Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Botani merupakan cabang bagian biologi yang mempelajari tentang tumbuhan

dari aspek anatomi, morfologi, fisiologi dan taksonomi. Seperti bentuk-bentuk

kehidupan lain dalam biologi, tumbuhan hidup dapat dipelajari dari perspektif

yang berbeda, dari tingkat molekul , genetika dan biokimia melalui organel , sel ,

jaringan , organ , individu, populasi tumbuhan , dan komunitas tumbuhan. Pada

setiap tingkat ini seorang ahli botani mungkin prihatin dengan klasifikasi

(taksonomi), struktur (anatomi dan morfologi), atau fungsi (fisiologi) dari

kehidupan tumbuh-tumbuhan. Botani juga mempelajari kelompok dari Kerajaan

tumbuhan, mempelajari Jamur (mikologi), Bakteri (bakteriologi), lumut kerak

(lichenology), fikologi. Penelitian tumbuhan sangat penting karena tumbuhan

adalah bagian mendasar dari kehidupan dibumi, yang menghasilkan oksigen,

makanan, serat, dan bahan bakar dan obat – obatan yang memungkinkan

vmanusia dan bentuk kehidupan lainnya ada (Lidell, 1940).

Sel merupakan unit fungsional terkecil struktur tubuh makhluk hidup yang

memiliki beragam bentuk dan ukuran, struktur dan fungsi. Sel terdapat dalam

suluruh bagian tumbuhan baik di akar, batang dan daun yang membentuk

jaringan-jaringan. Sistem perakaran tumbuhan dikelompokkan dalam dua tipe

utama, yaitu sistem akar tunggang dan sistem akar serabut. Benda ergastik adalah

bahan non protoplasma, baik organik maupun anorganik, sebagai hasil

metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan, pemeliharaan struktur sel dan

sebagai penyimpanan makanan, yang terletak dibagian sitoplasma, dinding sel


2

maupun di vakuola. Kajian dalam morfologi tumbuhan difokuskan pada bentuk-

bentuk bagian luar tubuh tumbuhan. Tubuh luar tumbuhan dikelompokkan

kedalam beberapa bagian utama, yakni akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Kajian-kajian dalam pelajaran botani bertujuan untuk memberi pengalaman

kepada mahasiswa meningkatkan penguasaan mahasiswa, mampu menyajikan dan

medeskripsikan, memberi keterampilan, memberi pengetahuan, mengenal dan

memahami tentang struktur sel, benda ergastik dan morfologi dari bagian

tumbuhan (Salisbury, 2005).

Khusus daun dan bunga, morfologinya sedikit lebih bervariasi. Ada jenis

tumbuhan struktur daunnya tunggal (sederhana) dan majemuk (kompleks), juga

ada jenis yang lengkap dan tidak lengkap. Suatu daun yang tangkainya

bercabang- cabang pada tangkai ini baru terdapat helain daun, sehingga pada

setiap tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun dinamakan “daun majemuk”.

Pada daun majemuk dapat dibedakan menjadi ibu tangkai daun, tangkai anak daun

dan anak daun ( Muliyani, 2006 ).

Perbedaan atau struktur antara monokotil dan dikotil, pada tumbuhan

monokotil bentuk daunya sejajar, akarnya serabut, pada batang monokotil terdapat

kambium, dan bijinya berkeping dua. Pada tumbuhan dikotil bentuk daunnya

menyirip, akarnya tunggang, pada batang tumbuhan dikotil tidak memiliki

kambium, dan bijinya berkeping dua (Recce, 2002).


