Anda di halaman 1dari 14

Tugas IV

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN CSR

Disusun oleh:
MUHAMMAD RAYHAN
073001600040

Program Studi Teknik Pertambangan


Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
1 Good Corporate Governance .................................................................1
1.a Prinsip tata kelola perusahaan yang baik .....................................1
2 Sustainable Development ......................................................................3
3 Protokol Kyoto ......................................................................................4
4 MDGs ....................................................................................................5
5 Tripple Bottom Line ..............................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................10

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
DAFTAR TABEL

iv
1 Good Corporate Governance

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Bahasa Inggris: "Good Corporate


Governance" atau disingkat "GCG"), adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu
proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan etika berusaha.
Penerapan prinsip GCG / tata kelola perusahaan yang baik dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai ekonomi jangka panjang bagi para
investor dan pemangku kepentingan (stakeholder).
Contoh dari penerapan GCG adalah sistem pengendalian dan pengawasan
intern, mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan, tata kelola teknologi
informasi, pedoman perilaku etika, dsb.

1.a Prinsip tata kelola perusahaan yang baik

1. Transparency / Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan informasi yang cukup, akurat, dan tepat
waktu kepada para pemangku kepentingan (stakeholder).
2. Accountability / Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggung
jawaban perusahaan sehingga pengelolaan terlaksana dengan efektif. Prinsip
akuntabilitas memberi kejelasan hak dan kewajiban antara pemegang saham, dewan
direksi, dan dewan komisaris.
3. Responsibility / Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan dan prinsip korporasi yang sehat. Contoh dari prinsip
pertanggungjawaban adalah keselamatan pekerja, kesehatan pekerja, pajak., dan
sebagainya,
4. Independency / Kemandirian

1
Kemandirian adalah pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
undang-undang serta prinsip korporasi yang sehat.
Contoh dari kemandirian adalah dewan komisaris dan dewan direksi
memiliki pendapat yang independen pada setiap pengambilan keputusan, tetapi
masih bisa mendapat masukan dari konsultan atau sumber daya manusia lainnya
yang berguna untuk menunjang kemajuan perusahaan.
5. Fairness/ Kewajaran
Kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak pemangku
kepentingan (stakeholder) yang timbul berdasar perjanjian dan peraturan undang -
undang.
Contoh dari fairness adalah perlakuan yang setara kepada publik, otoritas
pasar modal, komunitas pasar modal, dan pemangku kepentingan. Karyawan juga
diperhatikan dengan baik hak serta kewajibannya secara adil dan wajar.

2
2 Sustainable Development

SUSTAINABLE DEVELOPMENT (SD) adalah sebuah konsep yang


bertujuan untuk menciptakan kesimbangan diantara dimensi pembangunan, seperti
ekonomi, sosial dan lingkungan. Istilah ini ditemukan tahun 1987 oleh World
Comission on Enviroment and Development (Brutland Commnission). Dalam buku
“Common Future” Dikemukakan 2 konsep yaitu Lingkungan dan Pembangunan.

3
3 Protokol Kyoto

Protokol Kyoto adalah sebuah amendemen terhadap Konvensi Rangka


Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional
mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini
berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas
rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka
menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan
dengan pemanasan global. Menyadari bahwa negara-negara maju yang
bertangungjawab terhadap tingkat emisi gas rumah kaca di atmosfir sebagai akibat
dari kegiatan industri lebih dari 150 tahun, protokol ini menempatkan beban yang
lebih berat untuk negara-negara maju dibahwa prinsip “common but differentiated
responsibilities”. Protokol Kyoto diadopsi di kyoto, jepang pada tanggal 11
Desember 1997 dan mullai berlaku tanggal 16 Februari 2005. Detail aturan
implemntasi protokol yang diadopsi COP 7 di marrakesh, moroko di tahun 2001
dan disebut sebagai “Marrakesh Accords”. Sebagian besar ketetapan Protokol
Kyoto berlaku terhadap negara-negara maju yang diuraikan dalam Annex I dalam
UNFCCC

4
4 MDGs

Tujuan Pembangunan Milenium (bahasa Inggris: Millennium Development


Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir
tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan
rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan
utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi
Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut Pemerintah Indonesia
turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan
menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara
masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan
pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur
untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini
merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari
separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada
semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3, dan
mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada
tahun 2015.
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Tujuan Pembanguna n
Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga
harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program
MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup,
kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup
besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan,
per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada

5
tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54
triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah
pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun.
tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri,
Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.

Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian


Development (INFID) Don K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang
solidaritas negara-negara Selatan untuk mendesak negara-negara Utara
meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat dan berkualitas
minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang tidak
bermanfaat untuk Indonesia. Menanggapi pendapat tentang kemungkina n
Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan dan
mencapai tujuan pencapaian MDG pada tahun 2015 serta beban pembayaran utang
diambil dari APBN pada tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala
Bappenas Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak
tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu itu. Pada tahun 2010
hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang. Beberapa negara
maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk
memberikan bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk negara maju
menyisihkan sekitar 0,7 persen dari GDP mereka untuk membantu negara miskin
atau negara yang pencapaiannya masih di bawah. Namun konsensus ini belum
dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang memenuhi sebagian besar
ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7 persen.

6
5 Tripple Bottom Line

Pemahaman dan kepedulian tentang isu lingkungan dan pembanguna n


berkelanjutan serta kebijakan dan praktik pembangunan berkelanjutan telah
menarik banyak perhatian dan perdebatan dalam 20 tahun terakhir. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pelaporan informasi ekonomi, sosial, dan
lingkungan menghasilkan keunggulan dalam hal keuangan, jaminan, pemasaran,
pemenuhan regulasi, dan lainnya yang merupakan tantangan dalam ekonomi global.
Perusahaan harus menerapkan asas pembangunan yang seimbang melalui
pengungkapan penggabungan tiga aspek tersebut dalam sebuah laporan yang
dinamakan laporan keberlanjutan. Laporan keberlanjutan juga dikenal sebagai
laporan Triple Bottom Line (TBL) atau Triple P (People, Planet dan Profit).
Laporan keberlanjutan disusun berdasar teori triple bottom line yaitu
evaluasi kinerja suatu perusahaan dilakukan melalui kombinasi aspek
pengungkapan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Pelaporan keberlanjutan ini
berpotensi memberikan informasi penting untuk analisis bisnis yang tidak
dilaporkan dalam laporan keuangan. Informasi ini melengkapi laporan keuangan
dengan ulasan berwawasan ke depan sehingga dapat meningkatkan pemahaman
pengguna laporan seperti informasi human capital, tata kelola perusahaan,
manajemen resiko dan hutang, serta kemampuan berinovasi.
Dalam hukum nasional, Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup salah satu instrumen dalam
upaya pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan adalah instrumen
ekonomi lingkungan hidup di samping instrumen command and control dan
instrumen pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan undang-undang tersebut,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan terbaru OJK Nomor 51/
POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa
Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik untuk mengembangkan dan menerapkan
instrumen ekonomi lingkungan hidup termasuk di dalamnya adalah kebijakan yang
peduli kepada sosial dan lingkungan hidup di bidang perbankan, pasar modal, dan

7
industri keuangan non-bank. Sehingga pelaporan keberlanjutan menjadi wajib bagi
perusahaan di bidang perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank.
Sehingga konsep tripple bottom line (TBL) tidak semata mata fokus kepada
target profit oriented (keuntungan semata). Konsep ini juga mengindikasikan
prioritas utama perusahaan pada kepentingan stakeholder, ini menyangkut semua
instrumen yang terlibat dalam perusahaan. Jika dibedah, People berimplikasi
kepada aplikasi bisnis yang mendukung kepentingan tenaga kerja. Termasuk
melindungi dari berbagai resiko dan kemungkinan yang menghilangkan hak
pekerja, misalnya upah minimum, lingkungan kerja yang sehat, hak cuti dan lain
lain., termasuk upaya upaya untuk mengembangkan dan mengup-grade kualitas
SDM, baik bidang pendidikan maupun kesehatan tenaga kerja. Planet berarti
memiliki tingginya awareness terhadap kondisi lingkungan, terutama yang
berkaitan dengan konsumsi energi dari sumber daya alam yang sudah semakin
langka dan tidak bisa diperbarui, mengelola secara cerdas limbah produksi terutama
CO2 dan didaur ulang untuk menjadi produk yang ramah lingkungan. Kegiatan
yang selama ini mampu dilakukan dengan baik dan sukses oleh The Body Shop dan
diikuti oleh Starbuks dengan program Coffee and Farmer Equity (CAFE) upaya
mengolah dan mengolah kopi dari rantai petani sampai gerai kopi dengan tingkat
awareness yang tinggi terhadap dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Program
yang juga sudah diikuti oleh perusahaan produksi makanan cepat saji Burger King,
Unilever, produsen susu Nestle dan keju Kraft Foods.
Sementara Profit di sini, fokus dan aktifitas perusahaan tidak semata mata
mengejar keuntungan. Tetapi lebih berfokus kepada upaya menciptakan fair trade
dan ethical trade praktik bisnis yang fair dan beretika. Pada tahap-tahap awal, upaya
ini akan menyedot biaya yang sangat tinggi, apalagi beberapa perusahaan
menerapkan model peduli lingkungan ini untuk meredam tingginya gejolak
masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan yang menerima dampak langsung dari
limbah. Konsep Triple Bottom Line (TBL atau 3BL) yang dikenalkan pertama kali
oleh John Elkington pada tahun 1988 memperkenalkan konsep Triple Bottom Line
(TBL atau 3BL), People, Planet and Profit yang merupakan pilar utama yang
menjadi tolak ukur kesuksesan suatu perusahaan melalui tiga kriteria utama, yakni:

8
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Konsep TBL ini banyak diaplikasikan perusahaan
perusahaan swasta dalam model kegiatan yang mengacu kepada penerapan
tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR). Konsep sosial serta
upaya untuk bisa mengkonvergensikan target perusahaan dengan tanggung jawab
sosial dan lingkungan sudah seharusnya menjadi bagian dari strategi perusahaan
dan tidak bisa terpisahkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_kelola_perusahaan_yang_baik
Download (diturunkan/diunduh) pada April 2020

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-
18614-11-(babxi)-i.pdf Download (diturunkan/diunduh) pada April 2020

https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/publikasi/prinsip-dan-
kesepakatan-internasional/Pages/Kyoto-Protocol-to-the-United-Nations-
Framework-Convention-on-Climate-Change.aspx Download
(diturunkan/diunduh) pada April 2020

https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Milenium Download
(diturunkan/diunduh) pada April 2020

http://bisnissurabaya.com/2017/09/04/konsep-triple-bottom-line-tbl-
bukan-kejar-keuntungan-semata/ Download (diturunkan/diunduh) pada April
2020

10

Anda mungkin juga menyukai