Anda di halaman 1dari 8

Patofisiologi

Karsinoma penis stadium awal berupa bentukan tumor papiler, lesi eksofilik, lesi datar
atau lesi ulcerative. Karsinoma papiler tumbuh kearah luar, berbentuk papiliformis atau
kembang kol pada stadium dini sulit dibedakan dari kondiloma akuminata, pada stadium
lanjut timbul nekrose dan bau busuk. Karsinoma yang infiltrative tumbuh cepat, mudah
membentuk tukak dan menginfiltasi kedalam, permukaan kotor dan berbau busuk. Tumor
kemudian membesar dan merusak jaringan sekitarnya kemudian mengadakan invasi limfogen
ke kelenjar limfe inguinal dan selanjutnya menyebar ke kelenjar limfe didaerah pelvis hingga
subklavia (Hamdy, 2010).
Lesi papilaris dan colitis memiliki tingkat pertumbuhan yang serupa, tetapi lesi
ulseratif cenderung bermetastasis ke kelenjar getah bening dan hal ini berpengaruh terhadap
tingkat kelangsungan hidup dimana lebih rendah dari 5 tahun. Ukuran kanker yang lebih
besar dari 5 cm dan melibatkan lebih dari 75% dari poros tersebut berasosiasi dengan
prevalensi tinggi metastasis nodal dan tingkat kelangsungan hidup lebih rendah, tetapi
hubungan yang konsisten antara ukuran kanker, kehadiran metastasis inguinal node, dan
kelangsungan hidup belum diidentifikasi (Brosman, 2011).
Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai penghalang sementara. Jika
kanker telah menembus fasia Buck dan albuginea tunika, kanker telah dapat menyebar ke
pembuluh darah dan bahkan secara sistemik. Metastasis ke kelenjar getah bening femoral dan
inguinal adalah jalur awal untuk penyebaran kanker penis. Oleh karena, crossover kelenjar
getah bening maka sel kanker dapat menyebar secara bilateral ke kedua kelenjar getah bening
inguinalis (Hamdy, 2010).
Metastase pada inguinal menyebabkan terjadinya nekrosis kulit, infeksi kronis, dan,
akhirnya kematian akibat dari sepsis atau perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam
pembuluh femoral. Metastase jauh dari sel kanker dapat menyerang hati, tulang, paru-paru,
atau otak. Karsinoma penis terjadi secara progresif dan terbukti berakibat fatal pada pasien
yang tidak diobati dalam waktu 2 tahun (Brosman, 2011).
Gambar 1. Ca Penis
Klasifikasi Karsinoma Penis

Karsinoma sel skuamosa secara klinis dideteksi sebagai proliferasi intraepithelial


(karsinoma in situ) atau sebagai penyakit yang invasif. Keganasan primer lainnya yang dapat
menyerang penis antara lain keganasan melanoma, mesenkim, sarkoma, keganasan limfoma,
dan metastase sekunder dari kanker lainnya namun masih termasuk jarang terjadi (lihat tabel
1.1)

Tabel 1.1 Klasifikasi Histologi dari Keganasan pada Penis

Tipe Histologi

I. Epitelial

A. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)

B. Karsinoma sel basal

C. Karsinoma sarkomatoid (sel spindel)

D. Adneksal

E. Karsinoma adenoskuamosa

F. Karsinoma basaloid

G. Karsinoma sel merkel

II. Melanokistik

A. Keganasan melanoma

III. Mesenkimal

A. Leiomisarkoma
B. Angiosarkoma

C. Sakoma Kaposi

D. Rhabdomiosarkoma

E. Keganasan fibrosa histiositoma

F. Sarcoma epiteloid

G. Fibrosarkoma

H. Malignant peripheral nerve sheath tumor

IV. Hematolimfoid

A. Keganasan limfoma

V. Neoplasma sekunder

A. Karsinoma metastasis (prostat, kandung kemih, usus,


ginjal, paru)

Klasifikasi klinis karsinoma penis paling sering menggunakan klasifikasi dari


American Joint Committee on Cancer (AJCC) TNM system (lihat tabel 1.2). Untuk klasifikasi
tingkat patologi dari karsinoma penis, sering digunakan klasifikasi dengan sistem TNM dan
Jackson (lihat tabel 1.3).

Tabel 1.2 Klasifikasi Klinis Karsinoma Penis

Tumor Primer (T)

Tx : Tumor primer tidak dapat di periksa

T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer

Tis : Karsinoma in situ


Ta : Karsinoma tidak invasive

T1 : Invasi ke jaringan penyangga subepitel

T2 : Invasi ke korpus spongiosum atau ke korpus kavernosum

T3 : Invasi ke uretra atau prostat

T4 : Invasi ke seluruh atau organ sekitarnya

Kelenjar Limf (N)

Nx : Metastasis kelenjar limfa regional tidak dapat diperiksa

N0 : Tidak terdapat metastasis ke kelenjar limf regional

N1 : metastasis di dalam kelenjar limf inguinal superficial

N2 : Metastasis multiple atau bilateral di kelenjar limf inguinal


superfisial

N3 : Metastasis di kelenjar inguinal profunda atau di dalam pelvis


(unilateral atau bilateral)

Metastasis Jauh (M)

Mx : Metastasis jauh tidak dapat diperiksa

M0 : Tidak ada metastasis jauh

M1 : Terdapat metastasis jauh

(Sumber: Campbell E S. Campbells urology. Filadelfia: Elsevier; 2002. h. 2956.)


Tabel 1.3 TNM Klasifikasi Patologi Karsinoma Penis

pN - Kelenjar limfa regional:

pNX : Metastasis kelenjar limfa regional tidak dapat diperiksa

pN0 : Tidak terdapat metastasis ke kelenjar limf regional

pN1 : Metastasis intranodal di satu sisi kelenjar limfa inguinal

pN2 : Metastasis di kedua sisi kelenjar limfa inguinal

pN3 : Metastasis kelenjar limfa di pelvis, metastas unilateral atau

bilateral atau ekstensi sampai ektranodal regional


pM Metastasis jauh

pM0 : Tidak ada metastasis jauh

pM1 : Teradapat metastasis jauh


G Histopathological grading

Gx : Tingkat diferensiasi tidak dapat diperiksa

G1 : Diferensiasi baik

G2 : Diferensiasi sedang

G3-4 : Diferensiasi buruk atau tidak dapat dikategori.

(Sumber: Pizzocaro G, Algaba F, Solsona E, et all. Guidelines on penile cancer. European


association of urology; 2010)

Stadium pertumbuhan karsinoma penis menurut Jackson :


Stage I : Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium
Stage II : Tumor sudah mengenai batang penis
Stage III : Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan metastasis
pada kelenjar limfe inguinal yang masih dapat dioperasi
Stage IV : Metastasis jauh atau tumor meluas ke jaringan sekitar

Daftar pustaka

1. Brosman, Stanley. 2011. Penile Cancer.


http://emedicine.medscape.com/article/446554-overview#a0199 [Akses: 12 Desember
2016]
2. Campbell E S. Campbells urology. Filadelfia: Elsevier; 2002. h. 2956

3. Diagnosis and management of premalignant penile lesions. Shabbir M, Minhas S,


Muneer A. Ther Adv Urol. 2011 Jun;3(3):151-8. doi: 10.1177/1756287211412657

4. Humprey P A. Pathology of carcinoma of the penis. Dalam: Hamdy F C, Basler J W,


Neal D E, Catalona W J, editor. Management of Urologic Malignancies. London:
Elsevier; 2010
5. Jackson SM. The Treatment of Carcinoma of the Penis. Br J Sung 1966;53:33-35
6. Pizzocaro G, Algaba F, Solsona E, et all. Guidelines on penile cancer. European
association of urology; 2010

Anda mungkin juga menyukai