Anda di halaman 1dari 19

KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan

keanekaragaman hayati kedua didunia setelah Brazil, sehingga Indonesia

dianggap sebagai sumber bahan kimia alami yang sangat potensial untuk

dikembangkan menjadi bahan baku obat dan bahan baku industri kimia.

Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk

bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel

diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam

yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi

adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-

pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur

(CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan

daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu

yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk

memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui

sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.

Salah satu contoh kromatografi adalah kromatografi cair vakum

(KCV)yaitusuatu bentuk kromatografi kolom khususnya berguna untuk

fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak karena menggunakan

pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen.

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk

memahami metode penentuan komponen kimia secara kromatografi cair

vakum yang terdapat pada fraksinasi daun coklat (Theobroma cacao L.).

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi

komponen kimia dari fraksinasi daun coklat (Theobroma cacao L.)

menggunakan kromatografi cair vakum.

BAB II

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Daun Coklat (Theobroma cacao L)


1. Klasifikasi tanaman (itis.gov)
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Subdiviso : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Theobroma L.
Spesies : Theobroma cacao L.
2. Nama Lain
Bugis : Daun sikola’
Makassar : Daun coklat
3. Morfologi Tanaman
Habitat asli tanaman coklat adalah hutan tropis dengan naungan
pohon-pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun
relative sama, serta kelembapan tinggi dan relative tetap. Jika
dibudidayakan dikebun, tingi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 -
3 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5-7 meter, tinggi
tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan dan
faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat
dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetative, tunas
yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau
tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah
perumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas
atau fan). Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga
bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang,
yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop tangkai daunnya
hanya sekitar 2,5 cm. tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
halus, bergantung pada tipenya. Kakao adalah tanaman dengan
surface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya (mendatar)
berkembang dekat dengan permukaan tanah, yaitu pada kadalaman
tanah (jeluk) 0-30 cm. Tanaman kakako bersifat kauliflori. Artinya
bunga tumbuh dengan berkembang dari bekas ketiak daun pada
batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama
semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan
bunga (cushion). Warna buah kakao sangat beragam, tetapi dasarnya
hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau
atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning.
Sementara itu, buah yang ketika berwarna merah, setelah masak
berwarna jingga (orange).
4. Kandungan Kimia
Tanaman kakao kaya akan senyawa-senyawa kimia, antara lain
: asam asetat, alanin, alkaloid, arginin, asam askorbat, asam askorbat
oksidase, beta-karoten, kafein, katekin, katekol, selulosa, asam sitrat,
kumarin, sianidin, epigalokatekin, glukosa, glikosida, epikatekin, leusin,
lipase, nitrogen, asam hidroksifenil asetat, polifenol-oksida, polifenol,
asam stearat, sukrosa, tannin Kulit buah kakao mengandung
theobromin sekitar 0,4% b/b dan kalium 3-4% b/b dalam sampel kering,
pigmen kakao (campuran dari flavanoid terpolimerasi atau
terkondensasi meliputi antosianidin, katekin, leukoantosianidin) yang
kadang berikatan dengan glukosa, karbohidrat berbobot molekul besar
(polisakarida) dan berbobot molekul rendah (monosakarida). Kulit buah
kakao mengandung polisakarida meliputi pektin, gom, dan selulosa.
5. Manfaat Tanaman
Selain memperbaiki fungsi peredaran darah, cokelat sebagai

sumber zat bioaktif antioksidan polifenol, khususnya flavonoid memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan. Biji cokelat mengandung banyak

monomer epicatechin (flavonol), dan molekul procyanidin (bentuk

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
polimer). Fungsi flavonoid pada pada cokelat juga sebagai antioksidan

melalui mekanisme penangkapan senyawa radikal bebas dan

menghambat oksidasi enzim-enzim, seperti lipoxygenase. Dalam hal ini

procyanidin adalah penangkap radikal bebas yang efektif. Selain

memiliki efek antioksidan, cokelat juga mampu merangsang system

kekebalan tubuh, dengan memproduksi lebih banyak sitokin.

A. Kromatografi cair vakum

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu

kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang sangat

mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang

disebut kromatogram (Khopkar, 2008).

Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid chromatography

(VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi

kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat

terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma adalah alternatif untuk

mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering

digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak

semipolar (Raymond, 2006).

Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908),

seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani

(chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti penulisan

dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang

didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile).

Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak

dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam, tergantung

pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya,

kromatografi dibedakan menjadi(Rohman, 2009) :

a. Kromatografi adsorbsi

b. Kromatografi partisi

c. Kromatografi pasangan ion

d. Kromatografi penukar ion

e. Kromatografi ekslusi ukuran

f. Kromatografi afinitas

Berdasarkan alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas:

a. Kromatografi kertas

b. Kromatografi lapis tipis

c. Kromatografi cair kinerja tinggi

d. Kromatografi gas

Vacum liquid chromatography (VLC) atau kromatografi cair

vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnyaberguna

untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma

adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke

bawah.Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak

non-polar atau ekstrak semipolar (Hayani, 2007).

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
Kromatografi vakum cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer

atau pada tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan

tekanan luar misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan praktikan di dalam

bekerja dengan menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena

itu syarat utama adalah mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada

kromatografi lapis tipis (Khopkar, 2010).

Fase diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan

dalam KCV. Proses penyiapan fase diam dalam kolom terbagi menjadi dua

macam, yaitu (Sarker et al., 2006):

a. Cara Basah

Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan

melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.

Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat

merata.Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase

diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.

b. Cara kering

Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara

memasukkan fase diam ke dalam kolom kromatografi. Fase diam

tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan.pp

Gambar alat kromatografi kolom vakum cair

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

SAMPEL
ELUEN
SILIKA GEL
KACA MASIR
KOLOM PRIMER

VAKUM

KOLOM SEKUNDER

FRAKSI

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah batang

pengaduk, gelas kimia, sendok tanduk besi, seperangkat alat statif,

timbangan analitik,kolom vakum, dan vial.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, aquadest, etil

asetat, fraksi daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.)Merr), kapas, kertas

saring, n-heksan, silika gel kasar, silika gel halus dan tisu.

C. Prosedur Kerja (Anonim, 2019)


1. Penyiapan kolom

Kolom hisap dengan berbagai ukuran, dibersihkan dan dibilas

dengan metanol kemudian dipasang tegak lurus pada statif. Bagian

kolom dihubungkan dengan pompa vakum dan siap digunakan.

2. Pengemasan fase diam

Fase diam dikemas dalam keadaan vakum agar diperoleh

kerapatan kemasan maksimum. Adsorben selika gel G.60 sebanyak

100 gram (atau sesuai kapasitas kolom yang digunakan) dimasukkan

kedalam kolom dan dimampatkan kemudian permukaan adsorben

diratakan dengan batang pengaduk (adsorben ini dapat dicampur

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
dengan silika gel halus). Dalam keadaan vakum dialirkan n-heksan

beberapa kali agar diperoleh kerapatan kemasan yang maksimal.

3. Proses isolasi sampel

Ekstrak kental ditimbang sebanyak 1 gram (atau sesuai jumlah

fase diam berdasarkan perbandingan 1 : 100), kemudian ditambahkan

pelarut n-heksan sampai seluruh ekstrak terendam, lalu ditambahkan

sedikit demi sedikit silika gel G.60 sambil diaduk hingga homogen ,

didiamkan hingga kering. Setelah kering dimasukkan ke dalam kolom,

diratakan dan dimampatkankemudian bagian atasnya ditutup dengan

kertas saring untuk mencegah pengotor dalam cairan pengelusi. Cairan

pengelusi yang kepolarannya paling rendah yaitu n-heksan-etil asetat

(50 : 0) ditambahkan melalui dinding kolom dan pompa vakum

dijalankan sehingga eluen turun dan mengelusi komponen kimia.

Kemudian dilanjutkan dengan cairan penyari yang kepolarannya lebih

tinggi, berturut – turut yaitu heksan-etil asetat (15 ; 1), (10 : 1), (5 : 1),(1

: 1), (1 : 5), (0 : 50), etil asetat-metanol (1 : 1) dan terakhir adalah

metanol 50 mL sebagai pembilas. Cairan yang keluar ditampung

sebagai fraksi.

