Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PLENARY DISCUSSION

BLOK 8

PBL skenario 2

KELOMPOK 8:

1. Desriza Izza Amalia K. (20170340047)


2. Ibnu Mas’ud (20170340065)
3. Eni Puji Rahayu (20170340108)
4. Nisa Andita (20170340080)
5. Lutfanita Afrisa F. (20170340031)
6. Muhammad Ghozwan Dzakiy (20170340076)
7. Asmira Rustam (20170340112)
8. Septa Intan Lastanta (20170340055)
9. Hany Artamevia Adriana (20170340048)
10. Tiara Chaesar Yusifar (20170340107)
11. Khubba Indahu Zulfa (20170340110)
12. Ananda Ayu Pramono (20170340001)
13. Estetika Prapinanti (20170340102)
14. Novetha Syafira W. (20170340101)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan hasil Laporan Tutorial Skenario 2 Blok 8 ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan.

Dalam penyusunan laporan tutorial skenario 2 blok 8 ini, penulis


menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal
ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki,
penulis menyadari bahwa tanpaa danya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak
tidaklah mungkin hasil laporan tutorial scenario 2 blok 8 dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada:

1. Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat


menyelesaikan laporan dengan baik.

2. Drg. Bayu selaku dosen pembimbing kelompok 7, atas segala


masukkan, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi segala
keterbatasan penulis.

3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan dalam


penyusunan laporan.

Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan
kepada penulis, mendapatkan balasan dari Allah SWT, serta Laporan
Tutorial Skenario 2 Blok 8 ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan para pembaca umumnya.

Yogyakarta, 30 September 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Skenario Kasus

A female patient, 54 years old, complained her pain on the right side of
posterior tooth while chewing. The problem has felt since 2 weeks ago and the
gum have ever swollen about 3 months ago. She has history of uncontrolled type
2 diabetes mellitus. Blood pressure resulted 160/100 mmHg. Intraoral
examination showed that there was pulp depth cavity in 46 with + in percussion, -
in palpation, and – in thermal test. The dentist held some supporting examination
to gain definitive diagnose. The radiograph examination showed that there was
widened condition in periodontal ligament
BAB II

PEMBAHASAN

A. Seven Jumps

I. Klarifikasi istilah

 Diagnosis definitive : diagnosis akhir setelah adanya


diagnosis pembanding dan dilakukan pemeriksaan
penunjang atau diagnosis final yang didapatkan setelah
melakukan beberapa tes atau diagnosis yang penyebabnya
telah diketahui secara pasti

II. Menetapkan masalah

1) Bagaimana DM terjadi?
2) Apakah ada hubungannya DM, perubahan tekanan darah,
dan bengkak pada gusi?
3) Mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang?
4) Sebutkan macam-macam diagnosis
5) Pemeriksaan penunjang apa yang dapat digunakan untuk
mendapat diagnosis definitive pada scenario?
6) Mengapa pemeriksaan penunjangnya radiograf, bukan yang
lain?
7) Apakah interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan intraoral?
8) Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan radiograf?
9) Apakah ada batasan perawatan gigi jika pasien terkena DM
dan darah tinggi?
10) Apakah pasien tersebut langsung dirawat dokter gigi
sedangkan pasien itu punya DM?

III. Menganalisis Masalah

1. Bagaimana DM terjadi?

Tipe 1 : sel B tidak memproduksi insulin, terjadi akibat kerusakan


sel B pancreas. Patofisiologinya ada peradangan sel imun pada sel B,
hal ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel B yaitu
ICA(islet cell antibody) reaksi antigen(selB) dengan antibody ICA
yang ditimbulkan menimbulkan hancurnya sel B. Bisa juga disebabkan
oleh virus. Akhirnya menimbulkan hiperglikemia
Tipe 2 : terdapat insulin tetapi aseptor insulin tidak peka, sehingga
tubuh kurang efektif menggunakan insulin. Karena pemanfaatan
insulin yang diproduksi secara endogen pada sel target diubah,
kerusakan autoimun sel B pancreas biasanya tidak terjadi pada tipe 2.
Apabila diibaratkan, Insulin adalah sebagai kunci.
Kadar normal gula darah menurut rudi(2013) dibagi menjadi 6:
1. gula darah sewaktu <110 mg/dL
2. gula darah puasa 70-110 mg/dL
3. gula darah waktu tidur 110-150 mg/dL
4. 1jam setelah makan <160 mg/dL
5. 2 jam setelah makan <140 mg/dL
6. Wanita hamil <140 mg/dL

2. Apakah ada hubungannya DM, perubahan tekanan darah, dan bengkak


pada gusi?

 DM menyebabkan peningkatan volume cairan tubuh, yang


dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan
trigliserida yang menjadi plak penyumbat pembuluh darah.
Sehingga pembuluh darah kaku sakibatnya dapat
menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk meregang
yang cenderung meningkatkan tekanan darah.
 Gula yang tidak terkontrol juga dapat mengakibatkan
glukosa terus mengalir di pembuluh darah sehingga saliva
juga mengandung glukosa mengakibatkan kolonisasi
bakteri dalam rongga mulut, dan munculah gingivitis,
perodontitis, dll. Pada dasarnya penderita DM selnya sudah
malfungsi (sel imun) sehingga timbul masalah pada
periodontalnya. Bengkak karena inflamasi
 Diabetes dan hipertensi tidak berhubungan secara timbal
balik. Gusi bengkak karena adanya korelasi dg 2 hal tsb.
Komplikasi pada jaringan periodontal. glukosa yang ada
dalam darah menyumbat pembuluh darah, semakin tidak
terkontrol maka semakin parah, sel darah putih tersendat
oleh glukosa yang menyumbat. Giginya bias mati karena
lubangnya sudah sangat dalam.
 Pasiesn DM imunnya turun, neutrophil mengalami
defisiensi, fagositosis dan perlekatan pd sel menurun,,
menghambat dekstruksi bakteri pd poket. Makrofag
meningkatkan proinflamasi sitokin yang meningkatkan
dekstruksi sel host, jaringan periodontal makin rusak

3. Mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang?

 Karena pasien memiliki riwayat DM, maka tes gula darah


diperlukan. Karena jika pasien stress saat akan melakukan
perawatan dental maka gula darahnya akan naik. Yang
dikhawatirkan pada penderita DM, setelah dilakukan
pencabutan perdarahan sukar berhenti dan pasien mudah
terkena infeksi yang susah sembuh. Anestesi juga hati-hati
diberikan, karena ditakutkan menaikkan gula darah karena
anestesi juga mengandung vasokonstriktor (menyempitkan
pembuluh darah) yang menyebabkan tekanan daarh meningkat,
sehingga dapatmengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan
terjadi pendarahan. Selain itu jika dokter gigi sembarang
mencabut maka akan terjadi hipoglikemia(saat puncak insulin
bekerja, gula darah langsung turun), komplikasinya pasien bisa
pingsan

4. Sebutkan macam-macam diagnosis


 Diagnosis banding : diagnosis yang gejala klinisnya sama
dengan penyakit-penyakit lain
 Diagnosis relative: diagnosis yang bersifat sementara yang
masih menjadi pertimbangan
 Diagnosis definitive: diagnosis yang final, sudah dibuktikan
dengan pemeriksaan penunjang spt lab, radiograf, dll
 Rontgenologis diagnosis: diagnosis berdasarkan pembacaan
hasil rontgen

5. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat digunakan untuk mendapat


diagnosis definitive pada scenario?
 Radiograf
 Pemeriksaan lab: tes gula darah (urin, darah), pemeriksaan
mikrobiologi
 Tes HBA1C : untuk mengetahui glukosa yang ada dalam
hemoglobin sejak 2-3 bulan yg lalu. Interpretasi Tes Hb1A1C
adalah apabila <8 % : baik(4-6 %: normal), sedangkan >10%:
tidak terkontrol lagi
 Alat digital GCU. Alat ini mempunyai kelebihan yaitu lebih
cepat untuk mengecek kadar gula dalam darah, namun hasilnya
bisa berbeda dengan yang diperiksa diklinik

6. Mengapa pemeriksaan penunjangnya radiograf, bukan yang lain?

 Karena dokter gigi sudah melakukan palpasi dan tidak


menemukan rasa sakit, untuk mengobservasi lebih lanjut
memakai radiograf untuk melihat dalamnya apakah infeksi

7. Apakah interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


intraoral?

 Perkusi (+) : menunjukkan adanya inflamasi di periapikal


 Palpasi (-) : tidak ada rasa sakit, inflamasinya belum mencapai
tulang alveolar
 Thermal test (-) : menunjukkan giginya nekrosis (tidak vital). Bisa
dilakukan menggunakan suhu panas atau dingi (CE)
 Tekanan darah 160/100 : hipertensi. normalnya 130-140/80-90
( pada lansia)

8. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan radiograf?

