Anda di halaman 1dari 8

NAMA: HILDA HESTIKA FAHROJI

KELAS: 2 A

OSTEOSARKOMA
Osteosarkoma adalah tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal.
Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Osteosarkoma merupakan tumor ganas
yang paling sering ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur
15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada
akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.

ETIOLOGI ATAU PENYEBAB


Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam faktor
predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan osteosarcoma antara lain :
a. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya injuri.
Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan
osteosarcoma.
b. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah
radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal,
fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma.
c. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis mengakibatkan 14
dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
d. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya
partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus,
radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat
juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal ini
menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat
mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
e. Keturunan ( genetik )

TANDA DAN GEJALA


1. Nyeri dan sakit pada tulang atau persendian
2. Terbatasnya gerakan tubuh
3. Bengkak, dan adanya benjolan di sekitar tulang atau pada ujung tulang
4. Pincang jika benjolan terdapat pada kaki

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma adalah sebagai berikut :


a. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari
dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
b. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
c. keterbatasan gerak
d. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan).
e. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan
suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
f. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
g. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah
distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
h. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan
malaise
PATHWAY

TERPAPAR SINAR VIRUS


TRAUMA HEREDITER
RADIOAKTIF, DAN ONKOGENIK
BAHAN
KARSINOGENIK

KERUSAKAN GEN

KERUSAKAN TERPUTUSNYA PROLIFERASI SEL TULANG SECARA


INTEGRITAS KONTINUITAS ABNORMAL
JARINGAN JARINGAN

NEOPLASMA
OPERASI

OSTEOSARCOMA KERUSAKAN STRUKTUR


AMPUTASI TINDAKAN MEDIS
TULANG

JARINGAN-JARINGAN SEKITAR
CACAT PERMANEN
DI INVASI OLEH TUMOR
TULANG LEBIH RAPUH

GANGGUAN CITRA GANGGUAN


TUBUH MOBILITAS FISIK PENINGKATAN PENEKANAN
PADA JARINGAN SEKITAR RESIKO FRAKTUR

SUPLAI O2 KE JARINGAN PEMBULUH DARAH TERTEKAN MENEKAN SYARAF- RESIKO CIDERA


MENURUN DAN MUDAH RUPTUR/PECAH SYARAF SEKITAR

RESIKO PERDARAHAN
PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF
PERSEPSI NYERI
NYERI AKUT

Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... hari, masalah keperawatan perfusi


perifer tidak efektif b.d kekurangan cairan dapat meningkat. Dengan kriteria hasil:
1. Warna kulit pucat cukup menurun
2. Pengisian kapiler cukup membaik
3. Akral cukup membaik
4. Turgor kulit cukup membaik
5. Tekanan darah sistolik dan diastolik cukup membaik
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer
2. Manajemen cairan
3. Observasi ttv
Edukasi
1. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... jam masalah keperawatan nyeri b.d agen
pencedera fisik dapat menurun. Dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
INTERVENSI:
Observasi:
1. Identifikasi lokasi
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
Tarapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam. Masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang dapat meningkat. Dengan kriteria hasil:

1. Pergerakan ekstremitas meningkat

2. Kekuatan otot meningkat

3. Rentang gerak meningkat

4. Nyeri menurun

5. Gerakan terbatas menurun

6. Kelemahan fisik menurun

INTERVENSI

Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

3. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Tarapeutik

4. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu

5. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu

6. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi

7. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

8. Anjurkan melakukan ambulasi dini

9. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x...jam. masalah gangguan citra tubuh b.d
perubahan struktur atau bentuk tubuh dapat meningkat dengan kriteria hasil:

1. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

2. Verbalisasi kekhawatiran atau reaksi orang lain menurun

3. Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun

4. Verbalisasi kecacatan tubuh membaik

5. Hubungan sosial membaik

INTERVENSI

Observasi

1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan

2. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah

Tarapeutik

3. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

4. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh

5. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh

Edukasi
7. Latih fungsi tubuh yang dimiliki

8. Latih peningkatan penampilan diri

9. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam. Masalah keperawatan risiko pendarahan
b.d tindakan pembedahan dapat menurun dengan kriteria hasil:

1. Kelembaman membran mukosa meningkat

2. Kelembapan kulit meningkat

3. Hemoglobin membaik

4. Tekanan darah membaik

5. Suhu tubuh membaik

INTERVENSI

Observasi

1. Monitor tanda dan gejala pendarahan

2. Monitor nilai hematkrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah

Tarapeutik

3. Pertahankan bedrest selama pendarahan

4. Batasi tindakan invasif, jika perlu.

Edukasi

5. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

6. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K

7. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

1) Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Diagnostik
Edisi I Cetakan I Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Indonesia.

2) Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Diagnostik
Edisi I Cetakan II Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Indonesia.

3) Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Diagnostik
Edisi I Cetakan II Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Indonesia.

4) Bakta, I Made.2003.Hematologi Klinik Dasar.Jakarta:EGC


5) Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi
8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai