Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP PENYAKIT

1.1.1 Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadjono, 2008). Periode pascapartum
(puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004). Dalam (Ns.
Aspiani, 2017)
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera
setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula
(tidak hamil). (wiliam, 1995). Dalam (Ns. Aspiani, 2017)
Puerperium/nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, 2002). Dalam (Ns. Aspiani, 2017)

1.1.2 Perubahan Masa Nifas


Diare sangat identik dengan penyakit yang disebabkan oleh makanan. Misalnya,
diare bisa muncul karena makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan.
Selain itu, diare juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan penyerapan makanan,
seperti karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, dan protein. Diare pada anak juga
dapat dipicu oleh infeksi, baik berupa virus,bakteri,parasit, dan cacing perut. Selain
itu, diare juga bisa muncul karena adanya gangguan psikologis, seperti adanya rasa
takuy dan cemas (D.Tilong, 2014).
1. Perubahan Fisik
1) Tanda-tanda vital
Suhu tubuh dalam 24 jam pertama >38˚ C. jika hari 1-2 sampai pada
hari ke 10>38˚ C hati-hati terhadap adanya infeksi puerperalis, infeksi
pada saluran kemih, endometritis, mastitis dan infeksi lain. (Ns.
Aspiani, 2017)
2) Involusio
Involusio adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusio terjadi
karena:
a. Autolisys yaitu penghancuran jaringan otot-otot utrus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami besar kencing setelah melahirkan.
(Ns. Aspiani, 2017)
b. Aktivitas otot-otot yaitu adanya kontraksi dan retraksi dari otot-
otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjadi pembuluh
darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna
untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya perdarahan
darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. (Ns.
Aspiani, 2017)
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
Batropi pada jaringan otot uterus. (Ns. Aspiani, 2017)

Involusi pada kandungan meliputi:


1) Fundus uteri
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada table di bawah ini.
Table 7.1 TFU menurut masa infolusi (Ns. Aspiani, 2017)
INVOLUSI TFU BERAT
UTERUS
Bayi lahir setinggi pusat
1000 gram
Plasenta lahir ± 2 cm dibawah umbilicus
±1000 gram
dengan bagian fundus
bersandar pada
promontorium sakralis
1 minggu pertengahan antara umbilicus 500
gram
dan simfisis pubis
2 minggu tidak teraba di atas simfisis 350 gram

6 minggu bertambah kecil 50-60 gram

2) Tempat Insersi Plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh thrombus.Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Ns. Aspiani, 2017)
3) Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Dalam keha,ilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalianan tidak diperlukan lagi peredaran darah
yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas. (Ns.
Aspiani, 2017)
4) Perubahan Ceruix Dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja.Karena
hiperplasi ini dan karena retaksi dari ceruix, robekan ceruiks jadi sembuh.
Vagina yang sangat regang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran yang normal, beberapa saat setelah melahirkan tonus otot
menurun, edema, membiru, terdapat laserasi dan saluran melebar, lambat
mencapai ukuran normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai
nampak kembali. Rasa sakit yang disebut ofter pains (meriang atau mules-
mules) disebabkan kontraksi Rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca
persalianan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu dapat diberikan analgesic. (Ns. Aspiani, 2017)
5) Endometrium
Endometrium mengalami involusi daerah implantasi plasenta.Nekrosis
pembuluh darah terjadi hari 2-3 post partum.Pada hari ke 7 terbentuk
lapisan basal dan pada 16 hari normal kembali. (Ns. Aspiani, 2017)
6) Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas.Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi.Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak
busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu:
a. Lochia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua,
verniks kasesoa, rambut lanugo, sisa meconium, sisa darah dan keluar
mulai hari pertama sampai hari ketiga.
b. Lochia sangiolenta berwarna putih bercampur merah, mulai hari ke
tiga sampai hari ke tujuh.
c. Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ke tujuh sampai hari ke
empat belas.
d. Lochia albaberwarna putih setelah hari ke empat belas. (Ns. Aspiani,
2017)
Table 7.2 jenis-jenis lochia (Mitayani, SST., 2013)
NAMA WAKTU BENTUK ABNORMAL
Rubra 1-3 hari darah bekuan bekuan
banyak
Bau agak anyir bau
busuk
Peningkatan perda-
Rahan bila meneteki
Sanguinolenta 4-9 hari pink/coklat bau
busuk
Serosa agak anyir tetap
serosa
Aiba 10 hari kuning/putih kembali

Merah>
2-3
minggu

7) Clitoris
Kencang dan tidak terluka keras.
8) Perineum
9) luka pada episiotomil terasa nyeri. Pada tahap early edema dan luka biru.
(Ns. Aspiani, 2017)

10) Dinding Perut Dan Peritoneum


Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 mingguPeluis yang meregang pada waktu
partus setelah bayi lahir berangsur-angsur mengecil dan pulih
kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retroleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor.Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan. (Ns. Sarah, S.Kep., 2015)

4. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah
uterus.Penurunan dari estrogen mngakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurub secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 jam sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. (Mitayani, SST., 2013)

Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan


dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.

1) Tekanan darah stabil


2) Bradikardi (50-70x/menit) normal jika tidak ada keluhan
3) Takhikardi akibat persalinan lama dan pendarahan berat
4) Diaphoresis dan menggigil yang disebabkan instability vasomotor.
Keadaan ini normal jika tidak disertai demam
5) komponen darah trombosit lebih aktif (risiko tromboemboli) (Mitayani,
SST., 2013)

5. Sistem Urinaria
Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktivitas ini terjadi
pada hari pertama post partum.

1) Mekanisme persalinan dapat menyebabkan adema, laserasi dan trauma


uretra akibat tindakan kateterisasi.
2) Persalinan dengan tindakan sc dapat mengakibatkan penurunan sensifitas
bladder dan penurunan tonus bladder. (Mitayani, SST., 2013)

6. Sistem Endokrin
1) Hormon Oxytocin
Oxytocin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada
otot uterus dan jaringan payudara.Selama kala III persalinan aksioxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah pendarahan.
Pada wanita yang memeilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin, keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran air susu. Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesterone dan laktogen plasenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas. (Mitayani, SST., 2013)
2) Hormone Prolactin
Penurunan ekstrogen menyebabkan prolactin yang di sekresi oleh
kelenjar hipoise anterior bereaaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi air susu. Pada wanita yang menyususi kadar prolactin terus tinggi
dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar prolactin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan
ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi. (Mitayani, SST., 2013)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan bayi
akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibuya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesterone merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus posterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflex yang di timbulkan
oleh rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Ransang ini menuju ke
hypofise dan menghasilkan oxtoxin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 post partum, payudara menjadi esar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan klau oreola mammae dipijat,
keluarlah cairan putting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih
mengandung protein1-2%, lemak 3-5%, gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal
yang mempengarauhi susuna air susu sangat tergnatung pada banyaknya
cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (Mitayani, SST., 2013)
4) Sistem Pencernaan
Terjadi konstipasi akibat klien takut episiotomy rusak. Penurunan tonus
abdomen, kurang intake menjelang partus dan pengaruh klisma. (Mitayani,
SST., 2013)
5) Sistem Muskolokeletal
a. Peningkatan ukuran uterus menyebabkan distasis rektus abdominis
b. Sensasi ektremitas bawah mengalami penurunan
c. Tromboplebitis terjadi akibat penurunan aktivitas dan peningkatan
prothrombin.
d. Edema terjadi pada periode post partum dini. (Mitayani, SST., 2013)
2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologi mmasa nifas menurut reva-rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu :m
1) Periode Taking In
Periode ini tejadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ini dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
2) Periode Taking Hond
Berlangsung ada hari ke 3 sampai ke 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
keterampilan perawatan bayi.Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang kerumah.Pada masa ini mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. (marry H, 995)
Sedangkan stress emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga
nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post
partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum. (Ibrahim C S,
1993) dalam (Ns. Aspiani, 2017)
1.1.3 Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post
partum meliputi: (Ns. Sarah. S.Kep., 2015)
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur telentang selama 8
jam pasca persalinan.kemudian boleh miring ke kiri kekanan untuk mencegah
terjadinya trombosit dan trombo emboli, pada ahari kedua diperbolehkan
duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima Sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas memiliki variasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi di sini adalah:
1) Melancarkan pengeluaran lochia.
2) Mengurangi infeksi purperium.
3) Mempercepat involusi alat kandungan.
4) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.
5) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
3. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadarn
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ibu masa nifas meliputi:
1) Pemeriksaan tanda vital: tekanan darah, nadi dan suhu.
2) Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3) Payudara: putting susu, pembesaran dan pengeluaran ASI.
4) Lochea: locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba.
5) Luka jahitan episiotomy: apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi. (Ns. Sarah. S.Kep., 2015)
1.1.4 Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan).
2. 6-8 jam pasca persalianan: Istrahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri.
3. Hari ke 1-2: Memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke -2: Mulai latihan duduk
5. Hari ke -3: Diperkenankan latihan berdiri dan berjalan. (Mitayani, SST., 2013)
1.1.5 Komplikasi
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium).
4. Post partum blues.
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluaran cairan berbau dari jalan lahir selama
persalinan atau sesudah persalinan. (Ns. Aspiani, 2017)
1.1.6 Nasehat Yang Perlu Di Berikan Saat Pulan
1. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pemulihan ASI.Makanan harus mengandung gizi yang
seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
(Mitayani, SST., 2013)
2. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga
lochia tidakmenimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia, saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar. (Mitayani, SST., 2013)
3. Perawatan Vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah infeksi di daerah vulva, perineum maupun di dalam
uterus.Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok kea rah depan dan setelah BAB cebok kea rah belkang,
ganti pembalut setiap kali basah atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin. (Mitayani, SST., 2013)
4. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum,
kadang-kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi. (Mitayani, SST., 2013)
5. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum.Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil diberikan obat pencahar/laksatif. (Mitayani,
SST., 2013)
6. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bainya.
Dianjurkan sekali supay ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna
untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya
karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat anti
bodi yang berguna utuk kekebalan tubuh bayi.(Mitayani, SST., 2013)
7. Kembalinya Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indivudu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan. (Mitayani,
SST., 2013)
8. Cuti Hamil Dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan. (Mitayani, SST., 2013)
9. Mempersiapkan untuk KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh Karena
itu metode penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru.Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu
setelah melahirkan. (Mitayani, SST., 2013)
1.1.7 Penatalaksanakan Medis – Non Medis

1. Medis

1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per
oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan
glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6
bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan
dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula
lengkap sering disebut : oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn
tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat
(RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang
diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
BB-nya.

a) Belum ada dehidrasi


Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
b) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral
2 selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari
c) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde)
selanjutnya 125 ml / kg BB / hari
d) Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.

2) Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b. Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim),
bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
susu dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang
berantai sedang / tidak sejuh.
3) Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik, dll
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladora,
opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak
ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan
lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg
BB / hari. Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti
: OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia. (Artikel, 2017)
2 Non Medis
1) Segera beri banyak minum dengan cairan yang ada di rumah seperti air
putih matang, teh, kuah sayur, kuah soup, sari buah

2) Bila ada, berikan oralit setiap kali buang air besar dengan takaran:
a. Umur kurang dari 1 tahun = 1/4 sampai 1/2 gelas
b. Umur 1-4 tahun = 1/2 sampai 1 gelas
c. Umur diatas 5 tahun = 1 sampai 1 1/2 gelas - *1 gelas air matang =
200 ml
3) Tetap berikan makanan Selama diare:
a. Teruskan dan tingkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi
yang menyusu
Anak usia diatas 6 bulan, berikan makanan tambahan seperti
bubur dan sayuran, sari buah segar, beri makan lebih dari 6
kali/hari (Artikel, 2017)
1.2 RENCANA KEPERAWATAN
1.2.1 Diagnosa Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injury fisik
(Epistomi)
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan infasif dan paparan
pathogen lingkungan
3. Resiko pemenuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi berhubungan dengan
menyusui inefektif
1.2.2 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL (NIC)
(NOC)

1. Gangguan rasa nyaman Tujuan : Setelah diberikan 1) Kaji kerkteristik nyeri


nyeri berhubungan perawatan selama 3x24 2) Ajarkan teknik distraksi dan
dengan agen injury fisik masalah nyeri bisa teratasi rileksasi
(Epistomi) Kriteria Hasil : 3) Berikan posisi nyaman
1) Skali nyeri turun 4) Memotivasi untuk
menjadi 2 mobilisasi dini sesuai indeks
2) Wajah terlihat rileks
3) Klien mengatakan nyeri
berkurang
2. Resiko tinggi infeksi Tujuan : Setelah dilakukan 1) Kaji keadaan luka
berhubungan dengan perawatan di harapkan 2) Observasi tanda infeksi
tindakan infasif dan masalah infeksi tidak 3) Pantau TTV dan kadar
paparan pathogen muncul leukosit
lingkungan Kriteria : 4) Lakukan vulva hygine
1) Tidak terdapat tanda 5) Kolaborasi dalam
infeksi pemberian obat
2) Suhu tubuh normal
3) Leukosit normal
3. Resiko pemenuhan Tujuan : Setelah dilakukan 1) Kaji kondisi payudara klien
nutrisi bayi tidak tindakan 3x24 jam 2) Kaji pengetahuan
terpenuhi berhubungan diharapkan masalah nutrisi pengalaman menyusui
dengan menyusui bayi dapat terpenuhi 3) Lakukan perawatan
inefektif Kriteria : payudara
1) Klien dapat menyusui 4) Kolaborasi dalam pemberian
dengan benar pelancar asi
2) Bayi dapat asupan asi
dari ibu
3) Asi dapat keluar
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Aspiani Yuli, R. S. K. (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda
NIC NOC. 1st edn. Edited by A. M. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Mitayani, SST., M. B. (2013) Asuhan Keperawatan Maternitas. 1st edn. Edited by S. Aklia.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Ns. Sarah, Lely. S.Kep., M. K. (2015) Asuhan Keperawatan Maternitas. 1st edn. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai