Anda di halaman 1dari 7

SALPINGITIS

Maria Stefani

Kasus
Ibu Retno (47), sudah menikah, tinggal di Tanah Merah. Pluit.
KU : Nyeri perut bawah seperti ditusuk2, diperberat dengan bergerak (e.g: berjalan) dan sakit saat berhubungan intim.
Keluar sekret putih kekuningan dari vagina. Tidak ada perdarahan dari vagina. Tidak ada gangguan BAB dan BAK.
KT : Demam. Ada mual muntah dan demam menggigil. Sekarang pakai KB spiral.
Hanya berhubungan seksual dengan suami, tidak tau suami suka main perempuan atau tidak.
Tiga bulan yang lalu punya keluhan yang sama, sembuh sendiri. Waktu itu beli obat di warung.
PF :
o o
- TD 130/80 mmHg, RR 20x/menit, HR 100x/menit, suhu aksila 37.8 C, suhu rektal 38.5 C
- Pemeriksaan abdomen: Nyeri tekan seluruh lapang abdomen +, nyeri tekan lepas -, nyeri tekan kontra lateral -, shifting
dullness –
- Pemeriksaan ginekologis
o Pemeriksaan bimanual : nyeri tekan abdomen, nyeri goyang serviks, nyeri tekan adneksa, tidak ada massa di
adneksa
o Pemeriksaan in spekulo : serviks licin, OUE tertutup sekret mukopurulen

PP : Darah rutin
- Hb, Ht normal
- Leukosit 11.000
- Netrofil segmen meningkat
- Diff count 1/1/.../58/15

Salpingitis adalah infeksi pada tuba fallopi (biasanya keduanya). Ovarium sering terlibat dalam proses inflamasi ini sehingga
terminology yang biasa dipakai adalah salpingoophoritis. Salpingitis masuk dalam spektrum penyakit yang disebut Pelvic
Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi dan inflamasi pada organ reproduksi atas seperti uterus (endometrium), tuba fallopi,
ovarium, peritoneum pelvis dan struktur disekitarnya.

EPIDEMIOLOGI
Insidensi PID sekitar 1-2% pada wanita yang sexually active. 85% dari angka ini merupakan infeksi spontan yang terjadi karena infeksi
ascending, sedangkan 15% nya terjadi setelah prosedur iatrogenic yang mempermudah infeksi, seperti biopsy endometrium, kuret,
pemasangan IUD dan histerosalpingografi.

FAKTOR RISIKO
- Remaja yang sedang menstruasi
- Partner seks multipel
- Tidak menggunakan pil kontrasepsi
- Riwayat PID akut sebelumyna
- Pengguna IUD
- Area dengan prevalensi STD yang tinggi
o Status sosioekonomi rendah
o Usia remaja (10-19 tahun)
o Partner seksual dengan urethritis/gonore
o Tes endoserviks positif untuk N. gonorrhea atau C. trachomatis
o Infeksi menular seksual.
FAKTOR PROTEKTIF
- Metode barrier  kondom, diafragma dengan spermisid
- Kontraseptif steroid oral  memproduksi mucus plug yang mencegah penetrasi bakteri dan sperma, menurunkan durasi
menstruasi.
- Monogami atau partner yang telah melakukan vasektomi.
- Menopause
- Vaksin  hepatitis B, HPV.

ETIOLOGI
Infeksi pada salpingitis biasanya bersifat polimikrobial.
a. Sexually transmitted
- Gonococcus
- Chlamydia trachomatis
- Mycoplasma (jarang)
b. Pyogenic
- Aerob : Streptococcus, Staphylococcus, E.coli
- Anaerob : Bacteroides fragilis, Actinomycosis (jarang), Peptococcus
c. Tubercular : Mycobacterium tuberculosis
Infeksi ascending dari uterus, serviks dan vagina umumnya disebabkan oleh organisme piogenik ataupun organisme yang
ditransmisikan secara seksual. Pada infeksi yang menyebar dari jaringan sekitar (appendicitis, diverticulitis, peritonitis) biasanya
kedua tuba terlibat. Organisme yang biasanya terlibat adalah E. coli dan Streptococcus fecalis. Bacteroides fragilis biasa terlibat
apabila terdapat pembentukan abses.

