LP PNC
LP PNC
1.1.1 Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadjono, 2008). Periode pascapartum
(puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004). Dalam (Ns.
Aspiani, 2017)
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera
setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula
(tidak hamil). (wiliam, 1995). Dalam (Ns. Aspiani, 2017)
Puerperium/nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, 2002). Dalam (Ns. Aspiani, 2017)
Merah>
2-3
minggu
7) Clitoris
Kencang dan tidak terluka keras.
8) Perineum
9) luka pada episiotomil terasa nyeri. Pada tahap early edema dan luka biru.
(Ns. Aspiani, 2017)
4. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah
uterus.Penurunan dari estrogen mngakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurub secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 jam sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. (Mitayani, SST., 2013)
5. Sistem Urinaria
Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktivitas ini terjadi
pada hari pertama post partum.
6. Sistem Endokrin
1) Hormon Oxytocin
Oxytocin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada
otot uterus dan jaringan payudara.Selama kala III persalinan aksioxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah pendarahan.
Pada wanita yang memeilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin, keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran air susu. Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesterone dan laktogen plasenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas. (Mitayani, SST., 2013)
2) Hormone Prolactin
Penurunan ekstrogen menyebabkan prolactin yang di sekresi oleh
kelenjar hipoise anterior bereaaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi air susu. Pada wanita yang menyususi kadar prolactin terus tinggi
dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar prolactin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan
ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi. (Mitayani, SST., 2013)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan bayi
akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibuya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesterone merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus posterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflex yang di timbulkan
oleh rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Ransang ini menuju ke
hypofise dan menghasilkan oxtoxin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 post partum, payudara menjadi esar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan klau oreola mammae dipijat,
keluarlah cairan putting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih
mengandung protein1-2%, lemak 3-5%, gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal
yang mempengarauhi susuna air susu sangat tergnatung pada banyaknya
cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (Mitayani, SST., 2013)
4) Sistem Pencernaan
Terjadi konstipasi akibat klien takut episiotomy rusak. Penurunan tonus
abdomen, kurang intake menjelang partus dan pengaruh klisma. (Mitayani,
SST., 2013)
5) Sistem Muskolokeletal
a. Peningkatan ukuran uterus menyebabkan distasis rektus abdominis
b. Sensasi ektremitas bawah mengalami penurunan
c. Tromboplebitis terjadi akibat penurunan aktivitas dan peningkatan
prothrombin.
d. Edema terjadi pada periode post partum dini. (Mitayani, SST., 2013)
2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologi mmasa nifas menurut reva-rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu :m
1) Periode Taking In
Periode ini tejadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ini dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
2) Periode Taking Hond
Berlangsung ada hari ke 3 sampai ke 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
keterampilan perawatan bayi.Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang kerumah.Pada masa ini mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. (marry H, 995)
Sedangkan stress emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga
nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post
partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum. (Ibrahim C S,
1993) dalam (Ns. Aspiani, 2017)
1.1.3 Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post
partum meliputi: (Ns. Sarah. S.Kep., 2015)
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur telentang selama 8
jam pasca persalinan.kemudian boleh miring ke kiri kekanan untuk mencegah
terjadinya trombosit dan trombo emboli, pada ahari kedua diperbolehkan
duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima Sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas memiliki variasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi di sini adalah:
1) Melancarkan pengeluaran lochia.
2) Mengurangi infeksi purperium.
3) Mempercepat involusi alat kandungan.
4) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.
5) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
3. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadarn
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ibu masa nifas meliputi:
1) Pemeriksaan tanda vital: tekanan darah, nadi dan suhu.
2) Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3) Payudara: putting susu, pembesaran dan pengeluaran ASI.
4) Lochea: locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba.
5) Luka jahitan episiotomy: apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi. (Ns. Sarah. S.Kep., 2015)
1.1.4 Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan).
2. 6-8 jam pasca persalianan: Istrahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri.
3. Hari ke 1-2: Memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke -2: Mulai latihan duduk
5. Hari ke -3: Diperkenankan latihan berdiri dan berjalan. (Mitayani, SST., 2013)
1.1.5 Komplikasi
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium).
4. Post partum blues.
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluaran cairan berbau dari jalan lahir selama
persalinan atau sesudah persalinan. (Ns. Aspiani, 2017)
1.1.6 Nasehat Yang Perlu Di Berikan Saat Pulan
1. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pemulihan ASI.Makanan harus mengandung gizi yang
seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
(Mitayani, SST., 2013)
2. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga
lochia tidakmenimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia, saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar. (Mitayani, SST., 2013)
3. Perawatan Vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah infeksi di daerah vulva, perineum maupun di dalam
uterus.Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok kea rah depan dan setelah BAB cebok kea rah belkang,
ganti pembalut setiap kali basah atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin. (Mitayani, SST., 2013)
4. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum,
kadang-kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi. (Mitayani, SST., 2013)
5. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum.Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil diberikan obat pencahar/laksatif. (Mitayani,
SST., 2013)
6. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bainya.
Dianjurkan sekali supay ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna
untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya
karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat anti
bodi yang berguna utuk kekebalan tubuh bayi.(Mitayani, SST., 2013)
7. Kembalinya Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indivudu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan. (Mitayani,
SST., 2013)
8. Cuti Hamil Dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan. (Mitayani, SST., 2013)
9. Mempersiapkan untuk KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh Karena
itu metode penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru.Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu
setelah melahirkan. (Mitayani, SST., 2013)
1.1.7 Penatalaksanakan Medis – Non Medis
1. Medis
1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per
oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan
glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6
bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan
dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula
lengkap sering disebut : oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn
tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat
(RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang
diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
BB-nya.
2) Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b. Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim),
bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
susu dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang
berantai sedang / tidak sejuh.
3) Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik, dll
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladora,
opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak
ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan
lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg
BB / hari. Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti
: OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia. (Artikel, 2017)
2 Non Medis
1) Segera beri banyak minum dengan cairan yang ada di rumah seperti air
putih matang, teh, kuah sayur, kuah soup, sari buah
2) Bila ada, berikan oralit setiap kali buang air besar dengan takaran:
a. Umur kurang dari 1 tahun = 1/4 sampai 1/2 gelas
b. Umur 1-4 tahun = 1/2 sampai 1 gelas
c. Umur diatas 5 tahun = 1 sampai 1 1/2 gelas - *1 gelas air matang =
200 ml
3) Tetap berikan makanan Selama diare:
a. Teruskan dan tingkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi
yang menyusu
Anak usia diatas 6 bulan, berikan makanan tambahan seperti
bubur dan sayuran, sari buah segar, beri makan lebih dari 6
kali/hari (Artikel, 2017)
1.2 RENCANA KEPERAWATAN
1.2.1 Diagnosa Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injury fisik
(Epistomi)
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan infasif dan paparan
pathogen lingkungan
3. Resiko pemenuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi berhubungan dengan
menyusui inefektif
1.2.2 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL (NIC)
(NOC)
Ns. Aspiani Yuli, R. S. K. (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda
NIC NOC. 1st edn. Edited by A. M. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Mitayani, SST., M. B. (2013) Asuhan Keperawatan Maternitas. 1st edn. Edited by S. Aklia.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Ns. Sarah, Lely. S.Kep., M. K. (2015) Asuhan Keperawatan Maternitas. 1st edn. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.