Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI KASUS BESAR

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2019

UNIVERSITAS HALU OLEO

HYDROCEPHALUS

OLEH :

Helmianti Busri

K1A1 12 114

OLEH :

Resti Astuti

K1A1 14 039

PEMBIMBING :

dr. Steven Ridwan, M.Kes., Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Resti Astuti
NIM : KIA1 14 039
Judul Kasus : Hydrocephalus

Telah menyelesaikan tugas berupa kasus dengan judul “Hydrocephalus”


dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu obstetric dan ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Februari 2019


Mengetahui,
Pembimbing,

dr. Steven Ridwan, M.Kes, Sp.OG


BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas

Nama : Ny. H

Umur : 36 Tahun

Alamat : Wakatobi

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Suku : Buton

Tanggal masuk : Kamis, 10 Januari – Senin 14 Januari 2019

No. Rekam Medik : 54 60 13

B. Anamnesa

Keluhan Utama

Kelainan pada janin (Hidrocefalus)

Anamnesis Terpimpin

Pasien baru masuk rujukan dari Rumah Sakit Abunawas dengan keluhan
kelainan pada janin . Keluhan saat ini, sakit perut (-), sakit kepala (-), mual (-),
muntah (-), penglihatan kabur (-), riwayat trauma (+), BAK lancar dan susah
BAB . Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), asma (-), alergi (-), riwayat
operasi sebelumnya (-), riwayat epistaksis (+) . Riwayat Penyakit keluarga
hipertensi (-), riwayat DM (-), asma (-), alergi (-), riwayat operasi sebelumnya
(-). Riwayat menarche umur 15 tahun, teratur setiap bulan dengan siklus 30
hari dan lama haid 3-5 hari. HPHT 20 April 2019. Riwayat pernikahan adalah
pernikahan pertama kali dengan usia pernikahan 18 tahun.

3
Riwayat Penyakit alergi

obat (-) makanan (-)

Riwayat Penyakit sebelumnya

HT (-), DM (-), Asma (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-).

Riwayat HPHT

20 April 2018

Riwayat ANC

Puskesmas dan bidan

Riwayat Usg

3x. Terakhir 10 januari 2019 : kepala janin besar

Riwayat TT

(-)

Riwayat KB

(-)

Riwayat Obstetri

G7 P6 AO

I/1999/Preterm/Bidan/Di rumah/persalinan normal/laki-laki/1500gr/sehat


II/2000/Aterm/Bidan/Di rumah/persalinan normal/laki-laki/2500gr/sehat
III/2002/Aterm/Bidan/Dirumah/persalinan normal/perempuan/2000gr/sehat
IV/2006/Aterm/Bidan/Di rumah/persalinan normal/laki-laki/3000gr/sehat
V/2011/Aterm/Bidan/Di rumah/persalinan normal/laki-laki/2800gr/sehat
VI/2015/Aterm/Bidan/Di rumah/persalinan normal/laki-laki/3200gr/sehat
VII/2019 kehamilan sekarang

4
C. STATUS GENERALIS ( 10 Januari 2019)

1. Keadaan Umum

Baik, kesadaran komposmentis.

2. Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 80 x/Menit

Frekuensi Nafas : 20 x/Menit

Suhu : 36,7o C

3. Status Generalisata

Kepala : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)

Jantung : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-)

Paru : Bunyi pernapasan vesikuler, whezzing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen : Cembung ikut gerak napas, peristaltik (+) kesan normal.

Ekstremitas : edema (-)

D. PEMERIKSAAN OBSTETRIK/GINEKOLOGI

1. Pemeriksaan luar

L1: TFU teraba 3 jari dibawah proc.xyphoideus

L2: Punggung janin berada disebelah kiri

L3: Bagian terbawah janin kepala

L4: Kepala belum masuk panggul

Taksiran berat janin 3589 gr

Denyut jantung janin 142x/menit

His (-)

5
2. Pemeriksaan dalam vagina

Tidak dilakukan

E. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Tanggal 10 januari 2019
WBC 9,37 x 10^3/uL
HB 7,2 g/Dl
HbsAg -
Ureum 13 mg/dl
Kreatinin 0,9 mg/dl
SGOT 26 uL
SGPT 16 uL

USG

Tanggal 10 januari 2019

3x. Terakhir 10 januari 2019 : kepala janin besar

6
F. Diagnosa Sementara

G7P6A0 + Hydrocephalus

G. Rencana Terapi

 Rencana SC

 Informed consent MOW

H. Foto Operasi

I. Perkembangan Pasien

Waktu Perjalanan Penyakit Rencana Terapi

Kamis, S : Rujukan dari RS Abunawas  Rencana SC

10 Januari dengan keluahan kelainan pada  Informed consent MOW


2019 (12.00
janin (Hidrocepalus)
WITA)
O : Ku ibu baik, komposmentis

TD : 110/70 mmHg

N : 80 kali/menit

P : 20 kali/menit

S : 36,7 C

Pemeriksaan Luar:

L1= TFU teraba 3 jari

7
dibawah proc.xyphoideus

L2= Punggung janin berada

disebelah kiri

L3= Bagian terbawah janin

kepala

L4= Kepala belum masuk

panggul

Taksiran berat janin 3859

gr

Denyut jantung janin

132x/menit

His (-)

Pemeriksaan dalam:

Tidak dilakukan

A: G7P6A0 Gravid aterm +

Hydrocephalus

Jumat S:-  Observasi TTV

11/01/ 2019 O : Ku ibu baik, komposmentis  Observasi His dan

(06.00 TD :110/70 mmHg DJJ

WITA) N : 80 kali/menit  Pasang infuse RL 28

P : 20 kali/menit Tpm

S : 36,5 C  Pasang kateter tetap

DJJ : 132 kali/menit

8
His : (-)

A: G7P6A0 Gravid aterm +

Hydrocephalus

Pukul 10.30 S: -  SC

WITA O : Ku ibu baik, komposmentis  Dilakukan anastesi

TD :110/70 mmHg  IVFD RL + oxytosin

N : 80 kali/menit 2 amp. IV 18 tpm

P : 20 kali/menit  Injeksi tramadol 100

S : 36,5 C mg/IV/8 jam

DJJ : 128 kali/menit  Injeksi ketorolac 30


His : (-) mg/IV/8 jam
A: G7P6A0 Gravid aterm +

Hydrocephalus

Pukul 13.00 S: nyeri bekas operasi  Observasi Ku dan


O: Ku ibu baik, kompos mentis TTV ibu
TD :110/70 mmHg
 Injeksi cefotaxime
N : 80 kali/menit
 Injeksi ranitidine
P : 20 kali/menit
 Injeksi ketorolac
S : 36,5 C
 katrofen

Sabtu S : Nyeri luka operasi  Aff infus

12/01/ 2018 O : Ku ibu baik, komposmentis  Aff kateter

TD : 100/60 mmHg  asam mefenamat 3x1

9
N : 84 kali/menit tab

P : 20 kali/menit  SF 2x1 tab

S : 36,5

Mammae : bengkak -/-

Asi :-/-

TFU : 2 jari dibawah pusat

Verban : basah

Lokia : minimal

Bab : dbn

Bak : 200cc/ 6 jam

A: POH1 + P7AO + sc e.c

Hydrocephalus + Mow

Minggu S : Nyeri luka operasi  asam mefenamat 3x1

13/01/2019 O : Ku ibu baik, komposmentis tab

TD : 100/60 mmHg  SF 2x1 tab

N : 80 kali/menit

P : 20 kali/menit

S : 36,6 C

Mammae : bengkak +/+

Asi :+/+

TFU : 2 jari dibawah pusat

Verban :kering

Lokia : minimal

10
Bab : dbn

Bak : dbn

A:POH2 + P7AO + sc e.c

Hydrocephalus + Mow

Senin S : Nyeri luka operasi  asam mefenamat 3x1

14/01/2019 O : Ku ibu baik, komposmentis tab

TD : 100/60 mmHg  SF 2x1 tab

N : 720kali/menit  Boleh pulang

P : 20 kali/menit

S : 36,6 C

Mammae : bengkak +/+

Asi :+/+

TFU : 2 jari dibawah pusat

Verban :kering

Lokia : minimal

Bab : dbn

Bak : dbn

A:POH3 + P7AO + sc e.c

Hydrocephalus + Mow

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hydrocephalus

Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu “Hydro” yang

berarti air, dan cephalus yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat

didefiniskan sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan

dari cairan serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada

susunan saraf pusat kondisi ini juga dapat diartikan sebagai gangguan

hidrodinamik cairan serebrospinal. Hidrosefalus merupakan gangguan yang

terjadi akibat kelebihan cairan serebrospinal pada sistem saraf pusat.

Hidrosefalus adalah suatu distensi aktif dari sistem diambil dari ventrikel pada

saat operasi pemasangan V-P ventrikel otak akibat sirkulasi cairan

serebrospinal (CSS).

B. Epidemiologi

Kasus ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf yang paling

sering ditemui. Data menyebutkan bahwa hidrosefalus kongenital terjadi pada

3 dari 1000 kelahiran di Amerika Serikat dan ditemukan lebih banyak di negara

berkembang seperti Brazil yaitu sebanyak 3,16 dari 1000 kelahiran.3,8

Sedangkan di Indonesia ditemukan sebanyak 40% hingga 50% dari kunjungan

berobat atau tindakan operasi bedah saraf. Insiden hidrosefalus adalah sama

untuk kedua jenis kelamin, kecuali pada sindrom Bickers-Adams, X-linked

hydrocephalus ditularkan oleh perempuan dan diderita oleh laki-laki.

Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar 40% dari total kasus hidrosefalus.

12
C. Etiologi

Penyebab hidrosefalus dapat terjadi pada masa prenatal dan perinatal,

tetapi hal-hal apa saja yang memicu terjadinya kelainan tersebut sebagian besar

belum diketahui secara pasti. Pemicu hidrosefalus tersering adalah perdarahan

diikuti neoplasma dan infeksi meningitis. 1

Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua, yaitu penyebab prenatal dan postnatal2

1. Penyebab prenatal

Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah mengalami hal ini

sejak lahir atau segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya terutama adalah

stenosis akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker, Holopresencephaly,

Myelomeningokel, dan Malformasi Arnold Chiari. Selain itu, terdapat juga

jenis malformasi lain yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa infeksi

in-utero, lesi destruktif dan faktor genetik.

Stenosis Akuaduktus Sylvii terjadi pada 10% kasus pada bayi baru

lahir. Insidensinya berkisar antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran. Insidennya

0,5-1% kasus/1000 kelahiran. Malformasi Dandy Walker terjadi pada 2-4%

bayi yang baru lahir dengan hidrosefalus. Malformasi ini mengakibatkan

hubungan antara ruang subarakhnoid dan dilatasi ventrikel 4 menjadi tidak

adekuat, sehingga terjadilah hidrosefalus. Penyebab yang sering terjadi

lainnya adalah Malformasi Arnold Chiari (tipe II), kondisi ini menyebabkan

herniasi vermis serebelum, batang otak, dan ventrikel 4 disertai dengan

anomali inrtakranial lainnya. Hampir dijumpai di semua kasus

13
myelomeningokel meskipun tidak semuanya berkembang menjadi

hidrosefalus (80% kasus).

2. Penyebab postnatal

Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista

arakhnoid dan kista neuroepitelial merupakan kedua terbanyak yang

mengganggu aliran likuor. Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran

vena juga merupakan penyabab yang cukup sering terjadi. Dari penjelasan

di atas, hidrosefalus dapat diklasifikasikan menjadi hidrosefalus obstruktif

dan hidrosefalus komunikans seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Hidrosefalus

Hidrosefalus obstruktif Hidrosefalus komunikans

Kongenital Kongenital

Stenosis akuaduktus Malformasi Arnold Chiari

Kista Dandy Walker (tipe II, jarang pada type I)

Benign intracranial cysts (seperti kista arachnoid) Ensefalokel

Malformasi vaskular (seperti aneurisma vena Deformitas basis kranii

Galen)

Didapat

Didapat Infeksi (intrauterin misalnya CMV, toxoplasma,

Tumor (seperti ventrikel 3, regio pineal, fossa post-bacterial meningitis)

posterior) Perdarahan (IVH pada infan, sub-arachnoid

Lessi massa lainnya (seperti giant aneurysms, haemorrhage)

abses) Hipertensi vena (seperti trombosis sinus venosa,

Ventricular scarring arterio–venous shunts)

Meningeal carcinomatosis

Sekresi berlebihan CSF (papiloma pleksus

koroidalis)

14
D. Patofisiologi

Secara teoritis patofisiologi hidrosefalus terjadi karena tiga hal yaitu

produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi liquor yang berlebihan,

dan peningkatan tekanan sinus venosa. Pembentukan cairan serebrospinal

terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut

dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih

sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan

serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan

pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun anak-anak.

Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen

monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu

ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke

ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis.

Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:

1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling

jarang dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh

adanya tumor pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula

yang terjadi akibat dari hipervitaminosis vitamin A.

2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus

hidrosefalus. Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau

tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi di ventrikel

maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab terjadinya

keadaan patologis ini, yaitu:

15
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya

stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.

b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik

saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista

arakhnoid, dan hematom.

c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis,

termasuk reaksi ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili

arakhnoid.

3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom

vena cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan

serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk hidrosefalus tekanan normal atau

pseudotumor serebri.

Dari penjelasan di atas maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam

beberapa sebutan diagnosis. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi

ventrikel, sedangkan hidrosefalus eksterna menunjukkan adanya pelebaran rongga

subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus komunikans adalah

keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan rongga

subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan hidrosefalus non-komunikans yaitu

suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke

rongga subarakhnoid. Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak

ditemui dimana aliran likuor mengalami obstruksi.

Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktu

onsetnya, yaitu akut (beberapa hari), subakut (meninggi), dan kronis (berbulan-

16
bulan). Terdapat dua pembagian hidrosefalus berdasarkan gejalanya yaitu

hidrosefalus simtomatik dan hidrosefalus asimtomatik.

E. Gejala Klinis

Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya

ukuran lingkar kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar

kepala terus bertambah besar, sutura-sutura melebar demikian juga fontanela

mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang. Beberapa penderita

hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang besar saat dilahirkan sehingga

sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus memerlukan operasi

seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anakanak dengan hidrosefalus tipe ini

dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan

secara cepatterjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya. Akibat penonjolan

lobus frontalis, bentuk kepala cenderung menjadi brakhisefalik, kecuali pada

sindrom Dandy-Walker di mana kepala cenderung berbentuk dolikhosefalik,

karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior.

Sering dijumpaiadanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi dari

kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan

bawah dari isi ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola

mata nampak seperti matahari terbenam. Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai

adanya pelebaran vena-vena subkutan. Pada perkusi kepala anak akan terdengar

suara cracked pot, berupa seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai gejala-

gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental,

kegagalan untuk tumbuh secara optimal.

17
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema,

tapi pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara

pelan sikap tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada

tungkai. Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.

1. Hidrosefalus pada bayi (Tipe congenital/infantil)

- Kepala membesar

- Sutura melebar

- Fontanella kepala prominen

- Mata kearah bawah (sunset phenomena)

- Nistagmus horizontal

- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.

- Umur Lingkar Kepala:

0 bulan 35 cm

3 bulan 41 cm

6 bulan 44 cm

9 bulan 46 cm

12 bulan 47 cm

18 bulan 48,5 cm

2. Tipe juvenile/adult (2-10 tahun) :

- Sakit kepala

- Kesadaran menurun

- Gelisah

- Mual, muntah

18
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak

- Gangguan perkembangan fisik dan mental

- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat

mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.

- Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah

menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital.

Aktivitas fisik dan mental secara bertahap akan menurun dengan

gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap

lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan

aktivitasnya.

F. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis. Makrokrania

merupakan salah satu tanda dimana ukuran kepala lebih besar dari dua deviasi

standar di atas ukuran normal atau persentil 98 dari kelompok usianya.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan

menyebabkan empat gejala hipertensi intrakranial yaitu fontanel anterior yang

sangat tegang (37%), sutura tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin, dan

sunset phenomenon dimana kedua bola mata berdiaviasi ke atas dan kelopak

mata atas tertarik.

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar

daripada bayi, gejala ini mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan

okulomotor, dan gejala gangguan batang otak (bradikardia, aritmia respirasi).

19
Gejala lainnya yaitu spastisitas pada eksremitas inferior yang berlanjut menjadi

gangguan berjalan dan gangguan endokrin.

Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG dapat mendeteksi

hidrosefalus pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk mengukur dan

memonitor ukuran ventrikel, terutama digunakan pada anak prematur. CT Scan

dapat digunakan untuk mengukur dilatasi ventrikel secara kasar dan

menentukan sumber obstruksi. CT Scan dapat menilai baik secara fungsional

maupun anatomikal namun tidak lebih baik daripada MRI, namun karena

pemeriksaannya cukup lama maka pada bayi perlu dilakukan pembiusan. 2

G. Tatalaksana

Tatalaksana pada pasien hidrosephalus 2

1. Terapi sementara

Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari

pleksus khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg

BB/hari) dan hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka

waktu yang lama karena berisiko menyebabkan gangguan metabolik.

Terapi ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak

dan tidak dianjurkan untuk dilatasi ventrikular posthemoragik pada anak.

Pada pasien yang berpotensi mengalami hidrosefalus transisi dapat

dilakukan pemasangan kateter ventrikular atau yang lebih dikenal dengan

drainase likuor eksternal. Namun operasi shunt yang dilakukan pasca

drainase ventrikel eksternal memiliki risiko tertinggi untuk terjadinya

20
infeksi.15 Cara lain yang mirip dengan metode ini adalah dengan pungsi

ventrikel yang dapat dilakukan berulang kali.

2. Operasi shunting

Sebagian besar pasien memerlukan tindakan ini untuk membuat

saluran baru antara aliran likuor (ventrikel atau lumbar) dengan kavitas

drainase (seperti peritoneum, atrium kanan, dan pleura). Komplikasi operasi

ini dibagi menjadi tiga yaitu infeksi, kegagalan mekanis, dan kegagalan

fungsional. Tindakan ini menyebabkan infeksi sebanyak >11% pada anak

setelahnya dalam waktu 24 bulan yang dapat merusak intelektual bahkan

menyebabkan kematian.

3. Endoscopic third ventriculostomy

Metode Endoscopic third ventriculostomy (ETV) semakin sering

digunakan di masa sekarang dan merupakan terapi pilihan bagi hidrosefalus

obstruktif serta diindikasikan untuk kasus seperti stenosis akuaduktus, tumor

ventrikel 3 posterior, infark serebral, malformasi Dandy Walker,

syringomyelia dengan atau tanpa malformasi Arnold Chiari tipe 1,

hematoma intraventrikel, myelomeningokel, ensefalokel, tumor fossa

posterior dan kraniosinostosis. ETV juga diindikasikan pada kasus block

shunt atau slit ventricle syndrome.

Kesuksesan ETV menurun pada kondisi hidrosefalus pasca

perdarahan dan pasca infeksi. Perencanaan operasi yang baik, pemeriksaan

radiologis yang tepat, serta keterampilan dokter bedah dan perawatan pasca

operasi yang baik dapat meningkatkan kesuksesan tindakan ini.

21
H. Komplikasi

 Peningkatan tekanan intrakranial

 Kerusakan otak

 Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis,

ventrikulitis, abses otak.

 Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.

 Hematomi subdural, peritonitis,abses abdomen, perporasi organ dalam

rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.

 Kematian

I. Prognosis

Pada pasien hidrosefalus, kematian dapat terjadi akibat herniasi

tonsilar yang dapat menyebabkan penekanan pada batang otak dan terjadinya

henti nafas. Sedangkan ketergantungan pada shunt sebesar 75% dari kasus

hidrosefalus yang diterapi dan 50% pada anak dengan hidrosefalus

komunikans. Pada anak dengan hidrosefalus obstruktif yang memiliki korteks

serebral intak, perkembangan yang adekuat dapat dicapai hanya dengan ETV,

meskipun pencapaian tersebut lebih lambat. Pada anak dengan perkembangan

otak tidak adekuat atau serebrum telah rusak oleh hidrosefalus maka

perkembangan yang optimal tidak dapat dicapai hanya dengan terapi ETV

meskipun tekanan intrakranial terkontrol. 2

22
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien wanita G7P6A0 Pasien baru masuk rujukan dari Rumah Sakit

Abunawas dengan keluhan kelainan pada janin. Keluhan saat ini, sakit perut (-),

sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), penglihatan kabur (-), riwayat trauma (+),

BAK lancar dan susah BAB . Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), asma (-),

alergi (-), riwayat operasi sebelumnya (-), riwayat epistaksis (+) .

