Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

GENETIKA

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika

“ MATERI GENETIK DALAM POPULASI ”

Kelompok 2 :

Cybillita Tielung ( 17 507 027 )


Mutiara Livie Hamin ( 17 507 001 )
Desti Febriani ( 17 507 043 )
Marchelia Siregar ( 17 507 033 )
Marchelina W.F Bujung ( 17 507 041 )
Gabi Sumigar ( 17 507 124 )

Dosen Pengampuh : Dr. Aser Yalindua, MP & Verawati I.Y. Roring, SIK, M.Sc

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BIOLOGI

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul tentang “Materi Genetik dalam
Populasi” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang
hukum Hardy Weinberg, Gen Pool, dan Frekuensi Alel.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini ada banyak kesalahan, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada.
Sekian dan terima kasih.

Tondano, 13 Mei 2019

Kelompok 2

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

Bab I. Pendahuluan............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2

Bab II. Pembahasan ............................................................................................ 3

A. Hukum Hardy Weinberg .................................................................... 3


B. Gen Pool .............................................................................................. 13
C. Frekuensi Alel ..................................................................................... 16

Bab III. Penutup .................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................. 19

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 20

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika dalam populasi adalah bidang biologi yang mempelajari komposisi
genetic populasi biologi, dan perubahan dalam komposisi genetik yang dihasilkan
dari pengaruh berbagai faktor, termasuk seleksi alam. Genetika populasi mengejar
tujuan mereka dengan mengembangkan model matematis abstrak dinamika frekuensi
gen, mencoba untuk mengambil kesimpulan dari model-model tentang pola-pola
kemungkinan variasi genetik dalam populasi yang sebenarnya, dan menguji
kesimpulan terhadap data empiris. Genetika populasi terikat erat dengan studi tentang
evolusi dan seleksi alam, dan sering dianggap sebagai landasan teori Darwinisme
modern. Ini karena seleksi alam merupakan salah satu faktor yang paling penting
yang dapat mempengaruhi komposisi genetik populasi.
Dengan mempelajari model formal perubahan frekuensi gen dalam genetika
populasi diharapkan dapat menjelaskan proses evolusi, dan untuk memungkinkan
konsekuensi dari hipotesis evolusi yang berbeda yang dapat dieksplorasi dengan cara
yang tepat secara kuantitatif. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di bidang
biologi molekuler, aspek-aspek ilmu genetika juga mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Aspek yang dimaksud masuk ke dalam ranah ilmu genetika yaitu
clasical genetics, molecular genetics dan population genetics. Quantitative genetics
yang membahas secara mendalam berbagai macam sifat kuantitatif seperti tinggi
badan, berat badan, IQ, kepekaan terhadap penyakit, dan sebaginya masuk ke dalam
ilmu genetika populasi. Ilmu genetika populasi juga yang mendukung teori evolusi
yang dikemukaan oleh Charles Darwin 150 tahun lalu. Ilmu ini menggunakan
berbagai macam pendekatan statistik untuk membuktikan, menjelaskan atau
mendeteksi adanya perubahan organisme dalam lingkungan oleh sebab adanya
dorongan evolusi (evolutionary force).

1
B. Rumusan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa bunyi hukum Hardy Weinberg?
2. Bagaimana definisi, ciri, contoh dan peran gen pool?
3. Bagaimana definisi dan penjelasan frekuensi alel?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui bunyi hukum Hardy Weinberg dan penjelasannya.
2. Mengetahui definisi, ciri, contoh dan peran gen pool.
3. Mengengetahui definisi dan penjelasan frekuensi alel.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Hardy Weinberg

Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam


suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari
generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidakmengalami evolusi. Bila salah
satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi
tersebut telah dan sedang mengalami evolusi(Biologi Media Center, 2011).
Untuk menjelaskan hukum ini digunakan contoh perkawinan sapi
shorthorn warna merah, putih dan roan. Seperti diketahui, sifat ini dikontrol oleh
dua alel yang kodominan, yaitu alel merah (R) dan alel putih (r). Jika kita
asumsikan bahwa frekuensi gen merah adalah p dan frekuensi gen putih adalah q,
dengan p = 0,7 dan q = 0,3 maka proporsi sapi merah dengan genotipe RR adalah
p2 = (0,7)2 = 0,49, proporsi sapi putih = q2 = (0,3)2 = 0,09 dan proporsi sapi roan =
2qp = 2(0,7) x (0,3) = 0,42. Angka dua di depan pq disebabkan oleh adanya dua
kemungkinan terbentuknya sapi roan, yaitu dari perempuan sperma yang
mengandung gen R dengan sel telur yang mengandung gen r dan dari sperma
yang mengandung gen r dengan sel telur yang mengandung gen r.
Formulasi hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini :

p + q = 1, maka p = 1 – q dan q = 1 – p
atau
P2 + 2pq + q2 =1

Dalam Biologi Media Center (2011), dijelaskan bila frekuensi gen yang
satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q, maka secara
matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Menurut Wibawa, B. (2010), Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa
frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan,
yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali

3
apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan
tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi,
seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah
penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini
akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak
mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang
dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.

Lebih lanjut Wibawa menambahkan bahwa syarat berlakunya asas Hardy-


Weinberg:

1. Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama


2. Perkawinan terjadi secara acak
3. Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar
4. Tidak terjadi migrasi
5. Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hukum Hardy –
Weinberg :
1. Jumlah frekuensi gen dominan dan resesif (p + q) adalah 1
2. Jumlah proporsi dari ketiga macam genotipe (p2 + 2pq + q2) adalah 1
Contoh
Penggunaan hukum Hardy-Weinberg ini adalah sebagai berikut (Biologi Media
Center, 2011):
 Dalam suatu populasi mahasiswa Fakultas Peternakan, terdiri dari
mahasiswa dari dalam kota 51% sedangkan mahasiswa dari luar kota (tt)
49%. Hitunglah :
 Berapa frekuensi gen mahasiswa dari dalam kota (T) dan gen
mahasiswa dari luar kota (t) dalam populasi tersebut?
 Berapakah rasio genotifnya?
Jawaban

1. Gen mahasiswa dari luar kota = tt = 49%

4
tt = 40% = maka t = = 0,7

T+t=1

T = 1 – 0,7 = 0,3

Frekuensi gen T = 0,3 = 30%

Frekuensi gen t = 0,7 = 70%

2. TT = (0,3)2 = 0,09 = 9%
Tt = 2Tt = 2 x 0,3 x 0,7= 0,42 =42%

Tt = (0,7) x 2 = 0,49 = 49%

Jadi perbandingan genotipe TT:Tt:tt = 9:42:49

 Dalam sebuah populasi kambing PE yang berjumlah 1000 orang terdapat 6


ekor albino. Berapa ekor pembawa sifat albino pada populasi kambing
tersebut?

Jawab :

Kambing albino = aa = = 0,006


a = = 0,07

A+a=1

A = 1 – 0,07 = 0,93 Jadi frekuensi gen A = 0,93 dan a = 0,07

Kambing pembawa sifat albino (Aa)


Aa = 2Aa = 2 x 0,93 x 0,07 = 0,1302 = 13,02%

5
Menurut Isharmanto (2009), deduksi terhadap hukum keseimbangan
Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :

a) Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya


b) Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk
c) Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan

Secara lebih rinci ketiga langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Misalkan bahwa pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-
masing dengan frekuensi P, H, dan Q. Sementara itu, frekuensi alel A adalah p,
sedang frekuensi alel a adalah q. Dari populasi generasi tetua ini akan dihasilkan
dua macam gamet, yaitu A dan a. Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi alel
A (p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel a (q). Dengan
berlangsungnya kawin acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara
acak pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi
genotipe sebagai hasil kali frekuensi gamet yang bergabung. Pada Tabel 15.1
terlihat bahwa tiga macam genotipe zigot akan terbentuk, yakni AA, Aa, dan aa,
masing-masing dengan frekuensi p2, 2pq, dan q2.
Tabel. Pembentukan zigot pada kawin acak

