RESUME CA COLON
1. PENGERTIAN
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu
pada tubuh dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau
ganas
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal atau
neoplasma yang muncul dari jaringan ephitelial dari colon
( Broker, 2001: 72)
2. ETIOLOGI
Faktor yang mempengaruhi ca colon:
1) Usia : biasanya terjadi pada usia 60-70 thn
2) Polip : adanya polip pada colon (jenis adenomotosa) dapat menyebabkan
ca colon
3) Riwayat kanker : jika dulu pernah terkena kanker maka beresiko terkena
ca colon
4) Faktor keturunan/genetic : jika keluarga yang lain menderita PAP
(pamilial adenomatous poup) poup pada kolon, maka kemungkinan
beresikon terkena ca colon.
5) Penyakit colitis (radang kolon) yg tidak terobati
6) Kebiasaan merokok
7) Kebiasaan makan : terlalu banayk daging dan kurangnya makan
sayur,daging mengandung zat besi.
8) Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna ,
(non makanan)
9) Terlalu banayak makan makanan pengawet
10) Kurang aktivitas fisik
11) BB berlebihan
12) Infeksi virus Hpv (Homan papilonia virus)
13) Kontak dengan zat-zat kkimia tertentu
14) Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol (bir)
15) Bekerja sambal duduk seharian
3. MANIFESTASI KLINIS
a) Kanker kolon kanan
Isikolon berupa cairan
Obstruksi
Melena
Nyeri dangkal abdomen
Anemia
Mucus jaringan terlihat
Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat
teraba, tetapi jarang pada stadium awal penderita mungkin
mengalami perasaan tidak enak pada abdomen dan kadang-
kadang pada epigastrium.
b) Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi
Diare
Nyeri kejang
Kembung
Sering timbul gangguan obstruksi
Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
Mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
Anemia
Keinginan defekasi atau sering berkemih
Gejala yang mungkin dapat timbul pada resi rectal adalah
evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi
dan diare berganti serta feses berdarah (Gel,2000)
4. FATOFISIOLOGI
1. Ca colon di mulai sejak polip jinak menjadi ganas menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas kedalam stivklur sekitarnya
2. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh
lain.
3. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder seperti: penyumbatan
lumen usus dengan obstruksi dan ulselasi pada dinding usus dan perdarahan.
4. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dari abses serta timbulnya
metastase pada jaringan lain.
5. Tingkatan ca colon
a. St. I : terbatas hanya pada mukosa kolon ( dinding rectum dan kolon)
b. St. II : menembus dinding usus, belum metastase.
c. St. III : melibatkan kelenjar limfe
d. St. IV : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ lain.
6. Cara menyebabkan kanker yaitu
Local dan luas.
Secara local : masuk ke dalam lapisan dindidngnusus sampai ke
serosa dan lemak mesentrik lalu sel kanker akan mengenai organ
sekitarnya.
Secara luas : penyebaran lebih luas lagi dalam di dalam lumen
usus yaitu limfatik dan system sirkulasi
7. Bila sel kanker masuk ke dalem system sirkulasi maka sel kanker tersebut dpt
terus masuk ke organ paru-paru.
8. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kulit, tulang dan otak.
9. Sel kankerpun dapat menyebar ke daerah pentrikneal pada saat akan di
lakuakan reseksi tumor.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Biopsi.untuk mengkonfirmasi adanya malignasi.
b. Carsinoembrionik Antygen (CEA) screen
c. Digital rectal examination
d. Barium Enema
e. Endoskopi
f. Kolonoskopi
6. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
b. Terapi radialis (X_RAY), tergantung pada tipe dan stadium dari kanker.
c. Kemotherapy, penggunaan zat kimia untuk riwayat penyakit .
Tujuan: - pengobatan
- Mengurangi masa tumor
- Meningkatkan kelangsungan hidup
- Mengurangi metastase akibat komplikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Data Demografi :
- Ca colon sering ditemukan pada usia 40 thn
- Pr : ca colon
- Lk : ca rektal
b) Riwayat kesehatan dahulu
- Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon.