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1 pengamatan jenis eluen campuran n-heksan dan etil asetat

No Fase gerak Eluen Warna

(n-heksan : etil asetat)

1 10:0 1 Hijau tua kehitaman

2 9:1 2 Hijau tua

3 8:2 3 Hijau agak tua

4 7:3 4 Hijau pekat

5 6:4 5 Hijau lumut

6 5:5 6 Hijau kecolatan

7 4:6 7 Hijau bening


kecoklatan
8 3:7 8 Kuning bening
kecoklatan
9 2:8 9 Kuning kehijau-hijauan

10 1:9 10 Hijau kekuningan

11 0:10 11 Hijau pudar


kekuningan

Fitokimia terdiri dari dua kata yaitu fito berarti tumbuhan dan kimia

berarti kimia,jadi fitokimi adalah ilmu yang mempelajari tentang kandungan

kimia dari suatu tumbuhan. Metabolit adalah hasil dari metabolisme dimana

metabolit terbagi 2 yaitu metabolit primer dan sekunder. Primer yaitu sudah

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
pasti ada dalam suatu tumbuhan sedangkan sekunder relatif pada

tumbuhan.

Vacum liquid chromatography (VLC) atau kromatografi cair

vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna

untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma

adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke

bawah.Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak

non-polar atau ekstrak semipolar.

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk

memisahkan campuran senyawa dalam sampel daun coklat (Theobroma

cacao L.) dengan metode kromatografi kolom cair vakum.

Pada percobaan kali ini, dilakukan beberapa cara kerja yaitu

pengemasan alat isolasi, cara kerjanya yaitu kolom dipasang tegak lurus

pada statif. Bagian bawah kolom dilapisi kapas kemudian silica gel kasar

dan halus dengan perbandingan 30:10 dimasukkan sampai terisi ½ kolom,

lalu diketuk-ketuk hingga mampat.

Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah disiapakan alat dan

bahan yang akan digunakan, pasang kolon pada statif kemudian diisi denan

silika gel dan dimampatkan dan dimasukkan kertas saring sesuai dengan

ukuran kolom. Ditimbang ekstrak kental 1 gram kemudian disuspensikan

dengan silika gel hingga kering dan dimasukkan dalam kolom. Kemudian

cairan pengelusi yang kepolarannya paling rendah yaitu n-heksan:etil

asetat (10:0) ditambahkan melalui dinding kolom dan pompa vakum

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
dijalankan sehingga eluen turun dan mengelusi komponen kimia. Kemudian

dilanjutkan dengan cairan penyari yang kepolarannya lebih tinggi, berturut-

turut yaitu N-heksan:etil asetat (10:0), (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), (4:6),

(3:7), (2:8), (1:9), dan (0:10).

Adapun KVC ini merupakan pemisahan fraksi berdasarkan

pelarutnya. Agar fraksi tertentu turun, maka harus ditingkatkan

kepolarannya dari non polar, sedikit polar, semi polar, agak polar sampai

100% polar, hal ini dikarenakan didalam sampel itu terdapat senyawa yang

berbeda kepolarannya. Untuk meningkatkan kepolaran pelarut dilakukan

perbandingan campuran pelarut, pada mulanya pelarut non polar dicampur

dengan pelarut semi polar dengan perbandingan tertentu, dan sampai nanti

pelarut semipolar dicampur dengan pelarut polar dengan perbandingan

tertentu. Sampel atau fraksi yang turun itu sesuai dengan kepolaran pelarut

yang digunakan. Bila pelarut yang digunakan adalah n-heksana (non polar)

maka fraksi yang akan turun adalah senyawa non polar, sedangkan

senyawa polar tidak turun karena tidak larut dengan pelarut n-heksana.

Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah pada botol

10:0 diperoleh warna hijau tua kehitaman, 9:1 hijau tua, 8:2 hijau agak tua,

7:3 hijau pekat, 6:4 hijau lumut, 5:5 hijau kecoklatan, 4:6 hijau bening

kecoklatan, 3:7 luning beningf kecoklatan, 2:8 kuning kehijau-hijauan, 1:9

hijau kekuningan, dan 0:10 hijau pudar kekuningan, sehingga diperoleh dari

hasil kromatografi cair vakum pada sampel daun coklat (Theobroma cacao

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
L.) berdasarkan tingkat kepolarnnya dapat dikelompokan menjadi 11

kelompok.

Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi yaitu kurang

bersihnya alat yang digunakan, kurangnya ketelitian pada saat

pengambilan eluen, dan kurang teliti pada saat pengerjaan

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkaan diatas dapat kesimpulan bahwa diperoleh dari

hasil kromatografi cair vakum pada sampel daun coklat (Theobroma cacao

L.) berdasarkan tingkat kepolarnnya dapat dikelompokan menjadi 11

kelompok yaitu pada botol 10:0 diperoleh warna hijau tua kehitaman, 9:1

hijau tua, 8:2 hijau agak tua, 7:3 hijau pekat, 6:4 hijau lumut, 5:5 hijau

kecoklatan, 4:6 hijau bening kecoklatan, 3:7 luning beningf kecoklatan, 2:8

kuning kehijau-hijauan, 1:9 hijau kekuningan, dan 0:10 hijau pudar

kekuningan.

B. Saran

Sebaiknya alat praktikum yang telah rusak diperbaiki atau

diganti agar tidak menghambat dalam proses praktikum.

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia II. Universitas
Muslim Indonesia : Makassar.

Depkes RI., 2001., Pelayanan Informasi Obat, Departemen Kesehatan RI:


Jakarta.

Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Raymond., 2006., Obstetric and Ginecology. Jakarta: Hipocrates

Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu :


Jakarta.

Sarker,SD., Latif,Z and Gray .Al.2006. Natural Product Isolation. Humana


Press inc .Totowa New jersey.

Yazid, Estien., 2005., Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta

Warintek., 2011. Kimia Pangan dan Gizi. Graha ilmu :Jakarta

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

LAMPIRAN

Lampiran. 1 Skema Kerja

Kolom

- dipasang tegak lurus pada statif


- dihunungkan kolom primer dan sekunder
- dipasang vakum dan dihubungkan dengan kolom sekunder
- dimasukan silika gel kasar dan halus
- dimasukkan kertas saring diatas silika
- dimasukkan ekstrak
- dimasukkan eluen dengan perbandingan (n-heksan : etil asetat)
- dijalankan vakum

Fraksi

- ditampung ke dalam botol UC

Beragam fraksi berdasarkan tingkat kepolarannya

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
Lampiran 2. Perhitungan

n-heksan etil asetat


10 0
10 0
10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 50 mL 10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 0 mL

9 1
9 1
𝑥 50 𝑚𝑙 = 45 mL 10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 5 mL
10

8 2
8 2
10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 40 mL 10
𝑥 10 𝑚𝑙 = 15 mL

7 3
7 3
10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 35 mL 𝑥 50 𝑚𝑙 = 15 mL
10

6 4
6 4
𝑥 50 𝑚𝑙 = 30 mL 𝑥 50 𝑚𝑙 = 20 mL
10 10

5 5
5 5
𝑥25 𝑚𝑙 = 50 mL 𝑥25 𝑚𝑙 = 50 mL
10 10

4 6
4 6
𝑥 50 𝑚𝑙 = 20 mL 𝑥 50 𝑚𝑙 = 30 mL
10 10

3 7
3 7
𝑥 50 𝑚𝑙 = 15 mL 10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 35 mL
10

2 8
2 8
10
𝑥 10 𝑚𝑙 = 15 mL 10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 40 mL

1 9
1 9
10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 5 mL 𝑥 50 𝑚𝑙 = 45 mL
10

0 10
0 10
10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 0 mL 10
𝑥 50 𝑚𝑙 = 50 mL

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
Lampiran 3. Gambar

Hasil fraksi perbandingan Hasil fraksi perbandingan


(10:0) – (5:5) (4:6) – (0:10)

Fraksi UV 254 Fraksi UV 366

NUR HIKMA PUSPITA SARI NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020160119

Anda mungkin juga menyukai