PATOFISIOLOGI
Mode transmisi
- Organisme naik ke tuba melalui kontinuitas mukosa. Kenaikan ini difasilitasi oleh vektor yang ditransmisikan secara seksual
seperti sperma atau trikomonas.
- Refluks dari darah menstruasi dan organism eke dalam tuba
- Mycoplasma hominis menyebar melalui parametrium dan menyerang tuba
- Organisme sekunder dapat melalui sirkulasi limfatik.
- Organisme dari GIT dapat menyerang tuba secara langsung

Keterlibatan tuba hampir selalu bilateral dan biasanya terjadi setelah menstruasi karena hilangnya perlindungan genital.
Awalnya terjadi kerusakan besar pada sel epitel, silia dan mikrovili pada endosalpinx. Pada infeksi yang berat, invasi terjadi pada
semua lapisan tuba dan menyebabkan rekasi inflamasi yang akut sehingga tuba menjadi hiperemis dan edema. Sel yang terlepas
masuk ke dalam lumen bersama eksudat dan mengaglutinasi lipatan mukosa. Ostium abdominal tertutup oleh fimbriae yang edem
dan adhesi. Ostium uterus tertutup oleh kongesti. Penutupan kedua saluran ini menyebabkan eksudat terjebak didalam tuba dan
dapat menyebabkan pyosalpinx/hidrosalpinx. Eksudat yang purulent dapat merubah lingkungan mikroskopik tuba dan mendukung
pertumbuhan bakteri anaerob  penetrasi lebih dalam dan destruksi jaringan.

MANIFESTASI KLINIS
- Nyeri bilateral pada abdomen bagian bawah/pelvis  gonokokkus (onset 3 hari), chlamydia (5-7 hari)
o
- Demam >38.3 C, nyeri kepala
- Perdarahan vagina yag ireguler dan eksesif  berhubungan dengan endometritis
- Discharge vagina yang abnormal
- Mual dan muntah
- Dispareunia
- Nyeri pada hipokondrium kanan karena perihepatitis (Fitz-Hugh-Curtis syndrome) 5-10%  diseminasi transperitoneal atau
vaskular.
PF
- Palpasi abdomen : nyeri pada kedua kuadran abdomen bawah. Hepar dapat membesar dan nyeri
- Pemeriksaan vagina :
a. Discharge vagina abnormal  purulent
b. Kongesi pada meatus urethra externus atau lubang dari duktus Bartholin  keluar nanah apabila ditekan
c. Pemeriksaan speculum  kongesti serviks dengan discharge purulent
d. Pemeriksaan bimanual  nyeri bilateral pada palpasi fornix yang meningkat dengan pergerakan serviks. Penebalan
atau massa dapat teraba lewat fornix.

PP
a. Identifikasi organisme
Pemeriksaan Gram dan kultur (aerobic dan anaerobic). Bahan pemeriksaan dapat diambil dari:
- Discharge dari uretra atau kelenjar Bartholin
- Kanal serviks
- Nanah dari tuba fallopi saat laparskopi atau laparotomi
b. Pemeriksaan darah lengkap
- Leukositosis
- ESR >15mm/h
- Cek sifilis
c. Laparoskopi  GOLD STANDARD
- Mild : edema tuba, eritema, mobile, tidak terdapat eksudat purulen
- Moderate : eksudat purulent dari ujung fimbriae, tidak mobile
- Severe : pyosalpinx, kompleks inflamasi, abses
- Violin string : adhesi pada pelvis di sekitar liver (infeksi klamidia)
d. Sonografi
Terbatas. Dilatasi tuba yang terisi cairan, cairan di kavum Doagulas atau massa adneksa  PID
e. Culdocentesis
Aspirasi cairan peritoneal  leukosit >30.000/mL  acute PID.

DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis PID (CDC-2006)
Minimal
- Lower abdominal tenderness
- Adnexal tenderness
- Cervical motion tenderness
Additional
o
- Suhu oral >38,3 C
- Discharge mukopurulen dari serviks atau vagina
-  CRP and/or ESR
- Lab (+) infeksi serviks oleh gonokokkus atau C. trachomatis
Definitive
- Bukti histopatologik endometritis dengan biopsy
- Imaging (TVS/MRI)  penebalan tuba yang terisi cairan
- Bukti laparoskopik PID
AKUT
PATOLOGI
Acute Pyogenic
- Hiperemia dengan dilatasi pembuluh darah.
- Pelebaran tuba lebih besar dari pada infeksi gonokokkal karena terdapat keterlibatan interstitial.
- Dinding tuba menebal dan edema.
- Eksudat mukopurulen atau purulent dapat ditemukan.
- Lapisan muskularis menunjukkan edema dan reaksi inflamasi akut.
- Apabila lapisan luar terlibat, dapat ditemukan perlekatan (adhesion).
- Infeksi sangat berat  endosalpinx rusak dan terbentuk nanah  nanah keluar dari ujung fimbria  peritonitis dan abses.
Acute Gonococcal
- Hiperemia dan pembengkakan tuba.
- Adhesi lebih sedikit.
- Eksudat purulent dapat masuk ke dalam kavitas peritoneal  peritonitis/abses.
- Umumnya, fimbriae menjadi bengkak dan tertutup, lubang uterus tertutup karena kongesti  eksudat terjebak 
pyosalpinx. Nanah ini menjadi steril setelah 6 minggu dan menjadi hidrosalpinx.

DIAGNOSIS
KOMPLIKASI SALPINGITIS AKUT
a. Peritonitis pelvis
b. Selulitis pelvis
c. Thrombophlebitis pelvis
d. Abses pelvis
e. Abses tubo-ovarium

Salpingitis akut dapat sembuh secara sempurna apabila kerusakan jaringan


tidak berat sehingga tuba dapat kembali ke struktur dan fungsi nomalnya.
Tetapi endosalpingitis eringkali menyebabkan hilangnya silia yang berakibat
pada infertilitas ataupun penundaan transport dari ovum yang telah
terfertilisasi (menyebabkan kehamilan ektopik 10%)
Selain itu, salpingitis juga dapat menjadi kronik apabila terjadi reinfeksi. (25%)
KRONIK
PATOLOGI
Hidrosalpinx
Sekresi mukus dalam tuba fallopi yang disebabkan oleh endosalpingitis ringan rekuren oleh organisme pyogenic yang
virulensinya rendah tetapi sangat mengiritasi (Staphylococcus, E. coli, Gonococcus, C. trachomatis). Dinding terlihat mulus
dan mengkilap dan berisi cairan yang jernih (biasanya steril). Ostium uteri tidak tertutup  infeksi rekuren. Dapat
ditemukan hidrosalpinx intermiten/hydrops tubal profluens  keluar cairan ke cavitas uteri.
Bisa merupakan tahap akhir pyosalpinx ketika nanah menjadi cair.
Mild (<15mm) – Moderate (15-30mm) – Severe (>30mm)
USG : sausage-shaped complex cystic structure
Komplikasi :
- Tubo-ovarian cyst
- Torsi
- Infeksi dari GIT
- Ruptur

Pyosalpinx
Organisme pyogenic menghasilkan reaksi inflamasi berat dengan sekresi pus. Ostium abdominal tertutum karena adhesi
fimbriae dan ostium uteri tertutup karena eksudat. Terdapat adhesi yang kuat dengan struktur disekitarnya seperti
ovarium, usus, omentum dan peritoneum. Dinding dalam tuba berubah menjadi jaringan granulasi
Salpingitis interstitial kronis
Dinding tuba menebal. Organ disekitarnya menempel ke tuba. Terjadi infiltrasi ekstensif dari sel plasma dan histiosit pada
semua lapisan. Terjadi fibrosis pada lapisan otot. Hal ini mengganggu motilitas tuba dan menyebabkan kehamilan ektopik.
Salpingitis isthmica nodosa
Terdapat 1-2 nodul kecil di isthmus, seringkali melibatkan kornu uteri. Disebabkan oleh proliferasi epitel tuba di dalam
myosalpinx yang hipertrofi (lapisan muscular)
?Kemungkinan?
- Berhubungan dengan infeksi tuberculosis
- Infiltrasi mukosa tuba lansung ke lapisan muskularisnya (mirip kayak ademiosis)
- Salah satu bentuk endometriosis tuba.

