Makalah Anatomi Tumbuhan
Makalah Anatomi Tumbuhan
ANATOMI TUMBUHAN
Kelompok 6 :
BIOLOGI
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia- Nya, sehingga makalah yang berjudul tentang “Daun:Keragaman
Daun” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang
xeromofi, hidromofi, kekhasan daun beberapa dikotil, struktur daun rumput-
rumputan, anatomi kranz dan fotosintesis C4, serta daun Gymnospermae.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini ada banyak kesalahan, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada.
Sekian dan terima kasih.
Kelompok 6
I
DAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan............................................................................................. 1
A. Xeromorfi ........................................................................................... 3
B. Hidromorfi .......................................................................................... 5
C. Kekhasan Daun Beberapa Dikotil ....................................................... 6
D. Struktur Daun Rumput-Rumputan ...................................................... 7
E. Anatomi Kranz dan Fotosintesis C4 ................................................... 9
F. Daun Gymnospermae .......................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................. 18
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana tumbuhan xeromorfi beradaptasi dengan lingkungannya ?
2. Bagaimana tumbuhan hidromorfi beradaptasi dengan lingkungannya ?
3. Apa saja kekhasan daun dikotil pada tumbuhan ?
4. Bagaimana struktur daun rumput-rumputan ?
5. Apa yang dimaksud dengan anatomi kranz dan bagaimana proses
fotosintesis C4?
6. Bagaimana struktur daun Gymnospermae?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana tumbuhan xeromorfi beradaptasi dengan
lingkungannya.
2. Mengetahui bagaimana tumbuhan hidromorfi beradaptasi dengan
lingkungannya.
3. Mengidentifikasi kekhasan daun dikotil pada tumbuhan.
4. Mengetahui struktur daun rumput-rumputan.
5. Mengetahui pengertian anatomi kranz dan proses fotosintesis C4.
6. Mengidentifikasi struktur daun Gymnospermae.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Xeromorfi
3
Mengecilnya ukuran daun dianggap sebagai sifat yang berkaitan dengan
menurunnya kecepatan transpirasi. Tumbuhan berdaun kecil lebih umum di
habitat kering. Rambut pun amat umum ditemukan pada xerofit. Air pada daun
diangkut tidak hanya melalui berkas pembuluh dan perluasannya, melainkan juga
oleh sel mesofil dan epidermis. Angkutan air menuju epidermis berlangsung lebih
sering dalam jaringan tiang daripada lewat jaringan spons. Akan tetapi, adanya
ruang antarsel, terutama di antara sel tiang, membatasi angkutan air. Volume
ruang antarsel pada daun xerofit lebih kecil daripada volume pada daun mesofit,
yakni daun tumbuhan yang tumbuh di tempat yang cukup air. Akan tetapi, rasio
antara permukaan interna bebas terhadap permukaan eksterna bagi tumbuhan
lingkungan teduh menunjukkan nilai kecil (6,8-9,9), sedangkan untuk daun
xeromorf nilai itu tinggi (17,2-31,3). Penambahan permukaan interna mungkin
disebabkan oleh peningkatan jumlah jaringan tiang.
Pada beberapa xerofit, dan secara umum pada halofit (tumbuhan di habitat
berair asin), terdapat jaringan khusus penyimpan air. Jaringan ini terdiri atas sel
dengan vakuola besar yang mengandung cairan vakuola encer atau kental dan
berlendir. Pada sel-sel itu, sitoplasma tipis melapisi dinding sel, dan dinding sel
itu terdapat kloroplas yang tersebar. Tekanan osmosis dalam sel yang
berfotosintesis lebih tinggi daripada di dalam jaringan nonfotosintesis, dan jika
kekurangan air, sel akan memperolehnya dari jaringan penyimpan air. Akibatnya,
sel berdinding tipis penyimpan air tersebut mengkerut, namun bila keadaan
menguntungkan, sel akan segera kembali ke stadium semula. Sejumlah tanaman
kita kenal sebagai tanaman halofit tumbuh pada lingkungan bergaram/payau
contohnya adalah bakau. Bakau dapat dikatakan juga sebagai xerofit, karena pada
tumbuhan xerofit, penyebab keringnya kondisi lingkungan disebabkan oleh
berbagai faktor di antaranya kelembaban yang rendah baik di dalam tanah
maupun udara, intensitas cahaya yang tinggi, angin yang kencang serta kadar
garam yang tinggi. Pada tanaman bakau (halofit) meskipun tanaman tersebut
tumbuh pada habitat yang berair tapi tanaman tersebut mengembangkan struktur
yang rumit yang mencegah hilangnya air.
4
Tumbuhan halofit contonya mangrove (Avicennia sp.) memiliki adaptasi
anatomi dalam merespon kondisi ekstrim tempat tumbuhnya, seperti adanya
kelenjar garam pada tumbuhan secreter, dan kulit yang selalu mengelupas pada
tumbuhan non-secreter sebagai tanggapan lingkungan yang salin, sistem
perakaran yang khas dan lentisel sebagai tanggapan tanah yang jenuh air, struktur
dan posisi daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari dan
suhu tinggi.
B. Hidromorfi
5
Gambar Tumbuhan Hidromorfi
(https://www.gurupendidikan.co.id diakses pada 23 November 2018)
Gerak buka-tutup pada anak daun dapat dirangsang oleh faktor internal
atau faktor lingkungan, dan merupakan akibat perubahan turgor dalam sel
penggerak (motor) pada pulvinus. Pada Mimosa pudica terdapat kesinambungan
simplastis dari jaringan pembuluh di tengah puivinus hingga epidermis.
Diperkirakan plasmodesmata yang banyak jumlahnya di tempat itu dapat
meneruskan rangsangan ke arah lateral. Pada Albizzia julibrissin, menutupnya
daun terjadi jika sel subepidermis di daerah dorsal (abaksial) meluas dan yang di
daerah ventral (adaksial) tertekan. Pada waktu pasangan daun membuka, terjadi
gerakan sebaliknya. Sel yang mengelilingi jaringan pembuluh pada pulvinus
boleh dikatakan tidak berubah di saat terjadi gerakan anak daun. Gambaran
dengan mikroskop elektron menunjukkan kehadiran sejumlah besar vakuola yang
6
mungkin mengandung sejumlah enzim, dan adanya fibril halus yang sejajar
sesamanya dalam sitoplasma tepi. Mungkin kedua sifat itulah yang berperan
dalam gerak.
Daun rumput terdiri dari helai daun yang ramping serta pelepah yang
menyelubungi batang. Mesofil pada umumnya tidak menunjukkan pembagian
menjadi jaringan tiang dan spons, meskipun sering lapisan sel tepat di bawah
epidermis lebih teratur letaknya dibandingkan dengan yang lain. Epidermis sering
mengandung banyak sel. Bagian utama terdiri dari sel ramping dan memanjang.
Sel penutup stomata berasosiasi dengan sel di sampingnya. Sel silika, sel gabus,
dan sel rambut dapat juga ditemukan. Sel epidermis besar dengan dinding
antiklinal tipis yang disebut sel lensa atau sel kipas sering dianggap berperan
dalam gerak daun yang menggulung ke dalam. Pada sejumlah rumput-rumputan
yang bersifat xeromorf, sel epidermis yang membesar berada di sepanjang alur
7
adaksial disertai sel mesofil yang juga membesar yakni sel engsel. Di saat
kekeringan, sel kipas atau sel engsel, atau keduanya, berkurang turgornya dan
memungkinkan daun melipat atau menggulung. Akan tetapi, pengerutan berbagai
sel besar berdinding tipis hanyalah salah satu faktor yang turut serta dalam
peristiwa penggulungan, sebab daun tanpa sel seperti itu juga menggulung jika
kekurangan air. Pengerutan secara diferensial (secara berbeda-beda) pada
jaringan lain, penyebaran sklerenkim, dan kekuatan kohesi di antara jaringan, juga
turut berperan dalam penggulungan dan pelipatan daun. Terbukanya gulungan
daun di saat mekar dari tunas merupakan peristiwa tumbuh yang didasari oleh
pembesaran sel kipas dan mesofil.
8
E. Anatomi Kranz dan Fotosintesis C4
a. Pengertian Tumbuhan C4
Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4 dan CAM adalah
pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Yang dimana pada tanaman yang bertipe C3
produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA.
Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma kloroplas
yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai secara langsung.
Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah produk awal reduksi
CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( hasilnya berupa
asam-asam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung di mesofil daun, yang
terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3 dengan bantuan enzim
karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping mesofil. Tiap molekul CO2
10
yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga mengalami siklus calvin
seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko.
Di akhir tahun 1960an, tiga ahli botani (Kortschak, Hatch dan Slack)
menemukan jalur fotosintesis baru, yang disebut C4 atau jalur fotosintesis Hatch-
Slack. Pada dasarnya inilah yang terjadi. Karbon dioksida menyatu dengan sebuah
senyawa yang disebut PEP (Phosfoenolpiruvat), membentuk sebuah senyawa
karbon-4, malat. Malat ditransfer ke sel-sel lapisan buntalan di daun. Senyawa
karbon-4 ini memberikan karbon dioksida, yang memasuki C3 atau siklus Calvin
di sel lapisan buntalan fotosintetik.
Pada tumbuhan C-4 terdapat pembagian tugas antara 2 jenis sel fotosintetik,
yakni:
Sel mesofil
Sel-sel bundle sheath/ sel seludang-berkas pembuluh.
11
Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpirufat (PEP)
untuk membentuk produk berkarbon empat yaitu oksaloasetat, Enzim PEP
karboksilase menambahkan CO2 pada PEP. Karbondioksida difiksasi dalam sel
mesofil oleh enzim PEP karboksilase. Senyawa berkarbon-empat-malat, dalam hal
ini menyalurkan atom CO2 kedalam sel seludang-berkas pembuluh, melalui
plasmodesmata. Dalam sel seludang –berkas pembuluh, senyawa berkarbon empat
melepaskan CO2 yang diasimilasi ulang kedalam materi organic oleh robisco dan
siklus Calvin.
Daya ikat yang tinggi terhadap CO2 pada tanaman C4, menyebabkan
perbandingan antara pemasukan CO2 dan konduktivitas stomata (kemampuan
stomata menyalurkan H2O persatuan waktu) optimum. Dengan kata lain,
tanaman-tanaman C4 mempunyai efisiensi penggunaan air yang tinggi sehingga
jumlah air yang dikeluarkan untuk sejumlah CO2 yang dimasukkan jauh lebih
sedikit pada tanaman C4 dibandingkan dengan tanaman C3. Pada tanaman C3,
daya ikat yang rendah terhadap CO2 menyebabkan tanaman ini boros dalam
penggunaan air.
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada
tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi
antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil
(sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel
epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel
“bundle sheath” (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana
kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi.
Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2
tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi
sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap
12
CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1
sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan
meningkatnya CO2
13
memakai enzim yang berbeda untuk mengambil CO2 dengan efisien serta
menggunakannya untu menghasilkan asam oksaloasetat yang beratom C empat
buah(sebab itu disebut C4). Asam oksaloasetat dapat dikonversikan menjadi asam
lain, namun sifatnya yang terpenting adalah bahwa asam tersebut semuanya di
angkut ke sel seludang pembuluh, dan di situ diuraikan kembali terbentuk CO2.
Oleh karena CO2 dihimpun di seluruh daun dan kemudian dilepaskan dalam satu
lapisan sel saja, maka tercapai konsentrasi yang amat tinggi. Kloroplas dalam
seludang pembuluh mampu mengambil CO2 karena konsentrasinya tinggi dan
RuBP karboksilase dapat bekerja efisien. Sel seludang pembuluh dalam tumbuhan
C4 berukuran besar dan berisi sejumlah besar kloroplas. Sel-sel itu tersusun radial
terhadap berkas pembuluh, dan pada penampang melintang tampak seperti
rangkaian bunga atau Kranz dalam bahasa Jerman. Pada daun seperti itu jaringan
spons biasanya tak ada. Seludang berkas pembuluh bisa dibentuk oleh satu lapisan
sel saja(khas bagi Panicoideae) atau terdiri dari dua lapisan (sering pada
Festucoideae). Jika hanya ada satu lapisan sel, maka lapisan itu terdiri dari
parenkim berdinding tipis. Pada seludang berlapis dua, bentuk lapisan luar seperti
tersebut di atas, namun lapisan dalam yang dinamakan mestom merupakan
endodermis, dengan lapisan gabus di bagian dalam dari dindingnya. Rumput-
rumputan yang berseludang pembuluh dua lapis memiliki metabolisme C4 atau
C3, namun yang berseludang pembuluh satu lapis di sekeliling tulang daunnya,
semua C4. Metabolisme C4 dan anatomi kranz ditemukan pada 9 familia lain di
samping Poaceae, yakni Amaranthaceae, Aizoaceae, Chenopodiaceae, Asteraceae,
Cyperaceae, Euphorbiaceae, Nyctaginaceae, Portulaccaceae, dan Zygophyllaceae.
Sekitar setengah spesies Poaceae termasuk tumbuhan C4. Tumbuhan C4 berasal
dari daerah tropika dan banyak terdapat di lingkungan xerofitik. Karena jumlah
Angiospermae yang terspesialisasi untuk C4 sedikit, maka peristiwa dianggap
muncul belakangan setelah C3. Metabolisme C4 meningkatkan riset fotosintesis
serta kesadaran tentang adanya hubungan antara metabolisme dan fisiologi,
anatomi, ekologi, evolusi, dan faktor ekonomi seperti produktivitas dan
persaingan dalam tumbuhan.
14
Tumbuhan C3 dan C4 menunjukkan perbedaan struktur ultra yang amat
konsisten. Seludang pembuluh, yang terdiri dari parenkim, penting dalam
membedakan Poaceae C3 dan C4. Pada tumbuhan C3, seludang itu mengandung
organel sedikit dan kloroplas agak kecil sehingga dengan mikroskop cahaya
nampak seperti kosong, yang amat berbeda dengan mesofil yang kaya akan
kloroplas. Pada tumbuhan C4 seludang memiliki sejumlah besar organel, terutama
mitokondria dan mikrobodi, kloroplasnya besar dan berwarma hijau tua, biasanya
lebih besar daripada yang ada di mesofil. Dinding sel seludang agak menebal.
Suatu sifat yang agak konsisten dalam kloroplas seludang pembuluh maupun sel
mesofil tumbuhan C4 adalah adanya retikulum periferal, yakni suatu sistem tubul
yang beranastomosis dan bersebelahan dengan selaput dalam dari membran
kloroplas.
F. Daun Gymnospermae
15
Gambar Penampang Melintang Daun Pinus Nigra
(Hidayat,1995)
Epidermis daun Pinus yang berbentuk jarum terdiri dari sel berdinding
tebal dan dilapisi kutikula tebal. Stomata berada di semua bagian daun dan
bersifat kriptopor, sedangkan sel tetangga bertempat di bagian luar dan di atasnya.
Beberapa lapis hipodermis terdiri dari parenkim serupa serat dan tersklerifikasi,
kecuali di bawah stomata. Mesofil bersifat parenkim. Selnya menunjukkan
invaginasi dinding sel ke arah dalam sel. Mesofil ini berisi kloroplas. Pada mesofil
juga ditemukan saluran harsa. Di tengah daun terdapat satu atau dua berkas
pembuluh yang dikelilingi jaingan transfusi yang terdiri dari trakeid beserta sel
parenkim yang hidup. Sel parenkim berisi tanin, harsa, dan kadang-kadang juga
pati, bergantung pada musim. Trakeid yang paling dekat berkas pembuluh cukup
panjang, namun yang lebih jauh letaknya lebih berbentuk parenkim dan memiliki
dinding tipis, sedikit berlignin, dan noktahnya terlindung. Karena dindingnya
yang lebih tipis, trakeid ini tidak dapat menahan tekanan sel hidup di
sekelilingnya yang turgornya lebih tinggi, sehingga menjadi agak rebah. Dalam
jaringan transfusi di dekat floem ada beberapa sel yang bersitoplasma tebal dan
serupa dengan sel albumin. Berkas pembuluh bersama dengan jaringan transfusi
dikelilingi oleh seludang yang terdiri dari sel berdinding tebal, yakni endodermis.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
B. Saran
18
Daftar Pustaka
19