Anda di halaman 1dari 13

Dalam kimia pelarut protik adalah pelarut yang memiliki atom hidrogen terikat

pada oksigen (seperti dalam gugus hidroksil) atau nitrogen (seperti dalam
kelompok amina). Lebih umum, setiap molekul pelarut yang mengandung H + tdk
sesuai, disebut pelarut protik. Molekul-molekul pelarut tersebut dapat
menyumbangkan H + (proton). Sebaliknya, pelarut aprotik tidak dapat
menyumbangkan hidrogen.

Pelarut protik kutub pelarut yang melarutkan ion berbagi kekuasaan dengan pelarut
aprotik tetapi memiliki hidrogen asam. Pelarut ini umumnya memiliki konstanta
dielektrik yang tinggi dan polaritas tinggi.

Umum karakteristik pelarut protik:

- tampilan pelarut ikatan hidrogen


-pelarut memiliki hidrogen asam (meskipun mereka mungkin asam sangat lemah
-pelarut dapat menstabilkan ion
*kation oleh unshared pasangan elektron bebas
*anion oleh ikatan hidrogen

Contohnya adalah air, metanol, etanol, asam format, fluorida hidrogen dan amonia.

Pelarut aprotik polar pelarut yang melarutkan ion berbagi energi dengan pelarut
protik tetapi tidak merupakan hidrogen asam. Pelarut ini umumnya memiliki
konstanta dielektrik menengah dan polaritas.

Umum karakteristik pelarut aprotik:


 pelarut tidak menampilkan ikatan hidrogen
 pelarut tidak memiliki hidrogen asam
 pelarut dapat menstabilkan ion

Contohnya adalah sulfoxide dimetil, dimetilformamida, dioksan dan


hexamethylphosphorotriamide, tetrahidrofuran.
Pelarut protik polar yang menguntungkan bagi SN1 reaksi, sementara pelarut
aprotik polar menguntungkan bagi Sn2 reaksi.
Selain dari efek pelarut, pelarut aprotik polar mungkin penting untuk reaksi-reaksi
yang menggunakan basa kuat, seperti reaksi yang melibatkan pereaksi Grignard
atau n-butyllithium. Jika pelarut protik yang akan digunakan, reagen akan
dikonsumsi oleh reaksi samping dengan pelarut.

Sebuah contoh dari pelarut aprotik dipole adalah methylpyrrolidone.


Mekanisme Substitusi dan Eliminasi
Posted on May 14, 2010 by nofrihasanudin90

Perbedaan antara mekanisme eliminasi E1 dan E2

E1
- membentuk karbokation
- karbokation memberi proton pada basa lalu terbentuk alkena
- basa merebut proton dari atom C (beta, C yang berdampingan dengan C+)

E2
- nukleofil langsung mengambil proton dari atom C (beta) pada atom C gugus pergi
- tidak terjadi pembentukan karbokation
- pembentukan secara serempak

Perbandingan E1 dan E2

E1 terjadi pada:
- konsentrasi basa rendah
- dengan pelarut basa
- dengan substrat tersier dan beresonansi (alkil halida)

E2 terjadi pada:
- pada basa kuat dengan konsentrasi tinggi

Alkil halida+basa kuat+panas -> E2

Alkil halida+asam kuat+panas -> E1

Alkohol+asam kuat+panas -> E1

Mekanisme substitusi SN1 dan SN2


Mekanisme SN1
Substitusi berlangsung dengan pembentukan karbokation lalu gugus pergi lepas.

Mekanisme SN2
Substitusi berlangsung dengan serentak, dibutuhkan kenukleofilan yang kuat untuk mendorong
gugus pergi lepas dari ikatan C induk.

Faktor faktor yang mengatur reaksi eliminasi dan substitusi

1. Kebasaan
Kemampuan pereaksi dalam menerima proton dalam reaksi asam-basa (penting untuk eliminasi).
Semakin kuat basa reaksi eliminasi lebih disukai.
Urutan sifat kebasaan dari rendah ke kuat

I- Br- Cl- ROH. H2O. CN- OH- OR-

2. Kenukleofilan
Ukurran kemampuan pereaksi dalam memberikan elektron. Penting untuk substitusi. Makin kuat
nukleofil substitusi lebih terjadi.

Urutan kenukleofilan dari rendah ke kuat

H2O. ROH. Cl- Br- OH- OR- I- CN-

Catatan penting:

Alkil halida primer: SN 2 lebih utama, E2 reaksi lambat

Alkil halida sekunder: bisa semua reaksi; SN2 dan E2 (utama); SN1 dam E1 (sampingan)

Alkil halida tersier: E2 utama, dengan basa kuat OH- dan OR-
Sedangkan SN1 dan E1 sampingan, dengam basa lemaj H2O dan ROH)

Halida Alilik dan Benzilik: SN1 (dengan nukleofil lemah) dan SN2 (dengan nukleofil agak kuat)

3. Sifat Pelarut
Pengaruh pelarut adalah pada kemampuan mensolvasi ion-ion, karbokation, nukleofil atau basa,
dan gugus-gugus pergi. Dilihat dari tetapan dielektrik.
Pelarut polar -> SN1
Pelarut kurang polar -> SN2 dan E2

Semakin tinggi tetapan dielektrik semakin tinggi kepolaran semakin SN1 disukai.

4. Temperatur

Relatif mendukung reaksi eliminasi pada suhu tinggi. Reaksi eliminasi berlangsung cepat pada
suhu tinggi.

5. Pengaruh struktur+nukleofil
- alkil halida primer+nukleofil kuat -> reaksi yang mungkin terjadi SN2
- alkil halida sekunder+nukleofil kuat -> reaksi yang mungkin terjadi SN2
- alkil halida sekunder+nukleofil lemah SN1 (utama) dan E1 (sampingan)

6. Pengaruh struktur+kebasaan
- alkil halida sekunder+basa kuat -> reaksi yang mungkin terjadi E2
- alkil halida tersier+basa kuat -> reaksi yang mungkin terjadi E2
- alkil halida tersier+basa lemah -> reaksi yang mungkin terjadi SN1.
Nb. Tambahan

Berdasarkan kepolaran pelarut, maka para ahli kimia mengklasifikasikan pelarut ke dalam tiga
kategori yaitu :
a. Pelarut Protik Polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal ini
adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik polar adalah senyawa yang memiliki rumus
umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air H2O, metanol CH3OH, dan asam
asetat (CH3COOH).
b. Pelarut Aprotik Dipolar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini,
semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol besar. Biasanya ikatannya merupakan ikatan
ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori
ini adalah aseton [(CH3)2C=O] dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).
c. Pelarut Nonpolar
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang rendah dan tidak
larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena (C6H6), karbon tetraklorida
(CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).
Daftar Nilai Momen Dipol dan Panjang Dipol Beberapa Senyawa Umum
Momen Dipol Panjang Dipol
Nama Senyawa Kondisi 30
(10 ·p/(C·m)) (lp/pm)
Acetic acid b 3.3 to 5.0 21 to 31
Acetone l 10.0 62
Benzene l 0 0
Ethanol b 5.7 35
Ethyl acetate b 6.2 39
Ethylene glycol b 6.7 42
Ethyl ether b 4.2 26
Hexane l 0 0
Methanol b 5.5 34
Water l 6.7 to 10.0 42 to 62
Water g 6.2 39
Keterangan : kondisi setiap senyawa diatas, dimana pengukuran dilakukan, ditandai dengan
simbol; b, substansi dalam larutan benzene; g, substansi sebagai gas; l, substansi sebagai cairan.
Panjang dipol lp adalah sama dengan p/e dimana p adalah momen dipol dan e adalah nilai dari
proton.
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada
unsur unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berkaitan tersebut mempunyai nilai
keelektronegatifitas yang berbeda.

Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron
pada unsur-unsur yan membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berkaitan mempunyai
nilai elektronegatifitas yang sama/hampir sama.

CIRI CIRI SENYAWA POLAR :

¤ Dapat larut dalam air dan pelarut lain,


¤ Memiliki kutub + dan kutub -, akibat tidak meratanya distribusi elektron,
¤ Memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau memiliki perbedaan
keelektronegatifan.
¤ Contoh : alkohol, HCI, PCl3, H2O, N2O5.

CIRI CIRI SENYAWA NON POLAR:

¤ Tidak larut dalam air atau pelarut polar lain,


¤ Tidak memiliki kutub positif dan negatif, akibat meratanya distribusi elektron,
¤ Tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
keelektronegatifanya sama.
¤ Contoh: Cl2, PCl5, H2, N2.

UKURAN KUANTITATIF TITIK DIDIH SENYAWA KONVALEN (POLAR DAN NON


POLAR)

* Senyawa polar lebih tinggi titik didihnya dari pada senyawa non polar.
¤ Urutan titik didih, ikatan hidrogen > dipol-pol > non polar-non polar atau ikatan hidrogen >
Van der Waals > gaya london.
¤ Bila sama-sama polar/non polar, yang Mr besar titik didihnya lebih besar.

Untuk senyawa karbon Mr sama, rantai C memanjang titik didih > rantai bercabang (bulat)

PERBEDAAN SENYAWA POLAR DAN NON POLAR

% SENYAWA POLAR
¤ Dapat larut dalam air
¤ Memiliki pasangan elektron bebas (bentuk tidak simetris)
¤ Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5
¤ Contoh: NH3, PCl3 , H2O, HCl, HBr.
%SENYAWA NON POLAR

¤ Tidak dapat larut dalam air,


¤ Tidak memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris),
¤ Berakhir genap
¤ Contoh: F2, Br2, O2, H2.
DASAR TEORI
1) Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada
unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai
keelektronegatifitas yang berbeda.

 Ciri-ciri senyawa polar:


1. Dapat larut dalam air dan pelarut lain
2. Memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif (-), akibat tidak meratanya distribusi elektron

3. Memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau memiliki perbedaan
keelektronegatifan.
Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5.
2) Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron
pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai
nilai elektronegatifitas yang sama/hampir sama

 Ciri-ciri senyawa non polar


1. Tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
2. Tidak memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif (–), akibat meratanya distribusi elektron
3. Tidak memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau
keelektronegatifannya sama.
Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2

PERBEDAAN SENYAWA POLAR DAN NON POLAR

 Senyawa polar
a. Dapat larut dalam air
b. Memiliki pasangan elekton bebas ( bentuk tidak simetris)

c. Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5

Contoh : NH3, PCl3, H2O, HCl, HBr

 Senyawa non polar


a. Tidak dapat larut dalam air

b. Tidak memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris )

c. Berakhir genap

Contoh : F2, BR2, O2, H2

III. ALAT DAN BAHAN

 ALAT :
1. Buret dan statif
2. Penggaris mika
3. Gelas beker

 BAHAN
1. Rambut
2. Air
3. Bensin
4. Alkohol 70 %
5. Larutan HCl
6. Larutan Gula

IV. CARA KERJA


1. Pasanglah buret pada statifnya.
2. Isilah masing-masing buret dengan air, bensin, alkohol, larutan HCl, dan larutan gula.
3. Gosoklah penggaris mika dengan rambut (10-30 gosokan).
4. Alirkan zat cair dari buret ke dalam gelas beker dan dekatkan penggaris mika bermuatan pada
aliran zat cair tersebut.
5. Amati apa yang terjadi pada aliran zat cair tersebut.

V. HASIL PENGAMATAN
Pengaruh batang politena bermuatan pada aliran zat cair.
NO ZAT CAIR PENGARUHNYA
1 Air Aliran air menjadi membelok
2 Bensin Aliran bensin menjadi tidak membelok (lurus)
3 Alkohol Aliran alkohol menjadi membelok
4 Larutan HCl Aliran larutan HCl menjadi membelok
5 Larutan Gula Aliran larutan gula menjadi membelok

VI. ANALISIS DATA


 Air
Pada saat keran tabung buret dibuka, air mengucur ke dalam gelas kimia dan didekatkan
dengan penggaris plastik yang telah digosok pada rambut kering. Ternyata, membuat aliran air
yang semula lurus membelok ke arah medan listrik yang dihasilkan oleh penggaris. Hal ini
karena Molekul air yang tersusun atas 2 atom H dan 1 atom O merupakan ikatan kovalen polar.
Dianalisis dengan :

Senyawa air memiliki rumus kimia H2O, artinya terdiri dari 2 atom hidrogen dan 1 atom
oksigen. Atom hidrogen memiliki elektron valensi 1 sedangkan atom oksigen memiliki elektron
valensi 6. Maka pada senyawa ini akan terbentuk 2 ikatan kovalen tunggal dan memiliki
pasangan elektron bebas. Sehingga senyawa ini digolongkan pada senyawa polar.

 Bensin / Aseton
Pada saat keran buret dibuka, aseton yang mengalir menuju gelas kimia sewaktu didekati oleh
penggaris beraliran listrik tidak mengalami pembelokkan atau reaksi apapun. Hal ini karena
molekul aseton mempunyai ikatan kovalen polar.
Dianalisis dengan :
Aseton atau propanon memiliki rumus kimia CH3COCH3. Pada senyawa ini, ditemukan 3
atom carbon, 6 atom hidrogen, dan 1 atom oksigen. Atom-atom ini membentuk ikatan kovalen
tunggal dan rangkap dua, dan pada senyawa ini tidak ditemukan pasangan elektron bebas. Oleh
karena itu, menurut struktur Lewis-nya, senyawa ini dimasukkan dalam senyawa non-polar,
meskipun pada percobaan digolongkan senyawa polar. Pada dasarnya, senyawa ini merupakan
senyawa semi-polar.
 Etanol / Alkohol
Pada saat keran buret dibuka, etanol yang mengalir menuju gelas kimia yang awalnya lurus
sewaktu didekati oleh penggaris beraliran listrik mengalami pembelokkan. Hal ini karena
molekul etanol mempunyai ikatan kovalen polar.
Dianalisis dengan :

Senyawa alkohol dengan rumus kimia C2H5OH tersusun dari 2 atom Carbon, 6 atom
hidrogen, dan 1 atom oksigen. Senyawa ini membentuk 8 ikatan kovalen tunggal dan tidak
memiliki pasangan elektron bebas sehingga termasuk senyawa polar.
 Larutan HCl / Asam Klorida
Pada saat keran buret dibuka, hcl yang mengalir menuju gelas kimia yang awalnya
lurussewaktu didekati oleh penggaris beraliran listrik mengalami pembelokkan. Hal ini
karenamolekul hcl mempunyai ikatan kovalen polar.
Dianalisa dengan :
Hcl merupakan senyawa yang terdiri atas unsur h dan cl, dengan selisih nilai
keelektronegatifan 0,9 sehingga hcl merupakan senyawa polar.

 Larutan Gula
Larutan gula dengan rumus kimia C6H12O6 merupakan campuran dari glukosa yang
dilarutkan dalam pelarut air. Ketika kran buret dibuka dan penggaris didekatkan, aliran glukosa
yang awalnya lurus ternyata juga di belokkan , hal ini menunjukkan bahwa larutan gula
mempunyai sifat polar.
VII. PERTANYAAN
1. Sifat apakah yang ditunjukkan oleh jenis molekul yang terpengaruh oleh penggaris mika yang
bermuatan?
Jawab : Polar

2. Bagaimana kiranya molekul-molekul tersebut memperoleh sifat demikian?


Jawab : Karena pada molekul polar, titik pusat muatan positif tidak berimpit dengan titik pusat
muatan negatif sehingga menimbulkan dipol (dua kutub positif dan negatif). Karena ada kutub
posittif dan negatif, senyawa polar dipengaruhi oleh medan magnet atau medan listrik

3. Zat-zat apa yang tidak terpengaruh oleh penggaris mika bermuatan? Mengapa demikian?
Jawab : Bensin, karena bersifat non polar

VIII. KESIMPULAN
Apabila suatu benda bermuatan listrik didekatkan pada cairan tertentu maka akan ada
reaksi yang berbeda-beda tergantung molekul cairan tersebut. Reaksi pembelokan suatu cairan
ketika didekati benda bermuatan listrik terjadi apabila cairan tersebut mempunyai ikatan kovalen
polar. Sedangkan apabila tidak ada reaksi maka cairan tersebut mempunyai ikatan kovalen non
polar.
Hasil percobaan mengatakan bahwa :
i. Senyawa air yang berumus kimia H2O merupakan ikatan kovalen polar.
ii. Senyawa aseton / bensin dengan rumus kimia CH3COCH3 merupakan ikatan
kovalen nonpolar.
iii. Senyawa etanol yang berumus kimia C2H5OH merupakan ikatan kovalen polar.
iv. Larutan HCl merupakan ikatan kovalen polar.
v. Larutan gula dengan rumus kimia C6H12O6 merupakan ikatan kovalen polar.
Dalam hal kepolaran suatu senyawa tergantung dari harga momen dipolnya. Kepolaran suatu
senyawa juga dipengaruhi oleh nilai keelektronegatifan tiap unsur.

Anda mungkin juga menyukai