Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

IRIGASI DAN DRAINASE

KELAS I, KELOMPOK 2

ASISTEN :Martiana Adelyanti

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Disusun Oleh :
KELOMPOK I2

Rio Falah Perdana (175040207111239)


Vicky Hardiansyah (175040200111015)
Niko Mahendra (175040200111054)
Kirana Nathania Ratna Asri (175040200111063)
Niken Ayu Sufi Abdillah (175040200111067)
Herdhiana Rachmatika (175040200111081)
Hanifah Ainur Dienna (175040200111097)
Intan Fitria Nuraini (175040201111006)
Choirunnisak (175040201111065)
Aulia Vindy Paramita (175040207111060)
Isnaini aisyah (175040207111065)
Firhan Aryapaksi (175040207111149)
Dimas Wahyu Binangun (175040207111189)
Muhammad Dhofir Ridwan (175040207111206)
Fadhila Ravinda Putri (175040207111253)
Mohamad Fadholi (175040219111001)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan
kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Irigasi dan Drainase mengenai identifikasi irigasi dan
drainase di lahan jeruk di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang
Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman-
teman yang banyak membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari
didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki, baik segi tata bahasa maupun dalam hal
pemilihan kata.
Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidak sempurnaanya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bias lebih baik lagi dalam membuat
laporan fieldtrip ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa
memberikan manfaat untuk diri kami sendiri, teman-teman, serta orang lain.

Malang, 29 April 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
II. KONDISI LAHAN ........................................................................................... 3
2.1 Kondisi Aktual .............................................................................................. 3
2.2 Kondisi Iklim ................................................................................................. 4
2.3 Kondisi Tanah ............................................................................................... 4
III. PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN DESAIN SISTEM IRIGASI...... 6
3.1 Jenis dan Dasar Pertimbangan Tanaman yang Akan Diusahakan ................ 6
3.2 Pemilihan Sistem Irigasi ................................................................................ 6
IV. KEBUTUHAN AIR DAN JADWAL IRIGASI ........................................... 9
4.1 Kebutuhan Air Tanaman ............................................................................... 9
4.2 Kebutuhan Air Irigasi .................................................................................. 11
4.3 Jadwal Irigasi dan Debit Pemberian Air Sesuai dengan Metode Irigasinya 15
V. PENUTUP ....................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17
5.2 Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18
LAMPIRAN..................................................................................................................... 20

iv
1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman membutuhkan air dalam berbagai proses pertumbuhannya seperti
evapotranspirasi, fotosintesis, dan aktivitas metabolisme. Ketersediaan air yang
cukup sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Umumnya
tanaman mendapatkan air dari irigasi yang diterapkan, selain itu berasal dari air
hujan.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tidak seluruhnya langsung
mengalir di permukaan tanah dalam bentuk aliran permukaan (run off), tetapi
sebagian air tersebut menyerap ke dalam tanah. Penyerapan air ke dalam tanah pada
umumnya terjadi melalui dua tahapan, yaitu infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah
gerakan air menembus permukaan tanah, sedangkan perkolasi adalah proses
bergeraknya air ke bawah sehingga air tersimpan di dalam tanah sebagai air bawah
tanah (Budianto et al, 2014).
Banyaknya air yang masuk melalui permukaan tanah dan mengalir ke dalam
profil tanah per satuan waktu disebut dengan laju infiltrasi, sedangkan kapasitas
infiltrasi adalah jumlah maksimum air yang dapat diserap profil tanah atau disebut
dengan banyaknya air yang dapat diserap oleh tanah sampai jenuh, satuannya
adalah mm/jam atau mm/hari. Apabila kapasitas infiltrasi lebih besar daripada
intensitas hujan, maka semua air memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam
tanah. Sebaliknya, apabila kapasitas infiltrasi lebih kecil daripada intensitas hujan
yang lebih tinggi, maka sebagian dari air yang jatuh di permukaan tanah tidak
mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan bagian ini akan mengalir
sebagai aliran permukaan. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh
kandungan air, permeabilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air dan iklim mikro
tanah sedangkan laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan
tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu (Badaruddin, 2017).

