KELAS I, KELOMPOK 2
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan
kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Irigasi dan Drainase mengenai identifikasi irigasi dan
drainase di lahan jeruk di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang
Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman-
teman yang banyak membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari
didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki, baik segi tata bahasa maupun dalam hal
pemilihan kata.
Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidak sempurnaanya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bias lebih baik lagi dalam membuat
laporan fieldtrip ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa
memberikan manfaat untuk diri kami sendiri, teman-teman, serta orang lain.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman membutuhkan air dalam berbagai proses pertumbuhannya seperti
evapotranspirasi, fotosintesis, dan aktivitas metabolisme. Ketersediaan air yang
cukup sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Umumnya
tanaman mendapatkan air dari irigasi yang diterapkan, selain itu berasal dari air
hujan.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tidak seluruhnya langsung
mengalir di permukaan tanah dalam bentuk aliran permukaan (run off), tetapi
sebagian air tersebut menyerap ke dalam tanah. Penyerapan air ke dalam tanah pada
umumnya terjadi melalui dua tahapan, yaitu infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah
gerakan air menembus permukaan tanah, sedangkan perkolasi adalah proses
bergeraknya air ke bawah sehingga air tersimpan di dalam tanah sebagai air bawah
tanah (Budianto et al, 2014).
Banyaknya air yang masuk melalui permukaan tanah dan mengalir ke dalam
profil tanah per satuan waktu disebut dengan laju infiltrasi, sedangkan kapasitas
infiltrasi adalah jumlah maksimum air yang dapat diserap profil tanah atau disebut
dengan banyaknya air yang dapat diserap oleh tanah sampai jenuh, satuannya
adalah mm/jam atau mm/hari. Apabila kapasitas infiltrasi lebih besar daripada
intensitas hujan, maka semua air memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam
tanah. Sebaliknya, apabila kapasitas infiltrasi lebih kecil daripada intensitas hujan
yang lebih tinggi, maka sebagian dari air yang jatuh di permukaan tanah tidak
mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan bagian ini akan mengalir
sebagai aliran permukaan. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh
kandungan air, permeabilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air dan iklim mikro
tanah sedangkan laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan
tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu (Badaruddin, 2017).
Untuk menghitung kebutuhan air irigasi berdasarkan data tanah, data iklim
dan data tanaman dapat menggunakan Cropwat 8.0, yaitu program berbasis
windows yang digunakan untuk Cropwat 8.0, yaitu program berbasis windows.
Program Cropwat dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi tanaman
2
(ETc), evapotranspirasi acuan (ETo), kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman
maupun beberapa jenis tanaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya pengamatan infiltrasi adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pemilihan jenis sistem irigasi terhadap jenis tanaman jeruk,
2. Mengetahui kebutuhan air tanaman jeruk dan jadwal irigasi menggunakan
aplikasi Cropwat, dan
3. Mendesain plot irigasi yang sesuai dengan kondisi lahan dan kemampuan
tanaman jeruk.
3
yang sering juga dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai sumber air bagi lahan
budidaya termasuk lahan jeruk tersebut.
Kondisi iklim pada tempat survei yaitu pada lahan jeruk kecamatan
Ngantang Kabupaten di ambil dari data metereologi statiun Selorejo. Data
mencangkup temperatur, kelembapan, lama penyinaran, dan curah hujan. Adapun
rata – rata temperatur maksimum di lokasi yaitu 30,6 derajat celcius dan rata-rata
temperatur minimum sebesar 19,2. kelembapan relatif tahunan sebesar 78 % dan
lama penyinaran sebesar 7,95 jam, sedangkan untuk curah hujan tahunan sendiri
sebesar 226 mm. pengamatan yang dilakukan pada tanggal 7 April 2019 , dimana
pada bulan April masih tergolong bulan basah dengan curah hujan 278 mm.
Pengamatan infiltrasi menggunakan ring infiltrometer dilakukan ketika kondisi
cuaca tidak mendukung, yakni terjadi hujan yang cukup lama. Pengamatan baru
bisa dilaksanakan ketika hujan reda untuk menghindari masuknya air hujan dalam
ring infiltrometer.
2.3 Kondisi Tanah
Kondisi tanah ditinjau dari data pengamatan dan perhitungan di
laboratorium antara lain, nilai berat isi, berat jenis, dan kadar air. Berat jenis di
dapatkan 2,13 g.cm-3, berat isi sebesar 0,60 g.cm-3, dan kadar air sebesar 1,96 g.g-1.
Kondisi tanah juga dapat ditinjau langsung di lapang seperti tekstur, sumber air,
infiltrasi, dan kedalaman air. Tekstur tanah daerah tersebut termasuk lempung
berliat. Hal ini dibuktikan saat pengambilan sampel baik tanah komposit maupun
tanah utuh yang mengalami kesusahan saat penggalian. Ketersediaan air di lahan
5
tersebut baik hal ini dibuktikan dari dekatnya sumber air berupa sungai kecil
sehingga memudahkan dalam pengelolaan pengairan irigasi. Berdasarkan
pengamatan rata-rata infiltrasi rate sebesar 16,2 cm.hr-1. Sehingga infiltrasi di
lapang infiltrasi berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya genangan air di lahan tersebut. kedalaman air infiltrasi berkisar 6-13 cm.
Vegetasi dari lahan yang kita amati ialah jeruk dengan rerumputan yang
menyelimuti hampir semua tanah di lahan tersebut. Jeruk merupakan tanaman
tahunan hal ini menunjukkan tanah di lahan tersebut jarang terjadi pengolahan
sehingga struktur di lahan tersebut terjaga.
6
apabila ingin dilakukan perencanaan irigasi air harus di pompa untuk dapat
mengaliri lahan jeruk tersebut agar perencanaan irigasi dapat dilakukkan secara
tepat. Hal tersebut sesuai dengan Susanawati dan Suharto (2017) yang mengatakan
bahwa pengaplikasian irigasi yang tepat dapat berdampak pada peningkatan
produktivitas tanaman. Dengan pengamatan yang telah dilakukan agar kegiatan
irigasi berjalan dengan lebih efektif maka dianjurkan untuk mengaplikasikan irigasi
curah pada lahan jeruk tersebut. Susanawati dan Suharto (2017) menyampaikan
bahwa irigasi untuk tanaman jeruk yang biasa diaplikasikan adalah irigasi curah
(springkle irrigation)
Sistem irigasi curah yaitu dimana air di pompa lalu di alirkan ke tanaman
tanaman dengan disemprotkan seperti air hujan. Putra et al, (2017) mengatakan
bahwa irigasi curah merupakan metode irigasi dimana air irigasi diberikan pada
permukaan tanah melalui pipa – pipa bertekanan tinggi yang kemudian
mencurahkan ke udara dengan bentuk butiran – butiran air kecil menyerupai hujan.
Apabila menggunakan irigasi springkle maka jarak antar pipa lateral yang harus
diterapkan adalah berkisar 1-1,5m, hal tersebut agar keseragaman distribusi air, laju
penyiraman dan jarak lempar selalu seragam tiap pengaplikasiannya. Hal tersebut
sesuai dengan Putra et al, (2017) yang mengatakan bahwa agar jarak lempar,
keseragaman distribusi dan laju penyiraman sealalu seraham maka jarak antar pipa
lateral harus benar – benar dkiperhatikan yaitu sekitar 1-1,5 m. system irigasi
springkle memiliki komponen – komponen penting yang harus diperhatikan dalam
pengaplikasiannya antara alian adalah sumber air irigasi, pompa air dan tenaga
penggeraknya, jaringan perpipaan dan sprinkler. Sesuai dengan Saptomo et al,
(2013) komponen penyusun irigasi springkle adalah alian adalah sumber air irigasi,
pompa air dan tenaga penggeraknya, jaringan perpipaan dan sprinkle.
8
Simulasi pada software Cropwat 8.0 menunjukkan bahwa pada bulan Juli
hingga bulan Oktober tanah mengalami surplus air dengan data yang tertulis
kebutuhan air irigasi 0 maka dari itu irigasi tidak perlu dilakukan, hal ini juga
dimaksudkan untuk upaya penghematan biaya, tenaga kerja sekaligus konservasi
air. Ketersediaan air hujan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Kelebihan air pada bulan-bulan basah perlu dikelola melalui sistem drainase yang
baik. Penggenangan air akan mengganggu sistem perakaran dan pertumbuhan bakal
buah (Susanawati, 2017). Memasuki fase akhir menjelang panen yang terjadi pada
bulan Januari, curah hujan menurun kembali sehingga irigasi perlu diterapkan untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman.
Untuk penggunaan Cropwat data yang didapatkan sudah bisa dikatakan
tepat sehingga penjadwalan irigasi dan kebutuhan air tanaman terpenuhi, produksi
dari tanaman sendiri tidak menurun. Menurut Umar et al, (2008), titik kritis deplesi
lengas tanah untuk tanaman jeruk yang diperbolehkan berdasarkan penelitian oleh
FAO adalah 40-50% kondisi air tanah tersedia dengan kedalaman perakaran
optimal yang mampu dicapai adalah 1,4 m dan tinggi tanaman optimal 4 m.