Riwayat Penyakit keluarga hipertensi (-), riwayat DM (-), asma (-), alergi

(-), riwayat operasi sebelumnya (-). Riwayat menarche umur 15 tahun, teratur

setiap bulan dengan siklus 30 hari dan lama haid 3-5 hari. HPHT 20 April 2019.

Riwayat pernikahan adalah pernikahan pertama kali dengan usia pernikahan 18

tahun.

Menurut pasien, Menurut pasien, selama kehamilan ini pasien telah

memeriksakan kehamilannya tiap bulan di posyandu dan bidan terakhir di poli dr.

Sp.OG, dengan hasil pemeriksaan terdapat kelainan pada janin yaitu kepala janin

besar (hydrocephalus).

Dari hasil pemeriksaan fisik dan obsetrik ditemukan pasien dengan

keadaan umum baik dengan kesadaran komposmentis. Tekanan Darah 100/70

mmHg, Abdomen Cembung ikut gerak napas, nyeri tekan epigastrium (+),

peristaltik (+) kesan normal. Pitting edema pretibial (+/+), reflex patella

(+/+).TFU teraba 3 jari diatas umbilicus (pertengahan proc.xyphoideus-

umbilicus). Punggung janin berada disebelah kiri, Denyut Jantung Janin :

142/Menit.(reguler), Bagian terbawah kesan kepala, Kepala belum masuk

23
panggul, Taksiran berat janin 3589 gr, Gerakan janin (+),His (-). Pemeriksaan

dalam vagina tidak dilakukan.

Pada pemeriksaan usg sebelumnya di dokter praktek dikatakan bahwa

janin ibunya memiliki kelainan congenital kepala janin besar (hydrocephalus) dan

setelah bayi lahir melalui persalinan sectio secarea didapatkan lingkar kepala bayi

41cm, dimana gejala klinis Hidrosefalus pada bayi (Tipe congenital/infantil)

- Kepala membesar

- Sutura melebar

- Fontanella kepala prominen

- Mata kearah bawah (sunset phenomena)

- Nistagmus horizontal

- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.

- Umur Lingkar Kepala:

0 bulan 35 cm

3 bulan 41 cm

6 bulan 44 cm

9 bulan 46 cm

12 bulan 47 cm

18 bulan 48,5 cm

Tatalaksana pada kelainan yang terdapat pada janinnya yaitu dapat Terapi

konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus

khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan

hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama

24
karena berisiko menyebabkan gangguan metabolik. Terapi ini direkomendasikan

bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak. Dan bisa juga dilakukan operasi.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahmayani, D.D., dkk. 2017. Clinical Profile & Risk Factors of Pediatric
Communicating & Non Communicating Hydrocephalus at RSUD
dr.Soetomo. Sari Pediatri.Vol. 19, No.1
2. Apriyanto, dkk. 2013. Hydrocephalus pada anak. JMJ. Vol. 1, No.1
3. Andriati, Riris. 2014. Study of Literature Hydrocephalus Congenital.
Volume 1 no.1
4. Bal’afif, F. 2013. The Effect of BNDF & Neurotrophin Receptor in
Congenital Hydrocephalus Severity After Ventriculo Peritoneal Shunt.
Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol.27 No.3
5. Rocco, F.D, dkk. 2009. Journal of Hydrocephalus. Vol.1 No.1
6. Dermawati, D, E, dkk. 2017. Intraventricular Hematom Disertai
Hidrosefalus Obstruktif. J Medula Unila.Vol.7.No.1
7. Rosalina, dkk. 2007. Dandy Walker Syndrome in 7 month-old boy. Jurnal
Oftalomology Indonesia. Vol. 5. No.3
8. Ibrahim S, Rosa AB, Harahap AR. Hydrocephalus in children. In:
Sastrodiningrat AD, ed. Neurosurgery lecture notes. Medan: USU Press;
2012.
9. Espay AJ. Hydrocephalus [internet]. [place unknown]: Medscape
reference; 1994 [updated 2012 Sept 17; cited 2013 April 28]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1135286-overview
10. Rizvi R, Anjum Q. Hydrocephalus in children [internet]. Pakistan: Journal
of Pakistan Medical Association; 2005 [cited 2013 April 28]. Available
from: http://jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=956

26

Anda mungkin juga menyukai