3

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari modul I (mengenal mikroskop) untuk lebih memahami secara

langsung fungsi dan komponen – kompoenen mikroskop dan cara penggunaan

yang baik dan benar. Dan kegunaannya adalah memberikan pengetahuan kepada

praktikan tentang cara menggunakan mikroskop yang baik dan benar. Tujuan

modul II (morfologi tumbuhan) umtuk mengetahui struktur morfologi tumbuhan

dikotil dan monokotil serta membandingkan perbedaan morfologi tumbuhan

dikotil dan monokotil. Dan kegunaannya adalah menambah pengetahuan

praktikan tentang morfologi tumbuhan dikotil dan monokotil. Tujuan modul III

(anatomi tumbuhan) untuk mengetahui struktur akar, batang dan daun tumbuhan

dikotil dan monokotil. Dan kegunaannya agar praktikan lebih muda

membandingkan struktur anatomi tumbuhan dikotil dan monokotil. Tujuan modul

IV (Fotosintesis) untuk membuktikan terbentuknyaq amilum pada proses

fotosintesis oleh tumbuhan daun singkong. Kegunaannya adalah praktikan dapat

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Tujuan modul

V (transpirasi) untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi laju

transpirasi. Kegunannya agar menambah pengetahuan praktikan tentang faktor –

faktor yang mempengaruhi laju transpirasi.


4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Mikroskop

2.1.1 Sejarah Mikroskop

Mikroskop (bahasa Yunani: micros= kecil dan scopein = melihat) adalah

sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata

kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut

mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh

mata.Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme hidup

yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang,

sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan

mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Pramesti, 2000).

Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah Antonie

Van Leeuwenhock (1632-1723) . Tahun 1675 Antonie membuat mikroskop

dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa

sehingga ia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang

menggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan

gigi (Pramesti, 2000).

2.1.2 Jenis – jenis Mikroskop

Mikroskop terdiri dari beberapa jenis mulai dari Mikroskop Cahaya,

Mikroskop Stereo, Mikroskop Pender, Mikroskop Medan Gelap, Mikroskop Fase

Kontras, Mikroskop Elektron (Kurniasari, 2012).


5

2.1.3 Bagian – bagian Mikroskop

Lensa Okuler, berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan

diperbesar dari lensa objektif. Lensa Objektif, lensa ini berada dekat pada objek

yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Tabung

Mikroskop (Tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan

menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler. Makrometer (Pemutar Kasar),

berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat. Mikrometer

(Permutar Halus), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan

mikroskop secara lambat. Revolver, berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa

objektif dengan cara memutarnya. Reflektor (Cermin), terdiri dari dua jenis

cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor ini berfungsi untuk

memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di

meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya

yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan

cermin cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya. Diafragma,

berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Meja

Mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di amati.

Penjepit Kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek

agar tidak mudah bergeser, Lengan Mikroskop, berfungsi sebagai pegangang pada

mikroskop. Kaki Mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang

mikroskop (Pramesti, 2000).


6

2.2 Morfologi Tumbuhan

2.2.1 Tumbuhan Dikotil

Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan yang berbiji berkeding dua. Tanaman

dikotil meliputi terna, semak-semak, perdu maupun pohon yang mempunyai ciri-

ciri morfologi sebagai berikut yaitu, mempunyai lembaga dengan dua daun

lembaga (berbiji belah) dan akar serta pucuk lembaga yang tidak mempunyai

pelindung yang khusus, akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok (akar

tunggang) yang bercabang-cabang dan membentuk sistem akar tunggang, Batang

berbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas dan

buku-buku yang tidak jelas, duduk daun biasanya tersebar atau berkarang,

kadang-kadang saja berseling, daun tunggal atau daun majemuk, sering kali

sisertai oleh daun-daun penumpun, jarang memiliki pelepah, helaian daun

bertulang menyirip atau menjari, pada cabang-cabang kesamping seringkali

terdapat 2 daun pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang median dikanan

kiri cabang tersebut, bunga bersifat ditetra, atau pentramer (Judianto, 1992).