- Adanya obstruksi dan infeksi kolon
- Konsumsi diet yg tidak baik
c) Riwayat kesehatan keluarga
- Adanya riwayat kanker pada keluarga
d) Penyakit kesehatan sekarang
- Klaen mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung.
- Klaen mengeluh perubahan defekasi.
- Mengalami anoreksia.
e) Pemeriksaan fisik
- Mata : konjung tiva anemis/ tidak
- Leher : JVP
- Mulut : mukosa mulut kering dan pulatlidah pecah-pecah, bau/tidak.
- Abdomen : distensi abdomen, teraba massa, penurunan bising usus dan
lambung
- Kulit : turgor kulit menurun, kering ( dehidrasi)
f) Pengkajian fungsional
1. Aktivitas/ istirahat : lemah, Lelah, malaise, cepet Lelah, merasa
gelisah/asietas.
2. Pernafasan : nafas pendek, dyspnea.
3. Sirkulasi : takikardi, (respon terhadap demam, dehidrasi,
prosesiinflamasi dan nyeri)
4. Integritas ego : Ansietas, ketakutan , emosi, kesal.
5. Eliminasi : tekstur feses beragam ( dari lemak bau), diare berdarah
sering
6. Makanan/cairan : anoreksia, mual muntah,penurunan BB.
7. Hygine : ketidak mampuan melaluakan perawatan diri.
8. Nyeri/keamanan : nyeri tekakn adanya polip.
9. Seksualitas : tidak bisa berhubungan seksual.
10. Interaksi sosisal ; ketidak mampuan aktivitas dalam sosisal.
PATHWEY
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
2. ETIOLOGI
Apendisitis dapat disebabkan karena fekalith (batu feses) yang mengoklusi lumen
apendiks, apendiks yang terpuntir, pembengkakan dinding usus, kondisi fibrosa
di dinding usus, okulusi eksternal usus akibat adesi, Infeksi organisme yersinia
telah ditemukan pada kasus 30% kasus. (Black, J. M., dan Hawks, J. H. 2009.)
Menurut klasifikasi apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu fekalith (tinja/batu), tumor apendiks, biji-bijian dan cacing askaris yang
dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit.
Sedangkan apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopi dan
mikroskopi (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks sumbatan persial atau
lumen apendiks adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel
infalmasi kronik), dan keluhan menghilang setelah pembedahan apendiktomi.
3. KLASIFIKASI APENDISITIS
1. Apendis akut
Peradangan pada jaringanapendix pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang
selanjutnya akan di matikan oleh proses infeksi dari appendix
2. Apendisitis purulenta ( suporative appendicitis)
Karena tekanan pada lumen yg terus bertambah aliran pena pada dinding
appendix dan menimbulkan trombosit keadaan ini memperberat iskemia dan
edema pada apendixs.
Mikroorganisme yang ada usus besar berinvasi kedalam dinding appendix
menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karna di lapisi
eksidat & pibrin.
3. Apendisitis kronis
4. Apendisitis rekurens
5. Mukorel apendik
6. Tumor appendix (adenokarsinoma appendik)
Jarang di temukan biasanya dibtemukan sesuau appendicitis atas indikasi
apendisitis.
7. Karsinoid appendix
Tumor sel pigentafia appendix kelainan ini jarang tetapi ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan patologi atas spesien apendik
4. PATOFISIOLOGI
Semua faktor tersebut menyebabkan adanya obstruksi pada lumen apendiks.
Faktor predisposisi yaitu, adanya benda asing (biji –bijian, konstipasi, diare).
Obstruksi tersebut menyebabkan terjadinya inflamasi, distensi dan dilatasi pada
dinding apendiks, tekanan intraluminal meningkat. Tekanan intraluminal yang
meningkat menimbulkan aliran cairan limfe dan darah terhambat dan tekanan
intraluminal meningkat, bisa mengakibatkan munculnya rasa mual dan ingin
muntah. Kemudian berlanjut nafsu makan berkurang dan menyebabkan anorexia,
akibatnya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh. Stimulasi kemudian
dihantarkan ke spinal cord ke cortex cerebri dan di sampaikan ke nosiseptor.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN.
a. Identitas klaen (nama, umur, alamt)
b. Keluhan utama
Nyeri di bagian epigastrium exstra menjalar ke perut bagian bawah
- Sifat keluhan nyeri di rasakan terus menerus, dapat hilang/ timbul nyeri
dalam waktu yang lama
- Keluhan penyerta, mual muntah & demam
c. Riwayat kesehatan masalalu
- Yg berhubungan dengan kesehatan klaen sekarang
d. Pola makan
- Diet, kebiasaan makan
e. Pola eliminasi
- Konstipasi/diare
2. PEMERIKSAAN FISIK
a) Pemeriksaan keadaan umum pasien tampak sakit ringan/ sedang/berat
b) Sitkulasi : takikardi
c) Respirasi : takipnea, pernapasan
d) Aktivitas/istirahat: malaise
e) Eliminasi : konstipasi awal,diare kadang-kadang
f) Distensi abdomen : nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan, bising usus
g) Nyeri/ keamanan , nyeri abdomen , meningkat ketika berjalanbersin,
batuk, atau nafas dalam.
h) Demam lebih dari 38 c
i) Data fisikologis
j) Pemeriksaan fektal toucher akan teraba berjalan & penderita masa nyeri
pada daerah prolitotami
k) BB sbg indicator pemberian obat
PATHWEYYYYYYYYY
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan hati
a. Aktivitas
- Kelemahan
- Klelahan
- Malaise
b. Sirkulasi
- Bradikardi (hiperbilirubin berat)
- Ikterik pada sklera kulit membrane mukosa
c. Makanan dan cairan
- Anoreksia
- BB↓
- Mual dan muntah
- Peningkatan oedema
- Asites
d. Neurosensory
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Astereksis
e. Eliminasi
- Urin gelap
- Diare feses warna tanah liat
f. Nyeri/kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kana atas
- Myalgia
- Atralgia
- Sakit kepala
- Gatal (pruritus)
g. Keamanan
- Demam
- Urtikalia
- Eritema
- Splenomegaly
- Pembesaran nodus serpikal
- Posterior
h. Serkualitas
- Pola hidup/ prilaku meningkatkan resiko terpajan.
PATHWEYY
3. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d hepatomegaly yg mendesak organ intra abobminal
Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
analgesic
Edukasi
1. jelaskan
penyebab priode
dan pemicu nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Edukasi
a. ajarkan diet
yang di
perogramkan
Kolaborasi
a. kolaborasi
dengan ahli gizi u/
menentukan jurnal
kelori
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Demografi
- Usia, biasanya 30 thn
- Laki2, beresiko lebih besar dari perempuan
- Pekerjaan, riwyat ter papar toksik
2. Riwayat kesehatan
- Riwayat hepatitis kronis
- Penyakit gangguan metabolism
- Obstruksi kronis ductus coledious
- Chp
- Penyakit auto imun
- Riwayat malnutrisi kronis
3. Pola pungsional
a. Aktivitas/ istirahat tidur
Gejala: kelemahan, kelelahan
Tanda : letargi, penurunan masalah otot
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat CHF kronis, pericarditis, penyakit jantung rematik,
kanker ( malfungsi hati) disritmia
c. Eliminasi
Gejala : flatus
Tanda :distensi abdomen (hepatomegaly, splenomegaly, asites) ↓tidak
ada bising usus feses berwarna , tanahn liat, melenaurin gelap & pekat
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia tidak dapat mencerna , mual muntah
Tanda : ↓BB, ↑cairan, kulit kering, turgor burukdan ketrik
e. Neurosensorio
Gejala : perubahan keperibadian, ↓mental tanda2 perubahan mental,
bingung, halusinasi, koma
f. Nyeri/ keamanan
Gejala : nyeri tekan abdomen ( kuadran kanan atas)
Tanda : prilaku hatti2 , focus diri sendiri
g. Pernafasan
Gejala : dyspnea
Tanda : takipnea, nafas dangkal, eksensi paru terbatas
h. Keamanan
Gejala :
Tanda : demam , ikterik, petakie
i. Seksualitas
Gejala : gg. Mens, dn impotein
Tanda : atrofi tetis, ginekomestia, kehilangan rambut
4. Pemeriksaan fisik
a. Tampak lemah
b. ↑suhu, ↑TD
c. Sclera, kterik, konjungtiva anemis
d. Distensi JVP
e. DADA:
- Penurunan ekspansi paru
- Disritnia , gallop
- Suara abnormal paru
f. Abdomen
- Perut membuncit, ↑lingkar abdomen
- ↓ bunyi usus
- Asites/ tegang pada perut kanan atas hati teraba keras
- Nyeri tekan uluatin
g. Urogenital
- Afrofi testis
- Hemoroid
h. Integument
- Iktens , palmar eritema
i. Ektremitas
- Edema
- ↓kekuatan otot
FATHWEYYY
DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATN
B. Pembungkus Ginjal
Ginjal dibungkus oleh massa jaringan lemak yang disebut kapsula adipose
(peritoneal feet) bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal
memanjang melalui hilus renalis. Ginjal dan kapsula adipose tertutup oleh
lamina khusus dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis yang terdapat
diantara lapisan dalam dari fasia profunda dan stratum fasia subserosa
internus. Fasia fibrosa terpecah menjadi dua.
1. Lamella anterior / fasia prerenalis
2. Lamella posterior / fasia retrorenalis
A. Lokasi Ureter
1. Pars Abdominalis Ureter
Dalam kavum abdomen ureter terletak dibelakang peritoneum sebelah media
anterior muskulus psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa
spermatika dan ovarika interna menyilang ureter secara oblique. Ureter akan
mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada pars desenden duodenum. Sewaktu turun ke
bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vasa
iliaka iliokolika, dan dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah
mesenterium dan bagian akhir ileum. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika
sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid
dan mesenterium.
2. Pars Pelvis Ureter
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum pelvis
sepanjang tepi anterior dari insisura iskiadika mayor dan tertutup oleh
peritoneum. Ureter dapat ditemukan didepan arteri hipogastrika bagian dalam
nervus obturatoris arteri fasialis anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada
bagian bawah insisura iskiadika mayor ureter agak miring ke bagian medial
untuk mencapai sudut lateral dari kandung kemih
3. Ureter Pada Pria
Ureter pada pria terdapat dalam fisura seminalis, bagian atasnya disilang oleh
duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter
berjalan obligue sepanjang 2cm di dalam kandung kemih pada sudut lateral
dari trigonum vesika. Sewaktu menembus kandung kemih dinding atas dan
dinding bawah ureter akan tertutup, sedangkan pada waktu kandung kemih
terisi penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengembalian
urin dari kandung kemih
4. Ureter Pada Wanita
Uretra pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika berjalan ke bagian
medial dan kedepan bagian lateralis serviks uterus, bagian atas vagina untuk
mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya ureter didampingi
oleh arteri uterina sepanjang 2,5cm. Selanjutnya arteri ini menyilang ureter
dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum lantum. Ureter mempunyai
jarak 2cm dari sisi serviks uterus. Ada 3 tempat yang penting di ureter yang
mudah terjadi penyumbatan yaitu: pada sambungan ureter pelvis diameter
2mm, penyilangan vasa iliaka diameter 4mm, dan pada saat masuk ke
kandung kemih berdiameter 1-5 mm.
5. Pembuluh Darah Ureter
a. Arteri renalis
b. Arteri spermatika interna
c. Arteri hipogastrika
d. Arteri vesikalis inferior
6. Persarafan Ureter
Merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus spermatika
dan pleksus pelvis. Sepertiga bawah dari ureter oleh sel-sel saraf yang bersatu
dengan rantai eferen dan nervus vagus. Rantai aferens dan nervus torakalis XI
dan XII, nervus lumbalis I dan nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk
uretra.
4. Kandung Kemih (Vesika Urinaria)
Vesika Urinaria (kandung kemih) terletak tepat di belakang os pubis,
merupakan tempat penyimpanan urine yang berdinding otot yang kuat,
bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urine yang dikandung. Kandung
kemih dalam waktu kosong terletak dalam rongga pelvis, sedangkan dalam
keadaan penuh dinding atas terangkat masuk ke dalam region hipogastrika.
Apeks kandung kemih terletak dibelakang pinggir atas simpisis pubis dan
permukaan posteriornya berbentuk segitiga. Bagian sudut superolateral
merupakan muara ureter dan sudut inferior membentuk uretra. Bagian atas
kandung kemih ditutupi oleh peritoneum yang membentuk eksavasio retro
vesikalis, sedangkan bagian bawah permukaan posterior dipisahkan dari
rectum oleh duktus deferens, vesika seminalis, dan vesika retro vesikalis.
Permukaan superior seluruhnya ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan
dengan gulungan ileum dan kolon sigmoid sepanjang lateral permukaan
peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.
A. Lapisan otot
Lapisan otot kandung kemih terdiri atas otot polos yang tersusun dan
saling berkaitan disebut muskulus detrusor vesikae. Peredaran darah
vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior dan inferior yang
merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya membentuk pelsikus
venosus vesikalis berhubungan dengan pleksus prostatikus yang
mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
B. Persarafan
Persarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior.
Serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis I dan II , yang
berjalan turun ke kandung kemih melalui pleksus hipogastrikus. Serabut
preganglion parasimpatis yang keluar dari nervus splenikus yang berasal
dari nevus sakralis II, III, dan IV berjalan melalui hipogastrikus inferior
mencapai dinding vesika urinaria.
Sebagian besar serabut aferen sensoris yang keluar dari kandung kemih
menuju sistem susunan saraf pusat melalui nervus splanknikus pelvikus
berjalan bersama saraf simpatis melalui pleksus hipogastrikus masuk ke
dalam segmen lumbal 1dan 2 medula spinalis.
C. Pengisian kandung kemih
Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dari berkas spiral
longitudinal dan sekitar lapisan otot yang yang tidak terlihat. Kontraksi
peristaltik ureter 1-5 kali /menit akan menggerakkan urin dari pelvis
renalis kedalam kandung kemih dan disemprotkan dalam gelombang
peristaltik. Ureter yang berjalan yang melalui dinding kandung kemih
untuk menjaga ureter tertutup kecuali selama gelombang peristaltik untuk
mencegah urine tidak kembali ke ureter .
Apabila kandung kemih terisi penuh permukaan superior membesar,
menonjol ke atas masuk ke dalam rongga abdomen. Peritoneum akan
menutupi bagian bawah dinding anterior kolum kandung kemih yang
terletak didalam kandung kemih dan permukaan atas prostat. Serabut otot
polos dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat kolum kandung kemih
yang di pertahankan pada tempatnya oleh ligamentum pubo prostatika
pada pria dan oleh ligamentum pubo vesikalis pada wanita yang
merupakan penebalan fasia pubis.
Membrane mukosa kandung kemih dalam keadaan kosong akan berlipat-
lipat. Lipatan ini akan hilang apabila kandung kemih akan terisi penuh.
Daerah membrane mukosa meliputi permukaan dalam basis kandung
kemih yang dinamakan trigonum. Vesika ureter menembus dinding
kandung kemih secara miring membuat seperti katup untuk mencegah
aliran balik urine ke ginjal pada waktu kandung kemih terisi.
D. Pengosongan kandung kemih
Kontraksi otot muskulus detrusor bertanggung jawab pada pengosongan
kandung kemih selama berkemih (miksturasi). Berkas otot tersebut
berjalan pada sisi uretra, serabut ini dinamakan sfingter uretra interna.
Sepanjang uretra terdapat sfinter otot rangka yaitu sfingter uretra
membranosa (sfingter uretra eksterna). Epitel kandung kemih dibentuk
dari lapisan superfisialis sel kuboid .
E. Berkemih
Merupakan suatu refleks spinalis yang dipermudah dan dihambat oleh
pusat saraf yang lebih tinggi dan dikendalikan oleh pusat saraf di otak.
Refleks di awal dengan peregangan otot kandung kemih sewaktu terisi
oleh urine. Impuls aferen berjalan menuju nerfus planknikus dan sfingter
ini melemas bila urine masuk ke pelvikus lalu masuk ke segmen sakralis
II, III dan IV medulla sepinalis. Impuls aferen meninggalkan medulla
spinalis dari segmen yang sama dan berjalan melalui serabut saraf
preganglion parasimpatis menuju nervus planknikus pelvikus dan pleksus
hipogastrikus inferior menuju dinding kandung kemih lalu bersinaps
dengan neuron post ganglion.
Melalui lintasan saraf ini , otot polos kandung kemih yaitu muskulus
detrusor akan berkontraksi dan sfingter kandung kemih di buat lemas.
impuls eferen berjalan ke sfingter uretra melalui nervus pudendus (nervus
II , III, dan IV). Sfingter ini melemas bila urine masuk ke uretra lalu
impuls aferens tambahan akan berjalan ke medulla spinalis dari uretra
memperkuat refleks. Pada anak muda berkemih merupakan refleks
sederhana dan berlangsung apabila vesika urinaria tegang. Pada orang
dewasa refleks regang sederhana di hambat oleh aktivitas korteks serebri
sampai pada waktu yang tepat dan tempat berkemih tersedia. Serabut
penghambat berjalan kebawah menuju segmen sakralis II, III, dan IV
medulla spinalis. Kontraksi ureter yang menutup uretra dikendalikan
secara volunter. Pengendalian volunter saat berkemih akan normal selama
tahun pertama dan tahun kedua kehidupan.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
A. Uretra pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis
ke bagian penis panjangnya ± 20 cm. uretra pada laki-laki terdiri dari:
1. Uretra prostatia
2. Uretra membranosa
3. Uretra kevernosa
Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika
urinaria sampai orifisium eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang
terdiri dari bagian-bagian berikut:
1. Uretra prostatika merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan
hampir vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari basis sampai ke
apaks dan lebih dekat ke permukaan anterior.
2. Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan
paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apaks
glandula prostata dan bulbus uretra. Pars membranesea menembus
diagfragma urogenitalis, panjangnya kira-kira 2,5 cm, di belakang simfisis
pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra membranasea. Di depan saluran ini
terdapat vena dorsalis penis yang mencapai pelvis di antara ligamentum
transversal pelvis dan ligamentum arquarta pubis.
3. Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat
di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari
pars membranasea sampai ke orifisium dari diafragma urogenitalis. Pars
kavernosus uretra berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan
simfisis pubis. Pada keadaan penis berkontraksi, pars kavernosus akan
membelok ke bawah dan ke depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai
dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi ke belakang. Bagian depan
berdilatasi di dalam glans penis yang akan membentuk fossa navikularis
uretra.
4. Orifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi
berupa sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan
panjangnya 6 mm. glandula uretralis yang akan bermuara ke dalam uretra
dibagi dalam dua bagian, yaitu glandula dan lakuna. Glandula terdapat di
bawah tunika mukosa di dalam korpus kavernosus uretra (glandula pars
uretralis). Lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna yang lebih besar
dipermukaan atas di sebut lakuna magma orifisium dan lakuna ini menyebar
ke depan sehingga dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui
sepanjang saluran.
B. Uretra wanita
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit ke arah atas, panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri
dari tunika muskularis (sebelah luar), lapiosan spongeosa merupakan
pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris
dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi. Apabila tidak
berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia diagfragma
urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina,
2,5 cm di belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra,
yang terbesar diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang
bermuara kedalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran
ekskresi.
Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan
permukaan vagian dan 2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita
jauh lebih pendek daripada pria dan terdiri lapisan otot polos yang
diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya penonjolan berupa
kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longggar yang ditandai dengan banyak
sinus venosus merip jaringan kavernosus.
RESUME GGA
GAGAL GINJAL AKUT
1. DEFINISI
Gagal ginjal akut adalah kehilangn fungsi ginjal yang mendadak dan fungsi ginjal
hampir hilang semuanya disebabkan oleh kegagalan sirkulasi renalis atau
disfungsi gomerular atau tubulus (Diane C, Baughman JoAnn C. Hackley. 2000.
Hal 166)
Tiga kategori Gagal ginjal akut, yaitu :
PreRenal (Hiperperfusi ginjal) adalah berhubungan dengan perfunsi
ginjal (contoh kekurangan volume, perpindahan volume, ekspansi
volume dll) dan di manifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG).
Intra Renal (kerusakan aktual pada jaringan ginjal) adalah parenkin
berubah disebabkan oleh iskemia atau substansi nefrotik.
2. ETIOLOGI
1. Prerenal
a. Hipovolemia
1) Perdarahan
2) Dehidasi
3) Muntah, diare, dan diaforesis
4) Pengisapan lambung
5) Diabetes melitus dan diabetes insipidus
6) Luka bakar dan drainase luka
7) Sirosis
8) Pemakaian diuretik yang tidak sesuai
9) Peritonitis
b. Penurunan curah jantung
1) Gagal jantung kongestif
2) Infark miocard
3) Tamponade jantung
4) Disritmia
c. Vasodilatasi sistemik
1) Sepsis
2) Asidosis
3) Anafilaksis
d. Hipotensi dan hipoperfusi
1) gagal jantung
2) syok
2. intra renal (intrinsikl)
a. akerusakan nefron atau tubulah
1) nekrosis tubulah akut
2) glomerulohnefritis
b. perubahan vaskular
1) koagulopatih
2) hipertensi malignan
3) stenosis
c. nefrotoksin
1) ntibiotik (gentamisin, neomisin, dan vankoamisin)
2) kimiawi (karbon tetraklorida dan timbal)
3) logam berat (arsemik dan merkuri)
4) nefritisinterstisia akibat obat (tetra siklin, furosemik, tiasid, dan
sulfanomid)
3. posternal
obstuksi ureter dan leher kandung kemih
a. kalkuli
b. neoplasma
c. hiperplasia prostat
4. FATOFISIOLOGI
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
1. Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya
oliguria.
2. Periode Oliguri
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai
dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya
diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, kalium dan
magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik
muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia
terjadi.
3. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap,
disertai tanda perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti
meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik mungkin masih ada,
sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih diperlukan.
Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini.
Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
4. Periode Penyembuhan
Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 -
12 bulan
a. Nilai laboratorium akan kembali normal
b. Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% - 3%
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah
dan gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah
1,015-1,025)
b. Peningkatan BUN, creatinine
c. Kelebihan volume cairan
d. Hiperkalemia
e. Serum calsium menurun, phospat meningkat
f. Asidosis metabolic
g. Anemia
h. Letargi
i. Mual persisten, muntah dan diare
j. Nafas berbau urin
k. Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala,
kedutan otot dan kejang
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
b. Arteriogram ginjal
c. Biopsi ginjal
d. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah,
Natrium serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas
serum.
e. KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan
adanya obstruksi .
f. Pielografi retrograde
g. Sistouretrogram berkemih
h. Ultrasono ginjal
i. Endoskopi ginjal nefroskopi
j. EKG
7. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara umum adalah: Kelainan dan tatalaksana
penyebab.
a. Kelainan praginjal. Dilakukan klinis meliputi faktor pencetus
keseimbangan cairan, dan status dehidrasi. Kemudian diperiksa
konsentrasi natrium urin, volume darah dikoreksi, diberikan diuretik,
dipertimbngkan pemberian inotropik dan dopamin.
b. Kelainan pasca ginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah
kandung kemih penuh, ada pembesaan prostat, gangguan miksi atau
nyeri pinggang. Dicoba memasang kateter urin, selain untuk
mengetahui adanya obstruksi juga untuk pengawasan akurat dari
urin dan mengambil bahan pemeriksaan. Bila perlu dilakukan USG
ginjal.
c. Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalinasi,
mikroskopik urin, dan pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal,
arteriografi, atau tes lainnya.
