Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL KEGIATAN

PERBANYAKAN BIBIT TERNAK KAMBING BOERKA


MELALUI PROGRAM UPBS

ARIE FEBRETRISIANA, M.Si

LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP/RDHP : Perbanyakan Bibit Ternak Kambing Boerka


Melalui Program UPBS

2. Unit Kerja : Loka Penelitian Kambing Potong


3. Alamat Unit kerja : PO. BOX 1. Sei Putih, Galang, Kab. Deli Serdang,
Sumatera Utara
4. Sumber Dana : DIPA 2016
5. Status Penelitian : Lanjutan
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Arie Febretrisiana, M.Si
b. Pangkat/Gol. : Penata Muda III.b
c. Jabatan : PNK
7. Lokasi : Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih
8. Agroekosistem : Perkebuan Sawit
9. Tahun Mulai : 2016
10. Tahun Selesai : 2016
11. Output Tahunan : Menghasilkan populasi Bibit kambing Boerka
sebanyak 500 ekor.
Penyebaran kambing Boerka sebanyak 50 ekor.
12. Output Akhir : Tersedianya Kambing Boerka sebagai sumber
bibit yang siap untuk disebar.
13. Biaya : 208.831.000

Koordinator Program, Penanggung Jawab,

Antonius, S.Pt., M.Si. Arie Febretrisiana, M.Si.


NIP. 19830923 200801 1 005 NIP. 19840204 201403 2 001

Mengetahui:
Kepala Pusat Penelitian dan Kepala Loka Penelitian Kambing
Pengembangan Peternakan, Potong

Dr. Bess Tiesnamurti, MSc. Dr. Ir. Simon Elieser, M.Si.


NIP. 19570524 198303 2 001 NIP.19610907 198810 1 001

Loka Penelitian Kambing Potong i


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

ABSTRAK

Banyaknya permintaan akan bibit kambing Boerka oleh stakeholder baik


para petani, pengusaha dan Instansi Pemerintah lainya yang turut ingin
mengembangkan kambing boerka oleh karena kelebihannya sebagai kambing
pedaging terbaik masih terkendala dengan terbatasnya persediaan benih sumber.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperbanyak populasi bibit ternak kambing Boerka
di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih sebagai Benih Sumber kambing
Boerka . Kambing Boerka adalah persilangan kambing Boer (jantan) dan kacang
(betina) diperoleh F1 (50% Boerka). Saat ini persilangan yang dilakukan adalah
F1 Boerka (jantan) dengan F1 Boerka (betina), sehingga akan menghasilkan F2
Boerka . Sebagai populasi dasar digunakan sebanyak 130 ekor induk kambing
Boerka dan sebagai proses untuk menghasilkan bibit sumber melalui persilangan
dengan menggunakan pejantan Boerka. Kambing Boerka dianggap unggul
berdasarkan hasil hasil penelitian breeding sebelumnya. Dari hasil persilangan
tersebut didapatkan turunan F(2) dan dinamakan genotype kambing Boerka.
Tujuan kegiatan tahun 2016 ini mendapatkan produksi 500 ekor kambing Boerka
dan penyebaran sebanyak 50 ekor.

ii Loka Penelitian Kambing Potong


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

ABSTRACT

Many requests for goat Boerka by all stakeholders including the farmers,
entrepreneurs and others Government wants to develop goat Boerka because of
its advantages as the best meat goat is still constrained by the limited availability
of seed sources. This activity aims to increase the population of breeding stock
goats Boerka in Goat Research Station as Seed of Source Boerka goat. Boerka
goat is a cross Boer goat (male) and kacang goat (female) was obtained F1 (50%
Boerka). Currently the cross that will be done is F1 Boerka (male) with F1 Boerka
(females), which will produce F2 Boerka. As the population base use as 130
breeding goats Boerka and a process for producing seed sources through the use
of stud Boerka. Goats Boerka considered superior based on the results of the
research results before. from result of cross breeding will obtained derivative F (2)
and called genotype goats Boerka. The objective of the 2016's gain of 500 goats
Boerka production and deployment of as many as 50 head.

Loka Penelitian Kambing Potong iii


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN

 Latar belakang
Ternak kambing sebagai komoditas yang menghasilkan produk pangan
berkualitas tinggi, seperti daging, maupun sebagai sumber pendapatan, ataupun
dalam kegiatan berbagai aspek sosial, kebudayaan dan keagamaan, maka
kebutuhan ternak kambing justru menjadi suatu masalah lambannya
perkembangan populasi. Data statistik Nasional melaporkan bahwa pertumbuhan
populasi kambing di Indonesia selama 5 tahun terkhir, menunjukkan laju
pertumbuhan sebesar 6,09%, dimana pada tahun 2005 populasi kambing secara
nasional sebesar 13.79 juta ekor meningkat menjadi 15,81 juta ekor pada tahun
2010 (Ditjen Peternakan. 2011).

Penyediaan dan penggunaan benih unggul untuk ternak kambing, terutama


untuk tipe pedaging dilakukan dengan pendekatan importasi benih eksotik dari
negara lain untuk dikembangkan secara lokal atau regional. Pendekatan ini dalam
jangka pendek dapat mengatasi kesenjangan kebutuhan benih unggul pada
beberapa daerah secara regional tidak secara nasional, dan dalam jangka
panjang, jaminan ketersediaan benih pada dasarnya akan menjadi tidak stabil.
Importasi benih unggul untuk digunakan sebagai bahan dasar dalam program
persilangan dengan kambing lokal untuk menghasilkan benih unggul selain akan
menghasilkan benih yang lebih mampu beradaptasi dengan kondisi lokal, untuk
jangka panjang dapat dimanfaatkan sebagai materi dasar dalam mengembangkan
sistem perbenihan yang lebih mandiri. Adanya sistem perbenihan yang secara
mandiri mampu menghasilkan benih unggul secara berkelanjutan dengan mutu
terjamin dan akan menjadi sangat penting artinya dalam mendorong
perkembangan usaha produksi kambing secara nasional. Oleh karena itu, secara
mendesak diperlukan adanya sistem pengembangan dan penyediaan benih yang
mampu secara berkelanjutan memasok benih unggul guna memperbaiki mutu
genetik kambing yang sedang dikembangkan oleh pihak pengguna.

Loka Penelitian Kambing Potong 1


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

Kambing Boerka yaitu persilangan antara kambing Boer dengan kambing


Kacang dengan komposisi darah 50% Boer dan 50% Kacang dianggap sebagai
kambing unggul. Kambing ini digunakan sebagai populasi inti ( nucleus stock)
untuk kegiatan multiplikasi dalam mendapatkan benih sumber. Perkawinan
dilakukan secara alam menggunakan seluruh populasi induk dan pejantan
terseleksi. Mengingat banyaknya permintaan akan bibit kambing Boerka oleh
stakeholder baik para petani, pengusaha dan Istansi Pemerintah lainya yang turut
ingin mengembangkan kambing boerka oleh karena kelebihannya sebagai
kambing pedaging terbaik, maka dalam perkembangannya populasi nucleus stock
dikembangkan di Loka Penelitian Kambing Potong pada akhirnya akan digunakan
untuk memenuhi permintaan pengguna. Seluruh anakan yang didapat saat ini
yang telah menjadi dewasa akan digunakan sebagai kelompok nucleus stock dan
akan dikawinkan terhadap kambing Boerka secara interse (Parker dan Rae, 1982;
Bradford dkk., 1996) untuk memperoleh populasi kambing boerka yang lebih
unggul. Manajemen kesehatan dilakukan dengan ketat untuk menghasilkan benih
yang bebas dari penyakit.

