Anda di halaman 1dari 83

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RUBI

A. Kajian Situasi RSUD H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin


1. Visi dan Misi Rumah Sakit
a. Visi
Visi dari RSUD DR.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, yaitu:
“Terwujudnya Pelayanan kesehatan Prima dan Unggul yang terintegrasi
dengan pendidikan dan penelitian”
b. Misi
Misi dari RSUD DR.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, yaitu:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan.
2) Menyelenggarakan pengembangan pusat rujukan pelayanan
kesehatan dengan unggulan penyakit syaraf, penyakit infeksi di
Provinsi Kalimantan Selatan .
3) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian untuk tenaga dokter
dan tenaga kesehatan lainnya.
4) Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang efisiensi, efektif dan
akuntabel.
2. Motto Rumah Sakit
Motto dari RSUD DR.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, yaitu:
“Keselamatan Pasien Kami Utamakan”.
3. Tata Letak Rumah Sakit

Gambar 2.1
Tata Letak Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Provinsi Kalimantan Selatan yang berlokasi di jalan Brigjen H.Hasan Basri
No.1 Banjarmasin ini, berdiri atas lahan seluas 87.675 m 2 dengan luas
bangunan fisik berjumalah 12.161 m2. Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin ini sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SPKD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan sebagai
rujukan kota Banjarmasin, Batola, dan wilayah sekitarnya. Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah yang menyelenggarakan pelayanan dengan:
a. Menyediakan fasilitas terdepan yang terjangkau bagi masyarakat
menengah ke bawah. Renovasi yang ditargetkan dapat menampung
pelayanan VIP dan diharapkan akan sedikit mengeser segmen pasar
yang tidak hanya berkutat dikelas menengah ke bawah tetapi juga
menengah ke atas.
b. Mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien melalui
keramahan pelayanan, kecepatan atau kelancaran serta kebersihan saran
dan prasarana di lingkungan rumah sakit.

B. Kajian Situasi di Ruang Rubi


1. Visi Dan Misi Ruang Rubi
a. Visi
Visi dari ruang Rubi RSUD DR.H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin, yaitu: “Terwujudnya Asuhan Keperawatan yang
Komprehensif”.
b. Misi
Misi ruang Rubi RSUD DR.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, yaitu :
1) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan manusia (bio, psiko, sosial dan spiritual).

2) Berusaha memberikan pelayanan secara efektf dan efesien kepada


klien.

3) Berusaha memberikan keyamanan dan kepuasan pelayanan kepada


pasien.

4) Mencegah dan mengurangi terjadinnya penyakit komplikasi lebih


lanjut.

2. Motto Ruang Rubi


Motto ruang Rubi yaitu:
R = Ramah dalam pelayanan.
U = ulet atau usaha yang tidak pernah menyerah merawat pasien.
B = Berakhlak mulia dalam melaksanakan tugas.
I = inovatif dalam pemberian asuhan keperwatan.

3. Sifat Kekaryaan Ruang Rubi


Lingkup garapan Ruang Rubi mempunyai 3 Tim dimana setiap tim
membawahi 1 bagian yaitu Saraf, serta menerima titipan bagian Jantung,
Mata, THT dan Kulit Kelamin. Masing-masing tim mempunyai 1 ketua
tim serta beberapa perawat pelaksana. Setiap tim mengelola 1-2 blok.
Seluruh kinerja tim diawasi oleh kepala ruangan guna menjaga mutu
pelayanan keperawatan yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar klien
dan keluarga klien.

4. Struktur Organisasi Ruang Rubi

DIREKTUR
DR. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar.Sp.OT

WADIR PELAYANAN
Dr. Yuddy Riswandhy Noora, M.Kes

KEPALA BIDANG KEPERAWATAN


Hj. Luh Gede Sukaningsih, S.Kep,Ns

KASI SDM DAN MUTU KASI SARANAN KEPERAWATAN KA’ INSTALASI RAWAT INAP
KEPERAWATAN H.Asmari, S.Kep, Ns
Hj. Jum’ah, S.Kep, Ners, M.Kep M. Rusdi Andi, SKM, MM

KEPALA RUANGAN RUBY


M a k m u n, S.Kep, Ners

KATIM I KATIM II KATIM III

Dina Rizana AMK Ranty Yunani, S.Kep Risma H. S.Kep, Ners

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


1. Saidah, S.Kep, Ns
1. Haris Ariandy, S.Kep,Ns 1. Hendra Surya, S.Kep
2. Efy Apriati, AMK 2. Afif Shofianto, AMK 2. Norlatifah, AMK
3. Aliyani, AMK 3. Eka Ariyati, AMK
3. Akhmad Riza R, S.Kep, Ns
4. M. Chairan Saputra, AMK 4. Kristan A Winata, S.Kep,Ns
5. Sari Aulia, S.Kep, Ns 4. Shanty Damayanti, AMK 5. Giska Aprilia Sari, S.Kep,Ns
6. Yasmi Eriyandi, AMK
5. Afif Masyuri, AMK
Skema 2.1
Struktur Organisasi Ruang Rubi

5. Uraian Tugas Dari Structural Organisasi Ruang Rubi


Kepala Ruangan
a. Mengatur pembagian tugas jadwal dinas
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan
d. Memonitor kegiatan (Lampiran)
e. Mengorientasikan pegawai baru, residen,mahasiswa kedokteran dan
mahasiswa di ruangan keperawatan yang berdinas
f. Melakukan kegiatan surat menyurat
g. Bekerjasama dengan supervisor
h. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien, keluarga dan tim kesehatan lain, karu, supervisor, dan katim
mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat yang
bertanggung jawab tentang perawat/tim yang bertanggung jawab
terhadap klien yang ada di ruangan
i. Mencek kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 (Lima)
setiap hari
j. Bersama supervisor melaksanakan pembimbingan terhadap Katim dan
PA dalam hal penerapkanPelaksanaan sistem pelayanan keperawatan
profesional (SP2KP) termasuk sikap tingkah laku professional.
k. Bila katim cuti, tugas dan tanggung jawab katim tersebut diambil alih
oleh karu/supervisor dan dapat di delegasikan kepada perawat assosiate
(PA) tetapi dalam pengawasan kepala ruangan
l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang di
butuhkan ruangan
m. Bersama supervisor memonitor dan mengevaluasi penampilan kerja
semua tenaga yang ada di ruangan
n. Melakukan pertemuan rutin dengan perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan
o. Bersama supervisor merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu
asuhan keperawatan

Ketua Tim (Katim)


a. Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk
ruangan berdasarkan format orientasi klien dan keluarga sehingga
terciptanya hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus-
menerus pada saat melakukan pengkajian/tindakan kepada klien dan
keluarga.
b. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian
yang sudah dilakukan katim pada sore, malam atau hari libur.
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar
renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada perawat assosiate
dibawah tanggung jawab sesuai klien yang dirawat (preconference).
e. Menetapkan perawat assosiate yang bertanggung jawab pada setiap
klien pada setiap giliran shift, sesuai kondisi yang ada. Bila katim
bertugas dengan 2 orang perawat assosiate pada satu giliran jaga, maka
semua klien akan dibagi kepada kedua perawat assosiate. Bila katim
bertugas dengan satu katim pada satu giliran jaga maka perawat
assosiate akan merawat semua klien dan katim akan melakukan
tindakan keperawatan sesuai tanggung jawabnya. Pengaturan ini
dilakukan dengan katim dapat melakukan semua tugasnya dengan lebih
optimal.
f. Melakukan bimbingan dan evaluasi (pengecekan) pada perawat
assosiate dalam implementasi tindakan keperawatan, apakah sesuai
dengan SOP.
g. Memonitor dokumentasi yang dilakukan perawat assosiate.
h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan perawat assosiate.
i. Melakukan tindakan keperawatan bersifat terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh perawat
assosiate.
j. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima klien bersama dengan perawat
assosiate.
l. Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila
katim tidak ada visite maka didampingi oleh perawat assosiate sesuai
timnya.
m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
n. Melakukan pertemuan dengan klien dan keluarga minimal tiap 2 hari
untuk membahas kondisi keperawatan klien.
o. Bila katim cuti/libur, tugas-tugas katim didelegasikan kepada perawat
assosiate yang telah di tunjuk katim sebagai pembimbing dengan arahan
kepala ruangan.
p. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga.
q. Membuat perencanaan pulang, sejak awal klien dirawat.
r. Bekerja sama dengan supervisor
s. Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga
terciptanya (EBP).

Perawat Associate (PA)


a. Membaca renpra yang telah ditetapkan katim dan meminta bimbingan
kepada katim, bila ada hal yang belum jelas.
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien dan keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan katim.
c. Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi klien dan keluarga jika katim tidak di tempat.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan renpra
e. Melakukanevaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikan pada format yang tersedia
f. Mengikuti visite dokter bila katim tidak ditempat
g. Mencek kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
h. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai di paraf
i. Mengkomunikasikan kepada katim bila ditemukan masalah yang perlu
diselesaikan
j. Menyiapkan klien untuk pemerikasaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan dan tindakan.
k. Berperan serta dalam penkes pada klien dan keluarga yang dilakukan
katim.
l. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya.
m. Membantu tim lain bila dibutuhkan.
n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawab dengan berkordinasi dengan katim.

6. Model Atau Sistem Layanan Keperawatan di Ruang Rubi


Model asuhan keperawatan diruang Rubi adalah menggunakan
Metode Tim, yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional (Ketua Tim) memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Model Tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga
diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Ruang Rubi menggunakan metode tim terdiri dari Tiga Tim dan
setiap tim dipimpin oleh ketua tim yang membawai 5-6 orang perawat
pelaksana. Pada dinas pagi, siang dan malam, menggunakan tim, yaitu
kepala ruangan dan kepala tim yang menjalankan tugas manejerial dan
asuhan keperawatan, sedangkan perawat pelaksana murni bertugas
menjalankan asuhan keperawatan namun salah satu perawat pelaksana ada
juga yang harus dipahami adalah masing-masing posisi sebagai acuan
untuk melaksanakan pendelegasian tugas.
Semakin majunya informasi dan pengetahuan masyarakat juga
menyebabkan masyarakat semakin kritis dan samakin tingginya tuntutan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal
sesuai kondisi pasien. Hal ini perlu disikapi dengan upaya peningkatan
Pasien Datang
mutu pelayanan secaraketerus
RSUD. DR. H. MOCH.peningkatan
menerus,termasuk ANSARI SALEH
sarana dan
BANJARMASIN
prasarana, peralatan serta dukungan SDM yang berkualitas.

7. Gambaran Alur Asuhan Keperawatan (Flow Of Care) di Ruang Rubi


Poliklinik IGD Ruang Perawatan Lain

TPPO

Ruang Perawatan Inap

Pulang Sembuh
Pulang Paksa
Pindah Ruangan
Meninggal

Administrasi
Skema 2.2
Alur Asuhan Keperawatan

8. Kapasitas Layanan Ruang Ruby


Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21 Mei 2019, didapatkan
data bahwa kapasitas tempat tidur di ruang Ruby adalah sebanyak 23 buah.
Kapasitas Unit Ruang rubi terdiri dari ruang perawat dan ruang rawat inap
yang terdiri dari 5 blok (blok A, B, C, D dan E). Saat ini, blok E tidak
digunakan lagi sebagai ruang rawai inap pasien tapi digunakan untuk
ruang tunggu keluarga pasien.

C. ANALISIS UNIT LAYANAN KEPERAWATAN


UNSUR INPUT
1. Analisis Pasien di Ruang Rubi
a. Kajian Teori
Istilah pasien berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya
“menderita”, secara tradisional telah digunakan untuk menggambarkan
orang yang menerima perawatan. Konotasi yang melekat pada kata itu
adalah ketergantungan. Karena alasan inilah banyak perawat memilih
kata pasien, yang berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya
“bersandar” dan berkonotasi bekerja sama dan independen.
Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga
kesehatan lainnya ditempat praktek. Sedangkan kepuasan adalah
perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya.
Kepuasan adalah perasan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja
atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya (Nursalam, 2011).
1) Hak Dan Kewajiban Pasien

Berdasarkan undang-undang No 44 Tahun 2009 pasal 31


tentang kewajiban pasien, yaitu:

a) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap rumah sakit atas


pelayanan yang di terimanya

b) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan


peraturan menteri

Berdasarkan undang-undang No 44 tahun 2009 pasal 32


tentang hak pasien, yaitu:

a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang


berlaku di Rumah Sakit
b) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi
d) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
e) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
f) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit
i) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
j) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
k) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya
l) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
m)Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
n) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit
o) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya
p) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya
q) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana; dan
r) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Undang-Undang Perlindungan Pasien

Berdasarkan UU No.8 / 1999 tentang Perlindungan Konsumen,


yaitu:

a) Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

b) Memilih informasi yang benar, jelas, dan jujur

c) Didengar pendapat dan keluhannya

d) Mendapatkan advokasi, pendidikan & perlindungan konsumen

e) Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif

f) Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian

3) Klasifikasi Pasien

Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural


yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan
pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok
pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan
gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang
masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif
atau observasi ketat karena penyakitnya.

Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien


dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu.
Selama pasien dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan
yang terbaik kepada pasien.

a) Memberikan bantuan kepada orang yang mempunyai kebutuhan

b) Memberikan pelayanan atas semua hal berikut ini:

1. Apa yang mereka kehendaki

2. Kapan mereka menghendaki

3. Siapa yang ingin mereka temui

4. Mengapa mereka menginginkannya

Cara apa yang mereka kehendaki dalam melekukan pekerjaan


tersebut. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien
masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk
keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau
pelayanan medik lainnya.

4) Kegiatan Pelayanan Rawat Inap

a) Penerimaan Pasien (Admission)

b) Pelayanan Medik

c) Pelayanan Penunjang Medik

d) Pelayanan Perawatan

e) Pelayanan Obat
f) Pelayanan Makanan

g) Pelayanan Administrasi Keuangan

Pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan mengalami


tingkat proses transformasi, yaitu:
a) Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan
keyakinan dirawat tinggal di rumah sakit.
b) Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakan
diagnosisnya.
c) Tahap Treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan
dalam program perawatan dan therapi.
d) Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan
dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
e) Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien
dipulangkan, pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat
juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang
5) Klasifikasi Perawatan Di Rumah Sakit

Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan berdasarkan


tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu
seperti berikut:

a) Kelas Utama (termasuk VIP)

b) Kelas I

c) Kelas II dan Kelas III

6) Klasifikasi Pasien

a) Berdasarkan kedatangannya

b) Pasien Baru

c) Pasien Lama
d) Berdasarkan Pengirimnya

e) Dikirim oleh dokter rumah sakit

f) Dikirim oleh dokter luar

g) Rujukan dari puskesmas dan rumah sakit lain

h) Datang atas kemauan sendiri

7) Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit


dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:

a) Penampilan keprofesian atau aspek klinis

b) Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter


dan perawat dan tenaga profesi lainya.

c) Efisiensi dan efektifitas

d) Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah


sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.

e) Keselamatan Pasien

f) Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien

g) Kepuasan Pasien

h) Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien


terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan,
kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang
diperlukan dan sebagainya.
b. Pasien Yang di Rawat
Tabel 2.1
Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Kelompok Usia
No Kelompok Usia F %
1 0 – 11 Tahun 1 4%
2 12 – 25 Tahun 4 16 %
3 26 – 45 Tahun 7 28 %
4 46 – 65 Tahun 13 52 %
Total 25 100 %
Sumber Data : Ruang Ruby Tanggal 21-23 Mei 2019
Tabel 2.2
Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Pembayaran
No Jenis Pembayaran F %
1 Umum 3 12 %
2 BPJS 17 68 %
3 Dan lain-lain 5 20 %
Total 25 100 %
Sumber Data : Ruang Ruby Tanggal 21-23 Mei 2019

Tabel 2.3
Survei Masalah Keperawatan di Ruang Ruby
No Aspek Yang Dinilai F %
1 Hambatan Mobilitas Fisik 11 44 %
2 Nyeri Akut 7 28 %
3 Ketidakefektifan Perpusi Jaringan 5 20 %
Serebral
4 Intoleransi Aktifitas 1 4%
5 Resiko Cedera 1 4%
Total 25 100 %
Sumber Data : Ruang Ruby Tanggal 21-23 Mei 2019

c. Angka Kejadian Kasus Terbanyak


Berdasarkan data rekapitulasi pasien dari bulan Januari sampai
Maret tahun 2019, didapatkan hasil penyakit terbanyak di ruang Rubi,
yaitu:
Jumlah Jumlah Jumlah
No Nama Penyakit Bulan Bulan Bulan
Januari Febuari Maret
1 Cerebral Infarction 36 21 23
2 Intracerebral 9 11 12
haemorrhage
3 Epilepsy 3 3 0
4 Demam dengue 2 0 0
(dengue klasik)
5 Diabetes Mellitus 2 3 0
Non-Dependen
6 Encephalitis, 2 2 2
myelitis and
encephalomyelitis
7 Pterygium 21 0 0
8 DHF 1 5 2
9 Zoster without 1 0 0
complication
10 CHF 0 3 2
11 Vertigo of central 0 3 0
origin
12 Veruca Vulgaris 0 1 0
13 Viral infection 0 1 0
14 Hipertensi Esensial 0 0 3
15 Paralisis periodik 0 0 2
16 Other disorder of 0 0 2
vestibuler fuction
17 Secondary malignant 0 0 1
neoplasm of brain
and cerebral
meninges
18 Peripheral nerves 0 0 1
and autonomic
nervous system
19 Generalized skin 2 0 0
eruption due to drugs
and medicam

d. Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari, yaitu dari tanggal 21-
23 Mei 2019, jumlah pasien berdasarkan kelompok usia yang terbanyak
berada di rentang 46-65 Tahun sebanyak 52% (13 orang) dan paling
rendah pada rentang 0-11 Tahun sebanyak 4% (1 orang).
Hasil yang didapat dari distribusi jumlah pasien berdasarkan jenis
pembayaran yang terbanyak adalah menggukan BPJS sebanyak 68%
(17 orang) dan yang paling rendah adalah pembayaran umum sebanyak
12% (3 orang).
Masalah keperawatan yang tertinggi di Ruang Ruby adalah
hambatan mobilitis fisik sebanyak 44% (11 orang), masalah
keperawatan yang terendah adalah intoleransi aktivitas dan resiko
cedera yang masing-masing sebanyak 4% (1 orang).
Berdasarkan data bulan Januari sampai Maret tahun 2019,
didapatkan hasil penyakit terbanyak di ruang Rubi, yaitu Cerebral
Infarction sebanyak 80 kasus dan Pterygium sebanyak 21 kasus.
Tantangan perawat yang akan di hadapi dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan yang berdampak pada peningkatan
kepuasan pasien terkait dengan hak dan kewajiban pasien yang harus
dipenuhi oleh tenaga perawat adalah tanggung jawab terhadap
Tuhannya (Responbility to God), tanggung jawab terhadap klien dan
masyarakat (Responbility to Client and Society), dan tanggung jawab
terhadap teman sejawat dan atasan (Responbility to Colleague and
Supervisor). Tanggung jawab secara umum, yaitu :
1) Menghargai setiap pasien dan keluarganya

2) Menghargai hak pasien dalam hal pengobatan, prosedur atau obat-


obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter
dan orang-orang yang tepat dalam tempat tersebut

3) Menghargai setiap pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan


informasi

4) Apabila di delegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-


pertanyaan pasien dan memberi informasi yang biasanya
dikerjakan oleh dokter

5) Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal


penting pada orang yang tepat

6) Mempertahankan standar asuhan keperawatan

2. Analisa Unit Layanan Keperawatan


a. Ketenagaan (Man – M1)
Kuantitas Ketenagaan
1) Kajian teori
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu itu
tidaklah mudah. Banyak aspek yang mempengaruhi bermutu atau
tidaknya suatu pelayanan kesehatan. Salah satu aspek terpenting
adalah SDM yakni mencakup seluruh pegawai rumah sakit, karena
sumber daya manusia merupakan faktorpenentu dari mutu
pelayanan di rumah sakit. Sumber daya manusia merupakan titik
sentral dalam penyelenggaraan rumah sakit, terutama di Unit
Admisi Rawat Inap yang merupakan ujung tombak dari arus pasien
di rumah sakit, dituntut harus mampu memahami keinginan dan
kebutuhan pasien dengan upaya memberikan pelayanan prima,
dengan harapan pasien merasa puas atas pelayanan yang diberikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi sumber daya manusia di
admisi, diantaranya yaitu: jumlah petugas admisi, kualitas petugas
admisi, beban kerja petugas admisi, pendidikan dan pelatihan
petugas admisi, serta lama kerja petugas admisi. Menurut Ilyas
(2004), salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif
dan efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas
yang tinggi, professional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap
personil.
Menurut Pandia (2006), bahwa kuantitas para tenaga kerja
juga harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau institusi
agar tujuannya dapat tercapai secara efektif dan juga efisien.
Menurut Ilyas (2000) yang di kutip dalam Suryanti (2002), kinerja
organisasi atau admisi rawat inap berhubungan dengan proporsi
profesional, makin besar proporsi kelompok profesional makin
tinggi kinerja organisasi. Yang dimaksud profesional adalah
personal dengan tingkat pendidikan minimal diploma 3.
Menurut Yoeti (1999) mengadopsi dari ilmu perhotelan
bahwa petugas admisi (Front Office) harus memiliki kemampuan :
a) Dapat memberikan penjelasan tentang segala yang menyangkut
operasi kegiatan rumah sakit, terutama produk dan jasa-jasa
yang dapat dipakai pasien, seperti tipe bed yang tersedia daan
fasilitas-fasilitasnya, informasi- informasi rumah sakit lainnya,
tarif kamar, dll.

b) Dapat memberikan motivasi atau mencarikan alternative dari


banyak pilihan pada pasien, sehingga dengan demikian pasien
merasa dapat terbantu. Misalnya ketika bed yang diinginkan
pasien tidak ada, staf dapat mencarikan alternative lainnya.

c) Dapat mengubah pendapat pasien dari “tidak” menjadi “iya”, hal


ini sering terjadi pada pasien yang banyak pilihan dan rewel.
Dengan penjelasan yang baik dan dapat memberikan alasan
yang logis, serta sikap berwibawa diharapkan pasien dapat
menerima usul yang ditawarkannya.

d) Dapat meyakinkan pasien bahwa produk atau jasa-jasa yang ada


seperti bed yang dimiliki rumah sakit lebih baik dari pada
pesaing rumah sakit.

e) Dapat menilai keinginan dan kebutuhan pasien secara pasti dan


dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan
pasien. Selain itu petugas di Unit Admisi Rawat Inap harus
mempunyai kemampuan menangani tanggung jawab yang
menghendaki keseksamaan dan ketepatan, dan juga atas ciri-ciri
kepribadian tertentu.

Petugas Admisi haruslah sabar, penuh perhatian dan


bersemangat, mengajukan pertanyaan seolah mereka belum penah
menanyakan sebelumnya. Dan karena pekanya informasi yang dapat
dijaring selama proses masuknya pasien, sehingga seorang petugas
harus tetap mentaati batas-batas kerahasiaan pasien (Wolper (2001)
yang dikutip dari Suryanti (2002)). Menurut Pandia (2006) bahwa
uraian pekerjaan harus ditetapkan secara jelas untuk setiap jabatan,
agar pejabat tersebut dapat mengetahui tugas dan tanggung-jawab
yang harus dilakukannya. Uraian pekerjaan akan memberikan
ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh seorang pejabat
yang menjabat jabatan tersebut. Uraian pekerjaan ini menjadi dasar
untuk menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bagi
pejabat yang menjabat jabatan itu. Uraian pekerjaan yang kurang
jelas akan mengakibatkan seorang pejabat kurang mengetahui tugas
dan tanggung-jawabnya pada jabatan tersebut. Hal ini
mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak beres.
Suatu organisasi dinilai sebagai organisasi yang baik apabila
memenuhi prinsip pokok organisasi antara lain : mempunyai
pendukung, mempunyai tujuan, mempunyai pembagian tugas,
mempunyai perangkat organisasi, mempunyai pembagian
pendelegasian wewenang dan mempunyai kesinambungan kegiatan,
kesatuan perintah dan arah. Menurut Ilyas (2000) yang di kutip
dalam Suryanti (2002), kualitas pelayanan tidak hanya tergantung
pada kemampuan atau mutu SDM, tetapi juga tergantung pada
beban kerja yang harus dipikul oleh SDM. Karena dengan beban
kerja yang tinggi, SDM menjadi letih secara fisik dan mental.
Sebagai contoh pelayanan pada Unit Admisi Rawat Inap ini, bila
petugas melayani pasien dalam jumlah banyak secara terus-
menerus, dengan masalah yang relatif sama, dapat menimbulkan
kejenuhan yang berakibat menurunnya kualitas pelayanan kepada
pasien. Penyelenggara dan atau pimpinan sarana kesehatan
bertanggung jawabatas pemberian kesempatan kepada tenaga
kesehatan yang ditempatkan atau bekerja pada sarana kesehatan
yang bersangkutan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan (PP No. 32
tentang kesehatan pasal 10 ayat 2).
Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan kerja yang saat ini dilakukan. Hal ini
dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan on the job training,
ceramah-ceramah di rumah sakit,mengikuti kursus dan seminar-
seminar, serta mengikuti pendidikan formal di kampus pendidikan.
Menurut Mutiah (2007), pelatihan merupakan suatu keharusan
karena dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan ini manfaatnya
selain untuk staf itu sendiri maupun untuk organisasi/instansi.
Karena dengan meningkatnya kemampuan atau keterampilan para
staf, dapat meningkatkan produktifitas kerja staf, hal ini berarti
organisasi/instansi yang bersangkutan memperoleh keuntungan.
2) Kuantitas ketenagaan
Jumlah perawat yang diperlukan di ruang Rubi menggunakan
rumus:
a) Menurut Gillies

b) Menurut Douglas
c) Menurut Lokakarya PPNI
3) Analisa Data

Tabel 2.4
Hasil Kajian Jumlah Tenaga Keperawatan
Jumlah
Hasil Perhitungan Jumlah
Perawat di Analisa
Tenaga
Ruangan
Gillies
Douglas
Lokakarya PPNI

Kesimpulan

Kualitas Ketenagaan
1) Kajian Teori
2) Kualitas Ketenagaan

Tabel 2.5
Distribusi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
No Jenis Pendidikan Jumlah %
1 S2 Keperawatan
2 S1 Keperawatan + Ners
3 S1 Keperawatan
4 D3 Keperawatan
5 SPK
Sumber data :
Tabel 2.6
Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan, Jenis
Pelatihan, dan Lama Kerja
Jenis
Pelatihan/
Pendidikan Lama
No Nama Perawat Jabatan Seminar yang
Terakhir Kerja
diikuti
(Tahun)
1
2
3
4
5
Sumber data :

Tabel 2.7
Hasil Angket Kepuasan Perawat Rumah Sakit Negeri
Status Kepegawaian Tingkat Kepuasan Jumlah %
Pegawai Negeri Sipil Sangat Puas
Puas
Tidak Puas
Sangat Tidak Puas
Pegawai BLUD Atau Sangat Puas
Kontrak Puas
Tidak Puas
Sangat Tidak Puas
Sumber data :

Tabel 2.8
Self Evaluation Kinerja Ruang Ruby
No Jabatan Nilai Keterangan
1
2
3
4
5
Sumber data :

3) Analisa data

b. Money (M2)
1) Kajian Teori
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai guna
tinggi. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumalah uang
yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan
alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus dipehitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan
dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gajih
tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa
hasil yang akan di capai dari suatu organisasi (Nursalam, 2008).
a) Kompensasi
Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan
dengan imbalan finansial. Terminologi dalam kompensasi
adalah:
1. Upah dan Gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan
tarif gaji per jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif
bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan
2. Insentif. Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di
atas atau di luar gaji atau upah yang diberikan organisasi
3. Tunjangan
4. Fasilitas (Simamora, 2004)
b) Reward
Hazli (2002) mendefinisikan reward yaitu hadiah dan
hukuman dalam situasi kerja, hadiah menunjukkan adanya
penerimaan terhadap perilaku dan perbuatan, sedangkan
hukuman menunjukkan penolakan perilaku dan perbuatannya.
Wahyuningsih (2009) juga mendefinisikan reward adalah
penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai. Francisca
(2006) memfokuskan definisi reward sebagai hadiah atau bonus
yang diberikan karena prestasi seseorang. Reward dapat
berwujud banyak rupa. Paling sederhana berupa kata-kata
seperti pujian adalah salah satu bentuknya. Reward biasanya
digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang dalam
organisasi (Raharja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan
tanpa ada kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat
berjalan apa adanya sesuai evaluasi kinerja sebelumnya.
Selebihnya, dengan reward seseorang dapat meningkatkan cara
kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga
ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006)
bahwa reward yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh
sebagai konsekuensi dari apa yang mereka kerjakan akan
merubah perilaku manusia secara fundamental.
c) Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak
tercapai/ pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus
diberikan. Setiap orang pasti beda persepsi dan beda pendapat
(Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi
diperlukan dalam perusahaan. punishment yang di maksud disini
adalah tidak seperti hukuman dipenjara atau potong tangan,
tetapi punishment yang bersifat mendidik. Selain
itu punishment juga merupakan alat pendidikan regresif,
artinya punishment ini digunakan sebagai alat untuk
menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang
benar. punishment dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan
maksud atau supaya tidak terjadi pelanggaran. Hukuman ini
bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran,
sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran
dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian
dan ancaman
2. Hukuman refresif yaitu hukuman yang dilakukan, oleh
karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah
diperbuat. Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi kesalahan.
Menurut Nursalam 2016, M2-Money di fokuskan pada hal
berikut:
a) Pemasukan
b) RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut :
1. Oprasional (Kegiatan Pelayanan)
2. Manajemen (Pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan
lainnya)
3. Pengembangan (Sarana prasarana dan sumber daya
manusia)

2) Kajian Data
a) Sumber Dana
Sumber pembiayaan ruangan berasal dari dana rumah
sakit, sumbangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Berdasarkan informasi yang didapat dari kepala ruangan,
anggaran dana untuk pembayaran gaji perawat yang PNS dan
Non PNS (PTT) sudah diatur oleh pihak Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), sedangkan untuk pembayaran
gajih honor diatur oleh pihak rumah sakit sendiri yang langsung
dikelola oleh pihak keuangan rumah sakit (BLUD). Menurut
hasil wawancara dengan kepala ruangan rubi, pembayaran gaji
perawat setiap bulannya berjalan dengan lancar.
b) Pengeluaran Dana Oleh Ruangan
Dana pemeliharaan ruangan seperti sarana atau prasarana
dan alat kesehatan serta perbaikan, pengadaan dana bagi
ruangan (renovasi ruangan), sumber dana operasional ruangan,
sumber kesejahteraan ruangan, pendanaan alat kesehatan,
pendanaan fasilitas kesehatan bagi klien, pendanaan bahan
kesehatan (habis pakai), pendanaan fasilitas kesehatan bagi
petugas, biasanya diperoleh dari penghasilan yang dikelola
sendiri oleh rumah sakit (BLUD) dan dari anggaran pertahun
oleh APBN atau APBD.
Prosedur pengadaan barang dan jasa belanja langsung
yang dananya bersumber dari BLUD didapatkan dengan alur
User (kepala ruangan, kepala poliklinik, atau kepala instalasi)
yang membutuhkan barang atau jasa menyampaikan usulan
permintaan dalam bentuk surat telaahan ke Direktur dengan
mendapatkan disposisi dari Kasie sarana Keperawatan, Kabid
Keperawatan, Wadir Yanmed, Kabag Keuangan, Pejabat
Keuangan, selanjutnya ke Direktur. Apabila direktur menyetujui,
maka untuk permintaan yang bersifat perbaikan akan dilanjutkan
kebagian umum dan perlengkapan namun apabila bersifat
pembelian baru atau pengadaan barang akan diserahkan
kebagian sarana penunjang.
RSUD Moch Ansari Saleh Banjarmasin merupakan salah
satu Rumah Sakit Daerah yang bekerjasama dengan jaminan
kesehatan BPJS, Jamkesda dan jaminan kesehatan lainnya.
c) Alur Pengelolaan Dana

Program 5 Tahun: Program Kerja Bidang


Keperawatan dan
1. Man Rencana Strategi Instalasi
2. Method
3. Money Rencana Kerja
4. Mechine
5. Marketing
Anggaran

Das Sollen X Das Sain

Ideal Kenyataan
Program Kerja
3) Analisis Data
Menurut informasi yang didapatkan dari Kepala Ruang Ruby
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh, anggaran dana untuk
pembayaran gaji perawat yang PNS sudah diatur oleh pihak
pemerintah, sedangkan untuk pembayaran gaji non PNS (Tenaga
Kontrak) dan Honor diatur oleh pihak rumah sakit sendiri yang
langsung dikelola oleh pihak keuangan rumah sakit (BLUD).
Untuk pemeliharaan ruangan seperti sarana atau prasarana dan alat
kesehatan serta perbaikan, pengadaan dana bagi ruangan biasanya
diperoleh dari penghasilan yang dikelola sendiri oleh rumah sakit
(BLUD) dan dari anggaran pertahun oleh APBN atau APBD.
Prosedur pengadaan barang dan jasa belanja langsung yang dananya
bersumber dari BLUD RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
Berdasarkan kajian terori diatas bahwa upah atau gajih sudah
berjalan dengan semestinya, yaitu adanya gajih setiap bulannya. Di
ruang Rubi itu sendiri upah atau gajih setiap tenaga/pekerjanya
sudah berjalan dengan baik.
Berdasarkan kajian data diatas bahwa di ruangan Rubi untuk
pengeluaran dana dan pengelolaan dana juga sudah tersistem
dengan baik dimana mereka mengikuti alur dan sudah sesuai
dengan prosedur kerja, sehingga semuanya terstruktur dengan
sangat baik.

