BAB II
PERSAMAAN KEADAAN
Campuran dari dua atau lebih fase dari suatu zat murni masih merupakan zat murni
selama komposisi kimia dari semua fase adalah sama (Gbr. 2-2). Misalnya
Campuran es dan air cair, adalah zat murni karena kedua tahap memiliki komposisi
kimia yang sama. Campuran udara cair dan udara gas, bagaimanapun juga bukan
zat murni, karena komposisi udara dalam bentuk cair berbeda dengan komposisi
udara dalam bentuk gas, dengan demikian campuran tidak lagi homogen secara
kimia. Hal ini disebabkan perbedaan komponen udara saat kondensasi pada
temperature dan tekanan tertentu
Gambar 2-1. Nitrogen dan udara dalam bentuk gas adalah zat murni
a.H2O b.Udara
Gambar 2-2. (a) Campuran air cair dengan uap air adalah zat murni
(b) Campuran udara dalam bentuk cair dan gas tidak zat murni
Sebuah zat homogen mempunyai sifat sama dan komposisi kimia tetap serta dapat
berada lebih dari satu fase. Sebagai contoh:(1) Air (padat, cair, dan uap), (2).
Termodinamika | Fakhrur Razi,M.Si 24
BAB II PERSAMAAN KEADAAN FISIKA-UNP
Campuran air dan uap air, (3). Karbon dioksida, co2, (4). Nitrogen, n2, (5). Campuran
gas, seperti udara, selama tidak ada perubahan fase
d
Gambar 2-3. Susunan atom dalam fase yang berbeda.
(a) Molekul relatif tetap pada kondisi padat solid
(b) Sekumpulan molekul yang bergerak satu sama lain
dalam fase cair
(c) Molekul bergerak acak dalam fase gas
(d) Plasma
plasma memberikan plasma sifat-sifat yang berbeda dari tiga wujud lain. Contoh
plasma yang ditemukan sehari-hari monitor datar pada laptop, lampu neon dan lain-
lain.
Pada (state 4) semua air cair sudah menjadi uap dan uap air
berada dalam kondisi jenuh. Beberapa istilah yang dikenal
padasaat saturasi seperti tekanan dan temperatur saturasi.
Tekanan saturasi adalah tekanan saat terjadi perubahan
wujud pada temperatur tersebut. Temperatur saturasi
adalah temperatur pada saat terjadi perubahan wujud pada
tekanan tertentu.
Jika tekanan tetap konstan dan pemanasan terus dilanjutkan,
temperatur akan mulai naik di atas temperatur saturasi, dan
Gambar 2-7. Semua Air
begitu juga dengan volume. Keadaan ini digambarkan seperti
berubah fase menjadi
(state 5) dimana kondisi ini disebut dengan keadaan yang uap
sagat panas (superheated) sebab temperatur pada keadaan
ini lebih besar dibandingkan dengan temperatur saturasi
untuk tekanan dan uap air yang tidak mengalami kondensasi.
Gambar 2-9. Diagram T-v air yang dipanaskan pada tekanan konstan
Diagram T-V untuk proses perubahan wujud pada tekanan konstan yang berbeda-
beda seperti Gambar 2-10
Gambar 2-10. Diagram T-v proses perubahan wujud pada tekanan konstan
Dari grafik T-v terlihat bahwa pada tekanan rendah misalkan (0.01 MPa) temperatur
saturasi juga lebih rendah, sedangkan garis saturasi lebih panjang pada tekanan
rendah dibandingkan dengan pada tekanan tinggi. Dengan kenaikan tekanan garis
saturasi saturasi semakin memendek sampai garis saturasi bersambung antara
cairan jenuh dan uap jenuh yang dikenal dengan Titik Kritis (critical point). Seperti
Gambar 2-11.
Titik kritis yaitu titik yang dimana cairan jenuh dan uap jenuh berada pada
kondisi sama untuk air Tcr = 272.95 oC, pcr = 22.06 MPa, vcr = 0.002106 m2/kg. Di
atas tekanan kritisi tidak ada lagi daerah yang memisahkan antara zat cair dengan
uap air, artinya air langsung menjadi uap tanpa melalui proses mendidih terlebih
dahulu.
Bentuk umum diagaram P-V zat murni mirip denga diagram T-V, tapi garis T konstan
pada diagram P-V memiliki tren menurun seperti Gambar 2-12 (b).
Gambar 2-12. Diagram T-v zat murni. b. Diagram p-v zat murni
Perhatikan bahwa tren garis tekanan pada temperatur konstan (diagram T-P)
menurun dengan peningkatan volume dan tren garis temperature pada tekanan
konstan (diagram P-V) meningkat dengan peningkatan volume. Daerah sebelah kiri
dari garis saturasi zat cair dan di bawah temperatur kritis disebut dengan daerah
kompresi cairan. Daerah sebelah kanan dari garis saturasi uap air dan di atas
temperatur kritis disebut dengan daerah sangat panas. Pada daerah saturasi kalor
yang mengalir digunakan untuk perubahan wujud, tidak digunakan untuk menaikkan
temperatur zat. Kalor yang dibutuhkan pada daerah saturasi dikenal dengan nama
kalor laten. Kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan pada saat mencairkan padatan
dan menguapkan cairan. Kalor yang dibutuhkan selama pencairan disebut kalor
lebur (laten heat of fusion) dan kalor yang dibutuhkan selama penguapan disebut
kalor uap (laten heat of vaporazation) yang ekivalen dengan energi yang dilepaskan
selama kondensasi. Besarnya kalor laten tergantung pada tekanan dan temperatur
dimana perubahan wujud itu terjadi. Pada tekanan 1 atm kalor laten air 222,7 kJ/kg
dan kalor laten penguapan 2256,5 kJ/kg
Hubungan antara tekanan saturasi (jenuh) dengan temperatur saturasi seperti
Gambar 2-13
Dari Gambar 2-13 terihat bahwa temperatur saturasi naik dengan kenaikan tekanan,
artinya zat pada tekanan tinggi jika dididihkan akan mendidih pada temperatur yang
tinggi pula. Variasi ketingian, tekanan atmosfir dan temperatur didih dapat dilihat
pada Tabel 2-1.
Tabel 2-1. Variasi ketinggian, tekanan atmosfir dan titik didih air
Misalkan pada ketinggian 2000 m, tekanan atmosfir sebesar 79.50 kPa dan
temperatur didih 92,2 oC, dari tabel terlihat bahwa setiap kenaikan ketinggian 1000 m
titik didih turun kira-kira 3oC. Perlu dicatat bahwa tempertur juga sedikit dipengaruhi
oleh cuaca setempat.
Jika kita memanaskan air dari Temperatur 0 0C, semakin panas volume air semakin
berkurang sampai Temperatur air 4 0C. Setelah melebihi Temperatur 4 0C air akan
kembali ke kondisi normal dimana volume air akan bertambah dengan meningkatnya
temperatur. Hal sebaliknya juga terjadi, pada saat kita mendinginkan air dari suhu 4
0
C sampai 0 0C volume air akan bertambah dengan berkurangnya Temperatur.
Penyimpangan perilaku air merupakan takdir dari yang maha kuasa allah
subhanahuata’ala, seandainya air tidak berperilaku seperti ini, pada saat musim
dingin tiba makhluk yang hidup dibawah air akan punah. Kenapa?. Ketika musim
dingin tiba, permukaan air ikut dingin. Karena suhu air menurun, maka volume air
juga berkurang. Karena volume air berkurang, maka massa jenis air bertambah. Air
yang ada di permukaan memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada yang berada
di sebelah bawah. Akibatnya, air yang ada di permukaan turun ke dasar. Air yang ada
di sebelah bawah segera naik. menggantikan posisi air yang turun. Proses ini terjadi
sampai suhu air mencapai 4 oC. Ingat, air menyusut (volume air berkurang) hanya
sampai 4 oC. Karenanya, air memiliki massa jenis paling tinggi pada suhu 4 oC.
Ketika suhu air di permukaan lebih kecil dari 4 oC, air yang ada di permukaan memuai
(volumenya bertambah). Akibatnya, massa jenis air yang ada di permukaan menjadi
kecil. Karena massa jenis air yang ada di permukaan lebih kecil dari massa jenis air
yang ada di sebelah bawah, maka air yang ada di permukaan tidak bisa turun lagi ke
bawah. Air yang ada di permukaan tetap berada di atas dan akan membeku terlebih
dulu seiring dengan menurunnya temperature.
Gambar 2-15 dan 2-16 adalah diagram P-v benda yang mengerut jika didinginkan
dan mengembang jika didinginkan.
Gambar 2-15. Diagram P-v dari benda yang menyusut jika didinginkan
Kedua diagram berbeda hanya pada daerah saturasi padat-cair. Pada Gambar 2-15
jika benda didinginkan volumenya akan menyusut, mengikuti garis pendinginan zat
cair sampai garis triple. Pada Gambar 2-16 jika benda didingikan (idealnya mengikuti
garis putus-putus) volume benda bertambah sampai pada titik tripelnya.
Termodinamika | Fakhrur Razi,M.Si 32
BAB II PERSAMAAN KEADAAN FISIKA-UNP
Jika tekanan uap suatu zat padat diukur pada berbagai temperature hingga titik
triplenya tercapai dan tekanan zat cairnya diukur sampai titik kristisnya tercapai,
kemudian hasilnya diplot dalam diagram P-T akan didapatkan diagram seperti
Gambar 2-17.
Garis yang berada pada tiga fase zat disebut dengan triple line. Keadaan pada triple
line dari sebuah zat mempunyai temperature dan tekanan sama, tapi volume
spesifik berbeda. Titik ini disebut dengan titik triple (triple point). Titik tripel untuk air
o
(temperature triple 0.01 C dan tekanan 0.61 kPa). Ketiga fase air dapat
berdampingan dalam kondisi setimbang jika temperatur dan tekanan mempunyai
harga yang sama. Perlu dicatat tidak ada zat yang dapat berada dalam fase cair
yang setimbang pada tekanan dibawah titik triple. Tetapi zat yang berada pada
tekanan tinggi dapat berada pada fase cair pada temperatur dibawah temperatur
triple. Sebagai contoh, air tidak dapat berada dalam bentuk cair dalam kondisi
setimbang pada tekanan atmosfir dan temperatur dibawah 0 oC. tapi dapat berada
sebagi zat cair pada temperature – 20 oC dengan tekanan 200 MPa.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk megubah zat dari padat ke fase gas:
Pertama, dari padat ke cair kemudian ke gas. Kedua, padat langsung ke gas tanpa
melalui pencairan terlebih dahulu, proses ini dikenal dengan istilah sublimasi. Proses
sublimasi dapat terjadi jika tekanan zat padat berada di bawah titik triple.
Gambar 2-18. Pada tekanan rendah (di bawah titik triple), zat padat menguap
tanpa mencair terlebih dahulu (sublimasi)
F(P,v,T) = 0
Persamaan keadaan yang dikenal dimulai dari yang sederhana sampai dengan yang
komplek. Persamaan keadaan yang sederhana kita kenal dengan persamaan
keadaan gas ideal.
Pada tahun 1662, Robert Boyle (Bangsa Inggris) melakukan obsevasi pada saat
eksperimen dengan sebuah vacum chamber bahwa tekanan gas berbanding terbalik
dengan volume. Pada tahun 1802 J. Charles dan J Gay Lussac (Prancis) dengan
eksperimennya didapatkan bahwa pada tekanan rendah volume gas sebanding
dengan temperaturnya. Dari data eksperimen jika diplot rasio Pv/T terhadap tekanan
P seperti Gambar 2-19
Gas ideal
Pv/T
Pada tekanan rendah harga Pv/T untuk semua gas tidak tergantung pada temperatur,
dari grafik terlihat bahwa semua kurva pada tekanan rendah menuju pada satu titik
yang sama. Titik ini disebut dengan konstanta gas universal yang dilambangkan
dengan R. Pada tekan rendah kita dapat menulis untuk semua gas
𝑃𝑃𝑃𝑃
= 𝑅𝑅 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑅𝑅𝑅𝑅
𝑇𝑇
Untuk gas ideal rasio Pv/T tepat sama dengan R untuk semua harga Tekanan dan
𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑅𝑅𝑅𝑅
𝑉𝑉
Dimana 𝑣𝑣 =
𝑛𝑛
𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛
𝑙𝑙
(1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 )(22,4 )
𝑅𝑅 = 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,082 𝐿𝐿 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
273 𝐾𝐾 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐾𝐾
𝐽𝐽 𝐽𝐽
𝑅𝑅 = 8,31447 = 8,31447 𝑥𝑥103
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐾𝐾 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐾𝐾
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚3 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑚𝑚3 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
𝑅𝑅 = 8,31447 = 0,0831447 = 8,31447 𝑥𝑥107
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐾𝐾 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐾𝐾 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐾𝐾
CONTOH 2-1
Suatu silinder tertutup dengan volume 2 m3 berisi gas oksigen (O2) pada temperatur
40oC dan tekanan 60 atm. Bila gas oksigen dianggap sebagai gas ideal,
a. Berapa kg – mole oksigen dalam silinder ?
b. Berapa kg massa oksigen dalam silinder ?
c. Tentukan tekanan bila temperatur dinaikkan menjadi 400oC
d. Pada temperatur 40oC, berapa kg-mole dapat dikeluarkan dari silinder
sebelum tekanan turun menjadi 10 atm
Solusi 2-1
Diketahui : 𝑉𝑉1 = 2𝑚𝑚3 ; T1 = 400 C = 3130 K ; 𝑃𝑃1 = 60 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 60 𝑥𝑥 1.01 𝑥𝑥 105 𝑃𝑃𝑃𝑃
𝐽𝐽
𝑅𝑅 = 8,3149 𝑥𝑥 103 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐾𝐾
Ditanya : 𝑛𝑛, 𝑚𝑚, 𝑃𝑃2 jika 𝑇𝑇2 = 4000 𝐶𝐶 = 637 𝐾𝐾, 𝑛𝑛 pada 𝑃𝑃2 = 10 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎,
J NmK
8,31447 .10 3 . 313 K 8,31447 .10 3 . 313
R .T kmol K kmol K
v= = 5
=
P 60 ,6 .10 Pa N
60 ,6 .10 5 2
m
m3
= 0 ,43
kmol
Jadi :
V 2 m3
n= = = 4 ,65 kmol
v m3
0 ,43
kmol
kg
= 4 ,65 .32 kmol . = 148,9 kg
kmol
𝑃𝑃 𝑅𝑅 𝑃𝑃
= = 𝐶𝐶 → = 𝐶𝐶
𝑇𝑇 𝑣𝑣 𝑇𝑇
P1 P2 P .T 60 . 673
= → P2 = 1 2 = atm =129 atm
T1 T2 T1 313
d. Dalam hal ini proses terjadi pada temperatur konstan (isothermal). Dari
persamaan pertama termodinamika 𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑅𝑅𝑅𝑅 , karena 𝑇𝑇 = 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 dapat
ditulis
𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝐶𝐶 atau
𝑃𝑃1 𝑣𝑣1 = 𝑃𝑃2 𝑣𝑣2
𝑚𝑚3
𝑃𝑃1 𝑣𝑣1 60 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎. 0.43 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑚𝑚3
𝑣𝑣2 = = = 2.58
𝑃𝑃2 10 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
V 2 m3
n2 = = = 0 ,77 kmol
v2 m3
2 ,58
kmol
Dari persamaan kita tidak dapat ditentukan ya atau tidak. Berdasarkan Gambar 2-21
bahwa uap air dapat dianggap sebagai gas ideal pada tekanan di bawah 10 kPa
dengan kesalahan 0.1%. Pada tekanan tinggi kesalahan yang didapatkan tidak dapat
diabaikan. Gambar 2-21 menunjukkan daerah yang dapat dipandang sebagai gas
ideal.
Gambar 2-20. Daerah dimana uap air dapat dipandang sebagai gas ideal
Dari Gambar 2-20 gas menyimpang dari tingkah laku gas ideal pada saat mendekati
daerah saturasi cair-gas dan titik kritis. Ideal atau tidaknya gas dapat ditentukan
𝑉𝑉 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
dengan rasio 𝑃𝑃𝑃𝑃/𝑅𝑅𝑅𝑅 = 𝑍𝑍 (faktor kompresibilitas) atau 𝑍𝑍 = → (𝑉𝑉𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑅𝑅𝑅𝑅/𝑃𝑃)
𝑉𝑉 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
Untuk gas ideal 𝑍𝑍 = 1. Untuk gas nyata harga 𝑍𝑍 dapat lebih atau kurang dari 1.
Semakin jauh harga Z dari sat semakin menyimpang dari perilaku gas deal. Kita
dapat mengatakan bahwa gas mengikuti persamaan gas ideal pada saat tekanan
rendah dan temperatur tinggi. Tapi tidak berlaku untuk Udara atau nitrogen. Udara
atau nitrogen dapat dipandang sebagai gas ideal pada temperatur –100 0C pada
tekanan atmosfir dengan error dibawah 1 %. Ini disebabkan karena temperature kritis
nitrogen -147 0 C. Jadi, tinggi atau rendah tekanan atau suhu suatu zat dibandingkan
dengan suhu atau tekanan kritisnya. kesalahan dapat ditentukan dengan persamaan
VTabel − Videal
x100
VTabel
Gambar 2-22. Pada tekanan yang sangat rendah semua gas dapat berkelakuan
mendekati gas ideal
1. Pada tekanan rendah (PR << 1), gas dapat dipandang sebagai gas ideal untuk
semua harga temperature
2. Pada Temperatur Tinggi (TR> 2), gas dapat dipandang sebagai gas ideal untuk
semua harga tekanan (kecuali PR >>1)
3. Penyimpangan dari perilaku gas ideal-gas terbesar terjadi di sekitarnya titik kritis
Referensi