Anda di halaman 1dari 5

MATERI POKOK BAHAN KAJIAN

Falsafah Ilmu, 1) Sejarah


Berfikir Logis Perkembangan
(Deduktif Dan Filsafat ilmu
Induktif), 2) Cara Kerja Filsafat
Keperawatan Ilmu
Sebagai Ilmu, 3) Ciri – Ciri Berfikir
Aspek Onotology, Filsafat Ilmu
Epistomology, Dan 4) Filsafat Sebagai
Metodologi. Penilain
5) Filsafat Ilmu
Sebagai Metode
Ilmiah
6) Sarana Berfikir
Dan Komunikasi
Ilmiah

1. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu


1. Perkembangan Awal Pemikiran Filsafat Ilmu
Periode Filsafat Yunani merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola fikir manusia dari mitosentris menjadi
logosentris. Pola fikir mitosentris adalah pola fikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos
untuk menjelaskan fenomena alam seperti gempa bumi dan pelangi. Perubahan pola fikir itu
terlihat sederhana tetapi implikasinya tidak sesederhana yang dibayangkan kerena selama ini
alam ditakuti dan dijauhi kemudian di dekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif
dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif sehingga alam dijadikan
obyek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim
Filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan
Filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
2. Perkembangan Pemikiran Abad Pertengahan Filsafat Ilmu
Perkembangan pemikiran abad pertengahan Filsafat ilmu itu dapat juga disebut dengan
perkembangan Filsafat ilmu di zaman Islam. Sebelum di uaraikan sejarah dan perkembangan
ilmu dalam Islam, ada baiknya diuraikan sedikit tentang pandangan Islam terhadap ilmu. Hal ini
penting untuk diketahui karena menjadi landasan bagi pengembangan ilmu di sepanjang sejarah
kehidupan umat Islam.
Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar
kepada ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Muhhammad saw ketika diutus oleh Allah
sebagai Rasul, hidup dalam masyarakat yang terbelakang dimana paganism tumbuh menjadi
sebuah identitas yang melekat pada masyarakat Arab pada masa itu.
3. Perkembangan Masa Renaissance Filsafat Ilmu
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang
mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian,
keahlian, dan ilmu pengetahuan yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonaro da Vinci.
Penemuan mesin percetakan dan ditemukannya benua baru oleh Colombus memberikan
dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis
dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Adanya penemuan ahli
perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern
yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan Filsafat.
2. Cara Kerja Filsafat Ilmu
          Salah satu cara kerja filsafat yang gunanya dapat dipertanggungjawabkan ialah cara kerja
yang bertitik pangkal pada pengalaman manusia, yang mencari dan bertanya tentang segala
sesuatu. Berkat adanya institusi yang merupakan sumber pengalaman itu, manusia mengadakan
reduksi kearah sumber itu. Reduksi itu bersifat abstrak. Dan berkat perjalanan reduktif itu, dalam
suatu deduksi berikutnya susunan sebenarnya dari kenyataan yang dialami itu dapat diungkapkan
secara tersurat dan dapat dipahami.
1. Dalam Masa Yunani Purba
          Para filsuf prasokrates ingin menemukan apa yang kiranya merupakan asas (arkhe,
principium, principle) dari semua gejala yang diamati dan dialami manusia. Gejala-gejala itu
merupakan titik pangkal upaya mereka. Dari sana mereka mau menuju asas yang tak kelihatan,
yang selalu dianggap sebagai sesuatu yang objektif .          
Metode Sokrates disebut maieutike (kebidanan), yaitu upaya agar dalam dialog apa yang
terkandung dalam diri manusia bisa dilahirkn, diucapkan ,dan disadari,.
2. Dalam Lingkungan Yahudi, Kristiani, dan Islam Sampai Masa Skolastik
Sudah dalam dunia kebudayaan Yunani purba dan sekitarnya ada suatu lingkungan
tersendiri yang didasarkan pada iman kepada Allah Yang Maha Esa. Itulah lingkungan Yahudi,
dan di kemudian hari disusul lingkungan Kristiani dan Islam Ketiganya berciri monoteisme.
          Dalam pertemuan antar filsuf Yunani dan ketiga lingkungan agama itu, orang yang
menganut iman kokoh dan meyakininya sedalam-dalamnya sebagai satu-satunya pegangan hidup
mereka, dihadapkan pada suatu dunia lain yang pengetahuan serta hidup moralnya tidak
berpangkal pada iman namun tidak bisa ditolaknya begitu saja.
3.Selama Masa Modern
            Sehubungan dengan cara kerja filsafat seluruh masa modern di dunia barat ditandai oleh
dua ciri utama. Yang pertama ialah bahwa filsafat semakin berdiri sendiri, dalam arti bahwa
kebanyakan filsuf entah beriman, entah tidak beriman tidak memperdulikan adanya teologi
berdasarkan iman. Ciri yang kedua pembelokan ke arah subjek pengetahuan yang telah dirintis
Descartes.
            Abad ke 20 ada dua aliran ”menyimpang” dari perhatian itu, yakni neopositivisme dan
strukturalisme. Di sini kita hanya akan menyinggung beberapa anggapan selama masa modern
filsafat Barat, dengan pengandaian bahwa tokoh-tokohnya sudah dikenal. Dan dibedakan
menjadi lima tahap perkembangan.
3. Ciri Ciri Berfikir Dalam Filsafat Ilmu
 Radikal artinya berfikir sampai keakar akarnya. Radikal berasal dari bahasa yunani,
yaitu radix yang berarti akar. Maksud dari berfikir sampai ke akar akarnya adalah sampai
pada hakikat, esensi atau sampai pada substansi
 Konseptual. Konsptual yang dimaksud disini merupakan hasil generalisasi dan
abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual.yang difikirkan.
 Koheren dan Konsiste, artinya berpikir sesuai kaidah-kaidah berpikir yang tidak
mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut
 Sistemik yaitu saling berhubungan antara unsur-unsur yang menyusu suatu bagan
konsseptual.
 Komprehensif, yaitu menyeluruh. Berfikir scara komprehensif merupakan berfikir filsafat
yang berusaha untuk menjelaskan alam semesta/segala sesuatu secara keseluruhan
 Bebas. makna bebas disini bahwa filsafat merupakan pemikiran yang bebas dari
prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, atau religius.
4. Filsafat Sebagai Penilaian
Kita selalu melakukan proses penilaian kepada siswa entah itu disebut asesmen atau
evaluasi, tetapi yang jelas itu sangat berpengaruh pada proses belajar-mengajar dan penilaian
kita. Keyakinan yang kita anuti mengenai penilaian adalah bahwasanya penilaian itu
memberikan gradasi kepada siswa dengan simbol-simbol yang memiliki makna tertentu, yang
Sebagai pendidik, kita selalu melakukan proses penilaian kepada siswa entah itu disebut asesmen
atau evaluasi, tetapi yang jelas itu sangat berpengaruh pada proses belajar-mengajar dan
penilaian kita. Keyakinan yang kita anuti mengenai penilaian adalah bahwasanya penilaian itu
memberikan gradasi kepada siswa dengan simbol-simbol yang memiliki makna tertentu, yang
disepakati dan besifat permanen (jika berada di ijazah). Bagaimanapun, simbol-simbol itu, entah
huruf ataupun angka, sangat berpengaruh pada siswa baik secara positif (membangkitkan
motivasi) maupun secara negatif (menghancurkan motivasi).
5. Filsafat Sebagai Ilmu Metode Ilmiah
Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk
mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah
sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan bukti fisis.
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau cara
keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur
oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan seringkali
berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban dari semua pertanyaan
yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada.
6. Sarana Berfikir Dan Komunikasi Ilmiah
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan
upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan
langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian
literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan
metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil
dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi.

Anda mungkin juga menyukai