Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Strandar Oprasional Prosedur Pemasangan EKG

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah

Keperawatan Kritis pada Semester Ganjil Tahun ajaran 2019/2020

Disusun oleh :

Yori Dilariyadi 1420116002


Monika Anggelia Tumbol 1420116004
Cindy Medika P 1420116009
Nopia Dewi 1420116010
Sendy Firda Juliana Putri 1420116012
Midzi Nur Oktavani 1420116013
Michael Meyer 1420116030
Natalia Magdalena 1420116039
Novuta Dewi 1420116046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Standar Oprasional Prosedur Pemasangan EKG” .

Selama proses penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari kesulitan baik secara
materi maupun pengumpulan data. Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari
semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pembelajaran ini banyak sekali kekurangan dan
kesalahan baik secara teknis maupun non teknis, oleh karena itu penulis dengan lapang dada
dan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
perbaikan selanjutnya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
pembaca lain. Terimakasih untuk semua kritikan dan saran yang telah diberikan. Semoga
Tuhan YME melimpahkan rahmat dan kemudahan kepada kita semua.

Bandung, 21 Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat otot jantung
secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, perekaman EKG sebagai cara pemeriksaan
tidak invasif, sudah tidak dapat lagi dihilangkan dari klinik. Sejak di introduksinya
galvanometer berkawat yang diciptakan oleh EINTHOVEN dalam tahun 1903,
galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rekor perangkat sangat peka
dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt.

Perbedaan tegangan ini terjadi pada luapan dan imbunnan dari serat-serat otot jantung.
Perbedaan tegangan ini dirambatkan ke permukaan tubuh dan diteruskan ke sandapan-
sandapan dan kawat ke perangkat penguat EKG. Aktivitas listrik mendahului
penguncupan sel otot.Tidak ada perangkat pemeriksaan sederhana yang begitu banyak
mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain daripada EKG.

Dengan demikian masalah-masalah diagnostik penyakit jantung dapat dipecahkan dan


pada gilirannya pengobatan akan lebih sempurna.Namun kita perlu diberi peringatan
bahwa EKG itu walaupun memberikan banyak masukkan, tetapi hal ini tak berarti tanpa
salah. Keluhan dan pemeriksaan klinik penderita tetap merupakan hal yang penting.

EKG seorang penderita dengan Angina Pectoris dan pengerasaan pembuluh darah
koroner dapat memberikan rekaman yang sama sekali normal oleh karena itu EKG harus
selalu dinilai dalam hubungannya dengan keluhan-keluhan dan keadaan klinis penderita.

Pada waktu sekarang, EKG sebagai perangkat elektronis sederhana sudah digunakan
secara luas pada praktek-praktek dokter keluarga, rumah-rumah perawatan, dalam
perusahaan, pabrik-pabrik atau tempat-tempat pekerjaan lainnya. Dengan demikian
pemeriksaan EKG dapat secara mudah dan langsung dilakukan pada penderita-penderita
yang dicurigai menderita penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak ditemukan
dan banyak menyebabkan kematian. Didalam bab ini akan dibicarakan beberapa aspek
penggunaan EKG umum dalam bidang kardiovaskuler.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemasangan EKG dan cara membaca hasil EKG

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana SOP dari pemasangan EKS dan untuk mengetahui
bagaimana cara membaca hasil dari EKG
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III SOP EKG
BAB IV PENUTUP
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Elektrokardiografi adalah Suatu teknik pemeriksaan jantung dan pembuluh darah
besar dengan menggunakan gelombang suara – ultra (Ultrasaund). Pemeriksaan ini
merupakan suatu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, menentukan
tatalaksana, dan memprediksi prognosis kasus – kasus penyakit jantung dan
pembuluh darah. (Menurut Amiliana, 2012)

B. Anatomi Jantung dan Sistem Konduksi

Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagi pompa, yaitu atrium kanan dan
kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan fungsional antara atrium dan ventrikel
diselenggarakan oleh jaringan susunan hantar khusus yang menghantarkan impuls
listrik dari atrium ke ventrikel.

