Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN TROPIKA

Dosen Pengampu : M. Pramulya, SP, M.Si

Disusun Oleh:

Donatus dodi (C1011171084


Makarius Mustiadi (C1011171115)
Sufriadi Pairo Siagian (C1011171081)
Modesta Roma Mutiara Lumban Gaol (C1011171087)
Wilhelmina Arini (C1011171108)
Yudika Fristiwa (C1011171119

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas banyaknya
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
lapangan Teknologi Pengelolaan Lahan Tropika sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Adapun penulisan laporan praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengetahui


perubahan lahan yang terjadi dan upaya pemanfataan lahan yang dilakukan petani dalam
mendukung kegiatan usaha tani di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat.

Terkait membuat laporan pratikum ini, penulis benar-benar menyadari ditemukan


banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu, penulis sungguh-sungguh
meminta saran beserta kritik yang membangun dari segenap pihak supaya laporan percobaan
ini tambah baik lagi dan dapat berguna bagi khalayak umum.

Pontianak, Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB III PELAKSANAAN ................................................................................................. 3

A. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................................. 3


B. Perlakuan Praktikum .............................................................................................. 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 4

A. Hasil Wawancara .................................................................................................... 4


B. Pembahasan ............................................................................................................ 10

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luas lahan rawa di Indonesia ± 33.316.770 hektar, terdiri dari 20.096.800 hektar
rawa pasang surut dan 13.316.770 ha rawa non pasang surut yang tersebar di pulau
Sumatera 10.873.000 ha, Kalimantan 10.560.000 ha, Sulawesi 1.457.000 hektar dan
Papua 10.523.000 hektar(Balai Rawa dan Pantai, 2006). Kecamatan Sungai Kakap
merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kubu Raya yang
berperan aktif dalam sektor pertanian dengan memiliki luas area pertanian mencapai
34.765 hektar (BPS, 2013). Lahan rawa yang sangat luas tersebut, 34.765 hektar
diantaranya potensial untuk dikembangkan menjadi lahan budidaya pertanian
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan pertambakan.
Tanaman pangan memiliki nilai strategis dan sensitivitas yang tinggi ditinjau
dari aspek politis, ekonomi, dan kerawanan sosial. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan pangan dan komoditi pertanian saat ini, maka peranan lahan rawa sebagai
areal alternatif pendukung pengembangan pertanian akan semakin penting. Hal
tersebut berkaitan dengan semakin berkurangnya lahan-lahan produktif, khususnya
di Jawa dan sekitar perkotaan diluar Jawa, akibat laju alih fungsi lahan untuk
penggunaan non pertanian (prasarana umum, permukiman, industri).
Pembukaan lahan rawa di Sungai Kakap sudah dimulai sejak tahun 1980-an
untuk menunjang program transmigrasi. Pembangunan prasarana jaringan irigasi
pada 2 kawasan ini lebih ditekankan pada pengembangan jaringan di tingkat makro
mulai dari saluran primer sampai tersier. Sedangkan jaringan tata air mikro
diserahkan pada petani penggarap. Rasau Jaya adalah salah satu sentra unggulan
pertanian pada lahan rawa di Kalimantan Barat. Pengembangan lahan rawa di Sungai
Kakap sudah dilakukan pemerintah sejak pada masa pemerintahaan masa orde baru
melalui penempatan transmigran berasal dari daerah Jawa, Bali, dan Sambas.
Konversi lahan rawa berarti mengubah lahan rawa sedemikian rupasehingga
tercipta suatu lingkungan baru yang cocok untuk pengembangan budidaya pertanian.
Pengembangan pertanian di lahan basah Sungai Kakap memiliki tantangan
sehubungan dengan kondisi fisiografisnya yang memiliki kendala sifat fisik, kimia
dan biologis. Dalam pengembangan pertanian di Sungai Kakap saat ini terletak pada
sistem tata airnya yang kurang optimal meskipun potensinya sangat besar.

1
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan lahan yang terjadi
dan upaya pemanfataan lahan yang dilakukan petani dalam mendukung kegiatan
usaha tani di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

2
BAB II

PELAKSANAAN

A. Kegiatan Pelaksanaan
Tempat : Jl. Sungai Raya Kakap km. 17,5, Kecamatan Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 Mei 2019
Waktu : 07:00 – 12:00 WIB
B. Perlakuan Praktikum
Mahasiswa melakukan wawancara kepada petani di Kecamatan Sungai Kakap,
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat perihal perubahan lahan dan upaya
pemanfaatan lahan dengan format pertanyaan yang telah ditentukan dosen
pembinbing.

3
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil Pengamatan /
No. Jenis Pertanyaan Keterangan
Wawancara
1 Bagaimana sejarah Awalnya lahan
perubahan lahan di tersebut adalah rawa
Kecamatan Sungai yang di kelola dengan
Kakap? adannya program
transmigrasi. Lahan
masih berupa lahan
rawa dan menjadi
lahan pertanian padi
dimulai dengan
membangun drainase.
2 Perubahan lahan apa Perubahan yang paling
saja yang terjadi, Nampak adalah alih
ancaman terhadap fungsi lahan dan
kelestarian lingkungan, dampaknya bagi
upaya yang dilakukan lingkungan adalah
untuk mengatasi terganggunya
perubahan yang ada? ekosistem. Dengan
mengurangi
penggunaan bahan
kimia sintetis agar
tidak terjadi residu,
maupun eutrofikasi.

4
3 Jenis komoditas apa Padi, daun bawang,
saja yang diusahakan kacang panjang, ubi
(tanaman/ternak)? kayu dan sayuran, serta
komoditas ternak
budidaya ikan nila.

4 Asal usul benih/bibit Benih yang digunakan


(bersertifikat atau bersertifikasi dari
tidak)? bantuan pemerintah
daerah.
5 Perlakuan benih/bibit Perlakuan yang
sebelum dilakukan adalah
dibudidayakan? perendaman benih
selama 1 hari sebelum
penyemaian.

5
6 Perlakuan tanah Pengolahan lahan
sebelum ditanami, disana sebelum di
apakah dibajak dan tanam adalah dengan
dipupuk terlebih di bajak.
dahulu. Bila dibajak,
dilakukan beberapa hari
sebelum tanaman, bila
dipupuk, sebutkan jenis
pupuk, dosis, waktu
dan caranya?
7 Bila ada kegiatan 1. Persiapkan lahan
penyemaian, ceritakan Sebelum menyemai
langkah-langkahnya? benih padi, maka
sebaiknya kita siapkan
lahan yang akan
digunakan untuk
menyemai.
2. Persiapkan
benih/biji padi
Sebelum benih
disemaikan sebaiknya
benih padi direndam
dalam air selama satu
malam, setelah itu
baru kita taburkan
pada tempat yang
sudah dipersiapkan.
3. Menyemai benih
padi
Setelah lahan siap,
maka selanjutnya
tinggal kita semaikan
benih padi, jika

6
didarat, silahkan
ditaburkan benih padi
secara merata. Jika
sudah selesai segera
tutupi permukaan
dengan terpal tipis
atau alang-alang juga
bisa agar tidak habis
dimakan burung
maupun hewan
lainnya. Begitu juga
perlakuan disawah,
sama seperti didarat.
4. Perawatan benih
Setelah benih
disemaikan, langkah
selanjutnya adalah
merawatnya dengan
baik dan benar. Beri
pupuk agar
pertumbuhan benih
cepat dan benih bisa
cepat tumbuh.
Setelah benih berumur
2 minggu maka benih
padi siap untuk
ditanam, tapi untuk
usia tanam benih padi
ini tergantung pada
jenis atau varietas padi
yang anda tanam.
Semoga bermanfaat.

7
8 Bila ada pembuatan Cara pembuatan
bedengan, ceritakan bedengannya yaitu
cara pembuatannya, pertama tama
dan ukurannya atau ada membersihkan terlebih
perlakuan lain? dahulu rumput yang
berada dilahan yang
akan dibuatkan
bedengan,
penggemburan pada
tanah menggunakan
traktor maupun
cangkul, membentuk
gundukan tanah
dengan ukuran sesuai
dengan kebutuhan
9 Uraikan jenis Gejala dari serangan
pemeliharaan pada tikus adalah sebagai
tanaman atau dengan berikut: Seluruh
ternak (ceritakan juga bagian tanaman padi
pengelolaan / pada berbagai stadia
pengendalian hama dan pertumbuhan dapat
penyakit, gejala dan dirusak oleh tikus.
akibat serangan hama? Tikus paling senang
memakan bagian
malai atau bulir
tanaman padi pada
stadia generatif. Pada
stadia persemaian,
tikus mencabut benih
yang sudah mulai
tumbuh (bibit) untuk
memakan bagian biji
yang masih tersisa

8
(endosperm). Pada
stadia vegetatif, tikus
memotong bagian
pangkal batang untuk
memakan bagian
batangnya. Adapun
pada stadia generatif,
tikus memotong
pangkal batang untuk
memakan bagian
malai atau bulirnya.
Kegiatan pengendalian
tikus sawah dengan
memberikan pestisida
kimiawi yaitu
rodentisida
10 Pelaksanaan panen Pada saat panen padi
(sesuai komoditas, sawah, batang
kuantitas, intensitas tanaman padi dipotong
panen). menggunakan arit
kemudian letakan hasil
aritan batang padinya
di samping atau
dibelakang tubuh
petani agar tidak
terinjak.

11 Jelaskan peluang Di daerah Sungai


terjadinya degradasi Kakap sangat mungkin
lahan pada kegiatan teradinya degradasi
usaha tani yang telah lahan. Degradasi lahan
digunakan? sangat mungkin terjadi
karena petani

9
melakukan penanaman
secara terus menerus,
ditambah lagi dengan
penggunaan pupuk
dan pestisida kimia
yang dapat
menyebabkan residu.
Hal yang dapat
dilakukan oleh petani
adalah lahan tersebut
di berakan untuk
sementara waktu dan
mengurangi
pengguaan bahan
kimia sintetis.
12 Bagaimana upaya Dengan mengurangi
pemulihan lahan. penggunaan bahan
Apakah ada kimia, dan melakukan
pengolalaan berbagai rotasi tanam untuk
limbah, jelaskan, notasi mengurangi hama dan
tanaman, pengendalian penyakit
hama penyakit, dll.?
13 Jelaskan terkait Petani tersebut menjua
penanganan pasca hasil panennya
panen (jika ada) dan kepada tengkulak
bagaimana maupun langsung di
pemasarannya? jual ke pasar

14 Sebutkan harga jual Harga gabah kering di


masing-masing Kalimantan barat
komoditi tanaman dan kisaran Rp 4.500-
produk lain yang 5.000/kg.
dihasilkan. Selain itu
penggunaan inpu-input

10
lainnya (untuk
menggambarkan
analisis ekonomi
kegiatan usaha)?

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dari Pak Rizal yang berasal dari daerah sambas
dan Pak Subandi diketahui perkembangan lahan pertanian yang ada di Kecamatan
Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Setelah Indonesia
merdeka sebelum masa orde baru, kolonisasi diganti dengan transmigrasi. Melalui
penempatan transmigran berasal dari daerah Jawa, Bali, dan Sambas dengan tujuan
untuk mengurangi jumlah penduduk, mencapai peningkatan taraf hidup,
pembangunan daerah, keseimbangan penyebaran penduduk, pembangunan yang
merata diseluruh Indonesia. Kalimantan sendiri merupakan pulau yang hampir
dikatakan masih sedikit penduduknya, baik pada masa Kolonial maupun pasca
kemerdekaan. Melihat potensi yang sangat besar di Kalimantan, pemerintah
akhirnya memutuskan membuka Kalimantan sebagai objek transmigrasi pertama
pada tahun 70 an. Usaha kerja keras transmigran dalam beradaptasi dengan
lingkungan baru dilakukan secara bertahap yaitu adaptasi dengan lingkungan alam
dan penduduk asli. Pada awalnya penyesuaian diri terhadap lingkungan alam yang
masih hutan, rawa-rawa, suhu cuaca yang panas dan lahan usaha yang terlebih
dahulu harus membersihkan sisa potongan kayu dari bekas membabat hutan.
Pembukaan lahan rawa di Sungai Kakap sudah dimulai sejak tahun 1980-an.
Pengembangan lahan rawa berarti mengubah lahan rawa sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu lingkungan baru yang cocok untuk pengembangan budidaya
pertanian dan permukiman. Perubahan lahan rawa menjadi lahan pertanian padi
dimulai dengan membangun drainase. Pengertian drainase adalah Drainase yang
berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Drainase secara umum dapat didefenisikan
sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari
air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan,
sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Dengan adanya proses drainase
yang baik, akan mengakibatkan terjadinya pematangan tanah dan juga mencegah
terjadinya kondisi anaerobik yang berkelanjutan dan akan menstimulir terjadinya
11
oksidasi serta lenyapnya bahan organik. Sungai Kakap termasuk Daerah Aliran
Sungai ( DAS) sehingga drainase menggunakan sungai alam yang memotong dua
sungai yaitu sungai peramban dan sungai itik. Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat
diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung,
menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya
bermuara ke danau atau laut (Manan, dalam jurnal Sismanto 2009). DAS merupakan
satuan gerak air yang bersifat bebas dari DAS lainnya, yaitu dua buah DAS adalah
DAS yang satu sama yang lainnya berbeda dalam hal pengaliran air. Dengan
demikian, suatu DAS secara jelas dapat dipandang sebagai satu kesatuan ekosistem
hidrologi, geografi atau unsur fisik lainnya dengan unsur utamanya sumber daya
tanah, air, flora, dan fauna.
Komoditas pertanian yang dihasilkan oleh penduduk di Kawasan Rasau Jaya
dan sekitarnya seperti padi, sayuran, daun bawang, ubi kayu, kacang panjang, ikan
nila dan ternak. Awal dilakukan budidaya padi bibit yang digunakan oleh petani
berasal dari dari hasil swadaya masyarakat dan bantuan oleh pemerintah daerah
melalui kelompok-kelompok tani yang ada di lahan pertanian Kecamatan Kakap.
Jenis benih yang digunakan petani yang ada di Kecamatan Sungai Kakap yaitu
varietas inpara-2, inpara-3, dan pioneer, sehingga pada saat musim tanam para petani
harus membuat keputusan untuk menentukan jenis benih padi yang akan ditanam,
dan diperbanyak sampai sekarang untuk menjadi benih. Meski begitu benih yang
digunakan belum mengalami penurunan walapun sudah gunakan terus menerus.
Petani di daerah Sungai Kakap mengolah lahan menggunakan traktor untuk
mengefesiensi waktu. Petani juga menggunakan tanaman selingan untuk mengurahi
hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi, tanaman selingannya antara lain
jeruk, sayur mayur, daun bawang dan tanaman horti lainnya. Pupuk yang digunakan
oleh petani adalah pupuk kimia dan pupuk organik, juga menggunakan pembenah
tanah seperti kapur untuk menaikkan pH tanah yang cenderung masam. Penghasilan
padi di daerah Sungai Kakap dari 15 desa memiliki hasil yang berbeda beda, karena
setiap desa memiliki luas lahan yang berbeda beda. Rata rata produktivitas padi di
daerah Sunga Kakap adalah 2,9- 4 ton/ha.
Degradasi di lahan pertanian Sungai kakap sangat mungkin terjadi. Bahkan
penurunan kualitas lahan mungkin sudah dirasakan petani saat ini. Peningkatan
jumlah dan keragaman aktivitas penduduk terkait erat dengan peningkatan
kebutuhan terhadap lahan. Masalah tersebut dapat menyebabkan terjadinya konversi

12
lahan pertanian ke lahan non pertanian sehingga berdampak pada perubahan
ekologis yang mengarah ke degradasi lingkungan. Terlebih saat ini mulai tampak
adanya peningkatan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di daerah pedesaan
sehingga lahan subur semakin berkurang akibat alih fungsi lahan pertanian ke lahan
non pertanian. Beberapa hal yang menyebabkan penurunan kualitas lahan pertanian
adalah:
1) Tidak melakukan rotasi tanam, hal ini dapat menyebabkan terjadi epidemi
pada hama atau penyakit yang menyerang tanaman padi
2) Penggunaan pupuk kimia yang terus menerus dan berlebihan, penggunaan
pupuk kimia hanya dapat memperbaiki kimia tanah namun biologi dan
fisika tanah dapat rusak hal ini yang menyebabkan penurunan kualitas
lahan.
3) Pestisida kimia, hal ini dapat menyebabkan hama dan penyakit menjadi
lebih resisten.

Petani disana sudah mulai mencoba pelan pelan untuk mengurangi degradasi
lahan tersebut, dengan tidak mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetis, namun
dikombinasikan dengan pupuk organic dan pembenah tanah.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lahan rawa merupakan kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan secara bijak
agar dapat menjadi sumber pertumbuhan yang mampu mendorong laju
pembangunan perekonomian dan memakmurkan rakyatnya. Oleh karena itu
walaupun dalam era otonomi yang memberikan wewenang luas, pengelolaan lahan
rawa pasang surut harus tetap mengindahkan kondisi dan sifat-sifat lahan yang khas
dan unik. Dalam arti tidak membuat kegiatan yang mengarah pada perubahan
lingkungan yang drastis, yang dapat berdampat negatif tehadap kualitas lingkungan
setempat maupun wilayah lain. Wilayah lain yang dimaksud adalah wilayah yang
secara administrasi dan hukum sudah di luar wilayahnya, namun masih menjadi satu
kesatuan karena sistem rawa yang melingkupinya.
B. Saran
Sulitnya mendapatkan narasumber secara langsung yang mauk untuk
diwawancara adalah suatu masalah yang umum dirasakan mahasiswa pada saat
pratikum saat ini, maka sebelum melakukan pratikum lapangan yang melibatkan
narasumbar haruslah sudah memiliki janji antara narasumber dan mahasiswa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Daerah Kecamatan Sungai Kakap. Kubu Raya:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya.

Balai Rawa dan Pantai, 2006. Laporan Data Dasar dan Penunjangan Ilmiah Rawa dan
Pantai, Puslitbang SDA, Bandung.

Sismanto. 2009. Analisis Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan DAS Barito Kabupaten
Banjar Kalimantan Tengah. Jurnal Aplikasi. Vol. 6 No.1 (2009) ISSN. 1907-753x.

Wahyunto, S. Ritung, Suparto, dan H. subagyo, 2005. Sebaran Gambut dan Kandungan
Karbon di Sumatera dan Kalimantan. Proyek Climate Change, Foresta, and
Peatlands in Indonesia. Wetlands International. Indonesia Programme dan Widlife
Habitat Canada. Bogor.

15
LAMPIRAN

Kegiatan Wawancara Dilapangan Balai Penyuluhan Pertanian

NARASUMBER

Pak Subandi Pak Rizal

16

Anda mungkin juga menyukai