KELOMPOK 3
1
IDENTIFIKASI JURNAL
ISI JURNAL
2.1. Pendahuluan
Terdapat sekitar 700 jenis mikroorganisme yang hidup di dalam rongga mulut manusia yang
disebut sebagai mikrobiota oral. Mikrobiota oral dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
rongga mulut apabila jumlahnya di atas kadar normal. Terlebih lagi apabila mikroba ini terbawa
oleh aliran saliva ke dalam saluran pencernaan, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit
sistemik. Dengan adanya hubungan ini, mikrobiota oral mungkin dapat dijadikan sebagai target
untuk penyembuhan penyakit oral dan sistemik. Jurnal ini membahas hubungan antara
mikrobiota oral dan sistem pencernaan.
1
mengkolonisasi usus dan menetap di sana, mengakibatkan pengaktifan sistem imun dan
inflamasi kronis, seperti Klebsellia. Jarak fisiologis antara mulut dan saluran pencernaan juga
penting. Ada tiga cara bakteri berpindah dari mulut ke pencernaan, yaitu (1) mikrobiata oral
langsung menginvasi melalui esofagus, (2) berdasarkan penelitian sebelumya, Fusobacterium
necleatum mengkolonisasi dan berfungsi di saluran usus melalui rute sirkulasi darah, dan (3)
metabolit dan mikrobiota oral masuk ke aliran darah dan sirkulasi sistemik, menyebabkan tubuh
dalam kondisi inflamasi. P.gingivalis adalah bakteri penting yang dapat berpindah dari mulut ke
pencernaan pada beberapa penyakit seperti kanker usus, IBD, dan diabetes. Bakteri ini
menargetkan komplemen C5a reseptor 1 dan dan reseptor 2 memblokir fagositosis dan
meningkatkan inflamasi.
2.4. Mikrobiota oral dan dampaknya pada kesehatan tubuh melalui makanan
Pola diet merupakan faktor penting yang mempengaruhi mikrobiota. Riset menunjukkan
perbedaan besar di antara hunter-gatherers, western, dan vegetarian dalam hal mikrobiota oral.
Jumlah Neisseria dan Haemophilus berbeda antara ketiga jenis pola diet tersebut. Di antaranya,
beberapa patogen oral ditemukan pada hunter-gatherers, yang menunjukkan bahwa makan
terlalu banyak daging berisiko tinggi terhadap penyakit mulut. Untuk vegetarian, komposisi
mikrobiota oral berubah secara signifikan, termasuk patogen oral (Neisseria dan Haemophilus)
dan mikroba saluran pernapasan (Campylobacter dan Porphyromonas)
Jenis makanan juga dapat meningkatkan kesehatan mulut. Penelitian yang menunjukkan
bahwa perubahan jumlah yang relatif pada streptococcus dan Staphylococcus setelah
mengonsumsi teh hijau, yang membuktikan bahwa teh hijau dapat merubah mikrobiota rongga
mulut dan mempengaruhi karsinogenesis. Baru-baru ini, polifenol ditemukan untuk
mengerahkan pengaruh antibakteri pada bakteri oral yang patogen (seperti S. mutans), yang
dapat menghambat adhesi bakteri pathogen, pembentukan biofilm, dan menghambat respon
peradangan host yang disebabkan oleh patogen periodontal. Sebaliknya, penggunaan tembakau,
alkohol, dan buah pinang berhubungan dengan kanker mulut. Keragaman bakteri ditemukan
berkurang pada pengunyah buah pinang, peningkatan rasio pada Actinomycetes dan
Streptococcus dan penurunan jumlah yang relatif pada Parascardovia.
2
dan Streptococcus pneumoniae dalam mikrobiota oral pasien dengan periodontitis secara
signifikan lebih tinggi daripada orang sehat. Sebaliknya, Neisseria, Corynebacterium,
Carbonophilic, dan Actinomycetes dalam mikrobiota oral pasien dengan periodontitis lebih
rendah daripada pada orang sehat. Perubahan komposisi mikroba oral pada pasien dengan
periodontitis menyebabkan perubahan dalam struktur gen fungsional komunitas dan garis
ekspresi gen. Ketidakseimbangan mikrobiota oral menyebabkan peningkatan sel-sel local b-
TH17 yang mempromosikan periodontitis.
Kanker oral adalah tumor ganas yang terjadi di mulut. Variasi gambaran klinis kanker
mulut termasuk kanker gingiva, kanker lidah, kanker sputum keras, kanker rahang, kanker mulut,
kanker kelenjar ludah, kanker sinus maksilaris dan kanker yang terjadi di mukosa mulut.
Penelitian menunjukkan korelasi antara mikrobiota oral dan mikrobiota kanker yang secara
spesifik ditemukan di di permukaan kanker oral dan di jaringan kanker berbeda secara signifikan
dari mukosa yang normal di mikroorganisme. Bakteri fagositosis gingiva karbondioksida,
prednisone, dan S. mutans memiliki nilai potensial sebagai indikator diagnositik untuk oral
squamous cell carcinoma.
3
peningkatan kelimpahan bakteri patogen potensial (contohnya Enterobacteriaceae dan
Enterococcus).
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan mikrobiota oral dan kanker usus berhubungan
cukup dekat. F. nucleatum pada rongga mulut dapat berpindah ke bagian lain tubuh melalui
sirkulasi darah, mengakibatkan inflamasi lokal dan, secara tidak langsung, formasi tumor. Pasien
dengan banyaknya jumlah F. nucleatum memiliki resiko tinggi untuk kanker usus, maka jumlah
bakteri ini dapat digunakkan sebagai marker potensial untuk kanker usus. F.nucleatum juga dapat
memediasi masuknya bakteri non-invasif (seperti Streptococcus dan Campylobacter) ke dalam
sel, berujung pada inflamasi lokal lingkungan mikro yang secara tiak langsung meningkatkan
perkembangan tumor.
Ada relasi antara ketidakseimbangan mikrobiota oral dan terjadinya perkembangan kanker
pankreas. Helicobacter pylori dan P.ginggivalis di mikrobiota oral berhubungan erat dengan
kanker pankreas. Pasien dengan seropositif H. pylori memiliki risiko tinggi kanker pankreas
(yaitu 38%), sehingga menunjukkan bahwa H. pylori mungkin memainkan peran dalam
perkembangan kanker pankreas. H. pylori dapat menyebabkan tukak lambung, yang dapat
menyebabkan produksi asam menurunkan dan peningkatan kadar nitrosamin individu,
menyebabkan peningkatan risiko kanker pankreas. Keasaman yang rendah disebabkan oleh ulkus
lambung memungkinkan kolonisasi bakteri lainnya, memberikan kesempatan bagi bakteri mulut
untuk pindah ke saluran pencernaan
RA adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh peradangan kronis. Penelitian
menunjukan bahwa periodontitis dapat mengaktifkan RA dengan memproduksi beberapa enzim
penting yang meningkatkan antigenisitas untuk memulai respon autoimun. Uji klinis pada
manusia menunjukkan di pasien dengan RA banyak mikrobiota oral dengan spesies anaerob
seperti Lactobacillus salivarus, Atopobium, Leptotrichia, Prevotella, dan Curtum
cryptobacterium, tapi Corynebacterium dan Streptococcus berkurang. Pasien RA tanpa
periodontitis menunjukkan peningkatan bakteri terkait periodontitis seperti Prevotella.
2.7. Kesimpulan
Mikrobiota oral juga dapat mempengaruhi penyakit mulut dan mempengaruhi kesehatan seluruh
tubuh manusia. Di masa yang akan datang, kita dapat meningkatkan kesehatan mulut dengan
mengubah mikrobiota oral melalui pengembangan probiotik oral dan peningkatkan kesehatan
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Lu, M., Xuan, S., & Wang, Z. (2019). Oral microbiota: A new view of body health. Food
Science and Human Wellness, 8(1), 8-15.