Pemberian air dengan debit 20 L/jam selama 2 jam/hari mampu mempertahankan
pertumbuhan tanaman jeruk fase vegetatif, dan selama berlangsungnya penelitian
kadar lengas tanahnya mencapai 33,61 % walau nilai ini masih lebih rendah dari
kandungan lengas tanah yang dikehendaki oleh tanaman jeruk 55-65 % dari
kapasitas lapang.
Penggunaan Cropwat untuk menentukan kebutuhan air tanaman dan jadwal
irigasi tanaman pada 1 periode sudah dapat dikatakan bisa menjadi acuan yang baik,
namun pada kondisi aktual akan ada beberapa data yang tidak sesuai dengan kondisi
aktual, oleh karena itu irigasi tetap harus dilakukan untuk menjaga produktivitas
dari tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Susanawati (2017), pengoperasian
irigasi harian perlu tetap dilakukan berdasarkan pengamatan kondisi aktual di
lapangan untuk mempertahankan kadar air tanah berada pada rentang yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan aplikasi ini tetap harus diawasi dengan
sesuai dengan kondisi lapangan pemberian air irigasi adalah pilihan untuk kita
melakukan irigasi atau tidak tergantung dengan kondisi lapangan, agar
produktivitas tanaman sendiri dan kebutuhan air tanaman tetap terpenuhi.
11
Setelah itu menghitung hujan efektif dengan menggunakan data curah hujan
seperti pada tabel Cropwat di bawah ini:
12
Curah hujan dan hujan efektif berbanding lurus. Semakin tinggi curah
hujan, maka air yang tersedia untuk tanaman semakin banyak. Dengan curah hujan
tertinggi antara bulan Desember sampai bulan Maret (bulan basah) sedangkan pada
bulan Mei-Oktober curah hujan rendah (bulan kering).
Setelah mengetahui nilai ETo dan hujan efektif, untuk menentukan
kebutuhan air harus mengetahui nilai Kc tanaman yang akan dipilih. Data nilai Kc
tanaman jeruk menurut FAO adalah initial-deveploment 60 , Mid-season 120 , dan
late season 95.
berikutnya.Karena berbunga pada musim hujan umumnya bunga akan gugur, yang
akan menngakibatkan rendahnya produksi buah. Tanaman jeruk dapat dipanen
setelah berusia 365 hari, sesuai dengan lama setiap fase yang dilalui.
Setelah menentukan tanaman yang akan ditanam, pilih karakteristik tanah
yang sesuai untuk tanaman tersebut dan daerah lokasi.
Dari data yang diperoleh FAO, tanah dengan tekstur liat memilki total
kadar air 290 mm/m, dengan infiltrasi maximum 40mm/hari, dan kedalaman
maximum perakaran disesuaikan dengan kedalaman akar tanaman. Jika nilai ETo,
nilai hujan efektif, jenis tanaman, dan karakteristik tanah sudah ditemukan. Maka
niali ETc sudah dapat ditentukan. Datanya adalah sebagai berikut :
14
4.3 Jadwal Irigasi dan Debit Pemberian Air Sesuai dengan Metode Irigasinya
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Badaruddin. 2017. Panduan Praktikum Infiltrasi. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat
Bappenas. 2011. Cara Budidaya tanaman Jeruk. http://tipspetani.blogspot.
com/2011/02/cara- budidaya -tanaman-jeruk.html. Diakses pada tanggal 7
April 2019.
BPS Kota Malang.2016. Kota Malang Dalam Angka. Malang : Bima Media
Mandiri
Priyono, S. (2009). Aplikasi Cropwat for Windows untuk dasar manajemen sumber
daya air di petak tersier. Jurnal Teknik WAKTU, 7(1), halaman 88–92
Saptomo, Satyanto Krido. Isnain, Rahmat. Setiawan, Budi Indra. 2013. Irigasi
Curah Otomatis Berbasis Sistem Pengendali Mikro.Jurnal Irigasi. Vol 8(2).
Sapei, A., dan Fauzan, M. 2012. Lapisan kedap buatan untuk memperkecil
perkolasi lahan sawah tadah hujan dalam mendukung irigasi hemat air. Jurnal
Irigasi, 7(1), halaman 52–58.
Soelarso. 1996. Budidaya Jeruk. Jakarta: Penerbit Kanisius.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 3.