Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

IKATAN KIMIA

AIDUL
H031 17 1008

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh:

AIDUL
H031 17 1008

Diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 27 September 2017


Asisten

RIZDA ARIFIN
H311 14 505
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Garam dapur adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia NaCl. Garam

dapur berwujud padat, namun rapuh. Garam dapur memiliki titik didih yang sangat

tinggi. Hal ini disebabkan karena sifat dari suatu senyawa kimia termasuk garam

dapur sangat dipengaruhi oleh jenis ikatan kimia dan struktur senyawa tersebut

(Chang, 2007).

Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga

dapat membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa

ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif (atom

yang melepaskan elektron) dan ion negatif (atom yang menangkap elektron).

Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar (Chang, 2007).

Ikatan kimia adalah daya tarik menarik antara atom yang menyebabkan suatu

senyawa kimia dapat bersatu. Kekuatan daya tarik-menarik ini menentukan sifat-sifat

kimia dari suatu zat, dan cara ikatan kimia berubah jika suatu zat bereaksi digunakan

untuk mengetahui jumlah energi yang dilepas atau diabsorbsi selama terjadinya reaksi

(Brady, 1999).

Berdasarkan uraian di atas maka percobaan ikatan kimia perlu dilakukan untuk

mengetahui perbedaan antara senyawa yang memiliki ikatan elektrokovalen dan

ikatan kovalen serta mengetahui reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mempelajari senyawa yang

mempunyai ikatan elektrokovalen dan ikatan kovalen serta mengetahui reaksi

pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrokovalen dan ikatan

kovalen.

2. Membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip pada percobaan ini adalah Menguji beberapa senyawa dengan

mencampurkan senyawa dengan AgNO3, MO, BaCl2, dan KCNS, dan melihat reaksi

yang terjadi, serta hasil yang terbentuk dari reaksi tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

2.1.1 Teori Ikatan Valensi

Valensi (valance) suatu unsur pada hakikatnya ialah jumlah ikatan yang dapat

dibentuk oleh atom dari unsur itu. Angkanya biasanya sama dengan banyaknya

elektron yang diperlukan untuk melengkapi kulit valensinya (Hart, dkk., 2003).

Dalam peristilahan Werner, valensi menunjukkan jumlah ikatan yang dapat

dibentuk oleh suatu atom. Bilangan koordinasi mengacu kejumlah gugus yang terikat

pada atom tertentu. Berhubung banyak senyawa mempunyai ikatan ganda antara

atom, valensi dan bilangan koordinasi tidaklah perlu sama (Pine, 1988).

2.1.2 Teori Orbital Molekul

Teori orbital molekul menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital

molekul (moleculer orbital), yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari

atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.

Perbedaan antara orbital molekul dan orbital atom adalah bahwa orbital atom terkait

hanya dengan satu atom. Orbital molekul ikatan meningkatkan kerapatan elektron

diantara inti-inti dan energinya lebih rendah dibandingkan dengan orbita-orbital atom

secara terpisah (Chang, 2007).

Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengaah pada

pembentukan dua orbital: satu orbital molekul ikatan dan satu orbital molekul
antiikatan. Orbital molekul ikatan (bonding moleculer orbital) memiliki energi yang

lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom

pembentuknya. Orbital molekul antiikatan (antibonding moleculer orbital) memiliki

energi yang lebih tinggi dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan

orbital-orbital atom pembentuknya (Chang, 2007).

2.2 Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah struktur yang terbentuk melalui hubungan elektron dengan

menghubungkan unsur satu dengan unsur yang lain. Ikatan kimia adalah struktur

yang terbentuk antara dua elemen yang merupakan jembatan antar atom untuk

menjaga atom untuk tetap bersama (Temel dan Ӧzcan, 2016).

Atom membentuk ikatan karena senyawa yang dihasilkan lebih stabil

dibandingkan atom tunggal. Energi selalu dilepaskan ketika dibentuk suatu ikatan

kimia (Prasojo, 2012).

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kekuatan ikatan kimia adalah

afinitas. Semakin meningkat afinitas semakin banyak ikatan yang terjadi antar

molekul. Ikatan kimia yang kuat bergantung pada jumlah ikatan molekul dan jenis

ikatannya (Darni dan Utami, 2010).

