Anda di halaman 1dari 5

BLOK 5

KELOMPOK 3

RESUME JOURNAL READING


“ORAL MICROBIOTA: A NEW VIEW OF BODY HEALTH”

Dosen Pembimbing: drg. Puteri Mentari Siregar


Ketua : Nasuha Cakra Bima Subroto 1112019042
Sekretaris : Delayla Syah Putri 1112019009
Anggota : Ayu Laksmi Puspitasari 1112019038
Rifdah Rihadatul Aisy 1112019028
Waode Osaa M. 1112019040
Giva Yolanda Yulia 1112019013
Saffa Syaza Salsabila 1112019035
Farhan Zhafar Iskandar 1112019011
Pramadani Giri Utomo 1112019023
Rahma Elfira 1112019024
Yuka Dwi Rahutami 1112019037

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS YARSI
2019 / 2020

1
IDENTIFIKASI JURNAL

1.1. Judul Jurnal


Oral microbiota: A new view of body health (Mikrobiota oral: pandangan baru dalam
kesehatan tubuh)

1.2. Penulis Jurnal


Mao Yang Lu, Songyu Xuan, dan Zhao Wang.

1.3. Tahun Terbit


2019

ISI JURNAL

2.1. Pendahuluan
Terdapat sekitar 700 jenis mikroorganisme yang hidup di dalam rongga mulut manusia yang
disebut sebagai mikrobiota oral. Mikrobiota oral dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
rongga mulut apabila jumlahnya di atas kadar normal. Terlebih lagi apabila mikroba ini terbawa
oleh aliran saliva ke dalam saluran pencernaan, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit
sistemik. Dengan adanya hubungan ini, mikrobiota oral mungkin dapat dijadikan sebagai target
untuk penyembuhan penyakit oral dan sistemik. Jurnal ini membahas hubungan antara
mikrobiota oral dan sistem pencernaan.

2.2. Mikrobiota oral


Rongga mulut adalah lingkungan kompleks dari habitat mikroba seperti gigi, mukosa bukal,
palatum lunak dan keras, dan lidah yang dapat membentuk sistem ekologi heterogen kaya akan
spesies. Bakteri adalah mikroorganisme utama penghuni mulut, diantaranya Firmicutes, Bacillus,
Proteobacteria, dan Actinomycetes. Bakteri oral yang umum ditemukan adalah Streptococcus
mutans (komponen utama plak gigi dan patogen utama karies), Phorphyromonas gingivalis
(patogen periodontal), Staphylococcus, dan Lactobacillus (memproduksi asam laktat yang dapat
menyebabkan karies). Dapat ditemukan pula 85 spesies fungi di mulut manusia, diantaranya
yang paling utama adalah Candida, yang bersifat netral namun bila keseimbangan mikrobiota
oral terganggu maka dapat menjadi patogen oportunistik juga membentuk biofilm dengan
Streptococcus. Virus, terutama faga, juga merupakan bagian penting dari mikrobiota oral, namun
virus lain seperti HIV dan mumps bisa hadir dalam penyakit tertentu.

2.3. Interaksi antara mikrobiota oral dan pencernaan


Banyak penetlitian telah membuktikan hadirnya bakteri terpaut mulut di pencernaan pasien
dengan berbagai penyakit, namun apakah itu menyebabkan penyakit sistemik masih belum
diketahui. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bakteri yang berasal dari mulut dapat

1
mengkolonisasi usus dan menetap di sana, mengakibatkan pengaktifan sistem imun dan
inflamasi kronis, seperti Klebsellia. Jarak fisiologis antara mulut dan saluran pencernaan juga
penting. Ada tiga cara bakteri berpindah dari mulut ke pencernaan, yaitu (1) mikrobiata oral
langsung menginvasi melalui esofagus, (2) berdasarkan penelitian sebelumya, Fusobacterium
necleatum mengkolonisasi dan berfungsi di saluran usus melalui rute sirkulasi darah, dan (3)
metabolit dan mikrobiota oral masuk ke aliran darah dan sirkulasi sistemik, menyebabkan tubuh
dalam kondisi inflamasi. P.gingivalis adalah bakteri penting yang dapat berpindah dari mulut ke
pencernaan pada beberapa penyakit seperti kanker usus, IBD, dan diabetes. Bakteri ini
menargetkan komplemen C5a reseptor 1 dan dan reseptor 2 memblokir fagositosis dan
meningkatkan inflamasi.

2.4. Mikrobiota oral dan dampaknya pada kesehatan tubuh melalui makanan
Pola diet merupakan faktor penting yang mempengaruhi mikrobiota. Riset menunjukkan
perbedaan besar di antara hunter-gatherers, western, dan vegetarian dalam hal mikrobiota oral.
Jumlah Neisseria dan Haemophilus berbeda antara ketiga jenis pola diet tersebut. Di antaranya,
beberapa patogen oral ditemukan pada hunter-gatherers, yang menunjukkan bahwa makan
terlalu banyak daging berisiko tinggi terhadap penyakit mulut. Untuk vegetarian, komposisi
mikrobiota oral berubah secara signifikan, termasuk patogen oral (Neisseria dan Haemophilus)
dan mikroba saluran pernapasan (Campylobacter dan Porphyromonas)
Jenis makanan juga dapat meningkatkan kesehatan mulut. Penelitian yang menunjukkan
bahwa perubahan jumlah yang relatif pada streptococcus dan Staphylococcus setelah
mengonsumsi teh hijau, yang membuktikan bahwa teh hijau dapat merubah mikrobiota rongga
mulut dan mempengaruhi karsinogenesis. Baru-baru ini, polifenol ditemukan untuk
mengerahkan pengaruh antibakteri pada bakteri oral yang patogen (seperti S. mutans), yang
dapat menghambat adhesi bakteri pathogen, pembentukan biofilm, dan menghambat respon
peradangan host yang disebabkan oleh patogen periodontal. Sebaliknya, penggunaan tembakau,
alkohol, dan buah pinang berhubungan dengan kanker mulut. Keragaman bakteri ditemukan
berkurang pada pengunyah buah pinang, peningkatan rasio pada Actinomycetes dan
Streptococcus dan penurunan jumlah yang relatif pada Parascardovia.

2.5. Mikrobiota oral dan penyakit oral


Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang ditandai oleh
rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri dalam plak yang
menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk-produk mikroorganisme,
ludah dan bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email. Streptococcus mutans dan
Lactobacillus merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies. Sukrosa dan gluosa
dimetabolismekan sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida intrasel dan ekstrasel
sehingga bakteri melekat pada permukaan gigi dan membentuk biofilm.
Periodontitis kronis menyebar dari gingivitis ke jaringan periodontal yang dalam. Bakteri
plak gigi adalah faktor utama penyakit periodontal. Eugenia, Tannella, Hurdella, Micromonas,

2
dan Streptococcus pneumoniae dalam mikrobiota oral pasien dengan periodontitis secara
signifikan lebih tinggi daripada orang sehat. Sebaliknya, Neisseria, Corynebacterium,
Carbonophilic, dan Actinomycetes dalam mikrobiota oral pasien dengan periodontitis lebih
rendah daripada pada orang sehat. Perubahan komposisi mikroba oral pada pasien dengan
periodontitis menyebabkan perubahan dalam struktur gen fungsional komunitas dan garis
ekspresi gen. Ketidakseimbangan mikrobiota oral menyebabkan peningkatan sel-sel local b-
TH17 yang mempromosikan periodontitis.
Kanker oral adalah tumor ganas yang terjadi di mulut. Variasi gambaran klinis kanker
mulut termasuk kanker gingiva, kanker lidah, kanker sputum keras, kanker rahang, kanker mulut,
kanker kelenjar ludah, kanker sinus maksilaris dan kanker yang terjadi di mukosa mulut.
Penelitian menunjukkan korelasi antara mikrobiota oral dan mikrobiota kanker yang secara
spesifik ditemukan di di permukaan kanker oral dan di jaringan kanker berbeda secara signifikan
dari mukosa yang normal di mikroorganisme. Bakteri fagositosis gingiva karbondioksida,
prednisone, dan S. mutans memiliki nilai potensial sebagai indikator diagnositik untuk oral
squamous cell carcinoma.

2.6. Regulasi mikrobiota oral dalam penyakit sistemik


Diabetes tipe 2 telah menjadi salah satu penyakit sistemik kronis yang paling umum.
Banyak penelitian telah mengkonfirmasi bahwa penyakit oral (seperti karies, panyakit
periodontal, dan penyakit mukosa) dan diabetes tipe 2 terkait erat. Gejala oral seperti kehilangan
tulang alveolar dan gigi menyebabkan komplikasi pada diabetes. Mikrobiota oral adalah faktor
terpenting dari perkembangan diabetes dan berefek pada perkembangan tulang oral. Ketika oral
mukosa ditambahkan antibodi dari faktor inflamasi IL-17, komposisi dari oral mikrobiota pasien
yang menderita diabetes meningkat. Kehilang tulang alveoral juga dapat meningkat. Persentase
selemona, actinomyces, capnocytophaga, fusobacterium, veillom, dan streptococcus meningkat
pada diabetes.
Obesitas adalah masalah kesehatan yang mewabahi dunia. Penelitian menemukan
mikrobiota oral pada kelompok yang menderita obesitas berbeda secara signifikan. Pada pasien
yang menderita obesitas jumlah plasmodium, S.genus dan S.mutans secara signifikan meningkat
dan jumlah haemophilus, corynebacterium, carbonophilic phage, dan staphylococcus signifikan
berkurang, namun mekanisme yang mendasari perubahan itu perlu penelitian lebih lanjut.
Ketidakseimbangan mikrobiota usus adalah salah satu faktor penting yang
mempromosikan perkembangan penyakit hati. Penelitian telah menemukan bahwa kedua
mikrobiota usus dan ketidakseimbangan mikrobiota oral berkaitan erat dengan penyakit hati.
Komposisi mikrobiota di pasien dengan kanker hati berbeda secara signifikan dari orang sehat,
diantaranya Clostridium, Oribacterium, iliate, Actinomycetes, dan Campylobacter memiliki
kelimpahan tinggi, sedangkan Haemophilus, Streptococcus, dan Pseudomonas memiliki
kelimpahan yang rendah. Clostridium dan Oribacterium adalah biomarker yang dapat
membedakan antara pasien dengan kanker hati dan orang sehat. Pasien dengan sirosis hati juga
menunjukkan ketidakseimbangan mikrobiota oral, pengurangan simbiosis bakteri oral, dan

3
peningkatan kelimpahan bakteri patogen potensial (contohnya Enterobacteriaceae dan
Enterococcus).
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan mikrobiota oral dan kanker usus berhubungan
cukup dekat. F. nucleatum pada rongga mulut dapat berpindah ke bagian lain tubuh melalui
sirkulasi darah, mengakibatkan inflamasi lokal dan, secara tidak langsung, formasi tumor. Pasien
dengan banyaknya jumlah F. nucleatum memiliki resiko tinggi untuk kanker usus, maka jumlah
bakteri ini dapat digunakkan sebagai marker potensial untuk kanker usus. F.nucleatum juga dapat
memediasi masuknya bakteri non-invasif (seperti Streptococcus dan Campylobacter) ke dalam
sel, berujung pada inflamasi lokal lingkungan mikro yang secara tiak langsung meningkatkan
perkembangan tumor.
Ada relasi antara ketidakseimbangan mikrobiota oral dan terjadinya perkembangan kanker
pankreas. Helicobacter pylori dan P.ginggivalis di mikrobiota oral berhubungan erat dengan
kanker pankreas. Pasien dengan seropositif H. pylori memiliki risiko tinggi kanker pankreas
(yaitu 38%), sehingga menunjukkan bahwa H. pylori mungkin memainkan peran dalam
perkembangan kanker pankreas. H. pylori dapat menyebabkan tukak lambung, yang dapat
menyebabkan produksi asam menurunkan dan peningkatan kadar nitrosamin individu,
menyebabkan peningkatan risiko kanker pankreas. Keasaman yang rendah disebabkan oleh ulkus
lambung memungkinkan kolonisasi bakteri lainnya, memberikan kesempatan bagi bakteri mulut
untuk pindah ke saluran pencernaan
RA adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh peradangan kronis. Penelitian
menunjukan bahwa periodontitis dapat mengaktifkan RA dengan memproduksi beberapa enzim
penting yang meningkatkan antigenisitas untuk memulai respon autoimun. Uji klinis pada
manusia menunjukkan di pasien dengan RA banyak mikrobiota oral dengan spesies anaerob
seperti Lactobacillus salivarus, Atopobium, Leptotrichia, Prevotella, dan Curtum
cryptobacterium, tapi Corynebacterium dan Streptococcus berkurang. Pasien RA tanpa
periodontitis menunjukkan peningkatan bakteri terkait periodontitis seperti Prevotella.

2.7. Kesimpulan
Mikrobiota oral juga dapat mempengaruhi penyakit mulut dan mempengaruhi kesehatan seluruh
tubuh manusia. Di masa yang akan datang, kita dapat meningkatkan kesehatan mulut dengan
mengubah mikrobiota oral melalui pengembangan probiotik oral dan peningkatkan kesehatan
tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Lu, M., Xuan, S., & Wang, Z. (2019). Oral microbiota: A new view of body health. Food
Science and Human Wellness, 8(1), 8-15.

Anda mungkin juga menyukai