Disusun Oleh:
1. Ainirahmah Ismaraniah N
2. Etyka Rahmasari
3. Jabborov Behzod
4. Yurika Dewi Safitri Liza
5. Raka Ade Dwi Cahaya
Kelas: 3 KIA
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
2
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan ................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 5
2.1 Pengertian Alkena dan Alkuna ........................................................ 6
2.2 Tata Nama dan Isomer Alkena dan Alkuna ..................................... 7
2.3 Reaksi – Reaksi pada Alkena dan Alkuna ....................................... 9
2.4 Cara Pembuatan Alkena dan Alkuna ............................................... 9
2.5 Kegunaan Alkena dan Alkuna ....................................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 12
3.2 Saran .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
3
padatannya (CnH2n+2). Alkana dapat diperoleh dari alkena atau alkuna dengan menambah 1 atau
2 mol hidrogen.Senyawa dengan lebih satu ikatan rangkap atau ikatan rangkap tiga memang ada.
Jika terdapat dua ikatan rangkap, senyawa ini disebut alkadiena atau lebih umum disebut diena.
Adapula triena, tetraena, dan bahkan poliena (senyawa dengan banyak ikatan rangkap, dari kata
Yunani poli, berarti banyak). Poliena menyebabkan warna pada wortel dan tomat.
Hidrokarbon alkena dan alkuna mempunyai sifat fisika yang sangan mirip. Semua berupa
senyawa tak berwarna, tak larut atau hanya sedikit sekali larut dalam air, tetapi sangan larut
dalam pelarut nonpolar. Hidrokarbon dengan bobot molekul rendah, C1 sampai C5, adalah gas,
yang bobot molekulnya tinggi berupa zat padat. Titik didih dan titik leleh yang sebenarnya untuk
molekul yang sama banyak atom karbonnya, beraneka bergantung pada ada tidaknya ikatan
rangkap, ganda tiga, dan banyak serta macam percabangannya. Semua hidrokarbon dapat dibakar
dalam oksigen maupun udara untuk menghasilkan karbon dioksida dan air.
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui pengertian alkena dan alkuna
2 Untuk mengetahui tata nama dan isomer alkena dan alkuna
3 Untuk mengetahui reaksi-reaksi pada alkena dan alkuna
4 Untuk mengetahui cara pembuatan alkena dan alkuna
5 Untuk mengetahui kegunaan alkena dan alkuna
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
B Alkuna
Alkuna ialah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan ganda tiga : asetilena
(CH≡CH) adalah alkuna tersederhana. Senyawa ini mempunyai rumus umum CnH2n-2
dan mempunyai satu ikatan rangkap tiga.
NAMA RUMUS MOLEKUL
ETUNA C2H2
PROPUNA C3H4
BUTUNA C4H6
PENTUNA C5H8
HEKSUNA C6H10
6
HEPTUNA C7H12
OKTUNA C8H14
NONUNA C9H16
DEKUNA C10H18
7
Isomer rantai pada alkena teradi karena rantai karbon berubah misalnya dari
lurus menjadi bercabang tetapi posisi ikatan rangkap tetap, contoh:
b. Isomer Posisi
Isomer yang terbentuk karna perbedaan posisi ikatan rangkap yang
dimilikinya, contohnya:
c. Isomer Geometri
Isomer yang terjadi karena perbedaan letak bidang yang terdapat pada
gugus yang sama. Cis jika gugus yang sama terletak pada posisi yang sama (lurus)
dan trans jika posisi gugus yang sama berseberangan. Contoh:
8
Alkuna
Seperti alkena, senyawa isomer tidak dijumpai setelah sekurangnya terdapat 4
atom karbon. Isomer alkuna terletak pada butuna (C4H6).
a. isomer rantai (kerangka)
b. isomer
posisi
2 Reaksi Polimerisasi
Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul sederhana
(monomer) menjadi molekul besar (polimer).
Contoh:
Polimerisasi etena menjadi polietena
9
n CH2 = CH2 ⎯⎯→ – CH2 – CH2– ⎯⎯→ [– CH2 – CH2 –]n
3 Reaksi Subtitusi
Jenis reaksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan umum.
R-H+A–B R–A +H–B
Dengan R – H berarti alkena dan A – B berarti molekul halogen. Contoh pada
reaksi ini adalah halogenasi.
4 Reaksi Adisi
Pada alkena reaksi yang paling sering dijumpai ialah adisi. Dalam suatu reaksi
adisi, gugus A dari reagen A – B akan melekat pada satu atom karbon pembawa
ikatan rangkap, sementara gugus B melekat pada atom karbon lainnya dan produknya
hanya memiliki satu ikatan tunggal diantara kedua atom karbon tadi. Beberapa reaksi
adisi alkena adalah sebagai berikut :
a. Adisi Hidrogen (Hidrogenasi Katalitik)
Hidrogenasi melibatkan pemutusan ikatan 𝜋 (40 k kal) dan ikatan H – H (104
kkal) dan pembentukan 2 ikatan C – H (87 kkal). Jumlah panas yang dikeluarkan bila
1 mol senyawa tidak jenuh di hidrogenasi disebut panas hidrogenasi. Ini merupakan
panas reaksi dengan menghilangkan tanda minusnya, harganya sangat mendekati 30
kkal/mol. Perbedaan yang kecil disebabkan karena perbedaan stabilitas dari masing-
masing alkena.
etena etana
10
b. Adisi Hidrogen Halida
Reaksi HX terhadap alkena akan terbentuk alkil-halida. Reaksi terjadi dengan
mengalirkan gas hidrogen halida yang kering ke dalam alkena. Kadang-kadang
dipergunakan asam asetat sebagai zat pelarut. Urut-urutan reaktivitas : HI – HBr –
HCI. Pada addisi terhadap alkena yang tidak simetris, umumnya arah addisi
mengikuti hukum Empiris Markovnikov : Pada addisi asam terhadap alkena yang
tidak simetris maka atom H akan terikat pada atom C yang telah mengikat atom H
lebih banyak.
Menurut penyelidikan Kharasch dan Mayo maka addisi HBr terhadap alkena
menjadi sebaliknya oleh pengaruh peroksida. Pembalikan arah addisi oleh pengaruh
peroksida ini disebut efek peroksida dan hanya terjadi pada HBr. Adanya peroksida
tidak berpengaruh pada arah addisi dari HCI, HI, H2SO4 dan lain-lain.
Contoh:
Pada contoh reaksi diatas karena letak ikatan rangkapnya simetris maka
hanya akan terbentuk satu jenis senyawa alkilhalida. Bagaimana dengan reaksi
yang terjadi pada propena ? Pada reaksi dengan propena ada dua kemungkinan
senyawa alkil halida yang akan terbentuk yaitu 2-bromopropana dan 1-
bromopropana. Tetapi pada kenyataannya 1-bromopropana tidak terbentuk. .
Pada tahun 1869 seorang ahli kimia dari rusia yaitu Vladimir Markovnikov
membuat suatu aturan empiris bahwa adisi HX pada alkena atom H akan
menuju pada karbon ikatan rangkap yang mempunyai jumlah hidrogen lebih
banyak dan X akan menuju pada karbon yang mempunyai subsitituen lebih
banyak.
11
c. Adisi Halogen
Alkena mudah mengadisi klrin atau bromin. Biasanya halogen
dilarutkan dalam pelarut lembam (inert) seperti tri- atau tetrakloro
metana, lalu larutan ini ditambahkan tetes demi tetes pada alkena.
Reaksi ini sangat cepat, meskipun pada suhu kamar atau dibawahnya.
Tidak diperlukan cahaya atau kalor seperti halnya reaksi substitusi.
Adisi bromin dapat dijadikan uji kimia untuk melihat
ketidakjenuhan pada senyawa organik. Larutan bromin pada
tetraklorometana berwarna coklat kemerahan dan senyawa tak jenuh
serta produk adisinya, biasanya tidak berwarna. Jika larutan bromin
ditambahkan pada senyawa tak jenuh, warna bromin menghilang. Jika
senyawa yang diuji merupakan senyawa jenuh, senyawa tersebut tidak
akan bereaksi dengan bromin pada konndisi ini, dan warnanya akan
tetap.
e. Addisi H2SO4
Alkena bereaksi dengan H2SO4 pekat, dingin, untuk membentuk
senyawa dengan rumus ROSO3H, yang disebut alkil hidrogen sulfat.
Senyawa akan terurai kembali bila dipanaskan pada temperatur 170° C
atau dapat mengalami hidrolisa dan terbentuk alkohol.
Pada addisi terhadap alkena yang tidak simetris berlaku pula.
Hukum Markovnikov. Cara ini sering pula dipergunakan untuk
pembuatan alkohol secara besar-besaran.
1
5 Reaksi oksidasi
Alkena dapat mengalami reaksi oksidasi yang akan
membentuk senyawa glikol (diol), epoksida, pemaksapisahan
(cleavage), dan oksidasi sempurna membentuk CO2 dan H2O
B ALKUNA
Sama halnya dengan alkena mengalami reaksi pembakaran, reaksi
polimerisasi, reaksi substitusi dan reaksi adisi, berikut beberapa reaksi
adisi pada alkuna :
1. Addisi Halogen
Sebenarnya ikatan rangkap tiga ini kurang reaktif bila
dibandingkan dengan ikatan rangkap dua. Bromin dan klorin dapat
mengadisi pada alkuna sepertihalnya pada alkena. Jika satu mol
halogen mengadisi pada alkuna akan dihasilkan senyawa
dihaloalkena .
X X
| |
R-C≡ C-R’+2X2 → R -C -C -R’
| |
X X
2
2. Addisi H2O
Hidrasi alkuna biasanya dilakukan dengan menggunakan
katalis merkuri sulfat dalam larutan asam sulfat. Reaksi ini
mengikuti kaidah Markovnikov, tetapi yang diperoleh bukan
alcohol melainkan suatu keton.
3. Adisi hydrogen
3
5. Polimerisasi
Polimerisasi alkuna terjadi berdasarkan reaksi adisi. Prosesnya mula-mula
ikatan rangkap terbuka, sehingga terbentuk gugus dengan dua elektron tak
berpasangan. Elektron-elektron tak berpasangan tersebut kemudian
membentuk ikatan antara gugus,sehingga membentuk rantai.
6. Subtitusi
Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan
menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai dengan
atom lain.
7. Pembakaran
Pembakaran alkuna Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen)
akan menghasilkan CO2 dan H2O.
2CH≡CH + 5 O2 → 4CO2 + 2H2O
Urut-urutan reaktivitas
4
Senyawa tertier>senyawa sekunder>senyawa primer.
2 Dehidrasi Alkohol
Alkohol adalah senyawa dengan rumus umum R – OH,
dimana R adalah gugus alkil. Alkohol dapat mengalami dehidrasi (
penghilangan 1 molekul air) dengan 2 macam cara :
Pemanasan dengan asam (H2SO4 , H3PO4) pada
temperatur kira-kira 200°C.
Uap alkohol dilewatkan alumina (AI2O3) pada
temperatur 350 - 400°C.
Urut-urutan reaktivitas :
B Pembuatan Alkuna
Cara pembuatan pada alkuna sebagai berikut :
1 Dari dihalogenida visinal yang dibuat dari alkana.
2 Dari dihalogenida geminal
( Persenyawaan dimana 2 atom halogen diikat oleh 1 atom C).
Persenyawaan ini dibuat dari reaksi antara fosfor tri halogenida
dengan persenyawaan yang mengandung gugus karbonil
(aldehida/keton). Penghilangan atom halogen dapat pula dilakukan
dengan Na amida (Sdamide).
3 Alkilasi asetilena
Atom H yang terikat oleh atom C yang mempunyai ikatan
rangkap 3 adalah bersifat asam dan dapat diganti dengan logam.
Untuk alkil yang lebih tinggi biasa dipergunakan alkil sulfat
R2SO4.
5
yang fleksibel, ulet tahan terhadap beberapa senyawa organik ( untuk pipa-
pipa, botol, dan lain-lain).
B ALKUNA
Pada senyawa asetelina merupakan senyawa yang penting sebab
merupakan bahan dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa lain yang
mempunyai arti penting dalam industri. Gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau, bau dari asetilena yang dibuat dengan cara ini karena tercampur
dengan H2S dan PH3, sehingga asetilena berguna untuk :
Karena terbakar dengan nyala nyala yang sangat terang
pada temperatur yang tinggi (2700°), sehingga dapat
dipergunakan untuk las dan memotong logam.
Bahan dasar untuk pembuatan plastik dan karet sintesis.
Untuk menyimpan gas ini biasa diabsorpsikan dalam
aseton, yang pada tekanan 12 atm dapat mengabsorpsi
sebanyak 300 kali vol aseton.
BAB III
PENUTUP
6
3.1 Kesimpulan
Alkena ialah suatu hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap
senyawa ini mempunyai rumus umum CnH2n, sedangkan Alkuna ialah suatu
hidrokarbon dengan satu ikatan ganda tiga, senyawa ini mempunyai rumus umum
CnH2n-2 dan mempunyai satu ikatan rangkap tiga.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengerti tentang alkena dan alkuna dan untuk memahami lebih banyak lagi
tentang alkena dan alkuna dapat membaca dibuku lain karena belajar itu tidak dari
satu buku tetapi dari buku lain kita juga bisa, karena buku adalah ilmu
pengetahuan untuk kita. Keraguan bukanlah lawan keyakinan, keraguan adalah
sebuah elemen dari kegagalan. Dan kita tidak harus takut pada kegagalan. tetapi
pada keberhasilan melakukan sesuatu yang tidak berarti.
7
DAFTAR PUSTAKA
8
9