OLEH :
Peneliti sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian dengan judul “
Peranan Kooperatif Learning Tipe Picture And Picture Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X Di SMA Kristen Waikabubak Kabupaten Sumba Barat Pada Pokok
Bahasan Fungi".
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing, Kepala Sekolah dan kolaborator pada penelitian ini yang telah berkenan untuk
membantu terlaksananya penelitian ini .
Akhirnya, peneliti berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menerima amal
baik kita semua, dan semoga hasil penelitian ini nantinya banyak memberikan manfaat bagi
peneliti sendiri maupun untuk lembaga SMA Kristen Waikabubak Kabupaten Sumba Barat,
dalam upaya terus meningkatkan kualitas akademik dan non akademik peserta didiknya.
Amiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
B. Pegertian Model Pembelaran Kooperatif Tipe Picture and Picture
C. Pengertian Hasil Belajar
D. Kerangka Berpikir
E. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Metode dan Desain Penelitian
E. Variabel Penelitian
F. Prosedur Penelitian
G. Instrumen Penelitian
H. Analisis Uji Coba Penelitian
I. Teknik Pengumpulan Data
J. Teknik Analisi Data
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan tujuan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran guru dan siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan guru juga harus
aktif memancing kreatifitas anak didiknya sehingga komunikasi terjadi dengan sangat
dinamis. Adapun ciri khas dari Kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan saintific (Scientific Approach) dengan proses kegiatan awal,
kegiatan inti yang terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan dan
mengkomunikasikan (5M) dan kegiatan akhir. Dalam kurikulum 2013 juga memberi
alokasi waktu pada kegiatan pengembangan diri peserta didik yang berkarakter. Peserta
didik tidak hanya mengenal teori, tetapi diajak untuk terlibat dalam sebuah proses
pengalaman belajarnya dengan harapan menghasilkan individu yang berkualitas.
Dilapangan faktanya saat ini masih ada guru yang memilih jalan termudah yang
hanya mengejar pencapaian hasil belajar dengan belum melaksanakan prinsip Kurikulum
2013 tersebut. Guru mengajarkan hanya yang ada di buku saja, dengan pelajaran
semacam itu maka dapat mempengaruhi rendahnya minat siswa atas pelajaran IPA.
Dalam materi Fungi yang terdapat pada Kurikulum 2013 di kelas X membahas
tentang ciri dan karakteristik jamur serta peranannya dalam kehidupan. Untuk itu, dalam
mengajarkan materi Fungi ini dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif kombinasi
metode picture and picture dapat menyelidiki secara langsung ke lingkungan sekitar maupun
berbagai sumber mengenai fungi serta peranannya dalam kehidupan.
Oleh karena itu pemilihan tipe picture and picture adalah pemilihan yang tepat
dalam membahas materi ciri dan karakteristik jamur serta perananya dalam kehidupan,
karena dalam hal ini tampak adanya keterkaitan antara materi yang akan disajikan dalam
pembelajaran dengan ruang lingkup tempat tinggal sekitar kita. Sehingga penulis tertarik
untuk mengetahui sejauh mana tipe picture and picture berpengaruh terhadap hasil
belajar IPA Biologi siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penelitian ini dirumuskan pada,
”Apakah peranan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture
berpengaruh terhadap hasil belajar Biologi siswa di kelas X MIA SMA Kristen
Waikabubak Kabupaten Sumba Barat ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas peranan model kooperatif learning tipe picture and
picture terhadap hasil belajar Biologi siswa di kelas X MIA SMA Kristen
Waikabubak Kabupaten Sumba Barat pada pokok bahasan Ciri dan Karakteristik
Jamur serta Peranannya dalam Kehidupan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna untuk :
1. Memberi pengalaman kepada penulis dalam melakukan penelitian model kooperatif
learning tipe picture and picture.
2. Sebagai pengetahuan tambahan bagi penulis dalam memilih tipe pembelajaran yang
efektif dan efisien serta tepat dalam menyajikan sesuatu materi pembelajaran, yakni
dengan menggunakan tipe picture and picture.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan yang mendukung model pembelajaran kooperatif ada dua katagori, yaitu
teori motivasi dan kognitif (Slavin, 1995:16):
1.Teori Motivasi
2.Teori Kognitif
Pembelajaran kooperatif picture and picture adalah salah satu metode pembelajaran
aktif yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang
sistematis, seperti menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi
keterangan gambar dan menjelaskan gambar (Suprjiono, 2009). Picture and picture ini
berbeda dengan media gambar dimana picture and picture berupa gambar yang belum
disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media gambar
berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan adanya
penyusunan gambar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep
materi dan melatih berpikir logis dan sistematis, dapat melihat kemampuan siswa dalam
menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan dan
menjelaskan gambar, Sehingga siswa dapat menemukan konsep materi sendiri dengan
membaca gambar. Adanya gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar siswa lebih
aktif dan dapat tercapai tujuan akhir dari proses pembelajaran yaitu hasil belajar akan
meningkat.
Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri individu
yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar, sumber belajar ini
dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut pendapat Nana Sudjana (
1985 : 5) mengemukakan bahwa : “Belajar adalah sesuatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
tingkahlaku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar”.
Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk pendidikan yang multi
variable sudah tentu dalam proses penyelenggaraannya akan turut dipengaruhi serta
melibatkan faktor-faktor lain.
Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 : 132) secara umum terbagi atas tiga
macam berupa :
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti halnya minat, bakat
dan kemampuan.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar siswa seperti keadaan
keluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuan guru dalam mengajar.
c. Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu
formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh, dalam arti proses
pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada hakekatnya, belajar adalah wujud
keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lainnya dalam
suatu proses belajar mengajar di kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak dapat
dilihat dengan mata atau tak dapat diamati, misalnya menggunakan hasanah ilmu
pengetahuannya untuk memecahkan masalah, memilih teorama-teorama untuk membuktikan
proposisi, melakukan asimilasi dan atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan
keaktifan mental walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan fisik. Setelah berakhirnya
proses pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar
(Dimyati, 1999 : 3).
Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar berupa perwujudan prestasi
belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.
Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku
atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain lewat
serangkaian kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain
sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu dengan lingkungan. Hasil belajar
dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun psikologis. Faktor fisiologis antara lain:
cacat badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor psikologis antara lain berupa
motivasi, minat, reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi, komprehensif, dan
sebagainya.
Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana atau adanya laboratorium.
Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan
penguasaan berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya pengetahuan tentang fakta, teori,
istilah-istilah, pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang bersifat berkelanjutan harus
dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan berkelanjutan
misalnya keterampilan tertentu dalam mengolah suatu produk, menyelesaikan perhitungan
dan sebagainya.
Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas, tujuan pengajaran yang
dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara guru dan siswa. Interaksi
antara guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara guru dan siswa juga berjalan dengan
baik.
Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam penentuan keberhasilan siswa dalam suatu
proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa tes hasil belajar. Tes hasil belajar
disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri, misalnya dalam bentuk pretes dan
postes. Pretes adalah tes yang diberikan sebelum suatu pelajaran dimulai yang bertujuan
untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan
postes adalah tes yang diberikan sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah menguasai bahan yang telah diajarkan.
Perbedaan hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh kualitas pembelajarannya. Jika
proses pembelajaran baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang besar antara
postes dengan pretes. Pertanyaan-pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan
pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua hasil tes ini dapat dibandingkan.
D. Kerangka Berpikir
Belajar adalah suatu kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang di
dalamnya terjadi proses interaksi antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku, pemahaman, perluasan minat serta kecakapan yang
meliputi seluruh pribadi peserta didik. Di dalam kelas, terdapat keragaman peserta didik yang
biasa disebut dengan heterogenitas. Agar antara siswa yang satu dengan yang lain dapat
mengenal sikap dan karakteristiknya masing-masing serta terjadinya suatu kegiatan
pembelajaran yang aktif dan efisien maka guru perlu memperhatikan heterogenitas siswa di
dalam kelas dalam suatu proses pembelajaran.
Dengan segala perbedaan yang terdapat dalam diri siswa tersebut, terutama dalam
mengatasi perbedaan kemampuan akademis siswa (siswa yang memiliki kemampuan
akademis tinggi, rata-rata hingga rendah) guru perlu memperhatikan model pembelajaran
yang tepat untuk tercapainya tujuan pembelajaran, sehingga antara siswa yang memiliki
perbedaan kemampuan tersebut dapat melakukan proses diskusi atau tutor sebaya. Karena
dengan tutor sebaya siswa dapat lebih mudah menerima pengetahuan yang diberikan oleh
temannya, serta saling membantu dan memberi motivasi untuk menyelesaikan dan
memahami suatu pokok bahasan. Dengan adanya kenyataan tersebut, maka guru perlu
memperhatikan model pembelajaran yang berbeda, agar proses belajar tidak monoton dan
tidak membosankan untuk itu perlu adanya variasi dalam pembelajaran, misalnya proses
belajar individual secara kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggitanya
terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif
konstruktivis. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan kompetensi sosial peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini menerapan
pembelajaran kooperatif dengan kombinasi metode picture and picture. Proses pembelajaran
ini dirancang sedemikian rupa, yakni dengan membentuk siswa menjadi lima sampai enam
kelompok yang heterogen, siswa menyusun kalimat untuk melengkapi keterangan yang ada
pada gambar sesuai pokok pembahasan yang telah ditentukan guru dan siswa
mengkomunikasikan hasil karyanya untuk dipresentasikan di depan kelas.
