BEST PRACTICE
OLEH
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Best Practice ini.
Terselesaikannya Best Practice ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan Best Practice ini.
Best Practice ini disusun untuk melengkapi bahan kenaikan pangkat. Selain itu,
saya berharap semoga Best Practice ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya dan menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Mohon maaf apabila Best Practice ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan
yang terdapat di Best Practice ini. Karena sesungguhnya saya menyusun Best Practice ini
sesuai kemampuan s aya, yang masih dalam proses belajar.
Kemudian, saya mengharap segala kritik dan saran yang membangun sehingga
Best Practice ini menjadi lebih baik lagi dan semoga Best Practice ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Padang,
Penyusun
ii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa hasil belajar siswa
rendah oleh sebab itu Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, untuk dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan
model cooperative learning tipe NHT di kelas IV SD 08 Alang Lawas .
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.
Alur penelitian terdiri 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Subjek penelitian yaitu guru dan siswa kelas IV. Instrumen penelitian
berupa informasi tentang lembar pengamatan terhadap perencanaan, pelaksanaan,
dan lembar tes siswa pada akhir setiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan perencanaan RPP pada siklus I adalah
69,64% dengan kriteria cukup menjadi 92,85% dengan kriteria sangat baik pada
siklus II. Hasil pelaksanaan pembelajaran guru siklus I adalah 68,75% kriteria
cukup menjadi 90,62% dengan kriteria sangat baik pada siklus II. Hasil
pelaksanaan pembelajaran siswa siklus I adalah 71,89% dengan kriteria baik
menjadi 87,50% dengan kriteria sangat baik pada siklus II. Hasil belajar siswa
siklus I adalah 61,12 dengan kriteria cukup menjadi 81,02 dengan kriteria sangat
baik pada siklus II. Dapat disimpulkan model cooperative learning tipe NHT
pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SD 08 Alang Lawas .
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN 1
Tujuan penelitian .......................................................................................... 1
Manfaat penelitian ........................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI
Model Cooperatif Learning Tipe NHT ........................................................ 3
Kerangka Teori ............................................................................................. 4
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 7
Tindakan .. II
Pembahasan ................................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah model pembelajaran yang sesuai. Salah satunya model cooperative
learning yang dapat digunakan yaitu tipe Numbered Head Together.Menurut Hamdani
(2011:89) “NHT adalah model belajar dengan setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu
kelompok, Kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa”. Pembelajaran
dengan tipe NHT memiliki kelebihan seperti setiap siswa menjadi siap untuk belajar,
adanya kerja sama antaranggota kelompok, dan kompetisi antarkelompok. Selain itu
siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh- sungguh, dan siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa
(2006:190) “Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
memilih pendekatan pembelajaran, melakukan pendekatan pembelajaran, melakukan
pembentukan kompetensi, menetapkan kriteria keberhasilan, serta mengembangkan
organisasi dan manajemen pembelajaran”.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa diharapkan tidak hanya
dapat belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar dan
pembelajaran, melainkan juga bisa belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus
mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain dalam bentuk
kerjasama dalam kelompok. Pengembangan model pembelajaran ini perlu diupayakan
guna meningkatkan penguasaan konsep pengetahuan dan penumbuhan kreativitas
untuk semua siswa, serta penciptaan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya
nalar dan keterampilan berpikir tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik melakukan
penelitian: “Peningkatan Hasil Belajar Pengurangan Pecahan Berpenyebut Tidak
Sama Dengan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together Di Kelas
IV SD 08 Alang Lawas ”
Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini secara
umum adalah: untuk mendeskripsikan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dapat
2
meningkatkan hasil belajar siswa pada pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama
dengan Model Cooperative Learning Tipe NHT di kelas IV SD 08 Alang Lawas .
Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Manusia selalu mengalami proses belajar, baik secara formal
maupun informal. Menurut Purwanto (2011:42-43) “belajar merupakan
proses membuat perubahan dalam diri individu dengan cara berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik”. Pada belajar kognitif, prosesnya
mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berfikir dengan
pemahaman (cognitive). Pada belajar afektif mengakibatkan perubahan
dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedangkan belajar
psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan
(psychomotoric).
Proses belajar yang dilakukan oleh manusia itu akan diperoleh
sebuah hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu
kompetensi dasar dan befungsi untuk mengetahui perubahan perilaku yang
akan dicapai oleh siswa dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap (Kunandar, 2009:251).
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Suprijono (2006:7), “Hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja”. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Gagne (dalam Suprijono, 2006:5) bahwa “Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan”.
Model Cooperatif Learning Tipe NHT
a. Pengertian NHT
Pembelajaran matematika khususnya menentukan pengurangan
pecahan berpenyebut tidak sama dapat dilaksanakan dengan berbagai
macam model pembelajaran. Salah satunya berupa model cooperative
learning tipe numbered head together (NHT). Menurut Hamdani
(2011:89) “Numbered head together (NHT) adalah model belajar dengan
4
setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara
acak guru memanggil nomor dari siswa”.
Menurut Slavin (2005:256), “Menomori bersama atau yang biasa
disebut NHT pada dasarnya adalah sebuah varian dari Group Discussion,
pembelokannya yaitu pada hanya ada satu siswa yang mewakili
kelompoknya, tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan
menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokkan tersebut memastikan
keterlibatan total dari semua siswa”.
Selanjutnya menurut Trianto (2011:82) “Numbered heads together
(NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas.” Hal ini juga
sesuai dengan Spenser Kagan (dalam Taufik dan Muhammadi, 2011:146)
yaitu: tujuan dari NHT untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
NHT adalah model belajar dengan setiap siswa diberi nomor dan dibuat
suatu kelompok. Dalam kegiatan belajar kelompok, siswa berpikir
bersama dalam menentukan dalam menelaah materi yang terdapat dalam
pembelajaran.
Kerangka Teori
Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan peningkatan hasil belajar
pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan model kooperatif tipe
NHT. Kerangka teori merupakan kerangka berfikir peneliti tentang
pelaksanaan penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
Adapun kerangka teori penelitian ini diawali dengan adanya kondisi
faktual yakni ditemui permasalahan pada pembelajaran pengurangan pecahan
berpenyebut tidak sama. Guru masih menggunakan metode konvensional
sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa, hal itu menjadikan siswa
pasif dalam belajar sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan tindakan kelas berupa
5
peningkatan hasil belajar pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama
dengan model cooperatif learning tipe NHT.
BAB III
METODE PENELITIAN
6
pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Analisis data kualitatif
Dianalisis dengan menggunakan analisis Menurut Arikunto (2006:131) yaitu :
. Pengamatan disini maksudnya adalah pengamatan tentang rancangan
pembelajaran yang telah disusun untuk kegiatan proses pembelajaran, baik itu
rancangan kegiatan yang akan dilakukan guru maupun siswa. Sedangkan
analisis data kuantitatif yaitu berkaitan dengan hasil belajar siswa.
Np = Nilai Pengamatan
1. Tindakan I
Proses pembelajaran pada Tindakan I pertemuan 1
difokuskan kepada pembelajaran pengurangan pecahan berpenyebut
tidak sama. Hasil pengamatan dan tes didiskusikan serta direfleksi.
