Kode Etik Ahli Gizi PDF
Kode Etik Ahli Gizi PDF
Makalah
Oleh
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai
informasi-informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan
gizi. Jika dilakukan tatap muka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan
ahli gizi dan berkonsultasi langsung dengan mudah mengenai permasalahan gizi
yang mereka hadapi. Ahli gizi yang memberikan penyuluhan dan konseling pun
hendaknya memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup yang harus terus
ditambah dan diperbaharui setiap waktu.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kode etik adalah aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang terkait.
Sedangkan ahli gizi adalah seseorang yang memiliki kehalian khusus dalam
bidang makanan yang dikaitkan dengan kesehatan. Oleh karena itu kode etik ahli
gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli gizi dalam berinteraksi dengan
orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi. Disetiap negara mempunyai
kode etik ahli gizi yang berbeda-beda.
2. Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiban
yang meliputi kewajiban umum, kewajiban terhadap klien, kewajiban terhadap
masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja serta kewajiban
terhadap profesi dan diri sendiri. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas prinsip bahwa
organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam
menjalankan praktek profesinya.
3. Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus
setelah mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk
mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi. RD
bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan
mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala
untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien.
4. Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai
dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi. Ketiga peran itu
hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah mendapat
pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun,
karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.
5. Kode etik ahli gizi di Indonesia lebih mengatur pada sikap ahli gizi terhadap
klien, masyarakat, mitra kerja, profesi bahakan pada diri sendiri agar ahli gizi
dapat dipercaya di masyarakat dan dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi
bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek
profesinya. Kode etik ahli gizi di Amerika lebih menekankan tanggunng jawab
yang perlu dilakukan ahli gizi dan diberlakukan untuk mendukung dan
mempromosikan standar praktek professional.sedangkan kode etik ahli gizi di
Kanada lebih banyak yang mengatur tentang pentingnya peningkatan
pengetahuan ahli gizi seperti kode etik yang berbunyi “Untuk mempertahankan
standar yang tinggi kompetensi pribadi melalui melanjutkan pendidikan dan
evaluasi kritis berkelanjutan pengalaman professional” serta “Untuk mendukung
pelatihan dan pendidikan calon anggota profesi” dan diberlakukan untuk
menjaga standar kompetensi yang tinggi dan integritas praktek profesional.
3.2 Saran
Sebagai ahli gizi sudah seharusnya menerapkan sesuai dengan kode etik yang
ada, yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
374/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi. Selain itu, perlu adanya
peningkatan standarisasi kompetensi ataupun standarisasi praktek professional
seperti yang diterapkan oleh negara Amerika dan Kanada agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. Penuntun
Diet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
College of Dietitians of Ontario. 1999. Code of Ethics for The Dietetic Profession in
Canada. http://www.collegeofdietitians.org/Resources/Professional-
Practice/Standards-of-Practice/CodeOfEthicsInterpretiveGuide.aspx. (Diakses pada
tanggal 15 April 2015).
Nasihah, Fathiya. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.
Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org (Diakses pada tanggal 15 April
2015).