 Dasar pertimbangan
Perbanyakan bibit ternak kambing Boerka melalui program Unit
Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) merupakan suatu model untuk
mengembangkan perbenihan secara Nasional. Salah satu Program Badan Litbang
yang bertujuan untuk memproduksi dan mengelola bibit ternak kambing untuk
kepentingan percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggul baru. Pengelola
bibit sumber adalah unit pelaksana mendapat otoritas untuk memproduksi,
mengolah, menyimpan, dan memasarkan benih sumber sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. UPBS juga merupakan alih teknologi, proses transfer
teknologi dari penghasil kepada pengguna melalui persyaratan tertentu. Dana
yang diperoleh dari hasil komersialisasi teknologi yang akan digunakan untuk
pengembangan penelitian dan sebagai sumber pendapatan negara yang diperoleh
melalui PNBP. Bibit ternak yang selanjutnya disebut bibit unggul digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan ternak kambing, Bibit ternak
kambing Boerka adalah suatu kelas bibit dalam program pengawasan pemulia

2 Loka Penelitian Kambing Potong


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

atau penyelenggara pemuliaan ternak digunakan sebagai sumber untuk produksi


bibit kelas-kelas berikutnya. Bibit inti adalah turunan pertama dari induk kacang
dan Jantan Boer hasil program pemuliaan ternak. Bibit sumber adalah sumber
kelas-kelas bibit yang digunakan untuk memproduksi bibit, yaitu bibit inti. Standar
mutu bibit adalah persyaratan mutu minimum yang mencakup mutu fisik, mutu
fisiologis, mutu genetik atau pun kesehatan bibit yang harus dipenuhi dalam
program sertifikasi.

 Tujuan
Memperbanyak bibit kambing Boerka di Loka penelitian Kambing Potong melalui
program UPBS (Unit Pengelolaan Benih Sumber).
Menyebarkan kambing Boerka di beberapa daerah di Indonesia

 Keluaran
Menghasilkan populasi Bibit kambing Boerka sebanyak 500 ekor.
Penyebaran kambing Boerka sebanyak 50 ekor.

 Perkiraan manfaat dan dampak


Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah memperbanyak jenis kambing boerka
yang dianggap sebagai kambing unggul melalui Unit Perbanyakan Benih Sumber
(UPBS) bermanfaat untuk memenuhi permintaan pengguna yang saat ini banyak
di kagumi oleh Steakholder baik dikalangan petani maupun pengusaha.
Dampak perbanyakan kambing Boerka melalui program UPBS, dapat melayani
permintaan bibit unggul kambing boerka tersedia secara berkelanjutan yang
berdampak terhadap pertumbuhan populasi kambing di Indonesia, perkembangan
ekonomi petani dan memberikan kontribusi pendapatan Nasional.

Loka Penelitian Kambing Potong 3


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

TINJAUAN PUSTAKA

 Kerangka Teoritis
Penyebarluasan teknologi hasil-hasil penelitian melalui kegiatan diseminasi
adalah merupakan bagian integral dari kegiatan penelitian dan pembangunan
pertanian telah banyak dilakukan dengan berbagai model diseminasi sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai (Arianto, 2000). Tolok ukur
keberhasilan suatu teknologi pertanian dapat berdaya guna adalah teknologi
tersebut dapat diterima dan diterapkan dalam kegiatan pertanian sehingga akan
berpengaruh pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pengguna. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih telah menghasilkan teknologi
unggulan kambing Boerka yang telah disebar di berbagai Provinsi di Indonesia
dan dicetak dalam bentuk leaflet, buku dan poster. Upaya untuk mempercepat
transfer teknologi dan mendorong berkembangnya informasi teknologi sehingga
dapat dimanfaatkan masyarakat pengguna adalah dengan memanfaatkan secara
maksimal media diseminasi teknologi hasil penelitian yang ada. Hasil akhir yang
diinginkan dalam kegiatan diseminasi teknologi hasil penelitian adalah
teradopsinya teknologi, diterapkannya dalam usaha tani serta meningkatnya
kesejahteraan petani/pengguna sehingga akan berpengaruh untuk mendongkrak
perekonomian negara.

 Hasil-hasil Penelitian/ Pengkajian Terkait


Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih telah melaksanakan program
persilangan Kambing Boer dengan kambing Kacang. Persilangan kedua bangsa ini
menghasilkan kambing Boerka dengan bobot tubuh yang lebih besar (dari lahir
sampai umur 365 hari sebesar 29.27 sampai 76.28%) dibanding kambing lokal
dan potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Boerka dapat dipelihara dengan input sedang, dan dari pengamatan kondisi
fisiologiknya melalui pengukuran suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut
jantung, kambing persilangan ini mampu beradaptasi dengan kondisi tropis basah
pada daerah dataran rendah. Dengan keunggulan tersebut kambing persilangan
ini berpotensi dikembangkan oleh peternak tradisional maupun komersial.

4 Loka Penelitian Kambing Potong


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

Tabel 1. Keragaan produksi kambing Kacang dan kambing Boerka-1

Keragaan produksi Kacang (kg) Boerka-1 (kg)


• Bobot lahir 1.64±0.44 2.01±0.52
• Bobot badan (90 hr) 6.12±1.57 7.68±1.60
• Bobot badan (180 hr) 8.98±0.41 14.76±1.67
• Bobot badan (270 hr) 10.01±1.09 17.57±3.75
• Bobot badan (365 hr) 14.00±0.56 24.68±4.55

Dengan bobot tubuh jantan umur 1 thn dapat mencapai 25-30 kg, sehingga
memenuhi untuk standar ekspor.
Narsich (2011) melaporkan bahwa rata-rata berat lahir anak kambing hasil
persilangan Boer dan Lokal adalah 3,027 kg, rata-rata berat lahir ini mendekati
berat lahir kambing Boer dan jauh lebih tinggi dari berat lahir kambing Lokal (PE)
dan rata-rata berat sapih anak kambing hasil persilangan Boer dan Lokal adalah
13,5 kg, rata-rata berat sapih ini sedikit lebih tinggi dari berat sapih kambing Lokal
(PE) dan jauh lebih rendah dari berat sapih kambing Boer. Hal ini bila
dibandingkan dengan berat lahir kambing Lokal yang berkisar antara 1,75-2,5 kg
(Muzani, dkk. 2000), dan kambing Boer antara 3- 4 kg (Shipley dan Shipley, 2004)
maka berat lahir kambig hasil persilangan Boer dengan Lokal adalah lebih
mendekat pada berat lahir kambing Boer. Dari kenyataan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa, ada kecenderungan pejantan kambing Boer memberikan
pengaruh yang positif atau dominan terhadap berat lahir anak dari hasil
persilangannya dengan kambing Lokal. Terlihat bahwa rata-rata berat lahir anak
kambing hasil persilangan antara Boer dan Lokal adalah termasuk tinggi yaitu
3,17 + 0,73 kg. Dari kenyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, ada
kecenderungan pejantan kambing Boer memberikan pengaruh yang positif atau
dominan terhadap berat lahir anak dari hasil persilangannya dengan kambing
Lokal.

Loka Penelitian Kambing Potong 5


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

Menurut Romjali et al (2002) Peningkatan produktivitas kambing lokal


melalui perbaikan mutu genetik dengan cara menyilangkan dengan pejantan
unggul seperti kambing Boer memberikan peluang yang cukup besar. Hal ini
ditunjukkan dari rataan bobot lahir dan laju pertumbuhan yang cukup tinggi serta
rendahnya tingkat kematian. Keragaman yang masih cukup besar dari parameter
yang diperoleh, menunjukkan bahwa keragaan produksi hasil persilangan ini
masih dapat ditingkatkan bila disertai dengan program seleksi yang lebih tajam
yang akan dilakukan pada kegiatan persilangan selanjutnya .

6 Loka Penelitian Kambing Potong


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

METODOLOGI / PROSEDUR

 Pendekatan (kerangka Pemikiran)


Sejumlah 130 ekor betina kambing Boerka yang terdiri dari induk dan
betina dewasa akan dikawinkan secara interse dengan kambing pejantan Boerka
yang menghasilkan Kambing Boerka (50% Boerka). Selanjutnya hasil kegiatan
multiplikasi ini di seleksi untuk mendapatkan benih sumber yang berkualitas baik,
sedang dan jelek atau kelas A,B dan kelas C. Perkawinan dilakukan secara alam
menggunakan seluruh populasi induk dan pejantan terseleksi. Dalam
perkembangannya populasi nucleus stock akan terus bertambah setelah
melakukan seleksi terhadap turunannya. Kriteria seleksi yang akan dilakukan
yaitu :
1. Estimasi kemampuan berproduksi induk relatif.
Estimasi kemampuan induk relatif (Most probable producing ability = MPPA)
Berdasarkan rataan bobot sapih anak menggunakan model persamaan
(Hardjosubroto, 1994) :
nr
MPPA= ------------- ( – )+
1+ (n-1)r

Keterangan :
MPPA = Penduga kemampuan berproduksi induk berdasarkan
rataan bobot sapih anak
n = Jumlah pengamatan (anak)
r = Angka pengulangan bobot sapih
= Rataan bobot sapih anak dari induk
= Rataan bobot sapih populasi
Nilai MPPA yang didapat dari tiap-tiap individu anak kemudian dirangking
berdasarkan nilai yang tertinggi dan terendah. Induk yang digunakan adalah
induk induk yang mempunyai nilai MPPA positif.

Loka Penelitian Kambing Potong 7


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

2. Estimasi rasio bobot (Seleksi pada anak)


Estimasi rasio bobot terhadap bobot sapih, 6 bulan dan 12 bulan digunakan untuk
melakukan seleksi pada anak. Model persamaan yang digunakan adalah :
P
RB = -------

Keterangan :
RB = Rasio bobot sapih, bobot 6 bulan dan 12 bulan
P = Rataan bobot ternak yang diduga
= Rataan bobot populasi

Parameter Pengamatan
Selama kegiatan berlangsung, setiap proses kelahiran anak akan
dilaksanakan pengukuran penampilan anak, pengukuran tersebut merupakan
salah satu acuan dalam menentukan bibit kambing unggul. Kriteria lain yang
dilakukan secara random berdasarkan parameter penampilan performans tubuh
dan yang digunakan adalah diatas rata-rata. Parameter tersebut meliputi:
 Bobot lahir
 Bobobot sapih
 Bobot umur 6 bulan
 Bobot dewasa (1 tahun).
 Laju pertumbuhan umur 6 bulan
 Mortalitas anak
 Motalitas induk

Pemeliharaan Kambing
Sistim pemeliharaan kambing UPBS dilakukan berbagai tahapan waktu
dalam pemeliharaan kambing setiap harinya. Pada waktu pagi hari seluruhnya
diberi pakan penguat berupa konsentrat dengan rataan pemberian + 500
gr/e/hari dengan kandungan Protein Kasar 16 % dan Digestibel energi 2900 K.kal.
Pada waktu siang hari hingga sore hari (pukul 13.00 s/d 15.30 wib) kambing
digembalakan dilahan penggembalaan. Rumput yang dikonsumsi kambing salain

8 Loka Penelitian Kambing Potong


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

yang didapat dilahan penggembalaan, juga disiapkan rumput tambahan untuk


dikonsumsi pada malam hari selama dalam kandang dengan sistim potong
angkut, dengan pola pemberian rumput tersebut diberikan pada saat kambing
kembali dari penggembalaan. Untuk mempertahankan kondisi kesehatan ternak
terhadap serangan parasit internal (cacingan), seluruh kambing dicekoki dengan
racun cacing secara oral sesuai aturan penggunaan obat, pemberian racun cacing
dilakukan secara berkala tiap 3 bulan.

Alur Penyebaran Benih Sumber


Alur penyebaran benih sumber yang dilaksanakan sesuai hasi keputusan
rapat bersama peneliti adalah semua benih sumber yang dihasilkan berdasarkan
kriteria seleksi dikelompokkam menjadi tiga kelompok mutu yaitu baik, sedang
dan jelek. Pada mutu baik akan dijadikan sebagai penambahan parent stock, pada
mutu sedang akan disebarkan kepada para pengguna benih (konsumen) dalam
bentuk multiplikasi benih, sedangkan kambing mutu jelek akan diafkir dan dijual
dalam bentuk potong. Adapun alur penyebaran benih sumber berdasarkan mutu
benih yang dihasilkan dapat digambarkan pada bagan penyebaran benih sumber
berikut.
Alur penyebaran benih sumber yang terlaksana saat ini yaitu semua benih
sumber terseleksi yang dihasilkan disebarkan melalui diseminasi oleh Kepala loka
hingga kepada pengguna dalam bentuk multiplikasi yang merupakan mitra
kerjasama dengan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.

UNIT PERBANYAKAN BENIH SUMBER

MUTU BAIK MUTU SEDANG MUTU JELEK

DISEMINASI
(Loka Penelitian Kambing Potong)

MULTIPLIKASI (KONSUMEN)

Gambar 2. Bagan Penyebaran Benih Sumber

Loka Penelitian Kambing Potong 9


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

Dinamika Populasi Kambing


Keadaan kondisi kambing pada UPBS yang telah dan akan dicapai dan
didapatkan dari Januari 2010 hingga awal kegiatan Januari 2017 diuraikan sebagai
berikut:

Tabel 1 : Dinamika populasi kambing UPBS Januari 2010 hingga Januari 2017
No Uraian Januari Januari Januari Januari Januari Januari Januari Januari*
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah induk 48 56 35 110 114 111 130 140

2 Anak laktasi 15 17 54 29 40 63 80 90

3 Betina muda 13 8 11 20 30 34 70 80

4 Jantan muda 15 15 2 11 30 43 70 80

5 Betina dewasa 23 10 13 20 38 29 50 60

6 Jantan dewasa - 5 5 20 28 57 50 50

Jumlah 114 111 120 210 280 337 450 500

*) data perkiraan sementara

Target Pencapaian Hasil Benih Sumber


Dari penampilan hasil produksi kambing Boerka yang didapat saat ini
memperlihatkan penampilan yang baik dibanding dengan kambing Kacang,
sehingga layak disebar sebagai benih unggul (benih sumber) kepada pengguna/
masyarakat baik petani maupun pengusaha.
Berdasarkan jumlah bakalan benih siap sebar yang didapatkan saat ini
sangatlah minim diperkirakan maksimum 60% dari target hasil yang siap disebar.
Target ini akan terus bertambah setiap tahunnya karena adanya penambahan
populasi inti dari tahun sebelumnya.Untuk mempercepat proses perbanyakan
benih sumber kambing Boerka pada skala besar dan siap sebar, maka seluruh
hasil betina yang terseleksi yang didapat pada tahun sebelumnya akan digunakan
kembali sebagai nukleus stok dalam rangka target percepatan pencapaian benih
sumber kambing Boerka pada tahun berikutnya.

10 Loka Penelitian Kambing Potong


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

ANALISIS RESIKO

NO. RESIKO PENYEBAB DAMPAK


1. Kurangnya kandang dan Musim kelahiran terjadi Kondisi ternak kurus dan
pakan yang tersedia Penambahan populasi. angka kematian tinggi

Dartar penanganan resiko

NO. RESIKO PENYEBAB PENANGANAN


1. Kurangnya kandang dan Musim kelahiran terjadi Penambahan jumlah
pakan yang tersedia Penambahan populasi pakan dan kandang

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

Tenaga yang terlibat dalam kegiatan :


Nama Pendidikan/Jab. Disiplin Tugas Waktu
Fungsional Ilmu (Jam/
Minggu)
Arie febretrisiana S2/PNK Breeding Penanggung 10
jawab
Rijanto Hutasoit S2/Peneliti Muda Agrostologi Anggota 8
Simon Elieser S3/Peneliti Madya Pemuliaan Anggota 8
Rian rosartio S1/ PNK Breeding Anggota 8
Antonius S2/ Peneliti Nutrisi Anggota 8
Pertama

Loka Penelitian Kambing Potong 11


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

Jangka waktu kegiatan

Kegiatan Perbanyakan benih sumber kambing Boerka dilaksanakan dari mulai


bulan Januari sampai dengan Desenber 2016
Bulan Kegiatan
Uraian Kegiatan
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Pengolahan data

4. Pelaporan

Pembiayaan
HARGA
KODE URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
Perbanyakan Kambing Unggul
Boerka Melaui UPBS - - 208.831.000
52121
1 Belanja Bahan - - 19.000.000
17.000.00
- Perlengkapan Kandang 1 KEG 0 17.000.000
- Foto Copy 4 kali 500.000 2.000.000
52121 108.500.00
3 Honor Output Kegiatan - - 0
- Upah Harian Lepas 1440 OH 45.000 64.800.000
52181 Belanja Barang Untuk 111.031.00
1 Persediaan Barang Konsumsi - - 0
- ATK/Bahan Komputer 1 KEG 2.000.000 2.000.000
- Obat - Obatan 1 KEG 8.111.000 8.111.000
100.920.00
- Pakan Ternak 12 BLN 8.410.000 0
52411
1 Belanja perjalanan biasa - - 14.000.000
- Perjalanan dalam Rangka
Pelaksanaan dan Persiapan
Kegiatan 7 OP 2.000.000 14.000.000

12 Loka Penelitian Kambing Potong


PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2016

DAFTAR PUSTAKA

Bradford, G.E., Subandriyo, M. Doloksaribu and R.M. Gatenby. 1996. Breeding


strategies for low input systems In: R.G. Merkel, T.D. Soedjana and
Subandriyo (Eds.) Proc. Small Ruminant Production: Recommedations for
Southeast Asia. Parapat, North Sumatera, Indonesia. SR-CRSP and AARD.
55-62.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Buku Statistik Peternakan. Direktorat


Jenderal Peternakan. Jakarta.

Gatenby, R. M. 1995. Multiplication Units For Sei Putih Hair Sheep. Small
Ruminant CRSP, University of California, Davis, CA 95616, USA.

Harjosubroto.W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak Di Lapangan. PT Gramedia


Widya Sarana Jakarta.

Knipscheer, H. Shwu-Eng and A. Mulyadi. 1994. Opportunities for


commercialization of small ruminant production in Indonesia. n:
Subandriyo and R.M. Gatenby (Eds.) Strategic Development for Small
Ruminants Production in Asia and the Pacific. Proc. A symposium held in
conjunction with 7th Asian-Australasia Association of Animal Production
Societies Congress, July 11-16, Denpasar, Bali, Indoneisa. Small
Ruminant-CRSP and Indonesian Society of Animal Science. P.157-172.

Nasich, M. 2011. Produktivitas kambing hasil persilangan antara pejantan Boer


dengan induk lokal (PE) periode prasapih. J. Ternak Tropika Vol. 12,
No.1: 56-62, 2011

Parker, A.G.H. and A.L. Rae. 1982. Underlying principles of cooperative group
breeding schemes. In: R.A Barton and W.C. Smith (Eds.) Proc. World
Congress on Sheep and Beef Cattle Breeeding. Dunsmore Press,
Palmerstone North, N.. Vol. II:95-101.

Romjali,E., Batubara, L.P., Simanihuruk, K., Dan Elieser, S. 2002. Keragaan anak
hasil persilangan kambing kacang dengan boer dan peranakan etawah
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Shipley, T. and L. Shipley. 2004. Mengapa harus Memelihara Kambing Boer


“Daging untuk Masa Depan”.http://www.indonesiaboergoat.com.

Loka Penelitian Kambing Potong 13

Anda mungkin juga menyukai