Kegiatan refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan
observer disetiap akhir pembelajaran. berdasarkan hasil kolaborasi
menunjukkan bahwa:
Berdasarkan lembar penilaian RPP , maka dapat dilihat
deskriptor yang belum terlaksana dalam perencanaan pembelajaran
yaitu: aspek 1) Perumusan permasalahan tujuan pembelajaran yaitu
belum terlaksana adalah poin (d) Tujuan pembelajaran belum disusun
7
secara logis, dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke
yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, dari yang ingatan
ke evaluasi. 2) pemilihan materi ajar deskriptor yang belum terlaksana
adalah poin c) pemilihan materi ajar sesuai dengan lingkungan sekitar
siswa (rill). 3) Pengorganisasian materi ajar, deskriptor yang belum
terlaksana poin (c) tidak sesuai dengan alokasi waktu. dan d)
kemuktahiran (sesuai dengan perkembangan terakhir bidangnya). 4)
pemilihan sumber atau media pembelajaran deskriptor yang belum
terlaksana adalah poin (b) sesuaian dengan materi ajar. dan poin(d)
sesuaian dengan lingkungan siswa (rill). 5) Kejelasan kegiatan
pembelajaran, deskriptor yang belum terlaksana yaitu poin (c)
langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan materi ajar dan (d)
langkah-langkah pembelajaran kurang jelas dan rinci. 6) Teknik
pembelajaran deskriptor yang belum terlaksana adalah poin (c)
Teknik pembelajaran sesuai dengan lingkungan siswa (rill). 7)
Kelengkapan instrument, deskriptor yang belum terlaksana adalah
poin (a) soal lengkap dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dan
poin (d) soal disertai pedoman pemeriksaan yang lengkap.
Pertemuan 2
Perencanaan pembelajaran sudah dirancang dengan sebaik
mungkin, tetapi dalam pelaksanaanya tahap - tahapan pembelajaran
belum sepenuhnya terlaksana. Berdasarkan lembar penilaian RPP,
maka dapat dilihat deskriptor yang belum terlaksana dalam
perencanaan pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: aspek 1)
perumusan permasalahan tujuan pembelajaran yaitu belum terlaksana
adalah poin (d) tujuan pembelajaran belum disusun secara logis, dari
yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang kompleks,
dari yang konkret ke yang abstrak, dari yang ingatan ke evaluasi. 2)
Pengorganisasian materi ajar, deskriptor yang belum terlaksana poin
(b) materi ajar tidak sistematis dan (c) tidak sesuai dengan alokasi
waktu. 3) Pemilihan sumber atau media pembelajaran deskriptor
yang belum terlaksana adalah (a) sesuain dengan tujuan
pembelajaran dan (d) sesuain dengan lingkungan siswa (riil) 4)
Kejelasan kegiatan pembelajaran, deskriptor yang belum terlaksana
8
yaitu poin (b) langkah-langkah pembelajaran tidak sesuai dengan
alokasi waktu. 6) Teknik pembelajaran deskriptor yang belum
terlaksana adalah poin (d) teknik pembelajaran sesuai dengan materi
ajar.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka untuk
pertemuan selanjutnya guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1)
perumusan permasalahan tujuan pembelajaran disusun secara logis,
dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, dari yang ingatan ke
evaluasi. 2) Pengorganisasian materi ajar dengan kemuktahiran
(sesuai dengan perkembangan terakhir bidangnya. 3) pemilihan
sumber atau media pembelajaran belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan lingkungan siswa (riil) 4) Kejelasan kegiatan
pembelajaran harus memperhatikan langkah - langkah pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu. 5) Teknik pembelajaran belum sesuai
dengan dengan materi ajar.
yaitu membagi kelompok sesuai dengan kemampuan siswa. b) Tahap
berpikir bersama (head together), deskriptor yang belum muncul
poin (2) membimbing kelompok siswa yang kesulitan dalam
menemukan jawaban pertanyaan (pengurangan pecahan berpenyebut
berbeda). c) Tahap pemberian jawaban (answering) yaitu (3)
memberikan penghargaan kepada siswa.
