Pada pukul 08.00 WITA pagi, disebuah desa di kota Yogyakarta telah terjadi
bencana gempa bumi dengan kekuatan 7,6 skala ritcher , bencana tersebut
mengakibatkan kerugian yang sangat besar dan banyak memakan korban jiwa.
Tidak berselang lama setelah bencana terjadi, perawat pun datang dan langsung
melakukan evakuasi terhadap korban serta memilah korban berdasarkan prioritas
pertolongan atau triase. Tim perawat yang datang ke lokasi melakukan
pemeriksaan dan memberikan label hijau, label merah, label kuning, dan hitam
sesuai dengan kondisi korban.
Perawat memberikan label kepada korban sesuai dengan kondisi korban. Korban
dengan label hijau sebanyak 3 orang, korban dengan label kuning sebanyak 4
orang, korban dengan label merah sebanyak 5 orang, dan korban dengan label
hitam sebanyak 4 orang. Perawat yang telah melakukan triase melihat banyak
korban yang mengalami patah tulang dan cidera berat sehingga perawat pun
menghubungi pihak rumah sakit untuk segera mengirimkan 2 buah ambulance
serta Dokter Ortopedic, Dokter Ahli Bedah Umum, Dokter Ahli Bedah Saraf dan
tenaga medis lainnya ke posko bencana.
Beberapa saat kemudian, datanglah Dokter Orthopedic, Dokter Ahli Bedah Saraf
dan tenaga medis lainnya dari berbagai rumah sakit pun datang. Berdasarkan hasil
yang sudah disampaikan, dokter yang menggunakan baju berwarna putih, dan
perawat ambulance yang menggunakan baju berwarna abu abu. Hal tersebut
digunakan untuk memudahkan mengenali antara tim medis.
Perawat Posko (Rodi) : “ Oh iya dok, baik. Saya disini perawat Rodi yang
mengkoordinasi para korban. Kalau begitu mari ikuti
saya dok, saya antarkan ke para korban. Mari dok,
ini dok korban yang mengalami fraktur.”
Dokter Orthopedic (Norsaniah) : “Terimakasih mas.”
Dokter Orthopedic (Saniah) : “Permisi mas… perkenalkan nama saya Saniah dan
saya dokter Orthopedic dari rumah sakit Ulin
Banjarmasin.”
Perawat Posko (Rodi) : “Oh iya dok, baik. Saya disini perawat Rodi yang
mengkoordinasi para korban. Kalau begitu mari ikuti
saya dok, saya antarkan ke para korban. Mari dok,
ini dok korban yang mengalami fraktur.”
Dokter Orthopedic (Saniah) : “Terimakasih mas.”
Dokter Orthopedic (Rifani) : “Permisi mas… perkenalkan nama saya Rifani dan
saya dokter Orthopedic dari rumah sakit Sari
Mulia.”
Perawat Posko (Rodi) : “Oh iya dok, baik. Saya disini perawat Rodi yang
mengkoordinasi para korban. Kalau begitu mari ikuti
saya dok, saya antarkan ke para korban. Mari dok,
ini dok korban yang mengalami fraktur.”
Dokter Orthopedic (Rifani) : “Terimakasih mas.”
Dokter Ahli Bedah Saraf (Hafiz) : “Permisi mas… perkenalkan nama saya Hafiz
dan saya dokter Ahli Bedah Saraf dari rumah sakit
Pelita Insani.”
Perawat Posko (Rodi) : “Oh iya dok, baik. Saya disini perawat Rodi yang
mengkoordinasi para korban. Kalau begitu mari ikuti
saya dok, saya antarkan ke para korban.”
Dokter Ahli Bedah Saraf (Hafiz) : “Terimakasih mas.”
Dokter Bedah Umum (Bella) : “Permisi mas… perkenalkan nama saya Bella dan
saya dokter Ahli Bedah Umum dari rumah sakit
Anshari Saleh Banjarmasin.”
Perawat Posko (Rodi) : “Oh iya dok, baik. Saya disini perawat Rodi yang
mengkoordinasi para korban. Kalau begitu mari ikuti
saya dok, saya antarkan ke para korban.”
Dokter Ahli Bedah Umum (Bella) : “Terimakasih mas.”
Setelah para dokter menangani korban berlabel
merah,para dokter kembali menangani korban
berlabel kuning.
Setelah para korban diberikan perawatan. Ada salah satu korban cedera berat
dibagian kepala yang harus segera dirujuk ke rumah sakit, dikarenakan
keterbatasan alat dan kondisi yang semakin kritis, korban tersebut segera dibawa
menggunakan helicopter menuju rumah sakit untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Alat transportasinya menggunakan helicopter tersebut digunakan
karena lebih cepat daripada jalur darat karena terjadi gempa bumi tidak
memungkinkan untuk menempuh jalan darat.