Untuk menghitung kebutuhan air irigasi berdasarkan data tanah, data iklim
dan data tanaman dapat menggunakan Cropwat 8.0, yaitu program berbasis
windows yang digunakan untuk Cropwat 8.0, yaitu program berbasis windows.
Program Cropwat dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi tanaman
2

(ETc), evapotranspirasi acuan (ETo), kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman
maupun beberapa jenis tanaman.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya pengamatan infiltrasi adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pemilihan jenis sistem irigasi terhadap jenis tanaman jeruk,
2. Mengetahui kebutuhan air tanaman jeruk dan jadwal irigasi menggunakan
aplikasi Cropwat, dan
3. Mendesain plot irigasi yang sesuai dengan kondisi lahan dan kemampuan
tanaman jeruk.
3

II. KONDISI LAHAN

2.1 Kondisi Aktual


Pelaksanaan kegiatan fieldtrip pengamatan infiltrasi dilakukan pada salah
satu desa di kecamatan ngantang kabupaten batu. Pada desa tersebut terdapat
beberapa lahan yang digunakan untuk menanam beberapa jenis tanaman budidaya
yang berbeda yaitu sebagian tanaman semusim dan sebagian lagi merupakan
tanaman tahunan . Jeruk merupakan salah satu jenis tanaman yang dibudidayakan
oleh warga di daerah ini, dimana pada salah satu lahan jeruk tersebut yaitu milik
bapak syafi’i kami gunakan untuk pengamatan infiltrasi tanah. Pada praktek
budidayanya jarak tanam yang digunakan oleh pemilik lahan tersebut adalah
2mx2m dengan kondisi tanah yang berwarna coklat gelap dan tidak keras yang
terbukti pada saat dilakukan pembenaman Ring kedalam tanah dapat dilakukan
dengan mudah.
Daerah pengamatan infiltrasi yang dilakukan di daerah ngantang berada
pada lahan yang berlereng. Kelerengan pada daerah ngantang adalah 40% dengan
ketinggian 500-700 Mdpl (BPS, 2016), karena itu pada lahan jeruk tersebut
dijadikan terasering untuk meminimalisir adanya erosi. Petani jeruk tersebut juga
melakukan pembubunan pada setiap tanaman jeruk untuk memperkokoh dan
mencegah adanya genangan di sekitar tanaman jeruk. Kondisi iklim pada daerah
ngantang menunjukkan curah hujan yang terjadi secara signifikan dalam satu tahun
sehingga musim kemarau terjadi secara singkat, menurut data BPS (2016)
Kecamatan Ngantang memiliki suhu rata-rata 23-27oC dengan curah hujan sekitar
lebih dari 1000mm/thn serta kelembababn 70% .
Sungai Konto merupakan sumber air bagi tanaman budidaya di daerah
ngantang dan termasuk juga lahan jeruk yang dijadikan tempat pengamatan
infitrasi. Sungai Konto memiliki karakteristik air yang berwarna coklat karena
mengandung material erosi. Menurut Kiranoto (2003) Pada dasarnya erosi yang
paling sering terjadi dengan tingkat produksi sedimen (sediment yield) paling besar
adalah erosi permukaan yang dapat terjadi karena curah hujan, dimana partikel air
yang jatuh secara langsung atau tidak langsung dapat mengikis permukaan tanah
secara perlahan dengan pertambahan waktu dan akumulasi intensitas hujan tersebut
akan mendatangkan erosi. Selain itu tepat di atas lokasi pengamatan terdapat parit
4

yang sering juga dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai sumber air bagi lahan
budidaya termasuk lahan jeruk tersebut.