Tindakan II
Berdasarkan hasil refleksi pada Tindakan I, maka disusun
perencanaan Tindakan II. Pelaksanaan Tindakan II lebih ditekankan pada
pemahaman siswa terhadap materi dan langkah-langkah NHT, serta
meningkatkan keaktifan. siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan soal tes
mengurangkan pecahan dengan baik. Kegiatan yang dilakukan pada
Tindakan II meliputi: tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Masing- masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertemuan I
Kegiatan refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti
dengan observer disetiap akhir pembelajaran. berdasarkan hasil
kolaborasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pengurangan
9
pecahan berpenyebut tidak sama melalui model cooperative learning
tipe NHT adalah sebagai berikut:
1) Refleksi Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan lembar penilaian RPP, maka dapat dilihat
deskriptor yang belum terlaksana dalam perencanaan pembelajaran
diuraikan sebagai berikut: aspek 1) perumusan permasalahan tujuan
pembelajaran yaitu belum terlaksana adalah poin (d) Tujuan
pembelajaran belum disusun secara logis, dari yang mudah ke yang
sulit, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke
yang abstrak, dari yang ingatan ke evaluasi. 2) kejelasan kegiatan
pembelajaran, deskriptor yang belum terlaksana yaitu poin (d)
langkah-langkah pembelajaran kurang jelas dan rinci. 3) kelengkapan
instrumen, yaitu poin (d) soal belum disertai pedoman pemeriksaan
yang lengkap.
Pembahasan
Tindakan I
Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Pengurangan Pecahan
Berpenyebut Tidak Sama dengan Model Cooperative Learning Tipe
NHT
Untuk memperoleh hasil belajar siswa dilaksanakan penilaian
terlebih dahulu. Pelaksanaan penilaian dari Tindakan I dilakukan oleh
guru. Penilaian yang dilakukan oleh guru meliputi tiga aspek, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap materi yang telah dipelajari, guru menggunakan
penilaian kognitif yang didapatkan dari hasil belajar siswa.
Penilaian kognitif siswa pada Tindakan I pertemuan 1
diperoleh rata-rata 60,20. Nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah
adalah 20. Sedangkan pada pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 67.
Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 40. Jadi nilai rata-
rata pada Tindakan I ini adalah 63,6 sehingga tergolong dalam kategori
belum tuntas.
Penilaian aspek psikomotor pada pertemuan 1 diperoleh
persentase 51,38% dengan kategori kurang. Sedangkan pada pertemuan
10
2 diperoleh persentase 67,01% dengan kategori cukup. Jadi rata-rata
penilaian psikomotor pada Tindakan I ini adalah 59,19% dan masuk
cukup.
Jika dilihat dari rekapitulasi keberhasilan siswa pada Tindakan I,
diperoleh gambaran bahwa rata-rata keberhasilan siswa pada Tindakan
I untuk ketiga aspek adalah 61,83 Ini menunjukkan Tindakan I belum
mencapai batas KKM yang ditetapkan yaitu 70 dengan persentase
ketuntasan yang diharapkan yaitu ≥75%.
2. Pembahasan Tindakan II
Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Mengurangkan pecahan
dengan Model Cooperative Learning Tipe NHT
Untuk memperoleh hasil belajar siswa dilaksanakan penilaian
terlebih dahulu, yang pelaksanaan penilaian dilakukan guru. penilaian
merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi bermakna dalam pengambilan keputusan (dalam
Kunandar, 2007:271).
Penilaian kognitif siswa pada Tindakan II pertemuan 1
diperoleh rata-rata 73,75. Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai
terendah adalah 60. Hasil ketuntasan kelas terdapat 18 orang siswa
telah tuntas dan 6 orang yang tidak tuntas. Sedangkan pada pertemuan
2 diperoleh nilai rata-rata 82,91 nilai tertinggi adalah 100dan nilai
terendah adalah 60. Hasil ketuntasan kelas terdapat 22 orang siswa
telah tuntas . Jadi nilai rata-rata pada Tindakan II ini adalah 78,33%
sehingga tergolong dalam kategori tuntas.