c. Material (M3)
1) Kajian Teori
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung
kelancaran dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Secara kualitatif fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai dengan
standar yang telah diterapkan. Fasilitas dan alat-alat kedokteran
maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit yang disesuaikan dengan jenis dan
kapasitas unit pelayanan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 persyaratan
Teknis Bangunan Ruang Rawat Inap:
a) Lokasi
Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang
tenang, aman dan nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan
aksesibiltas atau pencapaian dari sarana penunjang rawat inap.
Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat
pembuangan kotoran, dan bising dari mesin/generator.
b) Denah
Persyaratan umum:
1. Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang
sejenis hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak
membingungkan pemakai bangunan.
2. Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu
adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang
diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan
3. Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat
dicapai dengan mudah
4. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci
keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya
sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang)
5. Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan
kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung.
6. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam
ruangan.
7. Alur petugas dan pengunjung dipisah.
c) Pintu
1. Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda,
masing-masing dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi
pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi dengan kaca jendela
pengintai (observation glass).
2. Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85
cm. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Rawat
Inap 9 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
3. Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas,
minimal harus ada 1 kamar mandi berukuran lebar 90 cm,
diperuntukkan bagi penyandang cacat.
4. Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar
mandi.
d) Tenang
e) Terjaga kebersihannya
f) Sirkulasi udara dan cahaya baik
g) Luas ruangan cukup nyaman

2) Kajian Data
a) Bangunan Ruang Rubi
1. Lokasi
Lokasi ruang Rubi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin dijabarkan sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan ruang Irna Lantai IV
Bedah
b. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan lapangan
c. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Ruang Jamrud
d. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Ruang
Alexandri
2. Denah
Gambar 2.
Denah Ruang Rubi Lantai 4

17 4 3 7 9
18 10

8
16 11
2

19 1 12 13

14

Keterangan :
15 6 5
1. Meja Perawat 11. Toilet
2. Gudang 12. Meja Mahasiswa
3. Ruang Pasien A1-6 13. Lift
4. Ruang Pasien B1-6 14. Toilet Umum
5. Ruang Pasien C1-6 15. Ruang Tunggu Keluarga
6. Ruang Pasien D1-6 16. Ruang Mahasiswa
7. Kamar Perawat 17. Ruang Kepala Ruangan
8. Ruang Penyimpanan Obat 18. Tangga Darurat
9. Ruang linen 19. Lift
10. Pantry

3. Pintu
Pintu masuk di Ruang Rubi ada 3, yaitu 2 buah lift dan 1
tangga darurat.
4. Tenang
Ruang ruby tampak ramai, dimana ruangan terletak di lantai
4 gedung alexandri. Ruang rubi merupakan ruangan kelas III
dengan kapasitas penampungan sebesar 23 pasien. Keadaan
ruang Rubi yang selalu ramai dan penuh dengan pasien
beserta keluarga yang mengakibatkan kurang nya ketenangan
d ruang rubi.
5. Tenang
Ruang Rubi kurang kondusif karena banyak keluarga pasien
yang ribut dan bahkan anak-anak yang seharusnya tidak
boleh berada di ruangan.
6. Kebersihan
Ruang Rubi terlihat bersih baik di luar atau di dalam ruangan,
alat kebersihan dan tempat sampah yang tersedia sudah
memadai.
7. Sirkulasi udara dan cahaya
Sirkulasi udara di ruangan terkadang sangat panas sehingga
kipas angin harus terus-menerus dihidupkan. Pencahayaan
cukup baik karena banyak jendela di setiap blok rawat inap.
8. Luas ruangan
Luas ruangan sudah cukup memadai.
a) Peralatan dan Fasilitas

Tabel 2.10
Inventaris Alat Ruang Alexandri lantai 4

KEADAAN BARANG
MERK /
NO JENIS BARANG / NAMA BARANG JUMLAH BARANG
MODEL KURANG RUSAK
BAIK
BAIK BERAT
1 Meja Rapat Segi Empat - 1 bh 1 - -
2 Kursi Lipat Chitose 12 bh 2 8 -
3 TempatTidur Pasien - 30 bh 24 6 -
4 Lemari malam pasien - 30 bh 30 - -
5 MejaKerja 2bh 3 - -
6 TV 32 Inc Samsung 1 bh 1 - -
7 Meja nurse station 3 bh 3 - -
7 Lemari Kayu 2 pintu - 1bh 1 - -
8 Lemari Kaca 2 pintu - 1 bh 1 - -
9 Lemari Loker Perawat - 1bh 1 - -
10 Lemari Loker obat Pasien - 3 bh 3
11 Kipas Angin tempel Maspion 3 bh 3
12 AC Daikin 9 bh 9 - -
13 Timbangan - 1 bh 1 1 -
14 Jam dinding Takana 1 bh 1 -
15 White Board Uk: 100x50 cm - 1 bh 1 - -
16 Hand Talky Firstcanfe 1 bh 1 - -
17 Box container Besar - 2 bh 2 - -
18 Bak sampah besar - 6 bh 6 - -
19 Bak sampah kecil - 7 bh 7 - -
20 Bantal - 30 bh 27 3 -
21 Kasur - 30 bh 30 - -
22 Troly barang - 1 bh 1 - -
23 Kulkas Sharp 2 bh 1 - -
24 Troly untuk status 1 bh 1 - -
25 Komputer LG 1 bh 1
26 Printer Canon 1 bh 1
27 Dispenser - 1 bh 1 -
28 Rak Sandal kecil - 4 bh 4 -
29 Bantal epergon 20 bh 20
30 Tempat ukur urin 5 bh 4 1
31 Kulkas mini dan meja midea 1 set 1
32 Lemari arsip brother 1 bh 1
33 Printer label pasien GC420t 1 bh 1
ALAT TENUN
1 Selimut putih - 50 lbr 25 - -
2 Seprei - 50 lbr 50 - -
3 Sarung Bantal - 30 lbr 69 - -
4 Perlak - 25 bh 23
5 Handuk - 5 lbr 5
6 Selimut hijau - 5 lbr 5
7 Seprai motif kembang 3 lbr 3
8 Sarung bantal kembang 3 lbr 3
7 Tirai Putih - 10 bh 10
8 Gorden jendela 10 bh 10
9 Gorden TT pasien 150 lbr 150
ALAT KESEHATAN
1 Urinal - 10 bh 10 - -
2 Pispot - 10 bh 10 - -
3 Standar infuse beroda - 30 bh 26 4 -
4 Nebulizer Omron 1 bh 1 - -
5 Termometer digital Microlife 8 bh 5 3
6 Termometer raksa - 5 bh 3 - 2
7 Tensimeter lipat Riester 1bh 1 - -
8 Tensimeter stand up Riester 2bh 2 -
9 Tensimeter digital 1 bh 1
10 Stethoscope Dewasa litmen 4 bh 4
11 Suction dinding - 2 bh 1 - 1
12 Tabung oksigen kecil - 2 bh 2 - -
13 Kursi Roda - 2 bh 1 - 1
14 Kasur Antidicubitus arnez 1bh 1 - -
15 Trolly instrument Stainless 2 bh 2 - -
16 Trolly Oksigen kecil 2 bh 2 - -
17 Syring pump Aqillia 3 bh 3 - -
18 Infus Pump Mindray 2 bh 2 - -
19 Monitor bed site pasien Argus 1 bh 1
20 Regulator oksigen Medimax 8 bh 7 1
21 Emergency kid - 1 bh 1
22 Tongue spatel 2 bh 2
23 Penlight 1 bh 1
24 Lemari instrumen airbus 1 bh 1
25 Kasur antidecubitus ardo 2 bh 2
26 EKG BTL 1 bh 1
27 EKG Philips 1 bh 1
28 Lampu tindakan poly 2 bh 2
29 Hepa filter oxyra 1 bh 1
Sumber Data : Laporan tahunan Ruang Ruby tahun 2019
b) Obat-Obatan dan Bahan Habis Pakai (Consumable)
Tabel 2.11
Obat-obatan emergency yang tersedia di ruang Ruby
Golongan Nama Nama Sediaan Stok Baku
Anti aritmia Lidocain 2% 2 ml 5 ampul
Anti aritmia Atropine sulfphate 1 ml 6 ampul
Inotropik Epineprin 0,1 % 0
Inotropik Dopamine 200 mg 3 ampul
Inotropik Dobutamin 50 mg 1 ampul
Anti perdarahan Asan traneksamat 250 mg 4 ampul
Anti perdarahan Phyto menadion 10 mg 3 ampul
Golongan lain-lain Aminopilin 24 mg 3 ampul
Golongan lain-lain Diazepam 5 mg 1 ampul
Golongan lain-lain Dexametason 5 mg 3 ampul
Golongan lain-lain Diphenhydramin 10 mg 3 ampul
Golongan lain-lain Dextrose infuse 40 % 25 3 flash
ml
Sumber Data: Persediaan Obat High Alert Ruang Ruby

Saat ini di ruang Rubi tidak memiliki stok obat-obatan,


obat-obatan yang di stok hanya jenis obat-obat emergency yang
berada di troli emergency. Hal ini dikarenakan, di ruang Rubi
obat yang digunakan pasien one day dose unit, obat-obatan di
antar apotik setiap hari dan tidak di stok.
Ruang Ruby mempunyai stok bahan habis pakai seperti
masker 22 kotak, gloves bersih 33 kotak, gloves steril 30
bungkus, dan alcohol swab 24 kotak.

c) Administrasi Penunjang
Buku administrasi yang di Ruang Ruby RSUD Dr. H.M.
Ansari Saleh sudah cukup lengkap dan mudah dicari bila
diperlukan pengumpulan data atau pemeriksaan. Daftar buku
kelengkapan administrasi yang terdapat di Ruang Rubi terdaftar
pada tabel di bawah ini:
NO Jenis Buku Administrasi Jumlah
1 Buku register pasien 1
2 Buku Laporan harian dan Visite Dokter 1
3 Buku Pemeriksaan Vital Sign 1
4 Buku Injeksi 1
5 Buku Diet 1
6 Buku Pemeriksaan Laboratorium 1
7 Buku Sensus Pasien 1
8 Buku Timbang Terima 1
9 Buku Standar Asuhan Keperawatan 1
10 Buku Standar Prosedur Oprasional 1
11 Buku CSSD 1
12 Buku Kejadian Plebitis 1
13 Buku Mutasi 1
14 Buku Decubitus 1
15 Buku Fisioterapi 1
16 Buku Transfusi 1
17 Buku Safety Box 1
Sumber Data: Data Primer Ruang Rubi (2019)

3) Analisis Data
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar
kriteria material di Ruang Rubi sudah memenuhi standar jumlah
yang ditetapkan oleh RSUD Dr. H.M. Ansari Saleh Kalimantan
Selatan, namun ada beberapa kriteria yang tidak memenuhi standar
seperti pada kriteria tenang, berdasarkan hasil observasi ruangan
sudah memiliki jadwal dan jumlah orang untuk berkunjung namun
hasil observasi telihat bahwa banyak pengunjung yang datang lewat
dan bahkan sebelum jam besuk, dan jumlah orang yang berkunjung
lebih dari 2 orang sehingga ruang Rubi selalu ramai. lingkungan
Ruang ruby sudah bisa dikategorikan cukup bersih namun kurang
rapi, karena tidak terdapat rak sepatu, sehingga sepatu atau sandal
milik keluarga klien berhamburan di depan blok. Tiap bed klien,
banyak keluarga klien yang meletakkan barang-barang bawaan
disekitar bed yang tersusun rapi. Pada daerah sekitar Ruang Rubi
lantai 4 tampak keluarga klien yang berkunjung terlalu banyak,
tidak masuk bergantian saat bertamu, serta keluarga klien yang
menunggu terlihat juga ikut tidur atau duduk di bed klien.
Berdasarkan data dari pengkajian, sebagian besar peralatan di
ruang Rubi sudah memenuhi standar jumlah yang ditetapkan oleh
RSUD Dr. H.M. Ansari Saleh Kalimantan Selatan. Alat-alat yang
sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan
secara optimal sesuai kebutuhan klien.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa sarana dan
prasarana sudah cukup memadai struktur organisasi ruangan yang
sudah lengkap. Didapatkan bahwa keadaan fasilitas seperti WC dan
kamar mandi klien sudah mencukupi, terdapat 4 WC pada pojok
ruangan yang terdiri dari 2 WC umum untuk klien dan keluarga
kondisi WC perlu ditingkatkan kebersihannya, 1 WC untuk perawat
kondisi WC bersih, dan 1 WC untuk mahasiswa kondisi WC bersih
tetapi tidak ada lampu. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa klien dan keluarga air lancar. Peralatan seperti pispot
sudah ada dimiliki ruangan. Keseluruhan pintu di Ruang Ruby
dalam kondisi baik. Terdapat 1 wastafel yang ada diruangan untuk
mahasiswa dan perawat, 1 wastafel berada di WC perawat, 1
wastafel berada di WC mahasiswa, 1 wastafel berada di pantry, dan
1 wastafel untuk umum. Alat-alat yang tersedia sudah terpenuhi
sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan secara optimal
sesuai kebutuhan klien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Ruang
Rubi didapatkan data bahwa pengadaan barang atau alat-alat medis
cukup memerlukan waktu yang panjang agar dapat tersedia
diruangan. Sehingga untuk peralatan yang tidak ada standar
jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan
kriteria kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari.

d. Mutu (M4)
1) Kajian Teori
Kualitas Pelayanan Kesehatan
a. Pasien Safety
Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang
dikeluarkan oleh Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
(Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka sasaran tersebut
meliputi 6 elemen berikut.
1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
a) Pasien identifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau
produk darah
c) Spesimen lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga)
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur
e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi
yang konsisten pada semua situasi dan lokasi
2) Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
a) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan
secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu
yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang
konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi lisan melalui telepon.
3) Sasaran III : Peningkatan keamananan obat yang perlu
diwaspadai (highalert medications)
a) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk
mengatur identifikasi, lokasi, pemberian label, dan
penyimpanan obat –obat yang perlu diwaspadai.
b) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan,
c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja diarea
tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
d) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan
pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara
yang membatasi akses (restrict access).
4) Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien, operasi
a) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera
dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda.
b) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat-pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat/benar, dan fungsional.
c) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum
induksi), “sebelum insisi/time out’’ tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign
out (sebelum meninggalkan kamar operasi).
d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat-lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan diluar
kamar operasi.
5) Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman
handhygiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan
sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO
patient safety).
b) Rumah sakit menerapkan program handhygiene yang
efektif
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk
mendukung pengurangan secara berkelanjutan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6) Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
a) Rumah sakit menerapkan proses assessment awal resiko
pasien jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil assessment dianggap
beresiko.
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh maupun
yang berkaitan secara tidak sengaja.
d) Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan
berkelanjutan dari resiko cedera pasien akibat jatuh
dirumah sakit.

b. BOR, AVLOS, BTO, TOI


BOR (Bed occupancy Ratio=Angka penggunaan tempat
tidur). BOR menurut Huffman pada serangkaian data sesuai
dengan kapasitas tempat tidur klien ( 1994) adalah “ the ratio
of patient service days to inpatient bed count days in a period
under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005),
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indicator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai
BOR yang ideal adalah 60-85% (Depkes, 2005).
AVLOS (Length Of Stay = Rata-rata lamanya klien
dirawat). AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “the evarege
hospitalization stay of inpatient discharging during the period
under consideration”. AVLOS menurut depkes RI (2005) adalah
rata-rata lama rawat seorang klien. Indicator ini disamping
memberikan gambar mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran tempat tidur
BTO menurut Huffman (1994) adalah “the net effect of changed
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI
(2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalamsuatu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali.
TOI (Turn Over Interval) = tenggangan perputaran. TOI
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari diisi kesaat terisi berikutnya. Indicator
ini memberikan gambaran tingkat efesiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3
hari.
2) Kajian Data
a) Keselamatan Pasien
Pada tanggal 21-23 Mei 2019, kami melakukan pengkajian
pada data keselamatan pasien, dan keselamatan pasien ini
mempunyai 6 sasaran, yaitu:
1. Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Saat pengkajian didapatkan bahwa identifikasi pasien
menggunakan gelang identitas klien. Gelang akan dicocokkan
dengan data yang sama dengan data klien. Saat memberikan
obat, perawat melakukan identifikasi identitas klien dengan
gelang yang digunakan klien.
2. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Perawat diruang Rubi sudah melakukan komunikasi dengan
SBAR dan TBAK, yaitu:
SBAR
SITUATION
Pelapor memperkenalkan nama dan unit kerja. Kemudian
nama dan nomor rekam medis pasien yang dilaporkan serta
menjelaskan situasi penting/masalah pasien yang perlu
dilaporkan.
BACKGROUND
Menyampaikan latar belakang situasi meliputi diagnosa
medis pasien dirawat, tanggal pasien masuk dirawat, dan
ringkasan tindakan sampai hari tersebut, dan pengkajian
terbaru.
ASSESSMENT
Pelapor menyampaikan hasil penilaian klinis, analisis dan
perbangan pelapor, dan apakah masalah ini parah atau
mengancam kehidupan.
RECOMMENDATION
Pelapor menyampaikan rekomendasi berdasarkan kondisi
pasien. Seperti pemindahan pasien, melakukan pemeriksaan
penunjang, kapan pelapor dapat menghubungi DPJP kembali.
TBaK
T (Tulis)
Penerima pasien menulis pesan yang disampaikan diformulir
terintegrasi pada rekam medis pasien yang dilaporkan,
meliputi tanggal dan jam pasien diterima. Gunakan symbol
atau singaktan sesuai standar. Dosis/nilai harus spesifik untuk
menghindari salah penafsiran; Nama petugas pelapor atau
memberi pesan, Nama dan ttd petugas penerima pesan. Bila
pasien melalui telepon, pengirim pesan atau dokter
menandatangani pada saat visite hari berikutnya.
Ba (Baca)
Penerima pesan membaca kembali isi pesan yang telah ditulis
untuk memastikan kebenaran pesan yang ditulis. Bila
keadaan tidak memungkinkan, diperbolehkan tidak
melakukan pembacaan kembali misal keadaan Darurat di
ICU dan IGD. Pesan untuk terapi dengan obat-obatan high
alert harus dibacakan 2 kali (Repeat back) dengan mengeja
menggunakan alfabet safety.
K (Konfirmasi)
Penerima pesan membubuhkan stempel TBaK pada formulir
catatan terintegrasi. Pengirim pesan/dokter menandatangani
pada saat visite hari berikutnya.
3. Sasaran III : Peningkatan keamanaan obat yang perlu di
waspadai (High Alert Medication)
Pada ruang Rubi penyimpanan obat oral sudah disediakan
ditempat penyimpanan yang memadai. Obat-obat klien di
simpan di setiap loker klien dan diberi identitas klien.
Perawat sudah berhati-hati dalam memberikan obat-obatan
yaitu dengan memvalidasi kembali obat yang diberikan
dengan Klien. Penyimpanan obat-obatan High Alert atau
obat-obat yang perlu diwaspadai disimpan pada sebuah troli
Emergency. Penyimpanan obat high alert sudah sesuai
standartnya, yaitu disimpan pada lemari bertanda khusus
serta berada dilokasi tertentu, akan tetapi troli emergency
tidak terkunci. Seharusnya, troli emergency dikunci.
4. Sasaran IV : Lokasi dan Prosedur Operasi
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam
proses penandaan/pemberian tanda. Rumah sakit
menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur,
dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat-pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan
fungsional. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum
induksi), “sebelum insisi/time out’’ tepat sebelum dimulainya
suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum
meninggalkan kamar operasi). Ini sudah sesuai dengan
idealnya kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur.
Sasaran tepat lokasi dan prosedur operasi, tidak dilakukan di
ruang rubi akan tetapi dilakukan di ruang operasi. Hal ini
dikarenakan ruang rubi merupakan ruang inap khusus saraf.
5. Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Perawat menggunakan APD seperti handscone saat
memberikan tindakan perawatan invansif. Diruang Rubi
pengadaan wastafel untuk hand hygiene disediakan oleh
rumah sakit, namun wastafel hanya berjumlah 1 buah. Rumah
Sakit sudah menggalangkan disemua ruangan untuk
membudayakan cuci tangan 6 langkah yang sudah
disosialisasikan oleh tim PPI (Pengendalian dan Pencegahan
Infeksi). Perawat di ruang rubi, sudah melakukan budaya cuci
tangan 6 langkah dan 5 momen cuci tangan.
6. Sasaran VI : Resiko Pasien Jatuh
Ruang Rubi mempunyai 23 kapasitas tempat tidur. Pada saat
pengkajian tanggal 21 Mei 2019, jumlah bed yang terisi
hanya 21 bed, dan terdapat 2 bed yang tidak terisi.
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan data di ruang rubi
ada 1 orang pasien jatuh dalam rentang bulan Januari sampai
Maret tahun 2019.

b) Efesiensi Ruang Rawat (BOR, AVLOS, BTO, TOI)


Adapun tingkat efesiensi ruang perawat di Ruang Rubi
Rumah Sakit Umum Daerah Ansari Saleh yang dihitung pada
bulan Januari sampai Maret adalah sebagai berikut:

Tabel 2.
Data Klien Ruang Rubi
Periode Maret-April tahun 2018
Bulan Jumlah Jumlah Jumlah
Hari
Hari/Bulan Klien
Perawatan
keluar
Januari 31 423 79
Februari 28 317 64
Maret 31 412 82

1. BOR ( Bed Occupany Rate) : selama 3 bulan terakhir, yaitu:


Formula = Jumlah hari perawatan 100% =
Jumlah bed x jumlah hari periode
Januari : BOR 423 100% = 59,3 %
23 x 31
Februari : BOR 317 100% = 49,2 %
23 x 28
Maret : BOR 412 100% = 57,7%
23 x 31
BOR dalam 3 bulan = 59,3% + 49,2% + 57,7% = 55,4%
2. AVLOS (Length Of Stay = Rata-rata lamanya Klien dirawat)
AVLOS Jumlah hari perawatan =
Jumlah pasien keluar (hidup/mati)
Januari : AVLOS = 423 = 5 hari
79
Februari : AVLOS = 317 = 5 hari
64
Maret : AVLOS = 412 = 5 hari
82

3. BTO (Bed Turn Oven) = Angka Putaran Tempat Tidur


BTO = Jumlah pasien keluar =
Jumlah tempat tidur
Januari : BTO = 79 = 3 kali
23
Februari : BTO = 64 = 3 kali
23
Maret : BTO = 82 = 4 kali
23
4. TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran
Januari = TOI (23 x 31) – 423 = 3,6 = kurang lebih 4 hari
79
Februari = TOI (23 x 28) – 317 = 5,1 = kurang lebih 5 hari
64
Maret = TOI (23 x 31) – 412 = 3,6 = kurang lebih 4 hari
82
3) Analisis Data
Selama pengkajian mulai tanggal 21-23 Mei 2019, perawat
sudah melakukan sasaran keselamatan pasien yang pertama,
yaitu ketepatan identifikasi pasien. Perawat sudah
menggunakan gelang identitas dan menanyakan nama pasien
saat akan melakukan tindakan. Pada sasaran kedua, yaitu
peningkatan komunikasi yang efektif. Perawat sudah
menggunakan komunikasi sesuai standard yaitu SBAR dan
TBaK. Pada sasaran yang ketiga, peningkatan keamanan obat
yang perlu di waspadai (high alert medications), obat-obat
sudah disimpan di tempat yang memadai seperti troli
emergency namun troli emergency yang berada di ruang rubi
tidak terkunci.sasaran yang keempat kepastian tepat-lokasi,
tepat-prosedur, tepat-pasien operasi tidak dilakukan di ruang
ruby, akan tetapi di lakukan di ruang operasi. Sasaran yang
kelima, pengurangan resiko infeksi, perawat sudah melakukan
dan menerapkan hand hygiene 6 langkah dan 5 momen cuci
tangan, perawat juga menggunakan APD saat melakukan
tindakan invasive. Sasaran yang keenam yaitu, pengurangan
resiko jatuh, di ruang rubi selama 3 bulan terakhir ada 1 orang
pasien yang jatuh.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa di atas, hasil
penjumlahan BOR selama 3 bulan terakhir yaitu bulan januari
sampai maret 2019 adalah 55,4 %. Perhitungan BOR
menunjukkan bahwa BOR yang ada di ruang rubi masih
belum ideal. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Depkes (2005), yaitu idelanya BOR suatu rumah sakit
adalah sebesar 60-85%.
Dalam perhitungan AVLOS, didapatkan hasil bahwa rata-
rata lamanya pasien di rawat di ruang rubi adalah 5 hari, data
ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Depkes
(2005), dimana idealnya AVLOS adalah 6-9 hari perawatan.
Hal ini disebabkan karena kebanyakan dari pasien yang
dirawat di ruang rubi sudah diizinkan oleh dokter penanggung
jawab pasien (DPJP) untuk pulang dan kontrol dipoli yang
sudah ditentukan tanggalnya oleh dokter. Pasien yang
diizinkan pulang keadaannya sudah membaik.
Selanjutnya perhitungan BTO (Bed Turn Over) = Angka
perputaran tempat tidur, didapatkan hasil 3-4 x/perbulan, hal
ini termasuk ideal karena sejalan dengan teori Depkes (2005)
bahwa rata-rata 1 tempat tidur bisa dipakai 40-50 x/tahun.
TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran atau
disebut dengan jumlah rata-rata hari tempat tidur tidak
dipakai, menurut Depkes (2005), idealnya rata-rata hari
tempat tidur tidak ditempati 1-3 hari, namun data yang didapat
pada 3 bulan terakhir tidak ideal, dimana terdapat tempat tidur
tidak dipakai ± 4-5 hari. Hal ini dikarenakan tidak semua
tempat tidur selalu dipakai dan masa perawatan pasien yang
tidak terlalu lama.

UNSUR PROSES
e. Methode (M5)
Alur Penerimaan Pasien Baru
1) Kajian Teori
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan
pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan,
perawatan, medis, dan tata tertib ruangan (Nursalam, 2013).
Tujuan penerimaan pasien baru adalah menerima dan
menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapiutik,
meningkatkan komunikasi antara perawat dan klien, mengetahui
kondisi dan keadaan klien secara umum, dan menurunkan tingkat
kecemasan pasien saat masuk rumah sakit (Nursalam, 2013).
Alur pasien adalah proses urutan pelayanan pasien dari
mendaftar, di periksa sampai pasien meninggalkan tempat
pelayanan dan mendapatkan tindak lanjut di rumah jika di perlukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Nursalam, 2016).

IRD PINDAHAN DARI IRJ/ Praktik


DDD RUANG LAIN Swasta

Rawat Inap
Kontrol

Pulang paksa
Pindahan ke Meninggal Pulang sembuh
unit lain Skema 2. Melarikan diri
Alur pasien masuk rumah sakit (Nursalam, 2011)

Prosedur Penerimaan Pasien Baru


1) Setiap pasien baru diterima di tempat penerimaan pasien
baru (TPP)
2) Diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan data
identitas yang akan diisikan pada formulir ringkasan
riwayat klinik.
3) Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien yang.
4) Setelah selesai dalam proses pendaftaran, pasien baru
dipersilahkan masuk kedalam ruangan perawatan untuk
menjalani perawatan lebih lanjut (Nursalam, 2016).
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat-
perawat di ruang Rubi, kegiatan proses penerimaan klien baru sudah
optimal dengan adanya serah terima klien dengan perawat yang
mengantar dengan perawat yang jaga, serta tersedianya format
lembar serah terima klien, adanya lembar tata tertib klien dan
keluarga klien dan lembar infromed consent sterelisasi obat, serta
penjelasan mengenai aturan yang berlaku di ruangan.
3) Anlisa Data
Menurut Nursalam (2016), Alur pasien adalah proses urutan
pelayanan pasien dari mendaftar, di periksa sampai pasien
meninggalkan tempat pelayanan dan mendapatkan tindak lanjut di
rumah jika di perlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
sedangkan alur pasien yang ada di rumah sakit RSUD Ansari Saleh
khususnya di ruang Rubi dimulai dari IGD, ruang Rubi, pasien
pulang pasien di jemput oleh keluarga dan mendapat perawatan
lanjutan baik di rumah maupun di poli saat pasien melakukan
kontrol ulang (kunjungan ulang).
Alur penerimaan pasien baru di ruang rubi

Model Praktik Keperawatan Professional


1) Kajian Teori
MAKP atau Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional
adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yaitu:
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan
keperawatan. (Nursalam, 2014).
a) Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan
untuk :
1) Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien atau
konsumen
2) Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
3) Mempertahankan eksistensi institusi
4) Meningkatkan kepuasan kerja
5) Meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan
6) Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar
c) Standar Praktik Keperawatan
Standar orakti keperawatan di Indonesia yang di susun
oleh Depkes RI (1945) terdiri atas beberapa standar, yaitu
:
1) Menghargai hak-hak pasien
2) Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit
(SPMRS)
3) Observasi keadaan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5) Asuhan pada tindakan non operatif dan administratif
6) Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur infasiv
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga
8) Pemberian asuhan secara terus menerus dan
berkesinambungan
Standar intervensi keperawatan yang merupaka lingkup
tindakan keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasar manusia (14 Kebutuhan Dasar Manusia), meliputi :
1) Oksigen
2) Cairan dan elektrolit
3) Eliminasi
4) Keamanan
5) Kebersihan dan kenyamanan fisik
6) Istirahat dan tidur
7) Aktifitas dan gerak
8) Spiritual
9) Emosional
10) Komunikasi
11) Mencegah dan mengatasi resiko psikologis
12) Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
13) Penyuluhan
14) Rehabilitasi
d) Model Praktik
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu
menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini :
1) Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang
dan tanggung jawab melaksanankan praktik
keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan
pengertian praktik keperawatan rumah sakit dan
lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur
registrasi dan legislasi keperawatan.
2) Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada
pelayanan atau asuhan keperawatan sebagai kelanjutan
dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan
oleh perawatan profesional rumah sakit, atau melalui
pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan
praktik keperawatan berkelompok.
3) Praktik keperawatan Kelompok
Beberapa perawat profesional membuka praktik
keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatana dan pelaksanaan praktik
keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik
keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat
dan dipandang perlu di masa depan. Lama rawat
pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya
perawatan di rumah sakit diperkirakan akan terus
meningkat.
4) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Profesional
a. Fungsional (bukan model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya
melakukan satu atau dua jenis intervensi
keperawatan saja (misalnya, merawat luka)
kepada semua pasien di bangsal.

Gambar 2.
Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional
Kelebihan:
1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
yang baik
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan
tenaga;
3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau
belum berpengalaman.
Kelemahan:
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien
maupun perawat;
2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak
dapat menerapkan proses keperawatan;
3. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.

b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan
keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan,
dan unit gawat darurat.
Konsep metode Tim:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus
mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan;
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin;
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim;
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim,
model tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.
Kelebihannya:
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh;
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
3. Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga
konflik mudah di atasi dan memberi kepuasan
kepada anggota tim.
Kelemahan: komunikasi antaranggota tim
terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode Tim:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus
mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan;
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin;
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim;
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim,
model tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim:
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di
bawah tanggung jawabnya;
2. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
3. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
1. Membuat perencanaan;
2. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien;
4. Mengembangkan kemampuan anggota;
5. Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
1. Perencanaan:
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di
ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif
sebelumnya;
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
pasien: gawat, transisi, dan persiapan
pulang, bersama ketua tim;
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang
dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim,
mengatur penugasan/penjadwalan;
e) Merencanakan strategi pelaksanaan
keperawatan;
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui
kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien;
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan
keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah, serta memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk;
h) Membantu mengembangkan niat
pendidikan dan latihan diri;
i) Membantu membimbing peserta didik
keperawatan;
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi
keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian:
a) Merumuskan metode penugasan yang
digunakan;
b) Merumuskan tujuan metode penugasan;
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan
anggota tim secara jelas;
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan
membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim
membawahi 2–3 perawat;
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga
keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan
lain-lain;
f) Mengatur dan mengendalikan logistik
ruangan,
g) Mengatur dan mengendalikan situasi
tempat praktik;
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang
tidak berada di tempat kepada ketua tim;
i) Memberi wewenang kepada tata usaha
untuk mengurus administrasi pasien;
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan
pakarnya;
k) Identifikasi masalah dan cara
penanganannya.
3) Pengarahan:
a) Memberi pengarahan tentang penugasan
kepada ketua tim;
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik;
c) Memberi motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap
penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan pada pasien;
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga
akhir kegiatan;
f) Membimbing bawahan yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya;
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota
tim lain.
4. Pengawasan
a) melalui komunikasi: mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien;
b) melalui supervisi: pengawasan langsung
dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melalui laporan langsung
secara lisan, dan memperbaiki/ mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu
juga, pengawasan tidak langsung, yaitu
mengecek daftar hadir ketua tim, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan
ketua tim tentang pelaksanaan tugas

5) Evaluasi
a) mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
b) audit keperawatan.
Gambar 2.
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
“Team Nursing”
c. MAKP Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.

