LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui:
Kepala Pusat Penelitian dan Kepala Loka Penelitian Kambing
Pengembangan Peternakan, Potong
ABSTRAK
ABSTRACT
Many requests for goat Boerka by all stakeholders including the farmers,
entrepreneurs and others Government wants to develop goat Boerka because of
its advantages as the best meat goat is still constrained by the limited availability
of seed sources. This activity aims to increase the population of breeding stock
goats Boerka in Goat Research Station as Seed of Source Boerka goat. Boerka
goat is a cross Boer goat (male) and kacang goat (female) was obtained F1 (50%
Boerka). Currently the cross that will be done is F1 Boerka (male) with F1 Boerka
(females), which will produce F2 Boerka. As the population base use as 130
breeding goats Boerka and a process for producing seed sources through the use
of stud Boerka. Goats Boerka considered superior based on the results of the
research results before. from result of cross breeding will obtained derivative F (2)
and called genotype goats Boerka. The objective of the 2016's gain of 500 goats
Boerka production and deployment of as many as 50 head.
I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Ternak kambing sebagai komoditas yang menghasilkan produk pangan
berkualitas tinggi, seperti daging, maupun sebagai sumber pendapatan, ataupun
dalam kegiatan berbagai aspek sosial, kebudayaan dan keagamaan, maka
kebutuhan ternak kambing justru menjadi suatu masalah lambannya
perkembangan populasi. Data statistik Nasional melaporkan bahwa pertumbuhan
populasi kambing di Indonesia selama 5 tahun terkhir, menunjukkan laju
pertumbuhan sebesar 6,09%, dimana pada tahun 2005 populasi kambing secara
nasional sebesar 13.79 juta ekor meningkat menjadi 15,81 juta ekor pada tahun
2010 (Ditjen Peternakan. 2011).
Dasar pertimbangan
Perbanyakan bibit ternak kambing Boerka melalui program Unit
Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) merupakan suatu model untuk
mengembangkan perbenihan secara Nasional. Salah satu Program Badan Litbang
yang bertujuan untuk memproduksi dan mengelola bibit ternak kambing untuk
kepentingan percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggul baru. Pengelola
bibit sumber adalah unit pelaksana mendapat otoritas untuk memproduksi,
mengolah, menyimpan, dan memasarkan benih sumber sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. UPBS juga merupakan alih teknologi, proses transfer
teknologi dari penghasil kepada pengguna melalui persyaratan tertentu. Dana
yang diperoleh dari hasil komersialisasi teknologi yang akan digunakan untuk
pengembangan penelitian dan sebagai sumber pendapatan negara yang diperoleh
melalui PNBP. Bibit ternak yang selanjutnya disebut bibit unggul digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan ternak kambing, Bibit ternak
kambing Boerka adalah suatu kelas bibit dalam program pengawasan pemulia
Tujuan
Memperbanyak bibit kambing Boerka di Loka penelitian Kambing Potong melalui
program UPBS (Unit Pengelolaan Benih Sumber).
Menyebarkan kambing Boerka di beberapa daerah di Indonesia
Keluaran
Menghasilkan populasi Bibit kambing Boerka sebanyak 500 ekor.
Penyebaran kambing Boerka sebanyak 50 ekor.
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Penyebarluasan teknologi hasil-hasil penelitian melalui kegiatan diseminasi
adalah merupakan bagian integral dari kegiatan penelitian dan pembangunan
pertanian telah banyak dilakukan dengan berbagai model diseminasi sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai (Arianto, 2000). Tolok ukur
keberhasilan suatu teknologi pertanian dapat berdaya guna adalah teknologi
tersebut dapat diterima dan diterapkan dalam kegiatan pertanian sehingga akan
berpengaruh pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pengguna. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih telah menghasilkan teknologi
unggulan kambing Boerka yang telah disebar di berbagai Provinsi di Indonesia
dan dicetak dalam bentuk leaflet, buku dan poster. Upaya untuk mempercepat
transfer teknologi dan mendorong berkembangnya informasi teknologi sehingga
dapat dimanfaatkan masyarakat pengguna adalah dengan memanfaatkan secara
maksimal media diseminasi teknologi hasil penelitian yang ada. Hasil akhir yang
diinginkan dalam kegiatan diseminasi teknologi hasil penelitian adalah
teradopsinya teknologi, diterapkannya dalam usaha tani serta meningkatnya
kesejahteraan petani/pengguna sehingga akan berpengaruh untuk mendongkrak
perekonomian negara.
Dengan bobot tubuh jantan umur 1 thn dapat mencapai 25-30 kg, sehingga
memenuhi untuk standar ekspor.
Narsich (2011) melaporkan bahwa rata-rata berat lahir anak kambing hasil
persilangan Boer dan Lokal adalah 3,027 kg, rata-rata berat lahir ini mendekati
berat lahir kambing Boer dan jauh lebih tinggi dari berat lahir kambing Lokal (PE)
dan rata-rata berat sapih anak kambing hasil persilangan Boer dan Lokal adalah
13,5 kg, rata-rata berat sapih ini sedikit lebih tinggi dari berat sapih kambing Lokal
(PE) dan jauh lebih rendah dari berat sapih kambing Boer. Hal ini bila
dibandingkan dengan berat lahir kambing Lokal yang berkisar antara 1,75-2,5 kg
(Muzani, dkk. 2000), dan kambing Boer antara 3- 4 kg (Shipley dan Shipley, 2004)
maka berat lahir kambig hasil persilangan Boer dengan Lokal adalah lebih
mendekat pada berat lahir kambing Boer. Dari kenyataan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa, ada kecenderungan pejantan kambing Boer memberikan
pengaruh yang positif atau dominan terhadap berat lahir anak dari hasil
persilangannya dengan kambing Lokal. Terlihat bahwa rata-rata berat lahir anak
kambing hasil persilangan antara Boer dan Lokal adalah termasuk tinggi yaitu
3,17 + 0,73 kg. Dari kenyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, ada
kecenderungan pejantan kambing Boer memberikan pengaruh yang positif atau
dominan terhadap berat lahir anak dari hasil persilangannya dengan kambing
Lokal.
METODOLOGI / PROSEDUR
Keterangan :
MPPA = Penduga kemampuan berproduksi induk berdasarkan
rataan bobot sapih anak
n = Jumlah pengamatan (anak)
r = Angka pengulangan bobot sapih
= Rataan bobot sapih anak dari induk
= Rataan bobot sapih populasi
Nilai MPPA yang didapat dari tiap-tiap individu anak kemudian dirangking
berdasarkan nilai yang tertinggi dan terendah. Induk yang digunakan adalah
induk induk yang mempunyai nilai MPPA positif.
Keterangan :
RB = Rasio bobot sapih, bobot 6 bulan dan 12 bulan
P = Rataan bobot ternak yang diduga
= Rataan bobot populasi
Parameter Pengamatan
Selama kegiatan berlangsung, setiap proses kelahiran anak akan
dilaksanakan pengukuran penampilan anak, pengukuran tersebut merupakan
salah satu acuan dalam menentukan bibit kambing unggul. Kriteria lain yang
dilakukan secara random berdasarkan parameter penampilan performans tubuh
dan yang digunakan adalah diatas rata-rata. Parameter tersebut meliputi:
Bobot lahir
Bobobot sapih
Bobot umur 6 bulan
Bobot dewasa (1 tahun).
Laju pertumbuhan umur 6 bulan
Mortalitas anak
Motalitas induk
Pemeliharaan Kambing
Sistim pemeliharaan kambing UPBS dilakukan berbagai tahapan waktu
dalam pemeliharaan kambing setiap harinya. Pada waktu pagi hari seluruhnya
diberi pakan penguat berupa konsentrat dengan rataan pemberian + 500
gr/e/hari dengan kandungan Protein Kasar 16 % dan Digestibel energi 2900 K.kal.
Pada waktu siang hari hingga sore hari (pukul 13.00 s/d 15.30 wib) kambing
digembalakan dilahan penggembalaan. Rumput yang dikonsumsi kambing salain
DISEMINASI
(Loka Penelitian Kambing Potong)
MULTIPLIKASI (KONSUMEN)
Tabel 1 : Dinamika populasi kambing UPBS Januari 2010 hingga Januari 2017
No Uraian Januari Januari Januari Januari Januari Januari Januari Januari*
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah induk 48 56 35 110 114 111 130 140
2 Anak laktasi 15 17 54 29 40 63 80 90
3 Betina muda 13 8 11 20 30 34 70 80
4 Jantan muda 15 15 2 11 30 43 70 80
5 Betina dewasa 23 10 13 20 38 29 50 60
6 Jantan dewasa - 5 5 20 28 57 50 50
ANALISIS RESIKO
2. Pelaksanaan
3. Pengolahan data
4. Pelaporan
Pembiayaan
HARGA
KODE URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
Perbanyakan Kambing Unggul
Boerka Melaui UPBS - - 208.831.000
52121
1 Belanja Bahan - - 19.000.000
17.000.00
- Perlengkapan Kandang 1 KEG 0 17.000.000
- Foto Copy 4 kali 500.000 2.000.000
52121 108.500.00
3 Honor Output Kegiatan - - 0
- Upah Harian Lepas 1440 OH 45.000 64.800.000
52181 Belanja Barang Untuk 111.031.00
1 Persediaan Barang Konsumsi - - 0
- ATK/Bahan Komputer 1 KEG 2.000.000 2.000.000
- Obat - Obatan 1 KEG 8.111.000 8.111.000
100.920.00
- Pakan Ternak 12 BLN 8.410.000 0
52411
1 Belanja perjalanan biasa - - 14.000.000
- Perjalanan dalam Rangka
Pelaksanaan dan Persiapan
Kegiatan 7 OP 2.000.000 14.000.000
DAFTAR PUSTAKA
Gatenby, R. M. 1995. Multiplication Units For Sei Putih Hair Sheep. Small
Ruminant CRSP, University of California, Davis, CA 95616, USA.
Parker, A.G.H. and A.L. Rae. 1982. Underlying principles of cooperative group
breeding schemes. In: R.A Barton and W.C. Smith (Eds.) Proc. World
Congress on Sheep and Beef Cattle Breeeding. Dunsmore Press,
Palmerstone North, N.. Vol. II:95-101.
Romjali,E., Batubara, L.P., Simanihuruk, K., Dan Elieser, S. 2002. Keragaan anak
hasil persilangan kambing kacang dengan boer dan peranakan etawah
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.