertanian
Marlitasari, E., Sulistyowati, L. Dan Kusuma, R.R. 2016. Hubungan Ketebalan
Lapisan Epidermis Daun Ter hadap Infeksi Jamur Alternaria porri Penyebab
Penyakit Bercak Ungu pada Empat Varietas Bawang Merah. Malang: FP
Universitas Brawijaya. J. HPT. 4(1).
Mayur, D. dan Borse, K.N. 2015. Common Fungal Leaf Spot Diseases of Allium
cepa L. and Allium sativum L. India: Crop from Maharashtra State. Vol.
4(11): 34-37
McKenzie. 2013. Alternaria porii. http://www.padil.gov.au/maf-border/ pest/main/
142989/www.landcareresearch.co.nz. Diakses pada 30 Maret 2019
Meena, B.S. 2005. Morphological and molecular variabilityof rice
blastpathogen P. grisea. Master Thesis.Dharwal Univ. of Agric. Sci. 87
Nugraheni, E.S. 2010. Karakterisasi Biologi Isolat-isolat Fusarium sp. pada
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) Asal Boyolali. Surakarta:
Skripsi. Jurusan Agronomi FP Universitas Sebelas Maret.
Sektiono, Antok Wahyu., Siti Nur Kajariyah, Syamsuddin Djauhari. 2016. Uji
Antagonisme Actinomycetes Rhizosfer Dan Endofit Akar Tanaman Cabai
(Capsicum frutescens L.) Terhadap Jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bult
et Bisby. Jurnal HPT 4 (1): 18-23
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 23-27 Sulastri. 2013
Sulistyowati. 2013. Identifikasi Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur Dan
IntensitasSerangannya Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Di
KebunPercobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau
Walker, J.C. 1952. Diseases of Vegetable Crops. First Edition. McGraw-Hill Book
Company, Inc., New York, Toronto, London.
Wicaksono, Danar. Arif Wibowo, dan Ani Widiastuti. 2017. Metode Isolasi
Pyricularia Oryzae Penyebab Penyakit Blas Padi. J. HPT Tropika 17 (1): 62
- 69

Anda mungkin juga menyukai