2.2 Kondisi Iklim

Kondisi iklim pada tempat survei yaitu pada lahan jeruk kecamatan
Ngantang Kabupaten di ambil dari data metereologi statiun Selorejo. Data
mencangkup temperatur, kelembapan, lama penyinaran, dan curah hujan. Adapun
rata – rata temperatur maksimum di lokasi yaitu 30,6 derajat celcius dan rata-rata
temperatur minimum sebesar 19,2. kelembapan relatif tahunan sebesar 78 % dan
lama penyinaran sebesar 7,95 jam, sedangkan untuk curah hujan tahunan sendiri
sebesar 226 mm. pengamatan yang dilakukan pada tanggal 7 April 2019 , dimana
pada bulan April masih tergolong bulan basah dengan curah hujan 278 mm.
Pengamatan infiltrasi menggunakan ring infiltrometer dilakukan ketika kondisi
cuaca tidak mendukung, yakni terjadi hujan yang cukup lama. Pengamatan baru
bisa dilaksanakan ketika hujan reda untuk menghindari masuknya air hujan dalam
ring infiltrometer.
2.3 Kondisi Tanah
Kondisi tanah ditinjau dari data pengamatan dan perhitungan di
laboratorium antara lain, nilai berat isi, berat jenis, dan kadar air. Berat jenis di
dapatkan 2,13 g.cm-3, berat isi sebesar 0,60 g.cm-3, dan kadar air sebesar 1,96 g.g-1.
Kondisi tanah juga dapat ditinjau langsung di lapang seperti tekstur, sumber air,
infiltrasi, dan kedalaman air. Tekstur tanah daerah tersebut termasuk lempung
berliat. Hal ini dibuktikan saat pengambilan sampel baik tanah komposit maupun
tanah utuh yang mengalami kesusahan saat penggalian. Ketersediaan air di lahan
5

tersebut baik hal ini dibuktikan dari dekatnya sumber air berupa sungai kecil
sehingga memudahkan dalam pengelolaan pengairan irigasi. Berdasarkan
pengamatan rata-rata infiltrasi rate sebesar 16,2 cm.hr-1. Sehingga infiltrasi di
lapang infiltrasi berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya genangan air di lahan tersebut. kedalaman air infiltrasi berkisar 6-13 cm.
Vegetasi dari lahan yang kita amati ialah jeruk dengan rerumputan yang
menyelimuti hampir semua tanah di lahan tersebut. Jeruk merupakan tanaman
tahunan hal ini menunjukkan tanah di lahan tersebut jarang terjadi pengolahan
sehingga struktur di lahan tersebut terjaga.
6

III. PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN DESAIN SISTEM IRIGASI

3.1 Jenis dan Dasar Pertimbangan Tanaman yang Akan Diusahakan


Sesuai dengan kondisi lahan dan karakteristik lahan yang terdapat pada
lokasi fieldtrip, dapat ditentukan bahwa tanaman yang di budidayakan adalah
tanaman jeruk. Menurut BAPPENAS (2011), tanaman jeruk sangat memerlukan air
yang cukup, Temperatur optimal antara 25–30ºC namun ada yang masih dapat
tumbuh normal pada 38ºC. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang
terlindung dari sinar matahari. Dan jeruk memerlukan 5–6, 6–7 atau 9 bulan basah
(musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah
agar tanahnya tetap lembab.
Pemilihan tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan yang didapatkan
pada lokasi fieldtrip merupakan tanaman Apel. Hal tersebut berdasarkan
karakteristik syarat tumbuh tanaman apel yang bisa hidup dengan optimal pada
dataran yang tergolong tinggi seperti pegunungan. Sesuai dengan pernyataan
Soelarso (1996), Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian
700-1200 m dpl dengan ketinggian optimal 1000-1200 m. Tanaman apel, dalam
setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan.
Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap
harinya, terutama pada saat pembungaan. Serta memiliki temperatur yang sesuai
berkisar antara 16-27ºC. Berdasarkan karakteristik kedua tanaman tersebut,
budidaya tanaman apel dirasa cocok sebagai alternatif pemilihan tanaman pada
lahan yang mempunyai karakteristik sesuai dengan lokasi fieldtrip. Pada tanaman
tersebut, tanaman apel mempunyai persamaan pada kondisi optimal untuk tumbuh
pada tanaman jeruk. budidaya tanaman apel dapat dilakukan pada lokasi fieldtrip
tersebut karena mempunyai faktor-faktor pendukung pada syarat tumbuh tanaman
apel tersebut.
3.2 Pemilihan Sistem Irigasi
Pada lahan yang telah diamati merupakan lahan dengan komoditas jeruk.
Lahan jeruk tersebut di irigasi dengan menggunakan irigasi ember, karena pada
lahan tersebut tidak ditemukannya pompa atau saluran irigasi padahal disekitar
lahan terdapat aliran sungai yang lumayan deras. Letak lahan lebih tinggi daripada
sungai atau letak sungai berada bawah lahan. Melihat kondisi yang sedemikian
7

apabila ingin dilakukan perencanaan irigasi air harus di pompa untuk dapat
mengaliri lahan jeruk tersebut agar perencanaan irigasi dapat dilakukkan secara
tepat. Hal tersebut sesuai dengan Susanawati dan Suharto (2017) yang mengatakan
bahwa pengaplikasian irigasi yang tepat dapat berdampak pada peningkatan
produktivitas tanaman. Dengan pengamatan yang telah dilakukan agar kegiatan
irigasi berjalan dengan lebih efektif maka dianjurkan untuk mengaplikasikan irigasi
curah pada lahan jeruk tersebut. Susanawati dan Suharto (2017) menyampaikan
bahwa irigasi untuk tanaman jeruk yang biasa diaplikasikan adalah irigasi curah
(springkle irrigation)
Sistem irigasi curah yaitu dimana air di pompa lalu di alirkan ke tanaman
tanaman dengan disemprotkan seperti air hujan. Putra et al, (2017) mengatakan
bahwa irigasi curah merupakan metode irigasi dimana air irigasi diberikan pada
permukaan tanah melalui pipa – pipa bertekanan tinggi yang kemudian
mencurahkan ke udara dengan bentuk butiran – butiran air kecil menyerupai hujan.
Apabila menggunakan irigasi springkle maka jarak antar pipa lateral yang harus
diterapkan adalah berkisar 1-1,5m, hal tersebut agar keseragaman distribusi air, laju
penyiraman dan jarak lempar selalu seragam tiap pengaplikasiannya. Hal tersebut
sesuai dengan Putra et al, (2017) yang mengatakan bahwa agar jarak lempar,
keseragaman distribusi dan laju penyiraman sealalu seraham maka jarak antar pipa
lateral harus benar – benar dkiperhatikan yaitu sekitar 1-1,5 m. system irigasi
springkle memiliki komponen – komponen penting yang harus diperhatikan dalam
pengaplikasiannya antara alian adalah sumber air irigasi, pompa air dan tenaga
penggeraknya, jaringan perpipaan dan sprinkler. Sesuai dengan Saptomo et al,
(2013) komponen penyusun irigasi springkle adalah alian adalah sumber air irigasi,
pompa air dan tenaga penggeraknya, jaringan perpipaan dan sprinkle.
8

3.3 Desain Plot Irigasi


Dalam hal ini tentunya kita perlu mengetahui sketsa lahan aktual dari lokasi
yang telah di survei. Adapun sketsa lahan aktual ialah sebagai berikut:

Sedangkan untuk gambar sketsa rekomendasi untuk irigasi di lahan jeruk


tersebut adalah sebagai berikut :

Dalam hal ini untuk tanaman jeruk di lahan perkebunan tersebut


direkomendasikan irigasi yang tepat adalah irigasi sprinkel dimana dalam
penggunaannya irigasi sprinkel atau curah ini lebih efektif sehingga dapat
digunakan pada lahan jeruk yang sumber airnya berada di bawah lahan tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Susanawati dan Suharto (2017) yang menyatakan
bahwa dalam pengaplikasian irigasi yang tepat nyatanya dapat berdampak pada
peningkatan produktivitas tanaman yang mana irigasi yang cocok untuk digunakan
pada lahan jeruk adalah irigasi sprinkel atau curah karena irigasi ini lebih berjalan
dengan efektif.
9

IV. KEBUTUHAN AIR DAN JADWAL IRIGASI


4.1 Kebutuhan Air Tanaman

Penentuan kebutuhan air tanaman pada aplikasi Cropwat 8.0 memerlukan


beberapa input data seperti iklim (ETo) dari data meteorologi,data curah hujan, data
tanah, dan data tanaman yang ditanam. Kebutuhan air pada tanaman merupakan air
yang dibutuhkan dari proses perkecambahan hingga proses pemanenan, hal ini
sesuai dengan pendapat Susanawati (2017), Kebutuhan air tanaman didefinisikan
sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat
tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air tanaman berbeda-beda pada tiap
tanaman, untuk tanaman yang ditanami pada lahan ngantang sendiri adalah tanaman
jeruk.
Berdasarkan pada data yang telah diinput dari software Cropwat 8.0
kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman jeruk sendiri memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda untuk tiap fase tumbuhnya, terdapat tiga fase yaitu fase awal pada
bulan April hingga bulan Agustus, fase pertengahan pada bulan September hingga
bulan Desember , dan juga fase akhir pada bulan Januari hingga bulan April. Pada
fase awal dan pertumbuhan tanaman jeruk membutuhkan air lebih tinggi
dibandingkan pada fase tengah musim dan kembali naik lagi pada akhir fase
pertumbuhan. Evapotranspirasi tanaman (Etc) tertinggi dicapai pada bulan Mei
dekade ketiga sebesar 60,2 mm dan terendah pada Desember dekade kedua sebesai
19,4 mm.
10

Simulasi pada software Cropwat 8.0 menunjukkan bahwa pada bulan Juli
hingga bulan Oktober tanah mengalami surplus air dengan data yang tertulis
kebutuhan air irigasi 0 maka dari itu irigasi tidak perlu dilakukan, hal ini juga
dimaksudkan untuk upaya penghematan biaya, tenaga kerja sekaligus konservasi
air. Ketersediaan air hujan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Kelebihan air pada bulan-bulan basah perlu dikelola melalui sistem drainase yang
baik. Penggenangan air akan mengganggu sistem perakaran dan pertumbuhan bakal
buah (Susanawati, 2017). Memasuki fase akhir menjelang panen yang terjadi pada
bulan Januari, curah hujan menurun kembali sehingga irigasi perlu diterapkan untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman.
Untuk penggunaan Cropwat data yang didapatkan sudah bisa dikatakan
tepat sehingga penjadwalan irigasi dan kebutuhan air tanaman terpenuhi, produksi
dari tanaman sendiri tidak menurun. Menurut Umar et al, (2008), titik kritis deplesi
lengas tanah untuk tanaman jeruk yang diperbolehkan berdasarkan penelitian oleh
FAO adalah 40-50% kondisi air tanah tersedia dengan kedalaman perakaran
optimal yang mampu dicapai adalah 1,4 m dan tinggi tanaman optimal 4 m.
Pemberian air dengan debit 20 L/jam selama 2 jam/hari mampu mempertahankan
pertumbuhan tanaman jeruk fase vegetatif, dan selama berlangsungnya penelitian
kadar lengas tanahnya mencapai 33,61 % walau nilai ini masih lebih rendah dari
kandungan lengas tanah yang dikehendaki oleh tanaman jeruk 55-65 % dari
kapasitas lapang.
Penggunaan Cropwat untuk menentukan kebutuhan air tanaman dan jadwal
irigasi tanaman pada 1 periode sudah dapat dikatakan bisa menjadi acuan yang baik,
namun pada kondisi aktual akan ada beberapa data yang tidak sesuai dengan kondisi
aktual, oleh karena itu irigasi tetap harus dilakukan untuk menjaga produktivitas
dari tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Susanawati (2017), pengoperasian
irigasi harian perlu tetap dilakukan berdasarkan pengamatan kondisi aktual di
lapangan untuk mempertahankan kadar air tanah berada pada rentang yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan aplikasi ini tetap harus diawasi dengan
sesuai dengan kondisi lapangan pemberian air irigasi adalah pilihan untuk kita
melakukan irigasi atau tidak tergantung dengan kondisi lapangan, agar
produktivitas tanaman sendiri dan kebutuhan air tanaman tetap terpenuhi.
11

4.2 Kebutuhan Air Irigasi


Penentuan kebutuhan air tanaman, sebelumnya harus menghitung nilai ETo.
Nilai ETo diperoleh dari data meteorologi yang terdiri dari temperatur minimum
dan maximum, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan lama penyinaran. Dengan
menggunakan Cropwat 8.0 diperoleh ETo sebagai berikut :

Setelah itu menghitung hujan efektif dengan menggunakan data curah hujan
seperti pada tabel Cropwat di bawah ini:
12

Curah hujan dan hujan efektif berbanding lurus. Semakin tinggi curah
hujan, maka air yang tersedia untuk tanaman semakin banyak. Dengan curah hujan
tertinggi antara bulan Desember sampai bulan Maret (bulan basah) sedangkan pada
bulan Mei-Oktober curah hujan rendah (bulan kering).
Setelah mengetahui nilai ETo dan hujan efektif, untuk menentukan
kebutuhan air harus mengetahui nilai Kc tanaman yang akan dipilih. Data nilai Kc
tanaman jeruk menurut FAO adalah initial-deveploment 60 , Mid-season 120 , dan
late season 95.