2.2.2 Tumbuhan monokotil

Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan yang berbiji berkeping satu. Ciri-ciri

morfologi yaitu berupa terna, semak, atau pohon yang mempunyai system akar

serabut, batang berkayu atau tidak, biasanya tidak atau tidak banyak bercabang-

cabang, buku-buku dan ruas-ruas kebanyakan tampak jelas.Daun kebanyakan

tunggal, jarang majemuk, bertulang sejajar atau bertulang melngkung, duduknya

berseling, Buah dengan biji yang mempunyai endosperm, jarang tidak, lembaga
7

mempunyai daun lembaga yang berubah menjadi alat penghisap makanan dari

endosperm untuk lembaga sebelum dapat mencari makanan sendiri. Baik akar

maupun pucuk lembaga dilindungi oleh suatu sarung, pelindung akar disebut

koleoriza, sedang pelindung pucuk lembaga disebut koleoptil. Pada waktu

perkecambahan sarung yang merupakan pelindung tadi akan tertembus oleh organ

yang dilindunginya (Tjitrosoepomo, 2005).

2.2.3 Daun Tunggal

Daun tunggal yaitu daun yang dalam satu tangkai hanya terdapat satu

helaian daun. Macam – macam daun tunggal yaitu daun tunggal lengkap adalah

daun yang mempunyai bagian – bagian seperti prlepah, tangkai dan helaian daun,

contohnya daun talas (Colocasia esculenta). Daun tunggal bertangai adalah daun

tunggal yang mempunyai bagian – bagian dan helaian daun, contohnya daun

mangga (Mangifera indica L). Daun tunggal berupih adalah daun tunggal yang

mempunyai bagian pelepah atau upih atau helaian daun, contohnya daun jagung

(Zea mays L). Daun duduk atau sessilis adalah daun tunggal yang hanya

mempunyai helaian daun saja dan langsung menempel pada batang, contohnya

daun biduri (Colotropis gigentea) (Suktiyono, 2005).


8

2.2.4 Daun Majemuk

Daun majemuk adalah apabila didalam satu tangkai terdapat lebih dari satu

helaian daun. Tangkai daun tersebut dapat bercabang – cabang dan pada cabang

tangkainya terdapat anak daun. Bagian – bagian daun majemuk terdiri dari ibu

tangkai, tangkai daun, anak daun. Berdasarkan susunan anak daun pada ibu

tangkai daun majemuk dibedakan menjadi beberapa macam seperti daun majemuk

menyirip, daun majemuk menjari, daun majemuk bangun kaki, dan daun majemuk

campuran (Suktiyono, 2005).

2.3 Anatomi Tumbuhan

2.3.1 Anatomi Tumbuhan Dikotil

Pada tumbuhan dikotil struktur anatomi akarnya dilindungi oleh tudung akar

kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel

kaliptra ada yang mengandung butir- butir amilum dinamakan kolumela. Pada

batang dikotil terdapat lapisan- lapisan dari luar ke dalam epidermis terdapat atas

selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi

epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya, pada batang yang mengalami

pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang

dibentuk dari kambium gabus, kemudian pada korteks batang disebut juga kulit

pertama, terdir dari beberapa lapis sel, yang tersusun atas jaringan kolenkim,

makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim, dan adapun stele atau silender

pusat merupakan lapisan terdalam dari batang, lapisan terluar dari stele disebut

kambium (Mulyani, 2006).


9

2.3.2 Anatomi Tumbuhan Monokotil

Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil yaitu batas antara ujung akar

dengan kaliptra jelas, periskel terdiri dari beberapa sel berdinding tebal, letak

berkas pengangkut antara xilem dan floem. Batang tanaman monokotil, berkas

vaskuler menyebar dan paling banyak terdapat di daerah yang mendekati kulit

batang juga tidak ditemukan kambium sehingga pertumbuhan hanya bisa

memanjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Karman, (2008) yang menyatakan

bahwa ikatan pembuluh menyebar pada seluruh batang monokotil, tetapi yang

paling banyak terdapat di daerah yang mendekati kulit batang. Pada monokotil

juga tidak terdapat kambium sehingga pertumbuhan yang terjadi hanya

memanjang.