2.3 Ikatan Ion (Elektrovalen)

Ikatan kimia dapat dibagi dalam dua kategori besar yaitu ikatan ion dan ikatan

kovalen. Disebut terbentuk ikatan ion jika terjadinya perpindahan elektron di antara

atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik-
menarik. Daya tarik-menarik antara io-ion yang bermuatan berlawanan merupakan

suatu ikatan ion (Brady, 1999).

Sifat-sifat umum persenyawaan-persenyawaan elektrovalen (Respati, 1981):

1. Ikatan antara ion-ion adalah gaya tarik-menarik antara 2 muatan listrik yang

berlainan, sehingga tidak ada ikatan yang erat antara ion-ion.

2. Bila kristal dari persenyawaan ion dilarutkan dalam air maka ion-ion terpisah satu

sama lain atau tedisosiasi.

3. Pasangan ion dalam ikatan ion mempunyai dipol moment listrik yang besar,

sehingga ppasangan-pasangan ion ini akan melekat pada pasangan-pasangan lain,

maka umumnya persenyawaan ini merupakan zat padat yang sukar menguap.

4. Persenyawaan pada ikatan ion umumnya larut dalam air.

2.4 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen (covalent bond) adalah ikatan yang terbentuk dari pemakaian

bersama dua elektron oleh dua atom. Senyawa kovalen (covalent compound) adalah

senyawa yang hanya mengadung ikatan kovalen (Chang, 2007).

Sifat umum persenyawaan yang mempunyai ikatan kovalen antara lain bentuk

molekul senyawa kovalen tetap, baik senyawa yang bersangkutan dalam fasa padat,

cair, ataupun gas. Dalam fasa padat molekul senyawa kovalen membentuk kristal

molekul dengan gaya tarik “van der Waal” antara molekul yang satu dengan molekul

yang lain. Bentuk kristal molekul selalu sama dengan bentuk satuan kisi kristalnya.

Bentuk molekul senyawa kovalen diatomik selalu linear, tetapi bentuk molekul

poliatomik selalu bervariasi (Sukardjo, 1988).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaCl, AgNO3, CHCl3,

KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl, metil jingga (MO), BaCl2,

K4Fe(CN)6, CuSO4, NH4OH, FeCl3 dan kertas label.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes

berskala, sikat tabung, rak tabung, tissue roll dan labu semprot.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Nitrat (AgNO3)

Disiapkan 3 buah tabung reaksi, masing-masing tabung reaksi diisi dengan

1 mL AgNO3. Tabung reaksi pertama ditetesi NaCl, tabung reaksi kedua ditetesi

CCl4, tabung reaksi ketiga ditetesi CHCl3, masing-masing tabung sebanyak 3-5 tetes.

Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan Indikator Metil Jingga (MO)

Disiapkan 3 buah tabung reaksi, tabung reaksi pertama diisi dengan HCl,

tabung reaksi kedua diisi dengan CH3COOH, tabung reaksi ketiga diisi dengan

C2H5OH, volume masing-masing tabung sebanyak 2,5 mL. Tiap tabung ditetesi

dengan indikator metil jingga (MO) sebanyak 2-3 tetes dan amati hal yang terjadi.
3.3.2 Pengendapan Garam Hidroksida

3.3.2.1 Reaksi dengan Amonium Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 1 mL

CuSO4. Masing-masing tabung ditetesi dengan larutan amonium hidroksida beberapa

tetes, lalu ditambahkan berlebih sampai tidak terjadi endapan, tabung reaksi pertama

ditambah dengan larutan BaCl2 sebanyak 2-3 tetes, tabung reaksi kedua ditambah

dengan K4Fe(CN)6 sebanyak 2-3 tetes. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang

terjadi.

3.3.2.1 Reaksi tanpa Amonium Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 1 mL

CuSO4, tabung reaksi pertama ditambah dengan larutan BaCl2 sebanyak 2-3 tetes,

tabung reaksi kedua ditambah dengan K4Fe(CN)6 sebanyak 2-3 tetes. Diperhatikan

dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.4 Reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama diisi dengan FeCl3

sebanyak 1 mL, tabung reaksi kedua diisi dengan K3Fe(CN)6 sebanyak 1 mL.

Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2-3 tetes KCNS. Diperhatikan dan dicatat

perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan garam nitrat.

Larutan Ditambah AgNO3 Keterangan


NaCl Larutan keruh, endapan putih. Ikatan ion
CCl4 Larutan tidak berwarna, tidak terdapat endapan. Ikatan kovalen
CHCl3 Larutan tidak berwarna, tidak terdapat endapan Ikatan kovalen

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

Percobaan pengendapan garam nitrat bertujuan untuk menentukan senyawa

ikatan ion atau kovalen. Ikatan ion dalam pelarutnya akan terurai menjadi ion-ion,

sedangkan ikatan kovalen tidak demikian. Dalam percobaan ini, dilakukan dengan

menambahkan AgNO3 berfungsi mengendapkan senyawa tersebut membentuk garam

nitrat. NaCl ditambahkan AgNO3 membentuk endapan putih, sedangkan CCl4 dan

CHCl3 tidak terjadi reaksi. NaCl termasuk ikatan ion, sedangkan CCl4 dan CHCl3

termasuk ikatan kovalen. Sehingga, untuk menentukan ikatan ion dan kovalen dapat

digunakan cara ini yaitu mereaksikan dengan garam nitrat.


Tabel 2. Reaksi dengan indikator metil jingga (MO).

Larutan Ditambah MO Keterangan

HCl Larutan orange, endapan merah. Asam kuat

CH3COOH Larutan orange, tidak ada endapan. Asam lemah

C2H5OH Larutan kuning, tidak ada endapan. Basa

Percobaan reaksi dengan indikator metil jingga (MO) bertujuan untuk

mengetahui tingkat keasaman beberapa senyawa, mengetahui reaksi senyawa dengan

indikator metil jingga (MO). Penambahan indikator metil orange berfungsi untuk

titrasi asam basa. Hasil percobaan menunjukkan HCl merupakan asam kuat berwarna

merah setelah ditambahkan metil jingga (MO). CH3COOH adalah asam lemah

berwarna orange setelah ditambahkan metil jingga (MO). C2H5OH adalah asam

lemah yang mendekati basa. Tingkat keasaman dari tinggi ke rendah yaitu HCl,

CH3COOH, C2H5OH dan ikatannya adalah semakin tinggi tingkat keasamannya

maka ikatannya semakin kuat pula. Begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat

keasaman suatu larutan, baik itu mengandung senyawa ion (elektrovalen) ataupun

senyawa kovalen maka ikatan senyawanya akan semakin lemah pula. Sehingga

keasaman dalam penentuan larutan kovalen dan ionik dapat dijadikan sebagai

penanda. Selain itu, dengan bantuan indikator metil jingga (MO) kita dapat

mendeteksi jenis ikatan pada suatu larutan kimia. Oleh karena itu, dari sampel diatas

dapat diketahui bahwa ikatan kovalen lebih kuat daripada ikatan ionik (elektrovalen).
Tabel 3. Pengendapan garam hidroksida.

Ditambah Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6

CuSO4 + NH4OH Warna biru muda Warna menjadi Senyawa

Sedikit dan endapan biru coklat dan endapan kompleks

tua. coklat tua.

CuSO4 + NH4OH Warna biru muda Tidak berwarna, Senyawa

Berlebih dan endapan biru endapan coklat tua. kompleks

tua.

CuSO4 Warna biru muda Warna coklat tua Bukan senyawa

dan endapan putih. kemerah-merahan kompleks

keruh dan tidak ada

endapan.

CuSO4 + 2NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

- Cu(NH3)4SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

- Cu(NH3)4SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2 [Fe(CN)6] +

2K2SO4

CuSO4 + 4 NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4SO4 + 4 H2O

- Cu(NH3)4 SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4


- Cu(NH3)4SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6] +

2K2SO4

CuSO4 + BaCl2 CuCl2 + BaSO4

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

Percobaan pengendapan garam hidroksida bertujuan untuk membedakan

apakah termasuk senyawa kompleks atau bukan kompleks. Dimana CuSO4 ditambah

NH4OH sedikit, ditambah BaCl2 terjadi pengendapan dan termasuk senyawa

kompleks. Senyawa kompleks dapat dibuktikan dengan 2 cara yaitu terjadi endapan

atau perubahan warna, yang mengalami perubahan warna apabila CuSO4 ditambah

NH4OH sedikit ataupun berlebih ditambahkan dengan K4Fe(CN)6, hal ini

membuktikan bahwa penambahan BaCl2 akan mengalami pengendapan dan

penambahan K4Fe(CN)6 akan menyebabkan perubahan warna.

Tabel 4. Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS).

Larutan Ditambah KCNS Keterangan

FeCl3 Larutan berwarna merah kecoklatan Senyawa kompleks

K4Fe(CN)6 Tidak mengalami perubahan warna Bukan senyawa kompleks

FeCl3 + 3KCNS Fe(CNS)3 + 3KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi


Percobaan reaksi pembentukan senyawa kompleks bertujuan untuk

membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks dengan melihat apakah terjadi

perubahan warna atau tidak, berbeda dengan percobaan 3 yang juga melihat adanya

endapan, FeCl3 ditambah KCNS mengalami perubahan warna menjadi merah

kecoklatan dan termasuk senyawa kompleks dan senyawa K3Fe(CN)6 ditambah

KCNS tidak mengalami perubahan warna dan bukan termasuk senyawa kompleks.

KCNS berfungsi untuk sebagai pendeteksi warna.

Semua percobaan yang dilakukan baik percobaan untuk membedakan ikatan

elektrovalen dengan ikatan kovalen maupun percobaan untuk membedakan reaksi

pembentukan senyawa kompleks dengan bukan kompleks, diperoleh hasil yang

sesuai dengan teori ikatan kimia.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa ikatan ion dan ikatan kovalen

dapat dibedakan berdasarkan terjadinya endapan. Apabila terbentuk endapan maka

termasuk ikatan ion dan apabila tidak terbentuk endapan maka termasuk ikatan

kovalen. Ikatan kovalen akan semakin kuat apabila tingkat keasaman suatu senyawa

semakin tinggi.

Senyawa kompleks dan bukan kompleks dapat dibedakan dengan dua cara yaitu

adanya pengendapan dan adanya perubahan warna. Termasuk senyawa kompleks

yaitu jika terjadi perubahan warna atau terbentuk endapan, begitupun sebaliknya

bukan senyawa kompleks apabila tidak terjadi perubahan warna atau pengendapan.

5.2 Saran

Dalam melakukan percobaan ini, sebaiknya lebih teliti lagi. Selain itu, bahan

serta kebersihan alat yang digunakan lebih diperhatikan agar tidak terjadi keselahan

pada hasil percobaan.


DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi ke-5 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Chang, R. 2007. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Darni, Y., dan Utami, H., 2010, Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat Mekanik
dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum, Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan, 7(4): 88-93.
Hart, Harold. Craine, Leslie E. dan Hart, David J. 2003. Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga.
Layli Prasojo, S. 2009. Kimia Organik 1 Jilid 1. Yogyakarta: Novena.
Pine, Stanley H. dkk. 1988.Kimia Organik Terbitan Keempat. Bandung: Penerbit ITB.
Respati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Aksara Baru.
Sukardjo, 1988, Bentuk Molekul Senyawa Kovalen, Problema dan Pemecahannya
dalam Pengajaran Ilmu Kimia, Jurnal Cakrawala Pendidikan.
Temel, S., dan Ӧzcan, Ӧ., 2016, The Analysis of Prospective Chemistry Theacher’s
Cognitive Structure: The Subject of Covalent and Ionic Bonding, Eurasia
Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 12(8).
Lampiran 1. Bagan Kerja Percobaan

1. Pengendapan Garam Nitrat

NaCl CCl4 CHCl3

- Ditambahkan dengan larutan

AgNO3 sebanyak 2–3 tetes.

- Perubahan yang terjadi diamati

Hasil dan dicatat.

2. Reaksi dengan Indikator Metil Jingga (MO)

HCl CH3COOH C2H5OH

- Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi.

- Ditambahkan metil jingga (MO) 2-3 tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

3. Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4 + NH4OH CuSO4 + NH4OH (berlebih) CuSO4


(sedikit)

- Masing-masing larutan dimasukkan ke


dalam 6 tabung reaksi yang berbeda-
beda. Setiap larutan dalam 2 tabung
reaksi. Ditambahkan NH4OH sampai
tidak terjadi endapan.
- Tabung reaksi (1), (3) dan (5) ditetesi
BaCl2, tabung reaksi (2) , (4) dan (6)
ditetesi K4Fe(CN)6.
- Perubahan yang terjadi diamati dan
dicatat.

Hasil

4. Reaksi Dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

FeCl3 K4Fe(CN)6

- Ditambahkan KCNS 2-3 tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Gambar Percobaan

Gambar 1. Pengendapan garam nitrat

Gambar 2. Reaksi dengan Indikator metil jingga (MO).

Gambar 3. Pengendapan garam hidroksida.


Gambar 4. Reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS).

Gambar 5. Foto bersama kakak asisten tercantik.

Anda mungkin juga menyukai