 Hasil pemeriksaan radiograf tampak penebalan ligament


periodontal sebagai tanda jika gigi itu sudah mengalami nekrosis,
jika penyakit lain selain nekrosis(pulpitis, dll) tidak menunjukkan
adanya penebalan ligament

9. Apakah ada batasan perawatan gigi jika pasien terkena DM dan darah
tinggi?

 Pada pasien Dm dokter gigi harus menerangkan pentingnya OH,


scalling professional, perawatan komprensif (scalling dibawah
anestesi local)
 Tindakan preventif control kecemasan dan stress, diberi sedative
perosial/ benzodiapephin 5 mg malam sebelum tidur dan 1 jam
sebelum perawatan, penggunaan sedasi nitrooksid yang
menurunkan tekana darah sis/dia sampai 10-15 mmHg

10. Apakah pasien tersebut langsung dirawat dokter gigi sedangkan pasien
itu punya DM?
 Sebaiknya pasien tersebut dirujuk terlebih dahulu untuk dapat
melakukan pemeriksaan penunjang,
 Selain itu dokter gigi juga harus memperhatikan waktu kunjungan
pasien. Seperti memberi tahu pasien untuk menghindari kunjungan
saat pasien: belum makan/ obat, sedang demam, flu, lelah, belum
berkonsultasi kepada dokter spesialisnya, kadar gula <70mg/dl atau
>150 mg/dl(<200 mg/dL), dan pernah mengalami kondisi darurat
dalam waktu dekat.
 Pasien juga dianjurkan untuk membawa glucometer sendiri

Untuk Penatalaksanaannya:
 Dapat mengurangi stress: karena hormon naik, epinefrin endogen
meyebabkan gula naik, dapat diobati dengan sedasi agar tidak
stress
 Diberikan antibiotic untuk mengatasi infeksi akut
 Setting waktu perawatan seperti pada pagi hari, sebelum/setelah
menggunakan obat, dan hindari saat puncak insulin
 Cek kadar glucose dalam darah sebelum perawatan
 Hasil dari Tes HBA1c >6,5 %
 Pada saat anamnesis dapat ditanya komplikasi yang berhubungan
seperti renal, neural, optic; kapan tanggal teakhir kali diperiksa
gula darahnya
 Beri Edukasi kepada pasien maupun keluarga yang bersangkutan
IV. Kesimpulan

 Diabetes Mellitus memiliki 2 tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2.


Pada tipe 1 sel B tidak memproduksi insulin, terjadi akibat
kerusakan sel B pancreas. Sedangkan pada tipe 2 terdapat insulin,
tetapi aseptor insulin tidak peka, sehingga tubuh kurang efektif
menggunakan insulin atau disebut juga resistensi insulin
 DM menyebabkan peningkatan volume cairan tubuh, yang
dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan trigliserida
yang menjadi plak penyumbat pembuluh darah. Sehingga
pembuluh darah kaku sakibatnya dapat menurunkan kemampuan
pembuluh darah untuk meregang yang cenderung meningkatkan
tekanan darah.
 Gula yang tidak terkontrol pada penderita DM juga dapat
mengakibatkan glukosa terus mengalir di pembuluh darah sehingga
saliva juga mengandung glukosa mengakibatkan kolonisasi bakteri
dalam rongga mulut, dan munculah gingivitis, perodontitis, dll.
Pada dasarnya pasien DM imunnya turun, sehingga neutrophil
mengalami defisiensi, fagositosis dan perlekatan pada sel
menurun,, menghambat dekstruksi bakteri pada poket. Makrofag
meningkatkan proinflamasi sitokin yang meningkatkan dekstruksi
sel host, jaringan periodontal makin rusak
 Pasien DM jika hendak dirawat dokter gigi sebaiknya
dirujuk terlebih dahulu untuk dapat melakukan pemeriksaan
penunjang. Dokter gigi juga harus memperhatikan waktu
kunjungan pasien. Seperti memberi tahu pasien untuk menghindari
kunjungan saat pasien: belum makan/ obat, sedang demam, flu,
lelah, belum berkonsultasi kepada dokter spesialisnya, kadar gula
<70mg/dl atau >150 mg/dl(<200 mg/dL), dan pernah mengalami
kondisi darurat dalam waktu dekat.

Anda mungkin juga menyukai