2.4 Fotosintesis

2.4.1 Definisi Fotosintesis

Fotosintesis adalah proses pembentukan molekul-molekul makanan yang

kompleks dan berenergi tinggi dari komponen-komponen yang lebih sederhana

oleh tumbuhan hijau dan organisme autotrofik lainnya dengan keberadaan energi

cahaya. Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2

dan H2O) pada tumbuhan berpigmendengan bantuan energy cahaya matahari diseb

ut fotosintesis dengan persamaan reaksikimia berikut ini.

cahayamatahari

6 CO2 +6 H2O C6H12O6 +6 O2

pigmenfotosintesis
10

Berdasarkan reaksi fotosintesis diatas, CO2 dan H2O merupakan substrat

dalam reaksi fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen

fotosintesis (berupa klorofil dan pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkan

karbohidrat dan melepaskan oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari

spektrum tampak dari merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang

gelombang dari spektrum tampak diserap (diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis

.Atom O pada karbohidrat berasal dari CO2 dan atom H padakarbohidrat berasal

dari H2O (Fried & Hademenos, 2006).

2.4.2 Faktor Fotosintesis

Fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu sinar matahari, suhu, air,

klorofil dan bahan-bahan organik. Sinar matahari merupakan faktor utama yang

mempengaruhi fotosintesis. Tanpa sinar matahari tumbuhan hijau tidak mampu

membuat makanan. Klorofil juga merupakan faktor utama yang sangat

mempengaruhi proses fotosintesis. Klorofil merupakan pigmen utama yang

terdapat dalam kloroplas (Ai, 2012).

2.4.3 Siklus Terang

Fotosintesis dapat dibedakan menjadi dua reaksi, yaitu siklus terang dan

siklus gelap. Siklus terang merupakan langkah-langkah fotosintesis yang

mengubah energi matahari menjadi energi kimia (Campbell, Reece, & Mitchell,

2002). Pada siklus terang, yang berlangsung pada membran fotosintesis, energi

cahaya dikonversi menjadi energi kimia yang terdiri dari NADPH2 dan ATP

(Abdurrachman dkk, 2013).


11

2.4.4 Siklus Gelap

Siklus gelap adalah jalur di mana terjadi reduksi CO2 menjadi gula. Siklus

gelap sesungguhnya tidak terjadi dalam kondisi gelap, hanya saja reaksi ini tidak

tergantung pada cahaya. Karena CO2 merupakan senyawa yang miskin energi,

konversinya menjadi karbohidrat yang kaya energi melibatkan loncatan ke atas

yang luar biasa pada tangga energi (Fried & Hademenos, 2006). Pada siklus

gelap, yang berlangsung dalam stroma, NADPH2 dan ATP dimanfaatkan sebagai

reduktor biokimia untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat

(Abdurrachman dkk, 2013).

2.5 Transpirasi

2.5.1 Definisi Transpirasi

Transpirasi adalah ptoses hilangnya air melalui penguapan dari permukaan

daun suatu tumbuhan. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang

berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata,

lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Suhu secara tidak

langsung berpengaruh terhadap terjadinya evaporasi pada permukaan tanah dan

tranpirasi pada permukaan daun suatu tumbuhan ataupun tanaman. Transpirasi

pada permukaan daun tumbuhan dapat terjadi jika tekanan uap air dalam sel daun

lebih tinggi dibandingkan tekanan uap air yang ada di udara (Susanto, 2005).
12

2.5.2 Faktor Transpirasi

Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi ada faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yang mempengaruh laju transpirasi yaitu penutupan

stomata, Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara

relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata

tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi

peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan

penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan

penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembaban.

Penggulungan atau pelipatan daun juga menjadi faktor yang mempengaruhi

transpirasi. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang

menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas. Faktor

selanjutnya adalah jumlah dan kondisi morfologis daun, makin luas daerah

permukaan daun, makin besar evapotranspirasi. Kondisi morfologis, seperti luas

daun, ketebalan, ada tidaknya lapisan lilin atau kutikula, banyak sedikitnya bulu di

permukaan daun, juga mempengaruhi kecepatan transpirasi suatu tanaman

(Syamsuri, 2004).

Faktor - faktor eksternal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah

Kelembaban, Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju

neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama,

transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara. Suhu,

Kenaikan suhu cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali.

Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun
13

yang terkena sinar matahari mempunyai suhu lebih tinggi dari pada suhu udara.

Cahaya, Sehelai daun yang terkena sinar matahari langsung akan mengasorbsi,

Cahaya langsung dapat pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya

terhadap buka-tutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu. Angin, Angin

cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik didalam naungan atau

cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi di bawah sinar matahari, pengaruh

angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju

transpirasi, cenderung menjadi lebih penting daripada pengaruhnya terhadap

penyingkiran uap air (Syamsuri, 2004).

2.5.3 Proses Terjadinya Transpirasi

Berikut adalah proses terjadinya transpirasi, tanaman mendapatkan air,

nutrisi, dan mineral dari tanah dengan bantuan akar melalui proses osmosis,

karena tekanan air rendah yang terdapat di daun dan bagian atas tanaman, air

melakukan perjalanan dari akar ke bagian atas tumbuhan melaui xylem.. Air dan

mineral bersama dengan CO2 dan klorofil di daun lantas siap menjalani proses

fotosintesis. Di tahap ini, proses transpirasi dimulai ketika mencapai daun, air

dibawa ke permukaan daun dengan bantuan stomata. Stomata juga dapat

membantu dalam pertukaran gas, yaitu mengambil CO2 dan melepaskan O2 ke

atmosfer (Lakitan, 2000).


14

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Pratikum Botani dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan

dilanjutkan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas

Tadulako, Palu. Dilaksanakan mulai tanggal 23 Februari sampai dengan tanggal

16 Maret 2018. Pada hari Jumat serta waktu praktikum dari jam pukul 13.30

WITA sampai dengan pukul 16.30 WITA.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan mikroskop

adalah mikroskop. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum tentang struktur

morfologi tumbuhan monokotil dan dikotil adalah cutter, tissue, pinset, lup (kaca

pembesar), alat tulis. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum anatomi

tumbuhan adalah mikroskop, objek glass, cover glass, cutter, dan tissue. Adapun

alat yang digunakan dalam praktikum fotosintesis adalah cawan petri, pemanas

listrik, gelas kimia, cutter, dan tissue. Adapun alat yang digunakan dalam

praktikum transpirasi adalah rak dan tabung reaksi, cutter, tissue, dan kertas

grafik.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi tumbuhan

adalah tanaman monokotil (jagung, padi, rerumputan/teki) masing – masing

berukuran 30 cm, tanaman dikotil (tomat, cabai, mangga) masing – masing

berukuran 30 cm, kecambah kacang hijau (toge), kecambah jagung, biji jagung,

air, daun kembang merak, daun jeruk, daun dadap, daun kelor, daun johar, daun
15

gamal, dan daun biduri. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum anatomi

tumbuhan adalah tanaman jagung, tanaman mangga, tanaman rheo discolour,

tanaman hydrilla verticillata, bawang merah, kentang, dan air. Adapun bahan yang

digunakan dalam praktikum fotosintesis adalah daun singkong, kertas timah atau

alumunium foil, alkohol 70% dan larutan lugol. Adapun bahan yang digunakan

dalam praktikum transpirasi adalah dua jenis tanaman yang berbeda morfologi

(cabai, tomat) ukuran 20 cm, air, dan minyak kelapa.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pengenalan Mikroskop

Hal yang pertama dilakukan dalam pratikum ini adalah menyiapkan

mikroskop, kemudian mencari tempat pencahayaan yang baik, dengan tujuan

mendapatkan pencahayaan yang baik. Langkah berikutnya dengan menyiapkan

preparat yang akan diamati di bawah mikroskop. Apabila preparat sudah terfokus

maka bila akan menggunakan pembesaran yang lebih kuat, hanya pengatur halus

yang boleh digunakan, pada pembesaran dari bayangan dari suatu objek dapat

diketahui dari angka pembesaran pada objek dan okuler.

Sedangkan pada pengamatan huruf ”d”, pertama-tama huruf ”d” dibuat

sekecil mungkin setelah itu huruf ”d” tersebut diletakkan di atas deck glass

kemudian ditutupi dengan cover glass dan setelah itu diamati dengan mikroskop

sehingga didapat bayangan dari huruf ”d” tersebut.


16

3.3.3 Morfologi Tumbuhan

Pada percobaan mengamati morfologi tumbuhan dikotil dan monokotil

siapkan tanaman monokotil ( Jagung, padi, rerumputan teki), dan tanaman dikotil

(mangga, tomat, cabai) yang akan diamati. Kemudian potonglah setiap tanaman

menjadi 3 bagian (batang, daun, akar), amatilah setiap tanaman tersebut dengan

menggunakan kaca pembesar, selanjutnya amatilah dan bandingkan perbedaan

antara kecambah kacang tanah dengan kecambah jagung, gambarkan organ-organ

tersebut ( daun, batang, dan biji) pada buku gambar.

Pada percobaan mengamati daun majemuk dan daun tunggal terlebih dahulu

siapkan daun-daun yang akan diamati, daun johar, daun kelor, daun gamal, daun

kembang merak, daun putri malu, daun biduri. Kemudian amati tipe daun

majemuk berdasarkan susunan anak daunnya (menyirip genap, menyirip ganda,

menyirip ganda dua, beranak daun, bangun kaki, dan lain-lain). Dan terakhir

amati bagian-bagian daun majemuk, ibu tangkai daun, dan tangkai anak daun.

3.3.4 Anatomi Tumbuhan

Pertama-tama siapkan tanaman yang akan diamati, kemudian potonglah

setipis mungkin tanaman yang sudah disiapkan dengan posisi melintang. Amatilah

bagian tanaman tersebut dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali. Dan

gambarkan bagian-bagian jaringan tanaman yang tampak pada mikroskop.


17

3.3.5 Fotosintesis

Pertama-tama pilihlah tumbuhan yang ada disekitar rumah atau di

laboratorium dengan daun yang baik dan segar. Daun dari tanaman singkong

biasanya memberikan hasil yang lebih baik, kemudian tutuplah salah satu daun

tanaman tersebut dengan kertas aluminium foil, tiga hari dari sebelum praktikum.

Setelah tiga hari, bukalah kertas timah yang sudah menutupi daun singkong

kemudian masukan daun singkong ke dalam gelas kimia yang berisi alkohol 70%,

lalu masukan juga daun yang tidak ditutupi oleh kertas timah pada tanaman yang

sama, kemudian panaskan gelas kimia sampai daun yang berada di dalamnya

berubah warna menjadi kepucatan, lalu pindahkan daun yang telah dipanaskan

pada cawan petri, tetesi kedua daun tersebut dengan larutan lugol atau larutan

iodium, dan perhatikan perubahan warna yang terjadi pada daun.

3.3.6 Transpirasi

Pertama-tama siapkan dua jenis tumbuhan yang ada, kemudian potonglah

akar setiap tanaman dibagian pangkalnya, lalu masukan ke dalam tabung reaksi

yang telah berisi yang telah berisi 5 ml air, 1 tabung hanya berisi air sebagai

control, kemudian ditetesi dengan minyak kelapa, beri tanda tera pada batas

minyak, susun dalam rak tabung, lalu letakkan masing-masing rak pada 2 tempat

berbeda, satu pada tempat yang terkena sinar matahari langsung dan lainnya pada

tempat teduh, setiap 10 menit lakukan pengukuran jumlah air yang tersisa dengan

cara menghitung jumlah air yang hilang. Jumlah air yang hilang dapat dihitung

dengan meneteskan kembali air ke dalam tabung sampai kembali ke posisi tanda
18

tera, pengamatan dilakukan selama 1 jam. Dan yang terakhir gambarkan

perubahan jumlah volume air pada kertas grafik, dimana waktu pada sumbu

horizontal (X) dan volume air yang hilang pada sumbu vertical (Y) untuk ketiga

jenis tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai