Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANATOMI TUMBUHAN

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anatomi


Tumbuhan

“Daun:Keragaman Struktur”

Kelompok 6 :

Marchelia Siregar ( 17 507 033 )

Desti Febriani ( 17 507 043 )

Yehu Kojongian (17 507 043 )

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BIOLOGI
2018

2
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia- Nya, sehingga makalah yang berjudul tentang “Daun:Keragaman
Daun” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang
xeromofi, hidromofi, kekhasan daun beberapa dikotil, struktur daun rumput-
rumputan, anatomi kranz dan fotosintesis C4, serta daun Gymnospermae.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini ada banyak kesalahan, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada.
Sekian dan terima kasih.

Tondano, 23 November 2018

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

Bab I. Pendahuluan.............................................................................................3

A. Latar Belakang...............................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................3
C. Tujuan............................................................................................3

Bab II. Pembahasan............................................................................................4

A. Xeromorfi ...........................................................................................4
B. Hidromorfi...........................................................................................8
C. Kekhasan Daun Beberapa Dikotil.......................................................11
D. Struktur Daun Rumput-Rumputan......................................................16
E. Anatomi Kranz dan Fotosintesis C4....................................................11
F. Daun Gymnospermae..........................................................................18

Bab III. Penutup..................................................................................................20

A. Kesimpulan....................................................................................20
B. Saran..............................................................................................21

Daftar Pustaka.....................................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan yang tumbuh di dua macam habitat (lingkungan) yang berbeda


sering menunjukkan struktur yang berbeda pula. Para ahli menganggap bahwa dalam
evolusinya, struktur yang berbeda merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Tumbuhan dengan struktur berbeda-beda, namun tampak menghuni habitat yang
sama, mungkin memiliki cara yang berbeda dalam menanggulangi kondisi yang
mungkin tak menguntungkan dari lingkungannya itu. Dalam habitat yang kekurangan
air, ada tumbuhan yang membentuk sifat khusus untuk melindunginya terhadap
hilangnya air, yang lain membentuk alat di bawah tanah untuk menyimpan air, atau
memiliki akar yang mampu tumbuh amat dalam ke tanah untuk mempeoleh air, dan
yang lain lagi mengatur daur hidupnya sehingga hanya tumbuhan pada kurun masa
selama air tersedia. Akibat cara yang berbeda-beda dalam menanggulangi kekurangan
air itu, tumbuhan dapat mencapai taraf adaptasi yang sama dengan kombinasi sifat
yang berbeda-beda.

Berdasarkan ketersediaan air di lingkungannya dapat dibedakan tumbuhan


xerofit, mesofit, dan hidrofit (higrofit). Xerofit beradaptasi dengan habitat kering;
mesofit memerlukan air tanah dalam jumlah banyak dan atmosfer yang lembab;
hidrofit bergantung pada lingkungan yang sangat lembab atau tumbuh sebagian atau
seluruhnya di dalam air. Sifat yang terkait dengan habitat itu masing-masing disebut
xeromorfi, mesomorfi, dan hidromorfi.

3
B. Rumusan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana tumbuhan xeromorfi beradaptasi dengan lingkungannya ?
2. Bagaimana tumbuhan hidromorfi beradaptasi dengan lingkungannya ?
3. Apa saja kekhasan daun dikotil pada tumbuhan ?
4. Bagaimana struktur daun rumput-rumputan ?
5. Apa yang dimaksud dengan anatomi kranz dan bagaimana proses
fotosintesis C4?
6. Bagaimana struktur daun Gymnospermae?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana tumbuhan xeromorfi beradaptasi dengan
lingkungannya.
2. Mengetahui bagaimana tumbuhan hidromorfi beradaptasi dengan
lingkungannya.
3. Mengidentifikasi kekhasan daun dikotil pada tumbuhan.
4. Mengetahui struktur daun rumput-rumputan.
5. Mengetahui pengertian anatomi kranz dan proses fotosintesis C4.
6. Mengidentifikasi struktur daun Gymnospermae.

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Xeromorfi

Adaptasi dari tumbuhan yang bersifat Xeromorfi adalah Epidermis dapat


tersusun atas lebih dari 1 lapis sel, stomata tersembunyi dalam 1 cekung,
(Kriptofor), palisade ada pada kedua sisi permukaan daun dengan kata lain
parenkim palisade lebih berkembang dari pada parenkim bunga karang, dan
bahkan parenkim bunga karang dapat tidak ada, pada epidermis sering tumbuh
trikoma, dan sel-sel epidermis mengalami lignifikasi yang tebal (Hidayat, 1995).

Gambar Tumbuhan Xeromorfi


(https://www.gurupendidikan.co.id diakses pada 23 November 2018)

Salah satu sifat xeromorfi terpenting adalah rasio permukaan luas eksternal
terhadap volumenya, yang bernilai kecil. Berkurangnya luas permukaaan luar
diiringi oleh mengecilnya ukuran sel, bertambah tebal dindingnya, bertambah
rapat sistem jaringan pembuluh dan stomata, bertambahnya jumlah jaringan tiang,
sementara jaringan spons berkurang. Daun sering ditutupi oleh rambut.

Mengecilnya ukuran daun dianggap sebagai sifat yang berkaitan dengan


menurunnya kecepatan transpirasi. Tumbuhan berdaun kecil lebih umum di
habitat kering. Rambut pun amat umum ditemukan pada xerofit. Air pada daun

5
diangkut tidak hanya melalui berkas pembuluh dan perluasannya, melainkan juga
oleh sel mesofil dan epidermis. Angkutan air menuju epidermis berlangsung lebih
sering dalam jaringan tiang daripada lewat jaringan spons. Akan tetapi, adanya
ruang antarsel, terutama di antara sel tiang, membatasi angkutan air. Volume ruang
antarsel pada daun xerofit lebih kecil daripada volume pada daun mesofit, yakni
daun tumbuhan yang tumbuh di tempat yang cukup air. Akan tetapi, rasio antara
permukaan interna bebas terhadap permukaan eksterna bagi tumbuhan lingkungan
teduh menunjukkan nilai kecil (6,8-9,9), sedangkan untuk daun xeromorf nilai itu
tinggi (17,2-31,3). Penambahan permukaan interna mungkin disebabkan oleh
peningkatan jumlah jaringan tiang (Estiti B. Hidayat, 1995: 215)

Pada beberapa xerofit, dan secara umum pada halofit (tumbuhan di habitat
berair asin), terdapat jaringan khusus penyimpan air. Jaringan ini terdiri atas sel
dengan vakuola besar yang mengandung cairan vakuola encer atau kental dan
berlendir (Estiti B. Hidayat, 1995: 215). Pada sel-sel itu, sitoplasma tipis melapisi
dinding sel, dan dinding sel itu terdapat kloroplas yang tersebar. Tekanan osmosis
dalam sel yang berfotosintesis lebih tinggi daripada di dalam jaringan
nonfotosintesis, dan jika kekurangan air, sel akan memperolehnya dari jaringan
penyimpan air. Akibatnya, sel berdinding tipis penyimpan air tersebut mengkerut,
namun bila keadaan menguntungkan, sel akan segera kembali ke stadium semula.
Sejumlah tanaman kita kenal sebagai tanaman halofit tumbuh pada lingkungan
bergaram/payau contohnya adalah bakau. Bakau dapat dikatakan juga sebagai
xerofit, karena pada tumbuhan xerofit, penyebab keringnya kondisi lingkungan
disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya kelembaban yang rendah baik di
dalam tanah maupun udara, intensitas cahaya yang tinggi, angin yang kencang
serta kadar garam yang tinggi. Pada tanaman bakau (halofit) meskipun tanaman
tersebut tumbuh pada habitat yang berair tapi tanaman tersebut mengembangkan
struktur yang rumit yang mencegah hilangnya air.

