MODUL PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN ELEKTIF
“FRAKTUR”
Tim Penyusun :
Kelompok 1
3 Reguler B
1. Adelia Eva Amanda P1337420317056
2. Nur Afni Oktavia P1337420317078
3. Ismi Lusiati P1337420317080
4. Putri Aisyah Rahmania P1337420317090
5. Alif Mufti Haq P1337420317091
6. Ilham Azhar P1337420316087
1
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
MISI:
2
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
SASARAN MUTU:
Sarmut I
a. Terwujudnya penyelenggaraan pendidikan sesuai standar pelayanan
pendidikan
(Standar ISO 9001:2008).
b. Terselenggaranya pengemba-ngan SDM
Sarmut II
a. Terlaksana-nya kegiatan penelitian kesehatan oleh setiap dosen minimal
sekali dalam satu tahun.
b. Keikut serta-an kegiatan proceeding penelitian baik tingkat nasional
minimal setahun sekali
c. Terselengga-ranya sosialisasi hasil penelitian dan implementasi-nya
kepada mahasiswa dan masyarakat.
d. Tersusunnya roadmap penelitian Program Studi
Sarmut III
a. Tersusunnya rencana program pengabdian kepada masyarakat.
b. Terlaksana-nya kegiatan pengabdian kepada masyarakat minimal sekali
setiap semester
c. Terbangun-nya kerjasama lintas program dan sektoral dalam program
pemerintah untuk pembangunan kesehatan masyarakat
d. Mengadakan pelatihan dan workshop terkait hasil penelitian pada
kegiatan pengabdian masyarakat.
3
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Sarmut IV
4
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
KATA PENGANTAR
Penulis
5
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
DAFTAR ISI
6
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
TINJAUAN UMUM MK
7
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
MODUL MATERI 1
Asuhan Keperawatan Fraktur
DE S KR IP S I S IN G KA T
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
8
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Indikator Pembelajaran
Kompetensi Dasar Indikator
No
1. Asuhan Keperawatan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan
Pengertian Fraktur
pada pasien Fraktur
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi
Fraktur
3. Mahasiswa mampu menjelaskan
Klasifikasi Fraktur
4. Mahasiswa mampu menjelaskan
Anatomi fisiologi Fraktur
5. Mahasiswa mampu menjelaskan
Manisfestasi Fraktur
6. Mahasiswa mampu menjelaskan
Patofisiologi Fraktur
7. Mahasiswa mampu menjelaskan
Pathway Fraktur
8. Mahasiswa mampu menjelaskan
Penatalaksanaan Fraktur
9. Mahasiswa mampu menjelaskan
Pencegahan Fraktur
10. Mahasiswa mampu menjelaskan
Pemeriksaan Penunjang Fraktur
11. Mahasiswa mampu menjelaskan
Komplikasi Fraktur
12. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep
Asuhan keperawatan Fraktur
9
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Kegiatan pembelajaran
Waktu Tahap KBM Kegiatan Metod
Dosen Mahasiswa e/
Media
5 menit Pembukaan 1) Membuka pelajaran dengan Menjawab ceram
mengucapkan salam. salam ah,
tanya
2) Menjelaskan tujuan, isi,
proses dan sistem evaluasi Memperhatikan jawab,
penjelasan dari dan
pembelajaran.
dosen diskus
3) Apersepsi materi pelajaran
i
yang terkait.
Menyimak dan
menjawab
40 mnt Kegiatan Inti Teori: Mendengarkan
10
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
11
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
PENDAHULUAN
TUJUAN (KD)
12
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
5. Manisfestasi Fraktur
6. Patofisiologi Fraktur
7. Pathway Fraktur
8. Penatalaksanaan Fraktur
9. Pencegahan Fraktur
10. Pemeriksaan Penunjang Fraktur
11. Komplikasi Fraktur
12. Konsep Asuhan keperawatan Fraktur
INDIKATOR PEMBELAJARAN
13
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
URAIAN MATERI
A. Pengertian Fraktur
B. Etiologi Fraktur
1. Trauma
Jatuh, kecelakaan motor atau cidera saat bermain sepak bola
2. Osteoporosis
Jenis penyakit ini dapat melemahkan tulang dan membuat tulang rapuh
3. Terlalu sering digunakan
Gerakan yang berulang menyebabkan otot lelah dan tulang mengalami
tekanan.
14
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
C. Klasifikasi Fraktur
Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada tidaknya hubungan patahan
tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur
tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya
luka dan fraktur yang terjadi.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
2. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4. Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
ancaman sindroma kompartement.
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis, tibia adalah tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung yaitu : Ujung atas yang merupakan
permukaan dua dataran permukaan persendian femur dan sendi lutut. Ujung
bawah yang membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur fibula dan talus.
Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang
ini adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung
15
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Fungsi Tulang :
1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2) Tempat melekatnya otot.
3) Melindungi organ penting.
4) Tempat pembuatan sel darah.
5) Tempat penyimpanan garam mineral.
E. Manisfestasi Fraktur
16
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
F. Patofisiologi Fraktur
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras
akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi
patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang
tersebut.
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur
batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis,
terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini
mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering
ditemukan adanya fraktur.
17
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
G. Pathways
Fraktur
18
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
19
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Reduksi Tertutup
20
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
21
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
22
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
23
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
24
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Jenis-jenis traksi
2. Bebat Gips
Penggunaan gips (plaster of paris) sebagai bebat imobilisasi yang cukup
mudah dan murah untuk dilakukan, dimana pasien juga dapat pulang lebih
cepat. Biasanya digunakan untuk fraktur tungkai distal dan untuk fraktur
pada anak. Meskipun diketahui gips ini membuat pasien kurang nyaman
karena kerasnya gips dalam mengimobilisasi jaringan di bawahnya dan
kecepatan penyatuannya tidaklah lebih baik dibandingkan dengan traksi.
Tehnik pemasangan gips :
Setelah fraktur direduksi, pasang kaus kaki pada tungkai dan tonjolan
tulang dilindungi dengan wol. Gips kemudian dipasang. Sementara gips
mengeras, tenaga medis membentuknya agar tonjolan tulang tidak
tertekan.
25
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Pemasangan Gips
26
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
27
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
4. Fiksasi Internal
Fragmen tulang dapat diikat dengan sekrup, pen, paku pengikat, plat
logam dengan sekrup, paku intramedular yang panjang (dengan atau tanpa
sekrup pengunci), atau kombinasinya. Bila dipasang dengan semestinya,
fiksasi internal menahan fraktur dengan aman sehingga gerakan dapat
segera dilakukan. Semakin segera gerakan dapat dilakukan, semakin
rendah pula risiko terjadinya kekakuan dan edema. Dalam hal kecepatan,
pasien dapat meninggalkan rumah sakit segera setelah luka sembuh,
dikarenakan fraktur yang terjadi sudah dipertahankan dengan jembatan
logam. Bahaya yang mungkin terjadi adalah infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis. Risiko infeksi ini tergantung pada kebersihan luka
yang dibuat pada tubuh pasien, keterampilan tenaga medis dalam
melakukan pembedahan dan jaminan asepsis saat di ruang operasi.
Tindakan ini baru bisa dilakukan atas indikasi :
a) Fraktur yang terjadi tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi
b) Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung akan bergeser
setelah direduksi.
c) Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan, terutama fraktur
leher femur
d) Fraktur patologis dimana penyakit yang mendasarinya mencegah
penyembuhan
e) Fraktur multipel
f) Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya (pasien lanjut usia,
pasien paraplegia).
28
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Fiksasi Internal
Komplikasi yang sering terjadi akibat fiksasi internal adalah infeksi, non-
union (dikarenakan terdapat gap yang cukup jauh antar sekrup yang
dipasang pada plat logam yang ditanam), kegagalan implan (dikarenakan
buruknya kualitas plat logam yang keropos) dan fraktur kembali
(dikarenakan terlalu cepat melepas plat logam yang dipasang). Waktu
minimal yang dibutuhkan untuk melepas plat logam tersebut adalah
sekitar satu tahun. Berikut ini merupakan gambaran beberapa jenis tehnik
pemasangan fiksasi internal.
29
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
A B C
30
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
31
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
D E
F G
Jenis Fiksasi Internal
(A) Screws – interfragmentary compression (B) Interlocking nail & screw
(C) Flexible intramedullary nails (D) Tension-band wiring
(E) Kirschner wires
(F) Dynamic compression screw & plate (G) Plate & screw
5. Fiksasi Eksternal
Fiksasi eksternal ini dilakukan atas indikasi :
a) Fraktur disertai kerusakan pembuluh darah atau saraf
32
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
33
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
3. Exercise
Pengertian Exercise dalam konteks ini adalah suatu tindakan
rehabilitatif guna memperbaiki pergerakan sendi dan kekuatan otot agar
bisa kembali menjalankan fungsi kehidupannya seperti sedia kala.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam poin ini adalah
elevasi bagian tubuh yang mengalami fraktur dan latihan rehabilitatif aktif.
Alasan mengapa elevasi ini dilakukan guna mengurangi edema yang
terjadi akibat fraktur, adapun edema yang terjadi ini dapat menyebabkan
kekakuan sendi terutama di tangan. Latihan rehabilitatif pun dilakukan atas
alasan agar membantu memompa cairan edema yang ada, menstimulasi
sirkulasi, mencegah terjadinya adhesi jaringan lunak, dan dapat
mempercepat penyembuhan fraktur. Latihan yang dimaksud disini adalah
bukan latihan aktif berat, melainkan latihan aktivitas normal yang tidak
memberatkan. Adapun bila pasien tidak bisa melakukan tindakan
rehabilitatif aktif, bisa digunakan alat rehabilitatif pasif menggunakan
mesin yang dinamakan CPM (Continuous Passive Motions).
Alat CPM
34
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
I. Pencegahan Fraktur
Pencegahan dari fraktur sendiri adalah dengan mengkonsumsi jenis
makan-makanan yang banyak mengandung Kalsium, sebab kalsium dapat
menguatkan tulang.
35
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
terjadinya fraktur.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Roentgen
Foto roentgen harus memenuhi beberapa syarat antara lain adalah:
Letak patah tulang di pertengahan foto dan sinar harus menembus
tempat secara tegak lurus
Dibuat 2 lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus
Pada tulang panjang, persendian proksimal dan distal harus turut difoto
Bila sanksi, buat foto anggota gerak yang sehat sebagai pembanding
Bila tidak diperoleh kepastian adanya kelainan, seperti fisura,
sebaiknya foto diulang setelah satu minggu karena daerah yang retak
akan mengalami hyperemia sehingga terlihat sebagai dekalsifikasi.
b. MRI
MRI digunakan untuk mengevaluasi jaringan lunak, fraktur akut, fraktur
trauma, cedera medulla spinalis, dan patologi intraartikular. MRI
sekarang umum digunakan untuk mendiagnosis fraktur akut yang tidak
terbaca di film polos.
c. CT Scan
Pemeriksaan khusus seperti CT scan kadang diperlukan misalnya dalam
hal patah tulang vertebra dengan gejala neurologis. CT scan biasanya
penting untuk memahami posisi semua fragmen fraktur pada fraktur
intraartikular kompleks.
d. Arteriografi
Arteriografi penting dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan tidak
ada sendi yang rusak.
36
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
K. Komplikasi Fraktur
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang yang lepas dari sendi).
Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan
suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Patah tulang di
dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai
luksasi sendi.
37
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur
b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan fraktur
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam,
diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1. Pasien tidak mengeluh nyeri kembali
2. Skala nyeri 0-1
3. Pasien tampak nyaman
Intervensi :
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips,
pembebat, traksi.
2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena
3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas dalm
gips
4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-
10)
5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera.
6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri
7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.
38
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Rasional :
39
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
40
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
Intervensi :
1. Berikan penjelasan tentang fraktur
2. Berikan penyuluhan kesehatan tentang fraktur
Rasional :
1. Pasien dan keluarga mengerti penyakit fraktur.
2. Pasien dan keluarga dapat mengimplementasikan penyuluhan.
41
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
LATIHAN
Selamat Mengerjakan !
RANGKUMAN
42
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
TES FORMATIF
Petunjuk Soal : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang
(X) pada salah satu option jawaban yang benar pada lembar
jawaban yang telah disediakan!
1. Seorang wanita berusia 40 tahun mengalami fraktur tertutup pada tulang femur
sebelah kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pada saat dilakukan
pemeriksaan, pasien mengatakan nyeri pada daerah tulang femurnnya. Tanda-
tanda vital diperoleh tekanan darah : 100/80 mmHg, nadi : 60x/menit, RR :
22x/menit, akral dingin.
Manakah penyebab masalah yang terjadi pada pasien ?
a. Nyeri akut
b. Tamponade Jantung
c. Infeksi
d. Perdarahan masive
e. Mobilitas
2. Anak usia 13 tahun masuk rumah sakit akibat jatuh dari terpeleset saat
melewati tangga di depan sekolahnya. Ia diantar ke rumah sakit oleh guru dan
kedua temannya. Untuk meminimalisir terjadinya fraktur, maka akan dilakukan
43
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
3. Seorang anak SD yang sedang bermain terjatuh dari sepeda. Dia mengalami
fraktur tertutup hingga mencederai otot dan teendonnya. Masalah keperawatan
yang mungkin muncul adalah …
a. Kerusakan mobilitas fisik
b. Resik terhdapa perubahan perfusi jaringan perifer
c. Emboli lemak
d. Nyeri akut
e. Ansietas
44
Mata Kuliah:Keperawatan Elektif
A.
B. GLOSARIUM/SENARAI
C.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin EJ. Sistem muskoskeletal. Buku Saku Patofisiologi. 3rd ed. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Tambayang J. Gangguan fungsi muskoskeletal. Patofisiologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sapardan S, Simbardjo D. Orthopaedi, 2010, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Tangerang: Binarupa Aksara
Salomon, 2010, Buku Saku KMB 2, Jakarta ; Yudhatama
45