Gamet-gamet E dan
frekuensinya

A(p) a (q)

A (p) AA (p2) Aa (pq)


Gamet-gamet G
dan frekuensinya a (q) Aa (pq) aa (q2)

Oleh karena frekuensi genotipe zigot telah didapatkan, maka frekuensi alel
pada populasi zigot atau populasi generasi keturunan dapat dihitung. Fekuensi alel
A = p2 + ½ (2pq) = p2 + pq = p (p + q) = p. Frekuensi alel a = q2 + ½ (2pq) = q2 +
pq = q (p + q) = q. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa frekuensi alel pada
generasi keturunan sama dengan frekuensi alel pada generasi tetua.

6
Kita ketahui bahwa frekuensi gene pool dari generasi ke generasi pada
waktu ini (populasi hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan genotip
adalah 0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan angka – angka ini kita akan mendapatkan
harga yang sama pada generasi berikutnya. Hasil yang sama ini akan kita jumpai
pada generasi seterusnya, frekuensi genetis dan perbandingan genotip tidak
berubah (Isharmanto, 2009). Dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak
terjadi. Hal ini dapat diketahui oleh Hardy(1908) dari Cambrige University
dan Weinberg dari jerman yang bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan
di dalam rumus Hardy-Weinberg bahwa di bawah suatu kondisi yang stabil, baik
frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi
ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual.

Frekuensi Gen Suatu Populasi


Frekuensi gen merupakan kuadrat frekuensi alel yang bertanggung jawab terhadap
genotipnya. Frekuensi gen dapat dihitung dari frekuensi alel atau dari gen dengan
aksi dominan lengkap, dimana hanya ada dua fenotipe dari tiga macam genotipe.
Metode menghitungnya dengan menggunakan metode akar kuadrat.

Untuk mengetahui frekuensi gen dan genotip dari suatu populasi, digunakan
Hukum Hardy-Weinberg. Frekuensi gen adalah frekuensi suatu alel pada lokus
tertentu. Penghitungannya dilakukan dengan rumus:

Jumlah alel tertentu (beserta salinannya) dalam


populasi

7
Frekuensi
gen = ______________________________________

Jumlah seluruh alel dalam populasi

Frekuensi gen dengan sepasang alel

Untuk menghitung frekuensi gen yang terdiri atas sepasang alel (misalnya A dan
a) , digunakan rumus :

(2 X jumlah individu AA) + (jumlah individu Aa)

p =
f(A) = _____________________________________

(2 X jumlah total individu)

(2 X jumlah individu aa) + (jumlah individu Aa)

q =
f(a) = ____________________________________

(2 X jumlah total individu)

Sebagai contoh, kita menghitung frekuensi gen yang terdiri atas tiga alel, yaitu A,
B dan C. Jumlah masing-masing genotip adalah:

AA = 10, AB = 35, BB = 75, AC = 30, BC= 35, CC= 35

Jumlah total adalah 220

Frekuensi masing-masing alel adalah :

8
f(A) = p = (2 x 10) + 35 + 30 = 0,193
(2 x 220)

f(B) = q = (2 x 75) + 35 + 35 = 0,5


(2 x 220)

f(B) = r = (2 x 35) + 30 + 35 = 0,306


(2 x 220)

Perhitungan Frekuensi Gen


 Kodominan
Perhitungan frekuensi gen untuk sifat-sifat yang dikontrol oleh sepasang
alel kodominan relatif lebih murah. Kita dapat dengan mudah membedakan
individu yang bergenotipe homozigot dominan, heterozigot dan homozigot resesif
hanya berdasarkan fenotipenya saja.
Jika pada suatu kelompok ayam terdapat 150 ekor ayam yang terdiri dari 95 ekor
berwarna hitam, 50 ekor berwarna biru dan 5 ekor yang berwarna putih diperoleh
genotipe ketiga ayam ini adalah BB (hitam), Bb (biru) dan bb (putih). Setiap ayam
hitam membawa 2 gen B. Jika terdapat 95 ekor ayam hitam maka jumlah gen B
adalah 2 x 95 = 190. Setiap ayam putih membawa sepasang gen b. Jika ada lima
ekor ayam putih maka jumlah gen b = 2 x 5 = 10. Ayam biru membawa 1 gen B
dan 2 gen b. Jadi jika ada 50 ekor ayam biru maka jumlah gen B = 50 dan jumlah
gen b = 50. Jumlah gen B pada populasi tersebut adalah 190 + 50 = 240. Jumlah
gen b adalah 10 + 50 = 60. Jadi, frekuensi gen B yang ada pada populasi tersebut
adalah 240/300 = 0,8 (80%), sedangkan frekuensi gen b adalah 60/300 = 0,2
(20%).
 Dominan Penuh
Perhitungan frekuensi gen untuk sifat-sifat yang diwariskan secara
dominan penuh memerlukan cara yang sedikit berbeda. Hal inni karena antara
individu yang bergenotipe homozigot dominan dan yang bergenotipe heterozigot
tidak dapat dibedakan hanya dengan berdasarka fenotipenya.

9
Jika pada suatu peternakan terdapat 230 ekor sapi yang terdiri dari 147 ekor sapi
tidak bertanduk dan 83 ekor sapi bertanduk makaproporsi sapiyang tidak
bertanduk adalah 147/230 = 0.639 dan sapi yangbertanduk = 83/230 = 0,361. Jika
diasumsikan bahwa frekuensi genresesif adalah p, sedangkan frekuensi gen resesif
adalah q maka proporsi sapi yang tidak bertanduk = p2 + 2pq = 0,639. Dalam hal
ini 2pq adalah sapi yang tidak bertanduk heterozigot. Proporsi sapi yang
bertanduk = q2 = 0,361. Dari kedua persamaan itu diperoleh frekuensi gen
bertanduk (resesif) = √q2 = √0,361 = 0.061. frekuensi gen tidak bertanduk = 1 – q
= 1, 0,601 = 0,339 (Noor, 1996).

1. Seleksi
Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap
mempunyai mutu genetic baik untuk dikembangkan lebih lanjut serta
menyingkirkan ternak yang kurang baik. Tujuan seleksi mengubah frekuensi gen.

Menurut Nurrohmadi (2011), seleksi alam didefinisikan sebagai


reproduksi diferensial individu atau genotip pada suatu populasi. Diferensial
reproduksi disebabkan oleh perbedaan antara individu dalam ciri seperti kematian,
kesuburan, fekunditas, keberhasilan kawin, dan kelangsungan hidup keturunan.
Seleksi alam didasarkan pada ketersediaan variasi genetik di antara individu
dalam karakter yang terkait dengan keberhasilan reproduksi. Ketika populasi
terdiri dari pada-dividuals yang tidak berbeda dari satu sama lain dalam ciri-ciri
seperti itu, tidak tunduk pada seleksi alam. Seleksi dapat menyebabkan perubahan
pada frekuensi alel dari waktu ke waktu. Namun, perubahan hanya pada frekuensi
alel dari generasi ke genera-tion tidak selalu menunjukkan seleksi yang sedang
bekerja. Proses lainnya, seperti arus genetik secara acak, dapat membawa
perubahan temporal dalam frekuensi alel juga. Menariknya, perubahan frekuensi
alel tidak selalu menunjukkan seleksi yang sesuai dengan genotip.

Kesesuaian genotipe, biasanya dinyatakan sebagai w, adalah ukuran dari


kemampuan untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Namun, karena ukuran
modulasi biasanya dibatasi oleh daya dukung lingkungan di mana populasi

10
berada, keberhasilan evolusi dari individu adalah de-termined tidak dengan
kebugaran mutlak, tetapi dengan kebugaran relatif dibandingkan dengan genotipe
yang lain dalam populasi. Di alam, kesesuaian genotipe tidak diharapkan untuk
tetap konstan untuk semua generasi dan dalam semua keadaan lingkungan.
Namun, dengan menempatkan nilai konstan kebugaran untuk setiap genotipe, kita
dapat merumuskan teori sederhana atau model, yang berguna untuk memahami
dinamika perubahan struktur genetik suatu populasi disebabkan oleh seleksi alam.
Di kelas paling sederhana dari model, kita mengasumsikan bahwa kebugaran
organisme ditentukan semata-mata oleh genetik. Kami juga menganggap bahwa
semua lokus berkontribusi secara independen kepada nessfit dari individu (yaitu,
bahwa lokus yang berbeda tidak berinteraksi dengan satu sama lain dengan cara
yang mempengaruhi kebugaran organisme), sehingga masing-masing lokus dapat
ditangani secara terpisah.

2. Mutasi
Mutasi adalah perubahan susunan gen atau bagian kromosom, menjadi
bentuk baru. Mutasi yang mengubah frekuensi gen ada dua macam :

 Mutasi tak berulang


 Mutasi berulang

Mutasi tak berulang jarang terjadi dan tidak menghasilkan perubahan


berarti pada frekuensi gen. mutasi berulang lebih sering terjadi dan berulang
secara teratur dalam jangka panjang. Mutasi berulang dapat menghubah frekuensi
gen.

Beberapa tahun yang lampau, dau orang ahli genetika terkemuka


memberikan koment ar terhadap kehadiran polimorfisma dalam populasi sebagai
berikut: Secara sederhana dapat dikatakan, polimorfisma sekarang telah mencapai
jumlah yang demikian banyak dan polimorfisma baru terus ditemukan dengan laju
yang pesat sehingga pemahaman artinya tidak diragukan lagi merupakan suatau
problema pokok bagi biomedika modern. Fakta mengenai jangkauan potensialnya

11
dan kemampuan kita untuk mereduksi menjadi manifestasi primer dari perbedaan
genetik yaitu variasi dalam protein-protein dan substansi yang berkaitan
polimorfisma yang dihasilkan dari varibilitas ini disangka merupakan ekuivalen
genetik dari sistem “penyangga” (buffer) biokimiawi yaitu bahwa frekuensi-
frekuensi gen yang mereka refleksikan tidak mudah diganggu bahwa frekuensi-
frekuensi yang mereka refelekasikan tidak mudah diganggu oleh perubahan-
perubahan dalam laju mutasi atau berbagai fluktuasi temporer pada tekanan seletif
beberapa dari fungsi polimorfisma tidak ragu-ragu lagi berkaitan dengan
perbedaan-perbedaan yang penting antara manusia dan kepekaannya terhadap
penyakit (Nurrohmadi, 2011).

3. Migrasi
Bila sejumlah individu yang berasal dari suatu populasi dipindahkan
(migrasi) dan bercampur dengan individu populasi lain (terjadi perkawinan) maka
dapat terjadi perubahan frekuensi gen.

Misalnya, dengan memasukkan gen-gen dari jenis sapi baru ke suatu Negara
dengan inseminasi buatan (IB) dapat mengakibatkan perubahan frekuensi gen dari
populasi sapi nasional secara drastic.

Jadi migrasi merupakan cara yang paling efektif penyebab perubahan genetic.
Migrasi bermanfaat bila memenuhi persyaratan bermanfaat bila memenuhi
persyaratan berikut :

 Tersedia populasi lain dengan gen-gen yang diinginkan


 Telah diketahui dengan pasti bahwa perubahan yang terjadi dapat
bermanfaat

4. Genetic drift (fluktuasi acak)

Faktor genetik drift biasanya terjadi secara kebetulan dan dapat mengubah
frekuensi gen. dalam populasi kecil, fluktuasi acak yang mempunyai efek yang

12
penting. Dalam kenyataan populasi ternak di pedesaan dapat berfluktuasi secara
acak tak teratur karena pengaruh musim atau serangan wabah penyakit yang dapat
menyebabkan kematian pada sebagian besar populasi sehingga pada suatu saat
populasi turun secara drastic. Ternak yang tersisa yang dapat bertahan akan
mempengaruhi pengaruh yang menentukan terhadap frekuensi gen pada generasi
berikutnya.

B. Gen Pool

Kombinasi dari semua gen yang terdapat dalam populasi tertentu disebut
lungkang gen dari populasi itu. Ini merupakan keragaman genetik lengkap
ditemukan dalam populasi atau spesies.

Bagaimana Karakteristik lungkang gen?

 Konsep lungkang gen hanya digunakan untuk organisme dengan


reproduksi setsual (karena reproduksi vegetatif menghasilkan klon).
 Ini mencakup semua varian atau alel dari setiap gen.
 Ini mencakup semua gen yang terdapat dalam populasi.
 Dalam kebanyakan kasus, populasi termasuk individu-individu dari
spesies yang sama saja.
 lukang gen bahkan termasuk gen mereka yang efeknya tidak terlihat pada
individu.

Mengapa lungkang gen menjadi Penting?

Karena lungkang gen merupakan jumlah gen yang ditemukan dalam populasi,
populasi tersebut dengan lungkang gen yang lebih besar cenderung memiliki lebih
banyak gen, dan karenanya, akan memiliki keragaman genetik lebih. Setiap gen
memiliki tujuan tertentu, seperti memberikan tanaman / hewan karakteristik
tertentu, ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap iklim yang keras, dan
sebagainya. Oleh karena itu, populasi dengan keragaman genetik yang lebih besar

13
akan lebih siap untuk menghadapi wabah penyakit atau perubahan lingkungan
yang ekstrim, karena mereka akan, kemungkinan besar, memiliki gen-gen yang
melindungi mereka dari perubahan yang merugikan tersebut.

Di sisi lain, populasi dengan jumlah yang lebih kecil dari gen dalam lungkang gen
mereka akan rentan terhadap masalah tersebut, yang dapat menyebabkan mereka
menjadi terancam punah atau bahkan binasa sama sekali, yaitu, menjadi punah.
Oleh karena itu, populasi dengan lukang gen yang besar akan memiliki lebih
banyak kesempatan untuk bertahan hidup, sementara mereka dengan lukang gen
kecil berada dalam bahaya tertular penyakit genetik, cacat, dan infertilitas.

jumlah keseluruhan gen dalam populasi tertentu atau spesies disebut lungkang gen

Bagaimana lungkang gen dapat berubah?

Dengan Mutasi

Mutasi adalah perubahan gen dari seorang individu. Variasi ini mungkin sebagai
perubahan kecil dari nukleotida tunggal (molekul organik) dalam DNA, atau
perubahan dalam seluruh set kromosom. Tergantung pada apakah mutasi ini
diturunkan kepada keturunannya, mungkin permanen atau sementara. Mereka
bermanfaat bagi populasi jika mereka menambahkan gen yang berharga, tetapi
beberapa dapat menyebabkan penyakit.

14
Menurut Seleksi Alam

Seleksi alam adalah salah satu faktor paling penting yang mempengaruhi
lungkang gen. Individu dari populasi yang membawa gen menguntungkan lebih
mungkin untuk bertahan hidup dan menghasilkan keturunan, daripada mereka
yang tidak. Oleh karena itu, generasi berikutnya kemungkinan besar akan,
membawa gen dari individu tersebut, yang bahkan mungkin menjadi tetap, yaitu,
terjadi pada setiap individu.

Dengan hayuntan genetik atau Drift Genetik

Kadang-kadang, jenis gen dalam suatu populasi berubah karena peristiwa acak
(seperti kematian beberapa orang), dan tidak selalu karena perubahan ini dapat
menguntungkan. Ini disebut ‘pergeseran genetik’, dan mempengaruhi populasi
yang lebih kecil lebih sampai ke yang lebih besar, karena, dalam bentuk
sebelumnya mungkin gen tersebut terjadi pada setiap individu.

Contoh lungkang gen

❒ kira-kira 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita bermigrasi
keluar dari Afrika ke Eropa dan Timur Tengah. Karena iklim di sini adalah
dingin, modifikasi genetik yang diproduksi kulit menjadi lebih terang untuk
membantu mereka menyerap sinar ultraviolet lebih. Pada akhirnya, perubahan ini
menjadi bagian dari gen mereka, sehingga membantu mereka berkembang.

❒ Kentang berasal dari bagian barat Amerika Selatan, kemudian ia menyebar ke


Eropa dan Irlandia, di mana ia akhirnya menjadi makanan pokok bagi penduduk
disana. Karena semua kentang yang tumbuh di Irlandia diturunkan dari sejumlah
kecil tanaman, lungkang gen kecil membuat seluruh tanaman rentan terhadap
hawar (penyakit tanaman oleh jamur). Tanaman kentang di seluruh negeri hancur
pada pertengahan abad ke-19, menyebabkan satu juta kematian karena kelaparan.

❒ Sejumlah spesies hewan, seperti singa gunung di Amerika, dan macan tutul di
Afrika Selatan, terancam oleh aktivitas manusia. Habitat mereka telah dibagi
menjadi fragmen, dikelilingi oleh kota-kota dan lahan pertanian. Hal ini

15
menyebabkan kawin silang antara populasi yang lebih kecil, dan kolam gen kecil
membuat mereka rentan terhadap penyakit.

Seperti dapat dilihat, kolam gen merupakan masa depan spesies. Ini adalah
alasan mengapa daerah padang gurun harus dilindungi karena mengandung
lungkang gen dari sejumlah tanaman dan hewan peliharaan, yang menjamin
kelangsungan hidup kita sendiri.

C. Frekuensi Alel

Frekuensi alel adalah proporsi ataupun perbandingan keseluruhan kopi


gen yang terdiri dari suatu varian gen tertentu (alel). Dengan kata lain, ia
merupakan jumlah kopi suatu alel tertentu dibagi dengan jumlah kopi keseluruhan
alel pada suatu lokus dalam suatu populasi. Ia dapat diekspresikan dalam
bentuk persentase. Dalam genetika populasi, frekuensi alel digunakan untuk
menggambarkan tingkat keanekaragaman genetik pada suatu individu, populasi,
dan spesies.

Apabila diketahui:

a) Lokus tertentu pada suatu kromosom beserta gen yang menduduki lokus
tersebut
b) Suatu populasi berjumlah N individu yang membawa n lokus pada tiap-
tiap sel somatik mereka (contohnya dua lokus pada sel
spesies diploid yang mengandung dua set kromosom)
c) Terdapat alel-alel gen yang berbeda
d) Terdapat a kopi suatu alel

maka frekuensi alelnya adalah persentase keseluruhan kemunculan lokus tersebut


yang diduduki oleh satu alel tertentu dan frekeunsi satu alelnya adalah a/(n*N).

Sebagai contohnya, jika frekuensi suatu alel adalah 20% pada suatu
populasi, maka di antara anggota-anggota populasi tersebut, satu dari lima
kromosomnya akan membawa alel tersebut. Empat dari limanya akan membawa

16
varian gen lainnya. Perhatikan bahwa untuk gen diploid, persentase individu yang
membawa alel ini dapatlah menjadi hampir dua per lima. Jika alel terdistribusi
secara acak, maka menurut teorema binomial, 32% populasi
akanah heterozigot dan 4%-nya adalah homozigot. Apabila digabungkan, ini
berarti bahwa 36% individu diploid diperkirakan membawa satu alel yang
berfrekuensi 20%. Namun, alel hanya terdistribusi secara acak di bawah asumsi-
asumsi tertentu, salah satunya adalah ketiadaan seleksi. Ketika asumsi-asumsi ini
dipenuhi, suatu populasi dikatakan berada dalam Kesetimbangan Hardy-
Weinberg.

Frekuensi keseluruhan alel pada suatu gen sering kali digambarkan


sebagai hitogram distribusi frekuensi alel ataupun spektrum frekuensi alel.
Genetika populasi mempelajari "gaya-gaya pendorong" yang dapat menyebabkan
perubahan distribusi dan frekuensi alel (dengan kata lain evolusi). Selain seleksi,
gaya dorong yang dapat mengubah frekuensi alel meliputi hanyutan
genetik, mutasi, dan migrasi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi


genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-
pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi
terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti
bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh
karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di
alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan
sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.

Kombinasi dari semua gen yang terdapat dalam populasi tertentu disebut
lungkang gen dari populasi itu. Ini merupakan keragaman genetik lengkap
ditemukan dalam populasi atau spesies.

Frekuensi alel adalah proporsi ataupun perbandingan keseluruhan kopi


gen yang terdiri dari suatu varian gen tertentu (alel). Dengan kata lain, ia
merupakan jumlah kopi suatu alel tertentu dibagi dengan jumlah kopi keseluruhan
alel pada suatu lokus dalam suatu populasi. Ia dapat diekspresikan dalam
bentuk persentase. Dalam genetika populasi, frekuensi alel digunakan untuk
menggambarkan tingkat keanekaragaman genetik pada suatu individu, populasi,
dan spesies.

18
B. Saran

Materi genetik dalam populasi akan mudah dipelajari jika ditunjang oleh
banyak literatur , baik dari buku-buku penunjang atau internet. Sehingga kita
dapat mengetahui materi genetic dalam populasi yang berupa Hukum Hardy
Weinberg, Gen Pool, dan Frekuensi Alel.
 Bagi kita dan generasi akan datang terutama yang akan menjadi
guru biologi sudah sepatutnya untuk mengetahui penjelasan materi
genetik dalam populasi.
 Kepada para pembaca kalau ingin lebih mengetahui tentang
bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah serta di
situs-situs internet yang memuat pembahasan tentang genetika.

19
Daftar Pustaka

- Biologi Media Center, 2011. Evolusi (2) : Hukum Hardy–


Weinberg. http://biologimediacentre.com. Diakses pada Tanggal
13 Mei 2019.
- Isharmanto, 2009. Hukum Hardy –
Weinberg.http://isharmanto.blogspot.com/2009/11/hukum-hardy-
weinberg.html. Diakses pada Tanggal 13 Mei 2019.
- Nurrohmadi. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Gen dan
Keanekaragaman
(Variabilitas) Genetik. http://nurrohmanhadi.wordpress.com/2011/
08/28/faktor-yang-mempengaruhi-frekuensi-gen-dan-
keanekaragaman-variabilitas-genetik/. Diakses pada Tanggal 13
Mei 2019.
- Prasetyo, Agus dan Supratman, 2011. Dinamika Gen dalam
Populasi. Makalah. PPs UM. Malang.

- Stansfield, W. D., 1991, Genetics, 3 ed, Schaum outline Series, Mc


Graw Hill Inc, Singapore.

- Wibawa, B. 2010. Hukum Hardy-Weinberg dan


Evolusi. http://bhimashraf.blogspot.com/2010/12/hukum-hardy-
weinberg-dan-evolusi.html. diakses pada tanggal 13 Mei 2019.
- Wikipedia. 2011. Asas Hardy
Weinberg.http://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Hardy-Weinberg.
Diakses pada Tanggal 13 Mei 2019.
- Anonim.2018. Pengertian Lungkang Gen, Ciri, Contoh dan Peran
dalam Populasi.https://usaha321.net/pengertian-lukang-gen-ciri-
contoh-dan-peran-dalam-populasi.html diakses pada 13 Mei 2019
- Wikipedia.2017. Frekuensi
Alel.https://id.wikipedia.org/wiki/Frekuensi_alel dialses pada 13
Mei 2019

20

Anda mungkin juga menyukai