Gambar 2.
Bagam Pengembangan MAKP
Gambar 2.
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer
Kelebihan:
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas
yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri;
3. Keuntungan antara lain terhadap pasien,
perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,
1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien
merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan
oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

d. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat/pribadi dalam memberikan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan
perawatan intensif (intensive care).
Kelebihannya:
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus;
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih
mudah.
Kekurangannya:
1. Belum dapat diidentifikasi perawat
penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Gambar 2.
Sistem Asuhan Keperawatan “Case Methode
Nursing”

e. Modifikasi : MAKP Tim-Primer


Model MAKP Tim dan Primer digunakan
secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan berikut.
1. Keperawatan primer tidak digunakan secara
murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1
Keperawatan atau setara.
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara
murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim.
3. Melalui kombinasi kedua model tesebut
diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ketua tim.

Gambar 2.
Metode Tim Primer (Modifikasi)
2) Kajian Data
3) Anlisa Data

Timbang Terima
1) Kajian Teori

a) Pengertian
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik
atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambunganasuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab)
dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
b) Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting.
2) Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data
fokus).
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan kepada pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus
ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c) Manfaat
1) Bagi Perawat

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi


antarperawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung
jawab antarperawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien
secara paripurna.
2) Bagi Pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara
langsung bila ada yang belum terungkap.

d) Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.
2) Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab
pasien (PP).
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan
dinas.
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis, dan menggambarkan kondisi pasien saat ini
serta menjaga kerahasiaan pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan
pasien.
6) Pada saat timbang terima di kamar pasien,
menggunakan volume suara yang cukup sehingga
pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia
sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat
pasien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan
shock sebaiknya dibicarakan di nurse station.
a) Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal
yang akan disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat
penanggung jawab shift selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan Klien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan
secara jelas dan tidak terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama
secara langsung melihat keadaan Klien. (Nursalam,
2016)
b) Prosedur Dalam Timbang Terima
1) Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
catatan
2) Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima
kepada masing-masing penanggung jawab :
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian
shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji
secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang
sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan
perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang
terima adalah :
1. Identitas klien dan diagnosa medis
2. Masalah keperawatan yang kemungkinan
masih muncul
3. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
4. Intervensi kolaborasi dan dependen
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium
atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
6. Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang
kurang jelas penyampain pada saat timbang
terima secara singkat dan jelas.
7. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak
lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus
dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan
rinci
8. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan
secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat (Nursalam, 2016).
c) Tahapan Dalam Timbang Terima

1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan


melimpahkan tanggung jawab. Meliputi faktor
informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga
sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang
akan pulang dan datang melakukan pertukaran
informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan
adanya komunikasi dua arah antara perawat yang
shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang
datang tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untuk melakukan pengecekan data
informasi pada medical record atau pada Klien
langsung.
d) Metode Timbang Terima
1) Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa operan
jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga
tidak memungkinkan munculnya pertanyaan
atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke Klien hanya sekedar
memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari Klien
dan keluarga, sehingga proses informasi
dibutuhkan oleh Klien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
2) Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang
dilakukan sekarang sudah menggunakan model
bedside handover yaitu handover yang dilakukan
disamping tempat tidur Klien dengan melibatkan
pasein atau keluarga Klien secara langsung untuk
mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam
proses operan jaga baik secara tradisional maupun
bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
a. Meningkatkan keterlibatan Klien dalam
mengambil keputusan terkait kondisi penyakitnya
secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi
antara Klien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi
ulang pada kondisi Klien secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan
aspek tentang kerahasiaan Klien jika ada informasi
yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit
atau persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode
pelaksanaan diantaranya :
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang Klien
kemudian diperdengarkan kembali saat perawat
jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan
berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat
pada medical record saja atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih
relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit
menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient
Safety, menyusun pedoman implementasi untuk
timbang terima, selengkapnya sebagai berikut :
a. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan
peluang untuk adanya pertanyaan dari penerima
informasi tentang informasi Klien.
b. Informasi tentang Klien yang disampaikan harus
up to date meliputi terapi, pelayanan, kondisi saat
ini serta yang harus diantisipasi.
c. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan
informasi oleh perawat penerima dengan
melakukan pengecekan dengan membaca,
mengulang atau mengklarifikasi.
d. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat
penyakit, termasuk perawatan dan terapi
sebelumnya.
e. Hanover tidak disela dengan tindakan lain untuk
meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.
e) Faktor-faktor Dalam Timbang Terima
1) Komunikasi yang objective antar sesama petugas
kesehatan.
2) Pemahaman dalam penggunaan terminology
keperawatan.
3) Kemampuan menginterpretasi medical record.
4) Kemampuan mengobservasi dan menganalisa Klien.
5) Pemahaman tentang prosedur klinik.
f) Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek
yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai
pemberi layanan kepada Klien. Efek-efek dari shift kerja
atau operan adalah sebagai berikut :
1) Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur
malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan
waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama
kerja malam.Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat
timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.Menurunnya
nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2) Efek psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang
biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut,
akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial.
Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti
kualitas kendali dan pemantauan.
4) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal,
masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun.
Shift kerja juga dapat menjadi maslah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita
diabetes.
5) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan
keselamatn kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam
Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift
kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan
0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industry terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift
malam.
g) Dokumentasi Dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering
digunakan dalam komunikasi keperawatan. Hal ini
digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
Klien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan
menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan
oleh perawat. Yang perlu di dokumentasikan dalam
timbang terima antara lain :
1) Identitas Klien
2) Diagnosa medis pesien.
3) Dokter yang menangani.
4) Kondisi umum Klien saat ini.
5) Masalah keperawatan.
6) Intervensi yang sudah dilakukan.
7) Intervensi yang belum dilakukan.
8) Tindakan kolaborasi.
9) Rencana umum dan persiapan lain.
10) Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah :


1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang
bermanfaat.
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan
tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan
akan dilakukan kepada Klien.
3) Bermanfaat untuk pendataan Klien yang akurat karena
berbagai informasi mengenai Klien telah dicatat.
(Suarli & Yayan B, 2009)

2) Kajian Data
3) Anlisa Data

Ronde Keperawatan
1) Kajian Teori

a) Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan Klien yang
dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan Klien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan
atau konselor,kepala ruangan,perawat pelaksana yang perlu
juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2016).
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
dan/atau konselor, kepala ruangan, dan perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
(Nursalam, 2014).
b) Karakteristik
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1) Klien dilibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan.
3) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA,
PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah kesehatan
c) Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan di harapkan
masalah Klien dapat teratasi.
2) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan di harapkan
seluruh tim keperawatan mampu :
a. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang
berorientasi pada masalah Klien.
c. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
d. Meningkatkan kemampuan validitas data Klien.
e. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
h. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan
keperawatan
d) Manfaat
1) Masalah Klien dapat teratasi
2) Kebutuhan Klien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang propesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim.
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan
keperawatan dengan tepat dan benar.
e) Kriteria Klien
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
2) Klien dengan kasus baru atau langka
f) Metode
1) Diskusi
2) Presentasi
g) Alat Bantu
1) Sarana diskusi : buku,pulpen.
2) Status/ dokumentasi keperawatan Klien.
3) Materi yang disampaikan secara lisan
h) Langkah-langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
1) Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik.
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan Klien: informed consent dan
pengkajian.
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan,data yang
mendukung,asuhan keperawatan yang dilakukan
dan hambatan selama perawatan.
2) Pelaksanaan Ronde

a. Penjelasan tentang Klien oleh perawat primer yang


difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan serta memilih
prioritas yang perlu di diskusikan.
b. Diskusi antaranggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau
konseloratau kepala ruangan tentang masalah Klien
serta rencana tindakan yang akan dilakukan

3) Pasca Ronde
a. Evaluasi,revisi dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan
diagnosis,intervensi keperawatan selanjutnya.
i) Peran Masing-masing Tim
Peran PA dan PP :
1) Menjelaskan data Klien yang mendukung masalah
Klien
2) Menjelaskan daignosa keperawatan
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang
diambil
6) Menggali masalah – masalah Klien yang belum terkaji
j) Peran Perawat Konselor
1) Memberikan justifikasi.
2) Memberikan reinforcement.
3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi.
5) Mengitegrasikan konsep dan teori yang telah
dipelajari.
k) Kriteria Evaluasi
1) Struktur

a. Persaratan Administratif (Informed


consent,alat,dan lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan
ronde keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.

2) Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan
ronde sesuai peran yang telah di tentukan.
3) Hasil

a. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.


b. Masalah Klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis .
2. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
3. Meningkatkan kemampuan validitas data
Klien.
4. Meningkatkan kemampuan menentukan
diagnosis keperawatan.
5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah
Klien.
6. Meningkatkan kemampuan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan .
7. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
(Nursalam, 2016).

2) Kajian Data
3) Anlisa Data

Sentralisasi Obat
1) Kajian Teori

a) Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada Klien
diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam,2016)
b) Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat
secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan Klien dapat terpenuhi.
Penggunaan obat hanya merupakan salah satu segi
pelayanan kesehatan tetapi merupakan yang paling
penting.
Obat itu penting manajemen penyediaan obat-obatan
dalam unit kesehatan Merupakan salah satu tanggung
jawab pekerja kesehatan. Obat itu mempunyai kekuatan
obat harus digunakan dengan ketrampilan ,pengetahuan
dan ketepatan ,bila obat dapat berbahaya obat itu mahal
pemborosan dan penggunaan obat yang salah dapat
mengakibatkan berkurangnya persediaan, yang
menyebabkan beberapa Klien tidak dapat diobati
sebagaimana mestinya.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan paling
sering mengapa obat perlu disentralisasi :
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu Klien
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek,padahal
obat standar yang lebih murah dengan mutu terjamin
memiliki efektifitas dan keamanan yang sama
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat
“hanya untuk mencoba”.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang
diperlukan
5) Memberikan obat kepada Klien yang tidak
mempercayainya, dan banyak yang membuang atau
lupa untuk minum
6) Memesan obat lebih dari pada yang di butuhkan,
sehingga banyak tersisa sesudah batas kadalwarsa
7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan
obat menjadi tidak efektif
8) Meletaktan obat di tempat yang lembab, terkenak
cahaya atau panas
9) Mengeluarkan obat(dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan
atau dicuri(Nursalam,2012).

c) Tehnik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)


Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya
dilakukan oleh perawat.
1) penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan
kepada staff yang ditunjuk.
2) keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat.
3) Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan di tunjukkan kepada
perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menerima
lembar terima obat.
b. Perawat menuliskan nama Klien, register, jenis
obat, jumlah dan sediaan dalam kartu control, dan
diketahui oleh keluarga atau Klien dalam buku
masuk obat. Keluarga atau Klien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat
tersebut akan habis. Serta penjelasan tentang 5T.
c. Klien atau keluarga selanjutnya mendapatkan
salinan obat yang harus diminum beserta kartu
sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya
disampaikan oleh perawat dalam kotak obat
(Nursalam, 2002).
d) Pembagian Obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin
dalam buku daftar pemberian obat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memerhatikan alur
yang tercantum dalam buku daftar penerimaan obat:
dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang
diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada
Klien.
3) Pada saaat pemberian obat, perawat menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek
samping. Usahakan tempat atau wadah obat
dicantumkan setelah itu kembali ke perawat setelah
obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada Klien.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap
pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditujukan
dan didokumentasikan dalam buku masuk obat.
Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan
kepada keluarga dan kemudian dimintakan resep
kepada dokter penganggung jawab Klien (Nursalam,
2002).
e) Penambahan Obat
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka
informasi ini aakan dimasukkan dalam buku masuk
obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu
sediaan obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat
dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga
dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2002).
f) Obat Khusus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki
harga yang cukup mahal, menggunakan alur
pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberiakn dalam waktu
tertentu.
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
kusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer
3) Informasi yang diberikan kepada Klien atau keluarga :
nama obat, waktu pemberian, efek smping,
penanggungjawab,pemberian, dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada
keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi
dari keluarga saat pemberian obat (Nursalam, 2002).

2) Kajian Data
3) Anlisa Data

Supervisi
1) Kajian Teori

a) Pengertian
Supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,
yaitu meliputi segalam bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju
untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Kegiatan supervisi semacam ini adalah merupakan
dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan
keahlian dan kecakapan para perawat.
Prajudi Atmosudiro (1982), Supervisi diartikan
sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin.
Swansburg (1999), Supervisi adalah suatu proses
kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
penyelesaian tugas-tugasnya.
Supervisi mengandung pengertian yang lebih
demokratis. Dalam pelaksanaannya supervisi bukan
hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan instruksi atau ketentuan yang telah digariskan,
tetapi juga bersama para perawat bagaimanan
memperbaiki proses keperawatan yang sedang
berlangsung. Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf
keperawatan bukan sebagai pelaksanan pasif, melainkan
diperlukan sebagai patner kerja yang memiliki ide-ide,
pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai
dan diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan proses
keperawatan. Dengan demikian supervisi diartikan
sebagai suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para tenaga keperawatan dan staf
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.
Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat
suatu keputusan tentang suatu pekerjaan yang akan
dilaksanakan, kemudian siapa yang akan melaksanakan.
Untuk itu supervisor perlu memberikan penjelasan dalam
bentuk arahan kepada para pelaksana.
b) Sasaran Supervisi
Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola
2) Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
3) Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara
kontinue/sistematis
4) Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
5) Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
6) Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan
objek/rational
7) Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan
kekuasaan, kedudukan dan keuangan.
c) Tujuan Supervisi
Seorang supervisor harus memiliki kemampuan dalam
:
1) Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas,
sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
2) Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada
staf/pelaksana keperawatan
3) Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat
kerja staf dan pelaskanaan keperawatan
4) Proses kelompok (dinamika kelompok)
5) Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan
oleh staf dan pelaksanaan keperawatan
6) Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja
perawat
7) Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan
lebih baik.
d) Fungsi
1) Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk
mengatur dan mengorganisir proses pemberian
pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan
kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar
asuhan yang telah disepakati.
2) Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam
memperbaiki factor-factor yang mempengaruhi proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3) Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah
mengkoordinasikan, menstimuli, dan mendorong ke
arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4) Fungsi supervisi adalah membantu (assisting),
memberi support (supporting) dan mangajak untuk
diikutsertakan (sharing).
e) Karakteristik Supervisi
Dalam keperawatan, supervisi yang baik apabila
memiliki karekteristik:
1) Mencerminkan kegiatan asuhan keprawatan yang
sesungguhnya
2) Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi
keperawatan yang ada
3) Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau
berkala
4) Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala
unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab yang
ditunjuk).
5) Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan
peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
f) Cara Supervisi
1) Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung. Pada supervisi modern
diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar
pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Cara memberikan pengarahan yang
efektif adalah :
a. Pengarahan harus lengkap
b. Mudah dipahami
c. Menggunakan kata-kata yang tepat
d. Berbicara dengan jelas dan lambat
e. Berikan arahan yang logis
f. Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
g. Pastikan bahwa arahan dipahami
h. Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau
perlu tindak lanjut.
2) Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan, Supervisor tidak melihat langsung
kejadian di lapangan, sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan
secara tertulis.
g) Kegiatan Rutin Supervisi
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh
supervisor setiap harinya adalah sebagai berikut :
1) Sebelum pertukaran shift (15-30 menit)
a. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana
untuk hari itu
b. Mengecek jadwal kerja
2) Pada waktu mulai shift (15-30 menit)
a. Mengecek personil yang ada
b. Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
c. Mengatur pekerjaan
d. Mengidentifikasi kendala yang muncul
e. Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3) Sepanjang hari dinas (6-7 jam)
a. Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat
mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau
memberikan latihan sesuai kebutuhannya.
b. Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil
sehingga dapat segera membantu apabila
diperlukan
c. Mengecek pekerjaan rumah tangga
d. Mengecek kembali pekerjaan personil dan
kenyamanan kerja, terutama untuk personil baru.
e. Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan,
permintaan bantuan atau hal-hal yang terkait.
f. Mengatur jam istirahat personil
g. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul
pada saat itu dan mencari cara memudahkannya.
h. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana
sesuai kondisi operasional
i. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian
melaporkannya
j. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
k. Menyiapkan dan melaporkan secara rutin
mengenai pekerjaan.
4) Sekali dalam sehari (15-30 menit)
Mengobservasi satu personil atau area kerja secara
kontinu untuk 15 menit. Melihat dengan seksama hal-
hal yang mungkin terjadi seperti : Keterlambatan
pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan
pekerjaan dan lain sebagainya.
5) Sebelum Pulang
a. Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan
dan berusaha untuk memecahkan persoalan
tersebut keesokan harinya.
b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang
hari dengan mengecek hasilnya, kecukupan
material dan peralatannya.
c. Lengkapi laporan harian sebelum pulang.
d. Membuat daftar pekerjaan untuk harinya,
membawa pulang memperlajari di rumah sebelum
pergi bekerja kembali.
h) Supervisor Keperawatan
Yang termasuk supevisor keperawatan yaitu :
1) Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab
dalam supervisi pelayanan keperawatan diunit
kerjanya. Kepala rungan merupakan ujung tombak
penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian di unit kerjanya.
2) Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit
pelayanan berada di bawah satu instalasi, pengawas
perawatan bertanggung jawab dalam melakukan
supervisi pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan
yang berada dalam satu instalasi tertentu, misalnya
instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan dan lain-lain.
3) Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah
satu pengawasan kepala seksi. Kepala seksi
mengawasi pengawas keperawatan dalam
melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung.
Dengan demikian supervisi berikatan dengan struktur
organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab,
siapa yang menjadi supervisor dan siapa yang disupervisi.

2) Kajian Data
3) Anlisa Data

Penerapan Standar Asuhan Keperawatan


1) Kajian Teori
2) Kajian Data
3) Anlisa Data

Dokumentasi Keperawatan
1) Kajian Teori

a) Pengertian
Dokumentasi adalah bukti bahwa tanggung jawab
hukum dan etik perawat terhadap pasien sudah dipenuhi
dan bahwa pasien menerima asuhan keperawatan yang
bermutu. Komponen dokumentasi asuhan keperawatan
meliputi komponen isi dokumentasi dan komponen dalam
konsep penyusunan dokumentasi. Komponen isi
dokumentasi meliputi: pengkajian, diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, evaluasi, tanda tangan dan nama terang
perawat, catatan keperawatan, resume keperawatan, dan
catatan pasien pulang atau meninggal dunia.
b) Tujuan
Tujuan pencatatan dalam dokumentasi asuhan
keperawatan adalah untuk mengidentifikasi status
kesehatan klien (pasien) dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan, serta
untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
Dokumentasi asuhan keperawatan harus dibuat dengan
lengkap, jelas, obyektif, ada tanggal, dan harus
ditandatangani oleh perawat, karena mempunyai manfaat
yang penting bila dilihat dari berbagai aspek, yaitu:
1) Hukum: Data-data harus diidentifikasi secara
lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh
tenaga kesehatan (perawat), tanggal, dan perlu
dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interprestasi yang salah
2) Jaminan Mutu Pelayanan: Pendokumentasian data
pasien yang lengkap dan akurat akan memberikan
jaminan mutu pelayanan
3) Komunikasi: Dokumentasi keadaan pasien
merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang
berkaitan dengan pasien
4) Keuangan: Semua asuhan keperawatan yang belum,
sedang, dan telah diberikan yang didokumentasikan
dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai
acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan
bagi pasien
5) Pendidikan: Dokumentasi mempunyai nilai
pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis
dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran
6) Penelitian: Data yang terdapat didalamnya
mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi
keperawatan
7) Akreditasi: Melalui dokumentasi keperawatan akan
dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(Nursalam, 2016).

c) Komponen dokumentasi Asuhan Keperawatan


Komponen dokumentasi asuhan keperawatan
meliputi komponen isi dokumentasi dan komponen dalam
konsep penyusunan dokumentasi. Komponen isi
dokumentasi meliputi: pengkajian, diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, evaluasi, tanda tangan dan nama terang
perawat, catatan keperawatan, resume keperawatan, dan
catatan pasien pulang atau meninggal dunia (Nursalam,
2016). Sedangkan komponen model dokumentasi yang
digunakan mencakup tiga aspek, yaitu:
1) Keterampilan berkomunikasi yang baik
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada profesi kesehatan lainnya mengenai apa yang
sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh
perawat
2) Dokumentasi proses keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan,
intervensi. Perawat kemudian mengobservasi dan
mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang
diberikan dan mengkomunikasikan informasi
tersebut kepada profesi kesehatan lainnya
3) Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi
untuk memperkuat pola pendokumentasi, sebagai
pedoman praktik pendokumentasian. (Nursalam,
2016).

Komponen penting pada dokumentasi intervensi


adalah mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap
klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang
melakukan intervensi (Nursalam, 2016).
1) Why. Harus dijelaskan alasan intervensi harus
dilaksanakan
2) What. Ditulis secara jelas ringkas dari
pengobatan/intervensi
3) When. Pendokumentasian ketika melaksanakan
intervensi sangat penting
4) How. Intervensi dilaksanakan dalam penambahan
pendokumentasian
5) Who. Siapa yang melaksanakan intevensi harus selalu
dituliskan pada dokumentasi serta tanda tangan
sebagai pertanggung jawaban
d) Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan
hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon klien
segera pada saat dan setelah intervensi keperawatan
dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan
dan memberi kesan apa yang terjadi saat itu. Sedangkan
evaluasi somatif, yaitu evaluasi yang merupakan
rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu
yang telah ditetapkan pada tujuan keperawatan
(Nursalam, 2016).

2) Kajian Data
3) Anlisa Data

Anda mungkin juga menyukai