Tumbuhan halofit contonya mangrove (Avicennia sp.) memiliki adaptasi


anatomi dalam merespon kondisi ekstrim tempat tumbuhnya, seperti adanya
kelenjar garam pada tumbuhan secreter, dan kulit yang selalu mengelupas pada

6
tumbuhan non-secreter sebagai tanggapan lingkungan yang salin, sistem
perakaran yang khas dan lentisel sebagai tanggapan tanah yang jenuh air, struktur
dan posisi daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari dan
suhu tinggi.

B. Hidromorfi

Berbeda dengan berbagai jenis xerofit yang memenuhi habitat kering,


struktur yang khas bagi hidrofit tidak terlalu beragam. Hal itu mungkin karena air
merupakan habitat yang lebih homogen. Faktor yang terutama mempengaruhi
tanaman air adalah suhu, udara, dan konsentrasi serta susunan garam dalam air.
Sifat struktural yang paling menonjol pada daun tanaman air adalah berkurangnya
jaringan pengokoh dan pelindung, berkurangnya jumlah jaringan angkut, terutama
xilem, dan terdapatnya banyak rongga udara.

Epidermis pada tanaman air tidak memiliki tugas melindungi, tetapi


berperan dalam memperoleh zat hara dari air dan dalam pertukaran gas.
Kutikulanya amat tipis seperti juga dinding selnya, dan sel epidermisnya sering
berkloroplas. Stomata biasanya tak terdapat, tetapi pada daun yang mengapung, di
bagian atas (Estiti B. Hidayat, 1995: 214-216).

Gambar Tumbuhan Hidromorfi

7
(https://www.gurupendidikan.co.id diakses pada 23 November 2018)

C. Kekhasan Daun Beberapa Dikotil

Tangkai daun

Beberapa tumbuhan seperti puteri malu (Mimosa) dan Albizzia (keduanya


Leguminosae), tangkai daun dan tangkai anak daun memiliki bagian yang
menebal biasanya di pangkalnya, yang disebut sendi daun atau pulvinus. Sendi
daun dapat menyebabkan gerak 'tidur' anak daun. Pada pulvinus banyak terdapat
parenkim, dan permukaannya biasanya berkeriput.

Gerak buka-tutup pada anak daun dapat dirangsang oleh faktor internal
atau faktor lingkungan, dan merupakan akibat perubahan turgor dalam sel
penggerak (motor) pada pulvinus. Pada Mimosa pudica terdapat kesinambungan
simplastis dari jaringan pembuluh di tengah puivinus hingga epidermis.
Diperkirakan plasmodesmata yang banyak jumlahnya di tempat itu dapat
meneruskan rangsangan ke arah lateral. Pada Albizzia julibrissin, menutupnya
daun terjadi jika sel subepidermis di daerah dorsal (abaksial) meluas dan yang di
daerah ventral (adaksial) tertekan. Pada waktu pasangan daun membuka, terjadi
gerakan sebaliknya. Sel yang mengelilingi jaringan pembuluh pada pulvinus
boleh dikatakan tidak berubah di saat terjadi gerakan anak daun. Gambaran
dengan mikroskop elektron menunjukkan kehadiran sejumlah besar vakuola yang
mungkin mengandung sejumlah enzim, dan adanya fibril halus yang sejajar
sesamanya dalam sitoplasma tepi. Mungkin kedua sifat itulah yang berperan
dalam gerak.

Pada pulvinus daun Lavatera cretica yang bergerak mengikuti matahari,


dinding tebal sel epidermis dan kolenkim tepi terdiri dari pita tebal, bersaling
dengan pita tipis.Struktur terspesialisasi itu mungkin meningkatkan keluwesan
kolenkim, sambil tetap berlaku sebagai pengokoh. Dalam pulvinus, berkas-

8
berkas pembuluh tulang daun menyatu menjadi tabung ramping yang luwes dan
merupakan 'engsel' pulvinus.