2. Penatalaksanaan gagal ginjal
a. Mencapai & mempertahankan keseimbangan natrium dan air.
Masukan natrium dibatasi hingga 60 mmol/hari dan cairan cukup
500 ml/hari di luar kekurangan hari sebelumnya atau 30 mmol/jam
di luar jumlah urin yang dikeluarkan jam sebelumnya. Namun
keseimbangan harus tetap diawasi.
b. Memberikan nutrisi yang cukup. Bisa melalui suplemen tinggi kalori
atau hiperalimentaasi intravena. Glukosa dan insulin intravena,
penambahan kalium, pemberian kalsium intravena pada kedaruratan
jantung dan dialisis.
c. Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap
infeksi saluran napas dan nosokomial. Demam harus segera harus
dideteksi dan diterapi. Kateter harus segera dilepas bila diagnosis
obstruksi kandung kemih dapat disingkirkan.
d. Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses
diperiksa untuk adanya perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi.
Dapat pula dideteksi dari kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai
penurunan hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya
ranitidin) diberikan pada pasien sebagai profilaksis.
e. Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum
tinggi, hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak
boleh melebihi 30-40 mmol/L. Secara umum continous
haemofiltration dan dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang
intensif, sedangkan hemodialisis intermitten dengan kateter
subklavia ditujukan untuk pasien lain dan sebagai tambahan untuk
pasien katabolik yang tidak adekuat dengan dialisis
peritoneal/hemofiltrasi.
8. KOMPLIKASI
a. Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium
b. Gangguan elektrolit : hyperkalemia, hiponatremia, asidosis
c. Neurlogi : iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan
kesadaran, kejang
d. Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus, peptikum,
perdarahaan gastrointestinal
e. Hematologi : anemia, diathesis hemoragik
f. Infeksi : pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan
identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat
menyerang pria maupun wanita dari rentang usia manapun,khususnya bagi orang
yang sedang menderita penyakit serius,terluka serta usia dewasa dan pada
umumnya lanjut usia. Pada pengkajian jenis kelamin, pria disebabkan oleh
hipertrofi prostat sedangkan pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih
yang berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.
Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni
meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
a. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
4. Riwayat psikososialcultural
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV sering
didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri sering didapatkan suhu
tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana
frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi.
tekanan darah terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
2. Pemeriksaan Pola Fungsi
a. B1 (Breathing).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan
napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom akut uremia.
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini.
Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis metabolik
sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
b. B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial
sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya
anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah,
biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan curah jantung sekunder dari
gangguan fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan
tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.
c. B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek
sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri yang berlanjut
pada sindrom uremia.
d. B4 (Bladder).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi dan
penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi
peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap,
disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan
perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
e. B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
f. B6 (Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia dan
penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium.
2. Pemeriksaan BUN dan kadar kretinin
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan ph
5. Pemeriksaan medis
INTERVENSI
Intervensi :
social Intervensi :
Intervensi:
Intervensi :
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAn
a. Biodata
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Nomor MR :
Tanggal Masuk :
Tanggal di data :
Ruangan :
Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Hubungan keluarga :
Pekerjaan :
Alamat :
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama.
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan saat didata
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Kepala
Rambut : Tidak ada ketombe,konstribusi rambut baik, tidak
mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
tanda-tanda peradangan.
Mulut : mukosa mulut kering, gigi cukup, caries +
Muka : tidak oedema
Telinga : daun telinga simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan kelenjer
getah bening.
Thorak : I. Simetris kiri dan kanan
P. Sonor
WOC