DD
- Appendisitis
- Kehamilan ektopik terganggu
- Torsio ovarium
- Hemorrhage atau ruptur kista
ovarium
- Endometriosis
- Divertikulitis
- ISK
TATALAKSANA
Tujuan
- Kontrol infeksi
- Cegah infertilitas dan komplikasi jangka panjang
- Cegah reinfeksi
Rawat jalan  istirahat, analgesik
- Ofloxacin 400 mg PO 2x/d (14 d)
- Tidak ada respons selama 72 jam  rawat inap
o
Rawat inap (Suhu >39 C, toxic look, lower abdominal guarding, rebound
tenderness)
- Clindamycin 900 mg IV / 8h
- Gentamycin 2 mg/kg IV  lanjutkan dengan 1,5 mg/kg IV / 8h
- Lanjut: Doxycyclin 100 mg 2x/d PO (14 d)
- IV fluid  dehidrasi
- NGT  abdominal distension
INDIKASI RAWAT INAP
- Kehamilan
- Remaja
- Adiksi obat
- Penyakit berat
- Suspek abses
- Uncertain diagnosis
- Peritonitis
o
- Suhu >38,3 C
- Gagal terapi rawat jalan
- Instrumentasi intrauteri akhir-akhir ini
- WBC >15.000
- Mual/muntah ketika terapi oral

PENCEGAHAN
- Edukasi untuk meningkatkan awareness
- Pencegahan STD
- Penggunaan kontrasepsi
- Screening populasi risiko tinggi

KOMPLIKASI PID
Immediate
- Peritonitis
- Septikemia  arthritis atau miokarditis
Late
- Dispareunia
- Infertilitas
- Inflamasi kronis pada pelvis
- Adhesi/hidrosalpinx/pyosalpinx
- Abses tubo-ovarium
- Nyeri pelvis kronis
- Kehamilan ektopik (risk 6-10x)

PROGNOSIS
Apabila silia rusak  infertil, kehamilan ektopik
Pertanyaan tambahan:
1. Apa yg bikin yakin salpingitis?
Pemeriksaan bimanual  nyeri seluruh lapang abdomen, nyeri tekan adneksa, nyeri goyang serviks
2. PP USG buat apa?
Pastiin salpingitis  gambaran USG nya tuba penuh cairan, bisa untuk eksklusi appendicitis dan KE juga.
3. Antipiretik dikasih apa? Parasetamol (antipiretik dan analgesic)
4. Selain antipiretik, doksisiklin, azitromisin, kasih apa lagi? Antiemetik (Metoklopramid)
5. Kenapa bisa DD nya KET? Nyeri seluruh lapang abdomen apabila pada KET terjadi rupture ruba
6. KB spiral termasuk faktor risiko ga?
Ya! Anamnesis tambahan  KB spiral kapan pasangnya! Akhir-akhir ini  Faktor risiko. Kalau sudah lama  tidak.
7. Organ-organ di rongga pelvis? Kandung kemih, usus halus, rectum, ovarium, tuba fallopi, uterus, serviks, vagina.
8. Riwayat penyakit 3 bulan yg lalu itu bisa jd faktor risiko gak?
Ya! Riwayat PID akut sebelumnya.
9. Tatalaksana selain obat  Edukasi
10. Discharge putih selain GO? Candida
11. Cara bakteri penyebab salpingitis naik ke tuba gmn?
12. Adneksa itu apa? Massa disekitar suatu organ yang berhubungan secara structural dan fungsional
Adneksa dari uterus  ovarium, tuba fallopi, dan jaringan ikat di sekitarnya.
13. Kenapa KB spiral bisa bikin infeksi? Soalnya benangnya bisa bantu ascending infection
14. GO bisa sembuh sendiri apa engga? Bisa

Anda mungkin juga menyukai