Gambar Tangkai Daun Putri Malu


(https://id.wikipedia.org/ diakses pada 23 November 2018)

D. Struktur Daun Rumput-Rumputan

Daun rumput terdiri dari helai daun yang ramping serta pelepah yang
menyelubungi batang. Mesofil pada umumnya tidak menunjukkan pembagian
menjadi jaringan tiang dan spons, meskipun sering lapisan sel tepat di bawah
epidermis lebih teratur letaknya dibandingkan dengan yang lain. Epidermis sering
mengandung banyak sel. Bagian utama terdiri dari sel ramping dan memanjang.
Sel penutup stomata berasosiasi dengan sel di sampingnya. Sel silika, sel gabus,
dan sel rambut dapat juga ditemukan. Sel epidermis besar dengan dinding
antiklinal tipis yang disebut sel lensa atau sel kipas sering dianggap berperan
dalam gerak daun yang menggulung ke dalam. Pada sejumlah rumput-rumputan
yang bersifat xeromorf, sel epidermis yang membesar berada di sepanjang alur
adaksial disertai sel mesofil yang juga membesar yakni sel engsel. Di saat
kekeringan, sel kipas atau sel engsel, atau keduanya, berkurang turgornya dan
memungkinkan daun melipat atau menggulung. Akan tetapi, pengerutan berbagai
sel besar berdinding tipis hanyalah salah satu faktor yang turut serta dalam
peristiwa penggulungan, sebab daun tanpa sel seperti itu juga menggulung jika
kekurangan air. Pengerutan secara diferensial (secara berbeda-beda) pada

9
jaringan lain, penyebaran sklerenkim, dan kekuatan kohesi di antara jaringan, juga
turut berperan dalam penggulungan dan pelipatan daun. Terbukanya gulungan
daun di saat mekar dari tunas merupakan peristiwa tumbuh yang didasari oleh
pembesaran sel kipas dan mesofil.

Seludang pembuluh menunjukkan keragaman yang dapat digunakan dalam


klasifikasi dan penentuan jenis fotosintesis yang berlangsung pada spesies. Pada
kelompok Festucoideae (Poaceae) biasanya terdapat dua seludang pembuluh.
Seludang-dalam disebut seludang mestom dengan sel berdinding tebal dan
plastida yang kecil dan kurang terdiferesiasi, sedangkan seludang-luar terdiri dari
sel berdinding tipis dan plastida agak lebih besar, namun lebih kecil daripada yang
ada dalam mesofil. Pada kelompok Panicoideae, seludang-dalam biasanya tak ada,
sedangkan seludang parenkim yang tunggal itu terdiri dari sel dengan dinding
yang lebih tebal daripada sel mesofil. Kloroplas pada sel seludang berukuran sama
atau lebih besar daripada yang ada di mesofil, namun grana hanya sedikit atau tak
ada.

Gambar Daun Rumput-rumputan


(https://www.atobasahona.com diakses pada 23 November 2018)

E. Anatomi Kranz dan Fotosintesis C4

10
a. Pengertian Tumbuhan C4

Tumbuhan C4 adalah tumbuhan tropis yang melibatkan dua enzim di


dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa yaitu Enzim phosphophenol pyruvat
carboxilase (PEPco) adalah enzim yang akan mengikat CO2 dari udara dan
kemudian akan menjadi oksaloasetat yang akan diubah menjadi malat. Tanaman
C4 adalah tanaman yang menghasilkan asam 4 karbon sebagai produk utama
penambahan CO2. Tumbuhan C4 memfiksasi karbon dengan membentuk
senyawa berkarbon empat sebagai produknya. Tergolong tumbuhan C4 yang
penting dalam pertanian adalah tebu, jagung, dan famili rumput. Dalam
tumbuhan C4 terdapat dua jenis sel fotosintetik : sel seludang-berkas pembuluh
dan sel mesofil. Sel seludang berkas pembuluh tersusun menjadi kemasan yang
padat di sekitar berkas pembuluh. Di antara seludang-berkas pembuluh dan
epidermis daun terdapat sel mesofil.

Tanaman C4 adalah kelompok tumbuhan yang melakukan persiapan reaksi


gelap fotosintesis melalui jalur 4 karbon / 4C (jalur hatch- slack) sebelum
memasuki siklus calvin, untuk meminimalkan keperluan fotorespirasi. Tanaman
C4 adalah tanaman dengan hasil pertama dalam fotosintesis di mesofil berupa
suatu molekul dengan 4 atom C.

C4 fiksasi karbon merupakan salah satu dari mekanisme biokimia bersama


dengan C3 dan CAM fotosintesis, berfungsi untuk memperbaiki karbondioksida
di lahan tanaman.

b. Ciri- Ciri Tumbuhan C4

Tanaman yang melakukan fotosintesis C4 memiliki susunan khusus di


jaringan daunnya. Susunan khusus ini disebut anatomi Kranz. Sel-sel lapisan
buntalan diposisikan dalam bentuk lingkaran mengelilingi buntalan pembuluh
(terdiri dari tabung-tabung xilem dan floem). Sel mesofil menyusun bagian
interior daun lainnya. Ruang udaranya sangat kecil. Tanaman di daerah tropis dan
gurun dengan tingkat fotosintesis sangat tinggi adalah tanaman C4; diantaranya

11
rumput kepiting, tebu, millet dan sorgum. Menariknya, jagung, sebuah tanaman
iklim sedang, juga melakukan fotosintesis C4.

Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok


besar, yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tanaman adalah
mahluk hidup yang mendapat makanannya sendiri dengan fotosintesis.

Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari


atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari proses assimilasi. Pada tanaman
C3, enzim yang menyatukan CO2 adalah RuBP dalam proses awal assimilasi,
yang juga dapat mengikat O2pada saat yang bersamaan untuk proses
fotorespirasi. Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi
antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi
terhambat dan assimilasi akan bertambah besar.

Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4 dan CAM adalah
pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Yang dimana pada tanaman yang bertipe C3
produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA.
Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma kloroplas
yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai secara langsung.

Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang fotosintesis.


Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan berkelanjutan.
Memerlukan energi sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat digunakan
dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun komponen struktural sel, untuk
pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati.

Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah produk awal reduksi
CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( hasilnya berupa
asam-asam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung di mesofil daun, yang
terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3 dengan bantuan enzim
karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping mesofil. Tiap molekul CO2

12
yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga mengalami siklus calvin
seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko.

Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah
memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya
membuka pada malam hari. Pati diuraikan melalui proses glikolisis dan
membentuk PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air seperti pada
tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang hari malat
berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi.
Melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari yaitu daur
Calvin. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C4 pada malam hari yaitu
daur Hatch dan Slack.

c. Proses Fotosintesis pada Tumbuhan C4

Di akhir tahun 1960an, tiga ahli botani (Kortschak, Hatch dan Slack)
menemukan jalur fotosintesis baru, yang disebut C4 atau jalur fotosintesis Hatch-
Slack. Pada dasarnya inilah yang terjadi. Karbon dioksida menyatu dengan sebuah
senyawa yang disebut PEP (Phosfoenolpiruvat), membentuk sebuah senyawa
karbon-4, malat. Malat ditransfer ke sel-sel lapisan buntalan di daun. Senyawa
karbon-4 ini memberikan karbon dioksida, yang memasuki C3 atau siklus Calvin
di sel lapisan buntalan fotosintetik.

Pada tumbuhan C-4 terdapat pembagian tugas antara 2 jenis sel fotosintetik,
yakni:

 Sel mesofil
 Sel-sel bundle sheath/ sel seludang-berkas pembuluh.

Sel seludang berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat


padat disekitar berkas pembuluh. Diantara seludang-berkas pembuluh dan
permukaan daun terdapat sel mesofil yang tersusun agak longgar. Siklus calvin
didahului oleh masuknya CO2 ke dalam senyawa organic dalam mesofil.

13
Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpirufat (PEP)
untuk membentuk produk berkarbon empat yaitu oksaloasetat, Enzim PEP
karboksilase menambahkan CO2 pada PEP. Karbondioksida difiksasi dalam sel
mesofil oleh enzim PEP karboksilase. Senyawa berkarbon-empat-malat, dalam hal
ini menyalurkan atom CO2 kedalam sel seludang-berkas pembuluh, melalui
plasmodesmata. Dalam sel seludang –berkas pembuluh, senyawa berkarbon empat
melepaskan CO2 yang diasimilasi ulang kedalam materi organic oleh robisco dan
siklus Calvin.

Dengan cara ini, fotosintesis C4 meminimumkan fotorespirasi dan


meningkatkan produksi gula. Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas
dengan cahaya matahari yang banyak, dan dilingkungan seperti inilah tumbuhan
C4 sering muncul dan tumbuh subur.

Daya ikat yang tinggi terhadap CO2 pada tanaman C4, menyebabkan
perbandingan antara pemasukan CO2 dan konduktivitas stomata (kemampuan
stomata menyalurkan H2O persatuan waktu) optimum. Dengan kata lain,
tanaman-tanaman C4 mempunyai efisiensi penggunaan air yang tinggi sehingga
jumlah air yang dikeluarkan untuk sejumlah CO2 yang dimasukkan jauh lebih
sedikit pada tanaman C4 dibandingkan dengan tanaman C3. Pada tanaman C3,
daya ikat yang rendah terhadap CO2 menyebabkan tanaman ini boros dalam
penggunaan air.

Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada
tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi
antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil
(sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel
epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel
“bundle sheath” (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana
kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi.

Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2
tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi

14
sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap
CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1
sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan
meningkatnya CO2

Gambar Siklus Tumbuhan C4


(https://biologigonz.blogspot.com diakses pada 23 November 2018)

Salah satu tahap penting dalam fotosintesis adalah melekatnya mołekul


CO2 pada molekul ribulosa 1,5 bisfosfat (RuBP). Peristiwa itu menghasilkan dua
molekul 3-asam fosfogliserat. Enzim yang mengkatalisis reaksi itu adalah RuBP
karboksilase. Sayangnya, enzim tersebut memilki beberapa kekurangan. Salah
satu di antaranya adalah afinitas terhadap CO2 yang amat rendah. Kadang-kadang
enzim itu melekatkan oksigen, dan bukan CO2, pada RuBP. Molekul yang
dihasilkan kemudian terlibat dalam fotorespirasi disertai hilangnya energi cukup
banyak.

15
Namun beberapa kelompok Angiospermae memiliki pemecahan parsial
terhadap masalah tersebut, yakni fotosintesis C4 menggantikan fotosintesis C3
dan anatomi kranz (lihat keterangan di bawah). Pada fotosintesis C4 sel mesofil
memakai enzim yang berbeda untuk mengambil CO2 dengan efisien serta
menggunakannya untu menghasilkan asam oksaloasetat yang beratom C empat
buah(sebab itu disebut C4). Asam oksaloasetat dapat dikonversikan menjadi asam
lain, namun sifatnya yang terpenting adalah bahwa asam tersebut semuanya di
angkut ke sel seludang pembuluh, dan di situ diuraikan kembali terbentuk CO2.
Oleh karena CO2 dihimpun di seluruh daun dan kemudian dilepaskan dalam satu
lapisan sel saja, maka tercapai konsentrasi yang amat tinggi. Kloroplas dalam
seludang pembuluh mampu mengambil CO2 karena konsentrasinya tinggi dan
RuBP karboksilase dapat bekerja efisien. Sel seludang pembuluh dalam tumbuhan
C4 berukuran besar dan berisi sejumlah besar kloroplas. Sel-sel itu tersusun radial
terhadap berkas pembuluh, dan pada penampang melintang tampak seperti
rangkaian bunga atau Kranz dalam bahasa Jerman. Pada daun seperti itu jaringan
spons biasanya tak ada. Seludang berkas pembuluh bisa dibentuk oleh satu lapisan
sel saja(khas bagi Panicoideae) atau terdiri dari dua lapisan (sering pada
Festucoideae). Jika hanya ada satu lapisan sel, maka lapisan itu terdiri dari
parenkim berdinding tipis. Pada seludang berlapis dua, bentuk lapisan luar seperti
tersebut di atas, namun lapisan dalam yang dinamakan mestom merupakan
endodermis, dengan lapisan gabus di bagian dalam dari dindingnya. Rumput-
rumputan yang berseludang pembuluh dua lapis memiliki metabolisme C4 atau
C3, namun yang berseludang pembuluh satu lapis di sekeliling tulang daunnya,
semua C4. Metabolisme C4 dan anatomi kranz ditemukan pada 9 familia lain di
samping Poaceae, yakni Amaranthaceae, Aizoaceae, Chenopodiaceae, Asteraceae,
Cyperaceae, Euphorbiaceae, Nyctaginaceae, Portulaccaceae, dan Zygophyllaceae.
Sekitar setengah spesies Poaceae termasuk tumbuhan C4. Tumbuhan C4 berasal
dari daerah tropika dan banyak terdapat di lingkungan xerofitik. Karena jumlah
Angiospermae yang terspesialisasi untuk C4 sedikit, maka peristiwa dianggap
muncul belakangan setelah C3. Metabolisme C4 meningkatkan riset fotosintesis
serta kesadaran tentang adanya hubungan antara metabolisme dan fisiologi,