Nilai Kc yang meningkat pada fase mid-season. Hal ini menunjukkan


bahwa pada fase tersebut tanaman berada pada tahap generatif dan pengisian buah.
Sehingga membutuhkan air yang lebih banyak dibandingkan dengan fase-fase yang
lain. Selain itu juga terdapat kedalaman perakaran dan tinggi tanaman pada fase
tertentu. Kedalaman akar ini yang akan kita isikan pada data tanah. Kemudian
tentukan tanggal tanam di kotak planting date, sesuaikan dengan keadaan tanaman
kapan waktu yang tepat untuk memulai penanaman. Tanaman jeruk sebaiknya
ditanam awal musim hujan. Sedangkan pada fase mid-season, yaitu pada fase
generatif atau pembentukan bunga tanaman jeruk sebaiknya pada musim kemarau.
Karena pohon yang berbunga pada musim kemarau akan menghasilkan buah lebih
banyak karena perpindahan serbuk sari tidak mengalami gangguan. Dan sebaliknya
bila pucuk dipangkas pada musim kemarau pohon akan berbunga pada musim hujan
13

berikutnya.Karena berbunga pada musim hujan umumnya bunga akan gugur, yang
akan menngakibatkan rendahnya produksi buah. Tanaman jeruk dapat dipanen
setelah berusia 365 hari, sesuai dengan lama setiap fase yang dilalui.
Setelah menentukan tanaman yang akan ditanam, pilih karakteristik tanah
yang sesuai untuk tanaman tersebut dan daerah lokasi.

Dari data yang diperoleh FAO, tanah dengan tekstur liat memilki total
kadar air 290 mm/m, dengan infiltrasi maximum 40mm/hari, dan kedalaman
maximum perakaran disesuaikan dengan kedalaman akar tanaman. Jika nilai ETo,
nilai hujan efektif, jenis tanaman, dan karakteristik tanah sudah ditemukan. Maka
niali ETc sudah dapat ditentukan. Datanya adalah sebagai berikut :
14

Jadi, kebutuhan air tanaman pada setiap bulan berbeda-beda,


tergantung pada fase pertumbuhan, nilai Kc, dan ETo. Pada fase initial dan
development tanaman jeruk membutuhkan air yang tinggi dibandingkan dengan
mid-season. Menurut Priyono (2009), kriteria penjadwalan irigasi yang paling baik
adalah berdasarkan kondisi ketersediaan air dalam tanah sehingga memberikan
efisiensi paling tinggi terhadap sistem irigasi. Ini termasuk alasan kenapa tanaman
jeruk baik ditanam pada awal musim hujan. Dalam tabel juga menunjukkan
kebutuhan air irigasi. Kebutuhan air irigasi dimulai pada bulan April. Hujan efektif
lebih kecil daripada nilai ETc, sehingga tanaman membutuhkan irigasi. Dalam
grafik juga menjelaskan bahwa akhir bulan Mei sampai awal bulan Oktober,
tanaman membutuhkan irigasi. Karena kadar air tanah mulai menurun. Namun,
pada bulan Mei tanah belum sampai pada kondisi titik layu permanen). Menurut
Fuadi et al., (2016) yang mengatakan bahwa pemberian air irigasi yang tidak tepat
dan tanpa ukuran yang sesuai kebutuhan tanaman akan berakibat pada pembusukan
akar akibat kelebihan air.
15

4.3 Jadwal Irigasi dan Debit Pemberian Air Sesuai dengan Metode Irigasinya

Gambar 1. Jadwal Irigasi

Gambar 2. Grafik Jadwal Irigasi


Pada grafik diatas diketahui kebutuhan irigasi pada fase awal pertumbuhan
tanaman jeruk hingga fase akhir ketersedian kelembaban air pada tanah stabil. Pada
fase akhir kebutuhan air irigasi menurun dikarenakan fase generatif tanaman jeruk
yang membutuhkan air lebih sedikit dari sebelumnya. Sedangkan untuk nilai
deplesi tiap fase berbeda-beda, pada fase awal hingga fase pertengahan mengalami
peningkatan. Sedangkan untuk nilai deplesi pada fase pertengahan hingga fase akhir
mengalami fluktuasi hingga stabil.
16

Gambar 3. Jadwal Irigasi

Adanya penjadwalan pemberian air diharapkan mempermudah petani dalam


memenuhi kebutuhan air tanaman jeruk secara optimal guna peningkatan
produktifitas buah terutama pada musim kemarau panjang. Penjadwalan irigasi
yang tepat berpengaruh pada efisiensi penggunaan sumber daya dalam upaya untuk
mengefisienkan tenaga kerja, waktu dan biaya operasional. Pemberian air dengan
jumlah dan waktu yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang
optimal dengan kualitas yang baik. Pemberian air irigasi yang tidak tepat dan tanpa
ukuran yang sesuai kebutuhan tanaman akan berakibat pada pembusukan akar
akibat kelebihan air (Fuadi, N. A., et al., 2016).

Berdasarkan simulasi Cropwatt tanaman jeruk mulai membutuhkan air pada


bulan Mei hingga Oktober, sedangkan bulan Januari hingga April dan November
hingga Desember kebutuhan irigasi yaitu 0,0, hal ini dikarenakan bulan November
hingga April merupakan musim penghujan di mana kebutuhan air tanaman sudah
tercukupi, sedangkan pada bulan Mei hingga Oktober adalah musim kemarau
sehingga diperlukan irigasi untuk mencukupi kebutuhan air pada tanaman jeruk.
17

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
18

DAFTAR PUSTAKA
Badaruddin. 2017. Panduan Praktikum Infiltrasi. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat
Bappenas. 2011. Cara Budidaya tanaman Jeruk. http://tipspetani.blogspot.
com/2011/02/cara- budidaya -tanaman-jeruk.html. Diakses pada tanggal 7
April 2019.

BPS Kota Malang.2016. Kota Malang Dalam Angka. Malang : Bima Media
Mandiri

Budianto, P.T.H, Wirosoedarmo.R, dan Suharto. B. 2014. Perbedaan Laju Infiltrasi


pada Lahan Hutan Tanaman Industri Pinus, Jati dan Mahoni. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Halaman 15-24
Fuadi, N. A., Purwanto, M. Y. J., dan Tarigan, S. D. (2016). Kajian kebutuhan air
dan produktivitas air padi sawah dengan sistem pemberian air secara SRI dan
konvensional menggunakan irigasi pipa. Jurnal Irigasi, 11(1), halaman 23–
32.

Kiranoto B.A. dan YulistiyantoB., 2000.Diktaat Kuliah Hidraulika Transfor


Sedimen. PPS-Teknik Sipil. Yogyakarta

Priyono, S. (2009). Aplikasi Cropwat for Windows untuk dasar manajemen sumber
daya air di petak tersier. Jurnal Teknik WAKTU, 7(1), halaman 88–92

Putra, Ariswandi. Ichwana. Chairani, Susi . 2017. Efisiensi Keseragaman Distribusi


Air dari Variasi Ketinggian Pipa pada Sistem Irigasi Curah. Jurnal ilmiah
pertanian unsyiah. Vol 2 (2).

Saptomo, Satyanto Krido. Isnain, Rahmat. Setiawan, Budi Indra. 2013. Irigasi
Curah Otomatis Berbasis Sistem Pengendali Mikro.Jurnal Irigasi. Vol 8(2).
Sapei, A., dan Fauzan, M. 2012. Lapisan kedap buatan untuk memperkecil
perkolasi lahan sawah tadah hujan dalam mendukung irigasi hemat air. Jurnal
Irigasi, 7(1), halaman 52–58.
Soelarso. 1996. Budidaya Jeruk. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Susanawati,Liliya Dewi. Suharto, Bambang. 2017. Kebutuhan Air Tanaman Untuk


Penjadwalan Irigasi Pada Tanaman Jeruk Keprok 55 Di Desa Selorejo
19

Menggunakan Cropwat 8.0. Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian.Univeristas


Brawijaya
20

LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 2. Form Pengamatan Infiltrasi

Lampiran 3.

Anda mungkin juga menyukai