Belum Diperiksa
Warga Haiti belajar bahasa Inggris dari sukarelawan Kanada. Gambar ini menunjukkan
proses pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua.
Pemerolehan Bahasa Kedua (Bahasa Inggris: Second-language acquisition) atau disingkat
PB2, adalah studi yang membahas tentang bagaimana bahasa kedua dipelajari oleh individu,
dengan kata lain yaitu studi tentang akuisisi atau pemerolehan bahasa selain bahasa
ibu.[1] Bahasa non primer atau tambahan tersebut dinamakan bahasa kedua (B2), walaupun
bahasa tersebut adalah bahasa lain yang kedua,ketiga, keempat, ataupun kesepuluh yang
sedang dipelajari.[2]Bahasa kedua yang dipelajari disebut bahasa target (BT).[2] Bahasa target
tersebut tidak dibatasi atas bahasa asing, daerah, ataupun nasional.[3]
Para ahli bahasa pertama kali melakukan penelitian PB2 melalui disiplin ilmu Linguistik lalu
berkembang ke bidang ilmu Psikologi.[2] Dari ilmu linguistik didapat beberapa metode
analisis kontrastif, analisis eror, interbahasa, dan urutan morfem.[4] Lalu, dari bidang
psikologi didapat teori mengenai hubungan otak dan bahasa, proses internal pembelajaran
bahasa kedua, dan motif-motif yang mempengaruhi penguasaan B2[5]. Teori-teori dari ilmu
PB2 selanjutnya dimanfaatkan untuk menemukan strategi dalam bidang pengajaran bahasa.[3]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah
2 Penelitian secara Linguistik
o 2.1 Analisis Kontrastif (AK)
o 2.2 Analisis Error (AE)
o 2.3 Interbahasa
o 2.4 Urutan morfem
3 Penelitian secara Psikologis
o 3.1 a. Bahasa dan Otak
o 3.2 b. Proses pembelajaran
o 3.3 c. Perbedaan antar pemeroleh
4 Tahapan Pemerolehan Bahasa Kedua
o 4.1 Tahap 1: Preproduksi
o 4.2 Tahap 2: Produksi awal
o 4.3 Tahap 3: Awal bicara
o 4.4 Tahap 4&5: Fasih
5 Perbandingan antara pemerolehan bahasa pertama dan kedua
6 Manfaat studi pemerolehan bahasa kedua
7 Rujukan
Ilustrasi interbahasa
Interbahasa pertama kali diperkenalkan oleh Larry Selinker (1972).[1] Dalam teorinya ia
menjelaskan kondisi-kondisi yang dilalui oleh pelajar sebelum ia mencapai target bahasa
kedua yang dituju.[1] Dalam kondisi tersebut, pembelajar menggunakan taktik mencampur
elemen bahasa (misal: kosakata) dari bahasa ibu ke bahasa asing.[1]
Bahasa pertama dan kedua tersimpan di area yang berbeda dalam otak manusia[11].
Sebagian besar memori dan fungsi bahasa tersimpan di bagian otak kiri, namun otak
kanan lebih banyak berperan besar dalam pemerolehan bahasa kedua.[11]
Ketika terjadi kerusakan pada otak, bahasa yang pertama kali hilang adalah bahasa kedua
yang paling jarang digunakan berlanjut terakhir adalah bahasa ibu.[11] Dan proses
pengembalian bahasa yang paling pertama adalah bahasa yang lebih sering digunakan,
entah itu bahasa kedua atau bahasa pertama.[11]
b. Proses pembelajaran[sunting | sunting sumber]
Prosesi Informasi
Ilustrasi prosesi informasi bahasa.
Teori ini mengungkapkan bahwa pelajar B2 melakukan serangkaian sirkulasi informasi
antara rangsangan bahasa kedua dari luar menuju ke otak dan selanjutnya
diproduksi. [2] Rangkaian tersebut pertama berasal dari input / masukkan: segala bentuk
informasi atau stimulus dari B2 yang terekspos kepada pelajar.[2] Dari input selanjutnya
masuk ke dalam pusat pengolahan dan restrukturisasi informasi dalam otak[5]. Dalam fase ini
pula proses pembelajaran yang terkontrol menjadi otomatis, dan saat ini di mana
restrukturisasi pengetahuan terjadi.[5] Terakhir adalah fase produksi di mana pada fase ini
pelajar B2 mencoba menguji kemampuannya ke bahasa target melalui pembicaraan dan
penulisan.[5]
Pemetaan
Teori pemetaan menerangkan bahwa pelajar B2 cenderung membagi antara bentuk eksternal
dan fungsi internal sebuah kata.[6] Bentuk sebuah benda leksikal diwujudkan melalui suara
yang diperoleh dari pengucapan, sedangkan secara fungsi ia mengandung makna
semantik.[6] Kumpulan kata yang terbentuk dalam kalimat secara bentuk adalah rentetan tata
bahasa sedangkan secara fungsi kata-kata tersebut menduduki fungsi masing-
masing.[6] Sebagai contoh, Kata kuda merupakan bentuk leksikal yang terwujud melalui
pelajafalan /ku-da/, fungsinya memiliki arti hewan berkaki empat yang memakan
rumput.[6] Dalam kalimat kuda memakan rumput, struktur di mana kuda sebelum dan rumput
sesudah kata kerja adalah bentuknya, sedangkan fungsinya adalah hubungan sujek, predikat,
dan objek[6].
Koneksionisme
Koneksionisme artinya paham mengenai hubungan, yaitu hubungan menguatkan antara
stimulus dan respon yang mempengaruhi otak ketika proses belajar B2 berlangsung.[6]Dalam
pandangan ini, kegiatan pemrosesan berlangsung karena nodus di dalam otak terhubung satu
sama lainnya melalui saluran saraf.[6] Keterhubungan tersebut menguat apabila pelajar lebih
sering terekspos oleh masukan / stimulus-stimulus B2; pada saat ini mereka melakukan
proses asosiasi berulang-ulang sehingga kemungkinan besar proses pemahaman bahasa asing
lebih kuat[6].
c. Perbedaan antar pemeroleh[sunting | sunting sumber]
Perbedaan antar pemeroleh dalam perspektif psikologi dilakukan untuk mengetahui faktor
utama mengapa pelajar yang satu lebih sukses dibandingkan lainnya dalam mempelajari
bahasa kedua.[6] Pembedaan di sini mencakup usia, jenis kelamin, motivasi, bakat, gaya
kognitif, kepribadian, dan strategi belajar.[6][5]
Usia
Faktor usia memberikan pengaruh berbeda pada fungsi otak dalam menyerap bahasa
kedua.[6] Sejumlah penelitian membuktikan anak-anak lebih mudah menyerap bahasa kedua
karena memiliki daya plastisitas otak yang baik; di mana mereka mampu menyesuaikan
perbedaan bahasa dengan cepat.[6] Namun, penelitian lainnya menyebutkan bahwa orang
dewasa mampu menyerap pelajaran bahasa asing lebih cepat dikarenakan kapasitas
pembelajaran, termasuk daya hafal kosakata yang lebih banyak.[7] Selain itu orang dewasa
juga memiliki daya analisis yang kuat terhadap tata bahasa asing.[2]
Jenis Kelamin
Perbedaan dalam jenis kelamin berhubungan dengan kadar hormon pada masing-masing jenis
kelamin.[7] Kimura menemukan tingkat hormon androgen yang tinggi berhubungan dengan
kemampuan automasi yang lebih baik, dan hormon estrogen dengan kemampuan semantik/
interpretif yang lebih baik.[7] Selain itu, ia juga menemukan bahwa wanita pada masa
menstruasi cenderung memiliki kemampuan artikulasi dan motoris yang lebih baik.[7]
Motivasi
Di dalam otak manusia terdapat area spesifik yang menerima stimulus dari dorongan diri atau
disebut motivasi.[2] Dan stimulus tersebut memberikan pesan kepada otak untuk menentukan
strategi belajar dan jumlah usaha yang dikeluarkan.[2] Jenis motivasi ada dua: motivasi
integratif dan instrumental.[2] Motivasi integratif adalah motivasi yang berdasarkan
keinginan untuk bersosialisasi atau berpartisipasi dengan komunitas yang menggunakan
bahasa tersebut.[2] Motivasi instrumental adalah motivasi yang didasari atas kepentingan
praktis semata seperti mendapatkan pekerjaan, mendapatkan beasiswa ke luar negeri, akses
informasi, dan lain-lain.[2]