Sistem konduksi jantung teridiri dari nodus Sinoatrial (SA), nodus Atrioventrikular
(AV), berkas his dan serabut-serabut purkijnje. Nodus SA (SAN) terletak pada
pertemuan antara vena kava superior dengan atrium kanan. Sel-sel dalam SAN secara
otomatis dan teratur mengeluarkan impuls dengan frekuensi 60-100 kali/ menit.
Nodus AV (AVN) terletak di atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium
kanan. Sel-sel dalam AVN mengeluarkan impuls lebih rendah dari SAN yaitu 40-60
kali/ menit. AVN kemudian menjadi berkas his yang menembus jaringan pemisah
miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada septum
ventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi berkas kanan (right bundle branch)
dan berkas kiri (left bundle branch). RBB dan LBB kemudian menuju endokardium
ventrikel kanan dan kiri, berkeas tersebut bercabang menjadi serabut-serabut purkinje.
Serabut purkinje mampu mengelurakan impuls dengan frekuensi 20-40 kali/ menit.
Gambar 1.1. Struktur sistem konduksi

Jantung dan Elektrokardiogram (EKG)


Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai pompa ganda

sistem kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru sedangkan sisi

kiri memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung mempunyai empat ruangan,

atrium kanan dan kiri , ventrikel kanan dan kiri.

Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat

membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan impuls

listrik terjadi dalam sistem penghantar jantung. Adapun jalur hantaran listrik

jantung normal terjadi dalam urutan berikut : nodus sinoatrial (SA) - nodus

atrioventrikular (AV) – berkas His – cabang berkas – serabut purkinje – otot

ventrikel.
Gambar 1. Sistem Kelistrikan Pada Jantung

Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik yang lemah

dan menyebar melalui tubuh. Kegiatan impuls listrik pada jantung ini dapat

direkam oleh elektrokardiograf dengan meletakkan elektroda- elektroda ke

berbagai permukaan tubuh (sadapan/leads). Rekaman grafik potensial-potensial

listrik yang ditimbulkan oleh jaringan jantung ini disebut sebagai

elektrokardiogram (EKG) [Khandpur.1997].

Sebuah perangkat elektrokardiograf yang penampil outputnya berupa plotter akan

menampilkan hasil perekaman pada sebuah kertas grafik millimeter blok seperti

pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Pulsa Jantung Normal


Pada Gambar 2 di atas, suatu pulsa jantung normal manusia memiliki nilai

magnitude sebesar 1.1 mV, hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumlah kotak

dari titik Q ke titik R, dimana jumlah kotak tersebut ada 11 kotak. Masing-masing

kotak sama dengan 0.1 mV, sehingga 11 kotak sama dengan 1.1 mV.

Tabel 1. Karakteristik Elektrokardiogram


Defleksi Deskripsi
Gelombang P gelombang yang timbul karena depolarisasi
atrium dari nodus sinoatrial ke nodus
atrioventrikular
Gelombang Q defleksi negatif pertama sesudah
gelombang P dan yang mendahului defleksi
R, dibangkitkan oleh depolarisasi
permulaan ventrikel
Gelombang R defleksi positif pertama sesuadah
gelombang P dan yang ditimbulkan oleh
depolarisasi utama ventrikel.
Gelombang S defleksi negatif sesudah defleksi R.
Keseluruhan depolarisasi ventrikel ini
membangkitkan gelombang QRS kompleks.
Gelombang T gelombang yang timbul oleh repolarisasi
ventrikel.

Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran

impuls/sinyal pada jantung. Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana otot-otot

jantung tidak melakukan aktifitas sementara (istirahat). Fase defleksi merupakan

penyebaran proses depolarisasi.

Sebuah sinyal yang didapat dari elektrokardiogram normal memiliki ciri-ciri

seperti tertera pada Tabel 2. [Ekananda. 2008]


Tabel 2. Ciri-ciri Elektrokardiogram Normal
Gelombang EKG Amplitudo Interval EKG Durasi

P < 0.3 mV P-R 0.12 – 0.20 detik

R 1.6 – 3 mV Q-T 0.35 – 0.44 detik

Q 25 % dari R S-T 0.05 – 0.15 detik

T 0.1 – 0.5 mV Q-R-S 0.06 – 0.10 detik

C. Sandapan EKG
Rekaman EKG diperoleh dengan memasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-
temoat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena
penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.

Terdapat dua jenis sandapan (lead) pada EKG yaitu sandapan bipolar dan unipolar.
Sandapan bipolar hanya dapat merekam perbedaan potensial dari dua elektroda yang
terbagi menjadi tiga, sedangkan sandapan unipolar terbagi menjadi dua.