Penilaian aspek afektif pertemuan 1 memperoleh persentase
perolehan skor 78,8% dengan kategori baik. Sedangkan pada
pertemuan 2 diperoleh persentase perolehan skor 89,3% dengan
kategori sangat baik. Jadi rata-rata penilaian aspek afektif pada
Tindakan I ini adalah 84,1% memperoleh kriteria baik. Pada
Tindakan II ini siswa yang sudah menunjukkan sikap keseriusan
11
dalam berdiskusi, saling menghargai antar anggota kelompok, dan
keaktifan saat berdiskusi.
Penilaian aspek psikomotor pada pertemuan 1 diperoleh
persentase 83,9% dengan kategori sangat baik. Sedangkan pada
pertemuan 2 diperoleh persentase 91,1% dengan kategori sangat baik.
Jadi rata-rata penilaian psikomotor pada Tindakan II ini adalah
87,5% dan masuk kriteria sangat baik. Pada tahap ini siswa siswa
dalam keterampilan menggunakan alat peraga sudah sesuai
dengan fungsinya dan bertanggung jawab dalam menggunakan alat
peraga.
Jika dilihat dari rekapitulasi keberhasilan siswa pada Tindakan
I, diperoleh gambaran bahwa rata-rata keberhasilan siswa pada
Tindakan II untuk ketiga aspek adalah 85,0 dengan persentase
ketuntasan 100,0%. Ini menunjukkan Tindakan II sudah
mencapai batas KKM yang ditetapkan yaitu 70 dan persentase
ketuntasan yang diharapkan yaitu
≥75%.sedangkan peningkatan hasil dari Tindakan I ke Tindakan
II dapat dilihat pada lampiran 51 halaman 239.
Berdasarkan uraian diatas membuktikan bahwa penerapan
model coopreative learning tipe NHT dalam pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam Pengurangan Pecahan Berpenyebut Tidak
Sama dalam diskusi kelompok. Sesuai dengan pendapat Hamdani
(2011:90) bahwa kelebihan dari NHT dalam proses pembelajaran
dapat membuat siswa mempersiapkan dirinya untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, serta siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai, sehingga hasil belajar
meningkat.
12
13
BAB IV
Simpulan
Berdasarkan hasil paparan pada data dan temuan dalam bab IV,
maka dapat dibuat kesimpulan bahwa pembelajaran pengurangan
pecahan berpenyebut tidak sama dengan model cooperative learning
tipe nht sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran pengurangan pecahan berpenyebut
tidak sama dengan model cooperative learning tipe nht dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD 08 Alang Lawas .
Dari segi perencanaan, Tindakan I memperoleh persentase 69,64
% dengan kualifikasi baik (B). Pada Tindakan II mengalami
peningkatan menjadi 92,85 % dengan kualifikasi baik sekali (BS).
2. Pelaksanaan pembelajaran pengurangan pecahan berpenyebut
tidak sama dengan model cooperative learning tipe nht dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD 08 Alang Lawas ,
dilihat dari segi aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Dari segi
pelaksanaan, pada Tindakan I aktivitas guru memperoleh
persentase 68,75 % dengan kualifikasi cukup (C), Tindakan II
memperoleh persentase 90,62 % dengan kualifikasi baik sekali
(BS). Dan pada aktivitas siswa Tindakan I memperoleh persentase
68,75 % dengan kualifikasi cukup (C), Tindakan II mengalami
peningkatan menjadi 87,5 %
dengan kualifikasi baik sekali (BS).
3. Hasil belajar pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan
model cooperative learning tipe nht mengalami peningkatan secara
bertahap dari Tindakan I hingga Tindakan II, pada Tindakan I
dengan nilai rata-rata 61,95 dengan ketuntasan belajar 27,28 %.
Pada Tindakan II hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dengan nilai rata-rata 81,02 dengan ketuntasan belajar 86,37
%.
Saran
13
14
DAFTAR RUJUKAN
14
15
15