Di dalam materi Fungi yang terdapat pada silabus Kurikulum2013 di kelas X SMA
semester genap membahas tentang ciri dan karakteristi jamur serta peranannya dalam
kehidupan sehari-hari selain itu juga membahas mengenai pemanfaatan jamur secara
ekologis. Tipe picture and picture adalah pilihan yang tepat dalam membahas materi Fungi,
karena dengan menggunakan tipe picture and picture siswa dapat menalar secara langsung ke
lingkungan sekitar dan berbagai sumber mengenai fungi serta peranannya dalam kehidupan
sehari-hari yang berdampak langsung terhadap lingkungan. Karena pada dasarnya
karakteristik dari pembelajaran Biologi yang dijadikan obyek pembelajarannya adalah
makhluk hidup.
Dengan pembelajaran ini diharapkan, dapat meningkatkan motivasi antar siswa dan
memungkinkan terjadinya peningkatan kognitif siswa tentang materi yang dipelajari dalam
hal ini adalah Ciri dan Karakteristik Jamur serta Peranannya dalam Kehidupan Sehari-hari.
Dengan adanya tutor sebaya, siswa yang kurang memahami dan kurang mengerti tentang
materi Fungi dapat dibantu oleh tutor, yakni teman yang memahami dan mengerti materi
tersebut lewat presentasi di depan kelas berdasarkan hasil kerja sama siswa tersebut.
Sedangkan bagi tutor tersebut dapat semakin mengerti dan memahami materi, dikarenakan
struktur kognitifnya akan lebih baik dibandingkan sebelum memberikan tutorial. Berdasarkan
hal tersebut, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture diduga
dapat mempertinggi pencapaian hasil belajar Biologi siswa.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan problematika yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peranan kooperatif learning dengan tipe picture and picture
terhadap hasil belajar Biologi siswa pada pokok bahasan ciri dan karakteristik jamur serta
peranannya dalam kehidupan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen Waikabubak Kabupatan Sumba Barat.
Adapun waktu penelitian ini direncanakan pada semester II tahun ajaran 2019/2020 dan
direncanakan pada bulan Januari 2020 – Februari 2020.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu ditentukan populasi penelitian.
Populasi target dalam hal ini adalah seluruh siswa SMA Kristen Waikabubak Kabupaten
Sumba Barat, sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas X SMA Kristen Waikabubak
Kabupaten Sumba Barat yang terdaftar di sekolah tersebut pada semester genap tahun ajaran
2019/2020. Jumlah siswa kelas X SMA Kristen Waikabubak sebanyak 200 orang yang
terbagi atas 5 kelas yaitu kelas X.MIA(1), X.MIA (2), X.MIA (3), X.MIA (4), X.MIA (5).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Sampel diambil secara acak dari
populasi terjangkau sebanyak dua kelas. Satu kelas dipilih secara random sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas X.MIA (1) dan secara acak pula memilih satu kelas control yaitu
kelas X.MIA (2). Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, yang perinciannya
dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 3.1
Perincian sampel
No. Kelas Jumlah Siswa
1. X.MIA (1) 30
2. X. MIA (2) 30
D. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dugunakan dengan metode penelitian Quasi Eksperimen yaitu metode
yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel dan
kondisi eksperimen. Peserta didik terbagi menjadi dua kelompok, pada kedua kelompok
tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, dengan tujuan untuk menyelidiki kemungkinan
saling sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat.
Desain penelitian menggunakan model Desain Kelompok Kontrol Pretes-Postes
Beracak (Randomized Pretest-Posttest Control Group Design). Pada desain ini dua kelompok
yang dipilih random kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Desain eksperimen dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Randomized Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
A (kelompok eksperimen) O X O
B (kelompok kontrol) O O
(Sumber: Sugiono, 2008:112)
Keterangan :
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini meliputi variable terikat dan variable bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah hasil belajar Biologi siswa, sedangkan variabel bebasnya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.
F. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan proses pembelajaran pada dua kelas dari lima
kelas yang terdapat di SMAN 113 Jakarta, pengambilan terhadap dua kelas tersebut
dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan
kelas eksperimen yang digunakan untuk menerapkan pengajaran tipe picture and picture dan
kelas kontrol yang digunakan untuk menerapkan pengajaran konvensional. Adapun tahapan
prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Kegiatan ini dilakukan pada tahap persiapan adalah membuat instrumen penelitian berupa
instrument tes daan instrument non tes. Instrument tes yang akan digunakan adalah tes
objektif dalam bentuk pilihan ganda (PG) yang terdiri dari 30 butir soal dengan empat
jawaban yang tersedia, instrument tes akan dugunakan untuk melihat hasil belajar peserta
didik setelah melaksanakan tes dengan menggunakan tipe picture and picture dan metode
ceramah, sedangkan instrument non tes berupa lembar pengamatan lapangan yang akan
digunakan di kelas eksperimen untuk mengamati aktivitas peserta didik selama melakukan
kegiatan pembelajaran dengan tipe picture and picture.
b. Melaksanakan uji coba instrument di kelas X. MIA (1) dan X.MIA (2), yang telah
mendapatkan materi sebelumnya, guna mengetahui kesahihan instrumen sebagai alat
pengukur data. Pengujian instrumen dilakukan dengan pengujian validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya pembeda.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan sebagai acuan
pada saat melakukan kegiatan pembelajaran.
d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), berupa LKS kelompok dan LKS individu. Lembar
Kerja Siswa akan digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan kelompok di kelas
eksperimen, sedangkan Lembar Kerja Siswa individu digunakan di kelas eksperimen dan
kontrol setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, yang digunakan untuk melihat
pencapaian hasil belajar peserta didik pada tiap pertemuannya.
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen
Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dilakuakn sebanyak enam kali pertemuan.
Pertemuan Pertama
1) Diadakan pretes untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik mengenai materi fungi.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran pada
pokok bahasan fungi dan memotivasi peserta didik.
Pertemuan Kedua
1) Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi pada pokok
bahasan fungi.
2) Peserta didik memperhatikan informasi guru.
Pertemuan Ketiga
1) Guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari enam peserta didik dan membimbing
setiap kelompok agar melakukan transisi secara eektif dan efisien.
2) Guru menjelaskan materi fungi dengan metode picture and picture.
Pertemuan Keempat
1) Peserta didik melakukan penyusunan kata-kata sebagai keterangan dari gambar fungi,
selanjutnya peserta didik menyiapkan hasil kerjanya untuk dipresentasikan di depan kelas.
2) Peserta didik mengerjakan LKS individu, mengenai sub pokok bahasan peranan fungi dalam
kehidupan, pada akhir kegiatan pembelajaran.
Pertemuan Kelima
1) Peserta didik melakukan penyusunan kata-kata sebagai keterangan dari gambar yang
mengenai peranan fungi dalam kehidupan, selanjutnya dipresentasikan di depan kelas.
2) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi fungi yang telah dipelajari, kemudian
menghargai upaya baik maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pertemuan Keenam
1) Siswa mengerjakan instrument tes hasil belajar (postes) mengenai pokok bahasan fungi.
Untuk mengetahui apakah 50 soal tersebut memenuhi syarat soal yang baik, maka
dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal (Arikunto,
2008:57).
1. Pengujian Validitas
Untuk melihat validitas instrumen tes maupun nontes, baik berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), prosedur penelitian dan tes, maka instrumen tes tersebut
hendaknya diukur atau istilahnya valid/sahih. Dalam penelitian ini menggunakan validitas
konstruksi, validitas isi dan validitas empiris. Pada validitas konstruksi baik Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), prosedur penelitian dan tes sebelum diujicobakan terlebih
dahulu dikonsultasikan terlebih dahulu kepada para ahli, maksudnya di sini adalah dosen
pembimbing dan guru Biologi SMA Kristen Waikabubak Kabupaten Sumba Barat.
Validitas isi (content validity) pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
lembar observasi, dan tes yang digunakan disusun sesuai dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan, yang mewakili kemampuan yang diukur, yaitu dapat menunjukkan
tercapainya tujuan instruksional khusus yang diinginkan. Sedangkan validitas empiris
ditentukan dengan validitas internal untuk mengukur kriteria butir soal secara keseluruhan
sebagai kriteria untuk menentukan butir soal, dengan cara diujicobakan ke kelas yang telah
mendapatkan materi sebelumnya.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi
atau tes disebut reliabel, jika tes tersebut dapat dipercaya, konsisten atau stabil produktif, jadi
yang diperhitungkan di sini adalah ketelitiannya. Pengujian reliabilitas ini menggunakan
rumus K-R 20 (Kuder Richardson 20).
3. Pengujian Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang, atau mudah maka soalsoal tersebut
diujikan tingkat kesukarannya terlebih dahulu. Pengujian taraf kesukaran ini menggunakan
rumus:
𝑩
P=
𝑱𝑺
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
0,0-0,3 : Sukar
0,31-0,7 : Sedang
0,7-1,0 : Mudah
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui
kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya)
dengan siswa yang tergolong kurang mampu.
Rostiana, Rara. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe investigasi
Kelompok Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa SMPN 188 Jakarta. Skripsi.
Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.