Sandapan bipolar terdiri dari lead I, lead II, dan lead III. Lead I merekam beda potensial
antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan
negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+). Lead II merekam beda potensial antara
tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-)
dan kaki kiri bermuatan positif (+). Lead III merekam beda potensial antara tangan kiri
(LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kiri bermuatan negatif (-) dan kaki kiri
bermuatan positif (+). Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga
sama sisi yang lazim disebut segi tiga EINTHOVEN.
Gambar 1.2 Segitiga Einthoven

Sandapan unipolar terbagi menjadi dua sandapan yaitu sandapan unipolar ekstermitas
dan unipolar precordial. Sandapan unipolar ekstremitas merekam beda potensial listrik
pada satu ekstremitas, elektroda ekplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur.
Gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen
(potensial 0). Sandapan unipolar ekstremitas terdiri dari sandapan avR, sandapan avL,
dan sandapan avF. Sandapan avR merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA),
dimana tangan kanan bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki kirimembentuk
elektroda indiferen. Sandapan avL merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA),
dimana tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen. Sandapan avF merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana
kaki kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda
indifern.

Sandapan unipolar ke dua yaitu sandapan unipolar precordial, sandapan ini merekam
potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi yang ditempatkan di
beberapa tempat dinding dada. Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan
ketiga elektroda ekstremitas. Letak sandapan meliputi V1, V2, V3, V4, V5, dan V6. V1
terletak di ruang interkosta IV garis sternal kanan, V2 terletak di ruang interkosta IV
garis sternal kiri, V3 terletak di pertengahan V2 dan V4, V4 terletak di ruang interkosta
V garis midklavikula kiri, V5 sejajar V4 garis aksila depan, dan V6 sejajar garis aksila
tengah.
Gambar 1.3. Letak sandapan EKG

Umumnya perekaman EKG lengkap dobuat 12 lead (sandapan), akan tetapi pada
keadaan tertentu perekaman dibuat sampai V7, V8, dan V9 atau V3R dan V4R

D. Kertas EKG

Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertikal
dengan jarak 1 mm (sering disebut kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada
setiap 5 mm (disebut kotak beasr). Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1
mm = 0,04 detik, sedangkan 5 mm = 0, 20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase,
dimana 1 mm = 0,1 miliVolt, sedangkan setiap 10 mm = 1 miliVolt.

Pada praktik setiap hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 miliVolt. Kalibrasi yang
biasanya dilakukan adalah 1 miliVolt, yang menimbulkan defleksi 10 mm. pada keadaan
tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm atau
diperkecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat pada saat
perekaman EKG sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah bagi yang
membacanya.

E. Kurva EKG

Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel. Proses
listrik ini terdiri dari depolarisasi atrium, repolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan
repolarisasi ventrikel.

Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal memperlihatkan
3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi
ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG, karena disamping
intesitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan dengan depolarisasi
ventrikel yang mempunyai intesitas yang jauh lebih besar. Kurva EKG normal terdiri
dari gelombang P, Q, R, S, dan T serta kadang terlihat delombang U. Selain itu juga ada
beberapa interval dan segmen EKG.

Gambar 1.4. Bentuk gelombang EKG

Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium. Gelombang P yang


normal yaitu lebar kurang dari 0,12 detik, tinggi kurang dari 0,3 miliVolt, selalu positif
di lead II dan selalu negatif di lead avR.

Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel. Gelombang QRS


yang normal yaitu lebar 0,06-0,12 detik dan tinggi tergantung lead. Gelombang QRS
terdiri dari gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Gelombang Q adalah defleksi
negative pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang normal yaitu lebar kurang
dari 0,04 detik, tinggi/ dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R. Gelombang Q abnormal
disebut gelombang Q patologis. Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada
gelombang QRS. Gelombang R umumnya positif di lead I, II, V5, dan V6. Di lead avR,
V1, dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali. Gelombang S adalah
defleksi negative sesudah gelombang R. di lead avR dan V1 gelombang S terlihat dalam,
dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang dalamnya.

Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang


T positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di avR.

Gelombang U adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum


gelombang P berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U masih belum diketahui
namun diduga akibat repolarisasi lambat sistem konduksi interventrikel.

Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.


Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik. Ini merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas His sampai permulaan
depolarisasi ventrikel.

Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. segemn ini
umumnya isoelektris, tetapi pada lead precordial dapat bervariasi dari - 0,5 sampai + 2
mm. segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun disebut ST depresi.

F. Cara Menilai EKG


1. Menentukan Frekuensi (Hearth Rate)

Cara menentukan frekuensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3


cara yaitu:

a. 300____________
Jumlah kotak besar antara R-R
b. 1500___________
Jumlah kotak kecil antara R-R
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 10 atau
ambil EKG 12 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan dengan 5.