16
anatomi, ekologi, evolusi, dan faktor ekonomi seperti produktivitas dan
persaingan dalam tumbuhan.

Tumbuhan C3 dan C4 menunjukkan perbedaan struktur ultra yang amat


konsisten. Seludang pembuluh, yang terdiri dari parenkim, penting dalam
membedakan Poaceae C3 dan C4. Pada tumbuhan C3, seludang itu mengandung
organel sedikit dan kloroplas agak kecil sehingga dengan mikroskop cahaya
nampak seperti kosong, yang amat berbeda dengan mesofil yang kaya akan
kloroplas. Pada tumbuhan C4 seludang memiliki sejumlah besar organel, terutama
mitokondria dan mikrobodi, kloroplasnya besar dan berwarma hijau tua, biasanya
lebih besar daripada yang ada di mesofil. Dinding sel seludang agak menebal.
Suatu sifat yang agak konsisten dalam kloroplas seludang pembuluh maupun sel
mesofil tumbuhan C4 adalah adanya retikulum periferal, yakni suatu sistem tubul
yang beranastomosis dan bersebelahan dengan selaput dalam dari membran
kloroplas.

Ketika mengamati susunan konsentriş dari lapisan sel sekeliling berkas


pembuluh pada beberapa Poaceae, Haberlandt membandingkan lapisan tersebut
dengan suatu rangkaian atau kranz karena sel berbentuk tabung itu tampak berarah
radial dari seludang, seperti rangkaian. Dalam literatur yang mempelajari sifat
tumbuhan C4, sebutan kranz dalam istilah jenis kranz meliputi baik mesofil
maupun seludang, dan istilah sindrom kranz (juga sindrom C4) mengacu kepada
himpunan sifat struktural dan fisiologis dari tumbuhan C4.

F. Daun Gymnospermae

Kebanyakan Gymnospermae tetap berwarna hijau di musim yang kurang


menguntungkan pertumbuhan dan daunnya biasanya bersifat xeromorf. Salah satu
kekhasan daun Gymnospermae adalah jaringan transfusinya (gambar 19.4).
Jaringan ini mengiriugi berkas pembuluh dan terdiri dari trakeid, parenkim, dan

17
sel albumin. Jaringan transfusi berbeda-beda jumlahnya dan susunannya,
bergantung pada spesies. Berikut ini diperikan struktur daun Pinus. (gambar 19.4).

Gambar Penampang Melintang Daun Pinus Nigra


(Hidayat,1995)

Epidermis daun Pinus yang berbentuk jarum terdiri dari sel berdinding
tebal dan dilapisi kutikula tebal. Stomata berada di semua bagian daun dan
bersifat kriptopor, sedangkan sel tetangga bertempat di bagian luar dan di atasnya.
Beberapa lapis hipodermis terdiri dari parenkim serupa serat dan tersklerifikasi,
kecuali di bawah stomata. Mesofil bersifat parenkim. Selnya menunjukkan
invaginasi dinding sel ke arah dalam sel. Mesofil ini berisi kloroplas. Pada mesofil
juga ditemukan saluran harsa. Di tengah daun terdapat satu atau dua berkas
pembuluh yang dikelilingi jaingan transfusi yang terdiri dari trakeid beserta sel
parenkim yang hidup. Sel parenkim berisi tanin, harsa, dan kadang-kadang juga
pati, bergantung pada musim. Trakeid yang paling dekat berkas pembuluh cukup
panjang, namun yang lebih jauh letaknya lebih berbentuk parenkim dan memiliki
dinding tipis, sedikit berlignin, dan noktahnya terlindung. Karena dindingnya
yang lebih tipis, trakeid ini tidak dapat menahan tekanan sel hidup di
sekelilingnya yang turgornya lebih tinggi, sehingga menjadi agak rebah. Dalam
jaringan transfusi di dekat floem ada beberapa sel yang bersitoplasma tebal dan

18
serupa dengan sel albumin. Berkas pembuluh bersama dengan jaringan transfusi
dikelilingi oleh seludang yang terdiri dari sel berdinding tebal, yakni endodermis.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adaptasi dari tumbuhan yang bersifat Xeromorfi adalah Epidermis dapat


tersusun atas lebih dari 1 lapis sel, stomata tersembunyi dalam 1 cekung,
(Kriptofor), palisade ada pada kedua sisi permukaan daun dengan kata lain
parenkim palisade lebih berkembang dari pada parenkim bunga karang, dan
bahkan parenkim bunga karang dapat tidak ada, pada epidermis sering tumbuh
trikoma, dan sel-sel epidermis mengalami lignifikasi yang tebal. Berbeda dengan
berbagai jenis xerofit yang memenuhi habitat kering, struktur yang khas bagi
hidrofit tidak terlalu beragam. Hal itu mungkin karena air merupakan habitat yang
lebih homogen. Faktor yang terutama mempengaruhi tanaman air adalah suhu,
udara, dan konsentrasi serta susunan garam dalam air. Sifat struktural yang paling
menonjol pada daun tanaman air adalah berkurangnya jaringan pengokoh dan
pelindung, berkurangnya jumlah jaringan angkut, terutama xilem, dan terdapatnya
banyak rongga udara.

Tumbuhan C4 adalah tumbuhan tropis yang melibatkan dua enzim di


dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa yaitu Enzim phosphophenol pyruvat
carboxilase (PEPco) adalah enzim yang akan mengikat CO2 dari udara dan
kemudian akan menjadi oksaloasetat yang akan diubah menjadi malat. Tanaman
C4 adalah tanaman yang menghasilkan asam 4 karbon sebagai produk utama
penambahan CO2. Tumbuhan C4 memfiksasi karbon dengan membentuk

19
senyawa berkarbon empat sebagai produknya. Tergolong tumbuhan C4 yang
penting dalam pertanian adalah tebu, jagung, dan famili rumput.

B. Saran

Keragaman struktur daun akan mudah dipelajari jika ditunjang oleh


banyak literatur , baik dari buku-buku penunjang atau internet. Sehingga kita
dapat mengetahui struktur anatomi dalam daun . Selain itu kita juga dapat
memahami xeromorfi, hidromorfi, proses fotosintesis C4, struktur daun rumput-
rumputan dan lain-lain.
 Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk
mengetahui penjelasan mengenai keragaman struktur daun pada
tumbuhan.
 Kepada para pembaca kalau ingin lebih mengetahui tentang
bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah serta di
situs-situs internet yang memuat pembahasan tentang anatomi
tumbuhan.

20
Daftar Pustaka

- B.Hidayat, Estiti.1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji.Bandung: ITB


- Olson, Veronica.2012. Tumbuhan C4 dalam
https://mentarib1ru.blogspot.com/2012/09/tumbuhan-c4.html diakses pada
23 November 2018
-

21

Anda mungkin juga menyukai