2. Menentukan Irama Jantung (Rhythm)

Dalam menentukan irama jantung, urutan yang harus ditentukan adalah sebagai
berikut:

a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak

b. Tentukan berapa frekuensi jantung (HR)

c. Tentukan gelombang P normal atau tidak

d. Tentukan interval PR normal atau tidak

e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak

f. Interpretasi

Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka iramanya
disebut irama sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus (SR) adalah irmanya
teratur, frekuensi jantung antara 60-100 kali per menit, gelombang P normal,
setiap gelombang P selalu diikuti gelombang GRS dan T, interval PR normal
(0,12-0,20 detik), gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik), semua gelombang
sama.
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut disebut disritmia. Disritmia
terdiri dari disritmia yang disebebakan oleh gangguan pembentukan impuls dan
disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls.

Disritmia yang disebabkan oleh gangguan pembentukan imupls terdiri dari:

a. Nodus SA
1) Takikardi Sinus (ST)
2) Bradikardi Sinus (SB)
3) Aritmia sinus
4) Sinus Arrest
b. Atrium
1) Ekstrasistolal atrial (AES/PAB/PAC)
2) Takikardi atrial (PAT)
3) Flutter atrial
4) Fibrilasi atrial
c. Nodus AV
1) Irama junctional (JR)
2) Ekstrasistolal junctional (JES/PJB/PJC)
3) Takikardi junctional
d. Supraventrikel
1) Ekstrasistol supraventrikel (SVES)
2) Takikardi supraventrikel (SVT)
e. Ventrikel
1) Irama idioventrikel (IVR)
2) Ekstrasistol ventrikel (VES/PVB/PVC)
3) Takikardi ventrikel (VT)
4) Fibrilasi ventrikel (VF)

Disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls:

a) Nodus SA
Blok sinoatrial (SA Block)
b) Nodus AV
1) Blok AV derajat I
2) Blok AV derajat II
3) Tipe Mobitz I (Wenckebach)
4) Tipe mobitz II
5) Blok AV derajat III (total AV blok)
c) Interventrikuler
1) Right bundle branch block (RBBB)
2) Left bundle branch block (LBBB)
3. Menentukan sumbu jantung (axis)

Untuk menentukan axis dapat dapat dipakai bebrapa cara, yang paling mudah
adalah dengan menghitung QRS rata-rata di bidang frontal. Axis normal
terletak antara -30 sampai +110 derajat.

Gambar 1.5. Axis

Deviasi axis ke kiri (LAD) antara -30 sampai – 90 derajat dan deviasi axis
kanan (RAD) antara +110 sampai -180 derajat.

4. Menentukan adanya tanda hipertrofi

a. Hipertrofi atrium kanan (RAH)

Ditandai dengan adanya gelombang P yang lancip dan tinggi paling jelas
terlihat di lead I dan lead II, biasanya disebut P-Pulmonal.

b. Hipertrofi atrium kiri (LAH)

Ditandai dengan adanya gelombang P yang lebar dan berlekuk, paling jelas
terlihat di lead I dan II, biasa disebut gelombang P-Mitral.

c. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH)

Ditandai dengan gelombang R lebih besar dari gelombang S pada lead


precordial kanan, VAT > 0,03 detik di V1, gelombang S menetap di V5/
V6, depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V1-V3, dan RAD.

d. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH)

Ditandai dengan gelombang R pada V5/V6 lebih dari 27 mm atau


gelombang S di V1 + gelombang R di V5/V6 lebih dari 35 mm, VAT >
0,05 detik di V5/V6, depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di
V5/V6, dan LAD.

5. Menentukan adanya tanda iskemia/ infark miokard

Iskemia miokard ditandai dengan adanya depresi segmen ST atau gelombang T


terbalik. Sedangkan infark miokard, gambaran yang paling diagnostik adalah
gelombang Q patologis. Pada fase akut umumnya gelombang Q patologis
disertai adanya elevasi segmen ST, sedangkan pada fase sub akut atau recent
gelombang Q patologis disertai gelombang T terbalik. Pada fase old gambaran
EKG berupa gelombang Q patologis, segmen ST dan gelombang T normal
kembali.

Adapun untuk menentukan lokasi iskemia atau infark digunakan ketentuan


sebagai berikut:

a. Anterior kelainannya di V2-V4

b. Anteroseptal kelainannya di V1-V3

c. Anterolateral kelainnanya di I, AVL, V5-V6

d. Ekstensif anterior kelainannya di I, AVL, V1-V6

e. Inferior kelainannya di II, III, dan AVF

f. Posterior kelainannya di V1-V2 (resipokal)

Ventrikel kanan kelainannya di V1, V3R, dan V4R


BAB III

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR EKG

A. MELAKUKAN REKAMAN EKG

No Langkah Klinik
a. Melakukan persiapan alat antara lain :
1. Alat EKG lengkap dan siap pakai
2. Kapas alkohol dalam tempatnya
3. Kapas / kasa lembab

b. Mempersiapkan pasien
1. Pertama-tama pemeriksaan melakukan penejelasan kepada
pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Menyuruh pasien untuk tidur terlentang datar

C.
1. Melakukan cuci tangan
2. Membuka dan melonggarkan pakaian pasien bagian atas. Bila pasiennya
memakai jam tangan, gelang dan logam lain dilepas.
3. Membersihkan kotoran dan lemak menggunakan kapas pada daerah dada,
kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi pemasangan manset
elektroda
4. Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda. Bila tidak ada jelly,
gunakan kapas basah
5. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai
6. Memasang arde
7. Menghidupkan monitor EKG
8. Menyambung kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai pasien, untuk rekam ekstremitas lead (lead I, II, III, aVR, aVF,
AVL) dengana cara sebagai berikut :
- Warna merah pada tangan kanan
- Warna hijau pada kaki kiri
- Warna hitam pada kaki kanan
- Warna kuning pada tangan kiri
9. Memasang elektroda dada untuk rekaman precordial lead :
- Sela iga ke 4 pada garis sternal kanan = V1
- Sela iga pada garis sternal kiri = V2
- Terletak diantara V2 & V4 adalah = V3
- Ruang iga ke 5 pada garis tengah klavikula = V4
- Garis aksila depan sejajar dengan V4 = V5
- Garis aksila tengah sejajar dengan V4 = V6
- Garis aksila belakang sejajar dengan V4 = V7
- Garis skapula belakang sejajar dengan V4 = V8
- Batas kiri dari kolumna vertebra sejajar dengan V4 = V9
- Lokasi sama dengan V3 tetapi pada sebelah kanan = V3R
- V7 V3R kadang diperlukan
10. Melakukan kalibrasi 10 mm dengan keadaan
25 mm/volt/detik
11. Membuat rekaman secara berurutan sesuai
dengan pilihan lead yang terdapat pada mesin
EKG

12. Melakukan kalibrasi kembali setelah perekaman selesai


13. Memberi identitas pasien hasil rekaman :
nama, umur, tanggal dan jam rekaman serta
nomor lead dan nama pembuat rekaman EKG
14. Merapikan alat-alat
15. Melakukan cuci tangan kembali

B. INTERPRETASI REKAMAN HASIL EKG

No Langkah Klinik
1. Melihat hasil rekaman EKG dengan
memperhatikan identitas pasien
2. Menetukan apakah rekaman ini sudah
sesuai dengan standar dan layak di
interpretasi
3. Melakukan penilaian secara sistematis yaitu :
a. Menentukan irama jantung dan pembuluh darah
b. Menetapkan frekuensi jantung
c. Menentukan Arah aksis (sumbu) elektris jantung
d. Menentukan bentuk gelombang P
e. Menentukan bentuk gelombang QRS
f. Menentukan posisi segment ST
g. Menentukan bentuk gelombang T
h. Menentukan bentuk gelombang U
4. Melakukan interpretasi EKG secara keseluruhan
5. Menyerahkan hasil rekaman EKG kepada
yang berkepentingan
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Elektrokardiografi adalah Suatu teknik pemeriksaan jantung dan pembuluh


darah besar dengan menggunakan gelombang suara – ultra (Ultrasaund).
Pemeriksaan ini merupakan suatu pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis, menentukan tatalaksana, dan memprediksi
prognosis kasus – kasus penyakit jantung dan pembuluh darah. (Menurut
Amiliana, 2012)
Dengan jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai
pompa ganda sistem kardiovaskular dengan Kertas EKG, Sandapan EKG,
Kurva EKG dan menilai EKG.
DAFTAR PUSTAKA

Setiati, siti dkk. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing
Jenkins Peggy. (2013) Nurse to Nurse Interpetasi EKG. Jakarta : Salemba
Medika
Thaler Malcom S. (2015). Satu-satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan.
Edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai