Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SCRINING GANGGUAN CEMAS DAN DEPRESI PADA REMAJA

BIDANG KEGIATAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
DIUSULKAN OLEH :

Anggota 1 : Ni’matur Rohmah NIM : 1711B0052


Anggota 2 : Nindi Nia Mayasari NIM : 1711B0054
Anggota 3 : Rina Yuli Angita Dewi NIM : 1711B0063
Anggota 4 : Shelli Evina Dita Anggraini NIM : 1711B0068
Anggota 5 : Arkilaus Pahnael NIM : 1811B0088
Anggota 6 : Yanes Edel Trudis Rassi NIM : 1811B0089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN

SURYA MITRA HUSADA

INDONESIA

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Bidang Studi : Keperawatan Jiwa 2


2. Topik : Skrining Gangguan Cemas dan Depresi Pada Remaja
 Pokok Bahasan
Mengenali secara umum gangguan cemas dan depresi pada remaja
 Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian cemas dan depresi remaja
b. Penyebab kecemasan dan depresi pada remaja
c. Gejala kecemasan dan depresi remaja
d. Pencegahan kecemasan dan depresi

3. Hari / tanggal :
4. Waktu :
5. Tempat :
6. Sasaran :
7. TIU dan TIK :
 Tujuan Intruksional Umum :
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan peserta mampu
memahami pekembangan psikososial pada remaja
 Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit, peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian kecemasan dan depresi remaja
2. Menjelaskan penyebab kecemasan dan depresi remaja
3. Menjelaskan gejala kecemasan dan depresi remaja
4. Menyebutkan pencegahan dan depresi remaja
8. Materi :
a. Pengertian kecemasan dan depresi pada remaja
b. Penyebab kecemasan dan depresi pada remaja
c. Gejala kecemasan dan depresi pada remaja
d. Pencegahan kecemasan dan depresi pada remaja
9. Kegiatan :
No Fase dan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran
Waktu
1. Pembukaan 1. Memberikan salam 1. Menjawab
pembuka salam pembuka
( 5 menit)
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan pokok 3. Memperhatikan
pembahasan dan tujuan 4. Menerima
untuk melakukan
penyuluhan
4. Pembagian leaflat
2. Pelaksanaa Menjelaskan serta 1. Memperhatikan
n menguraikan dengan singkat 2. Memperhatikan
(15 menit) dan padat materi tentang : 3. Memperhatikan
1) Pengertian kecemasan 4. Memperhatikan
dan depresi pada
remaja

2) Penyebab kecemasan
dan depresi pada
remaja
3) Gejala kecemasan dan
depresi pada remaja
4) Pencegahan
kecemasan dan
depresi pada remaja
3. Evaluasi 1. Menanyakan kepada 1. Menjawab
(10 menit) peserta tentang materi pertanyaan
yang sudah di berikan 2. Memperhatikan
dan di jelaskan. dan menjawab
2. Pesesrta aktif 3. Mempraktekkan
bertanya dan
menjawab materi
yang sudah di berikan.
3. Mengaplikasikan
tentang perkembangan
psikososial pada
remaja
4. Terminasi 1. Mengucapkan 1. Mendengarkan
(5 menit) terimakasih kepada 2. Menjawab
peserta yang sudah salam
memperhatikan.
2. Mengucapkan salam
penutup kepada
peserta

10. Metode :
 Ceramah
 Tanya Jawab
11. Media:
 LCD
 Laptop
 Leaflet
 PPT
12. Pengorganisasian:
a. Moderator :
Tugas :
o Membuka dan menutup acara
o Memperkenalkan diri
o Menetapkan tata tertib acara
o Menjaga kelancaran acara
o Memimpin diskusi
b. Penyaji :
Tugas :
 Menyajikan materi penyuluhan
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
c. Fasilitator :
Tugas :
 Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
penyuluhan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
 Membagikan leatflet
d. Observer :
Tugas :
 Mengamati jalannya kegiatan
 Mengevaluasi kegiatan
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan
e. Dokumentasi :
Tugas :
 Mengabdikan setiap momen pada saat penyuluhan berlangsung
f. Notulen :
Tugas :
 Menulis pertanyaan peserta
 Bertanggung jawab pada absen peserta
13. Setting Tempat :

PE
M
N

P P P

P P P
F F
P P P
O D
Keterangan : PE : Penyaji P : Peserta

M : Moderator O :Observer

F : Fasilitator N : Notulen

D : Dokumentasi

14. Evaluasi :
a. Evaluasi Struktur :
i. Persiapan penyuluhan dan media selama 15 menit
ii. Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu : LCD(Power Point).
iii. Pengorganisasian lengkap.
b. Evaluasi Proses :
i. 75% peserta antusias
ii. 100% peserta mengikuti awal sampai akhir
iii. Proses penyuluhan dapat berlangsung lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
iv. Selama proses penyuluhan diharapkan ibu-ibu mengajukan
pertanyaan.
c. Evaluasi Hasil :
Peserta penyuluhan mengerti 90% dari apa yang telah disampaikan dengan
kriteria mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan
oleh penyuluh.
Berikut beberapa pertanyaan yang akan diberikan ke ibu-ibu :
1. Jelaskan pengertian kecemasan dan depresi pada remaja !
2. Jelaskan penyebab kecemasan dan depresi pada remaja !
3. Sebutkan pencegahan kecemasan dan depresi pada remaja !
MATERI

A. Definisi
1. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang menetap berupa kekhawatiran yang merupakan
respon terhadap ancaman atau stresor yang akan datang baik dari dalam individu
sendiri maupun dari lingkungannya. Kecemasan adalah suatu keadaan patologik yang
ditandai oleh perasaan ketakutan yang disertai sistem saraf otonom yang hiperaktif .
Kecemasan juga merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak
spesifik seperti pengalaman individu yang subjektif yang dapat menimbulkan
perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Hampir semua individu pernah
mengalami kecemasan, terutama sebagai akibat masalah kehidupan yang semakin
banyak.
2. Depresi
Depresi dalam pengguanaan istilah sehari-hari biasanya dikaitkan dengan
perasaan sedih, murung, puctus asa, merana dan tidak bahagia. Depresi dapat juga
berupa sekumpulan gejala atau sindroma (disertai perubahan kognitif, psikomotor dan
vegetatif) atau merupakan kesatuan penyakit (dengan gembaran klinis yang khas, dan
dasar riwayatnya dan hubungan dengan keadaan biologisnya).
Manifestasi depresi yang lain dalam bentuk sindrom, keluh, kesah dan gejala
saling terikat secara teratur dan dianggap dalam pancaran gangguan pada beberapa
segi, tidak hanya pada segi psikis saja, tetapi juga pada segi somatik. Sedangkan pada
segi psikis tidak hanya terbatas pada satu bagian saja misalnya afek, melainkan
meliputi gangguan pada bagian psikis yang lain, misalnya pada konsentrasi, ingatan,
peranan kosong, terhambat dalam berpikir dan lain-lain. Dari segi somatik penurunan
nafsu makan sampai penurunan berat badan, gangguan tidur, gangguan perut
obstipasi, gangguan libido, gangguan vegetatif dalam bentuk berdebar-debar, sesak
nafas, tremor dan kecemasan
B. Penyebab kecemasan dan depresi
1. Penyebab kecemasan
Terdapat beberapa penyebab kecemasan seperti:
 Kegagalan menuntaskan tugas perkembangan
Remaja memiliki tugas perkembangan yang wajib dituntaskan seperti
yang telah terurai di atas. Bahaya psikologis masa remaja yang pokok
umumnya disebabkan oleh kegagalan menjalankan peralihan psikologis ke
arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan masa remaja yang
penting. Tanda bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri
remaja meliputi: perilaku tidak bertanggung jawab yang tampak dalam
perilaku mengabaikan pelajaran untuk bersenang-senang dan mendapat
dukungan sosial, sikap agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan
tidak aman yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar kelompok,
merasa ingin pulang jika berada jauh dari lingkungan yang dikenal, perasaan
menyerah, terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang
diperoleh dari kehidupan sehari-hari, mundur ke tingkat perilaku yang
sebelumnya suapa disenangi dan diperhatikan, dan menggunakan mekanisme
pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal, dan memindahkan.
 Pengalaman masa lalu
Gangguan yang terjadi pada masa remaja tidak terlepas dari pengalaman
masa kecilnya, misalnya: trauma, kekerasan psikis (menyumpahi,
merendahkan, mencemarkan nama baik, dan menghina), pengabaian psikis
(pengabaian hak untuk menyatakan perasaan, tidak adanya perasaan dicintai,
dan diperhatikan), kekerasan fisik, pengabaian fisik, dan kekerasan sexual.
Gangguan kecemasan yang terjadi pada remaja sebagian besar disebabkan
oleh pengalaman kekerasan psikis dan pengabaian psikis pada masa kecil.
 Peristiwa kehilangan
‘Kelekatan’ merupakan suatu konsep yang penting dalam psikiatri karena
hal tersebut mencakup pola hubungan sosial dan interaksi selanjutnya dengan
orang lain. Perpisahan singkat maupun lama dan peristiwa kehilangan akan
menimbulkan gangguan.
 Bentuk atau keadaan fisik
Masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat.
Keadaan fisik dipandang sebagai hal yang penting. Ketika keadaan fisik tidak
sesuai dengan harapan, maka akan muncul rasa tidak puas, kecemasan, dan
rasa rendah diri.
 Konflik keluarga
Konflik dalam keluarga sering disebabkan oleh hubungan orang tua-anak
maupun hubungan antar anak yang tidak harmonis, dan masalah latar
belakang keuarga. Orang tua yang terlalu sibuk sendiri, bersifat diktator,
berpikiran kuno, dan pilih kasih pada anaknya akan menjadikan hubungan
dalam keluarga menjadi tidak harmonis. Masa remaja merupakan masa di
mana diskriminasi dan prasangka dari lingkungan pergaulan sering muncul.
Latar belakang keluarga seperti: agama, ras (tanggung jawab, peraturan, dan
bahasa), status pendidikan dan status ekonomi merupakan hal yang sering
dijadikan bahan diskriminasi. Remaja dengan latar belakang yang tidak sesuai
akan sulit diterima dalam lingkungan pergaulannya.
 Konflik interpersonal
Masa remaja merupakan masa di mana remaja harus mampu
mematangkan hubungan dengan teman sebayanya, maka mulailah muncul
seleksi dalam pertemanan yang terkadang memicu pertengkaran. Masa remaja
juga merupakan masa untuk mengenal lawan jenis dan cinta. Masalah yang
berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang rumit.
 Ketakutan akan kegagalan dan kehilangan harga diri
Bagi remaja, pendapat orang disekitarnya adalah hal yang sangat penting.
Kritik yang bertubi-tubi atau kegagalan tanpa diimbangi dengan pujian atau
keberhasilan akan menimbulkan rasa rendah diri bahkan kehilangan harga
diri. Seseorang yang rendah diri atau kehilangan harga dirinya akan merasa
lebih nyaman dengan kegagalan bahkan terkadang sampai menggagalkan
keberhasilan.
 Lingkungan tempat tinggal
Diperlukan adanya adaptasi untuk tinggal di lingkungan yang baru (kos,
asrama, rumah relasi). Ketidakmampuan untuk beradaptasi akan menimbulkan
kecemasan.
 Lingkungan sekolah
Kondisi lingkungan sekolah seperti persaingan yang ketat, tuntutan
akademis/ standar nilai yang tinggi, tugas yang menumpuk, peraturan sekolah,
metode belajar-mengajar penjurusan, dan hubungan siswa-guru maupun
hubungan antar siswa merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan remaja di sekolah. Ketidakmampuan dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekolah akan menimbulkan kecemasan. Biasanya untuk memenuhi
tuntutan akademis, remaja akan mengikuti berbagai macam kursus, bahkan
terkadang sampai tidak memiliki waktu untuk melakukan hal yang disenangi/
hobi. Hal ini akan semakin memperburuk kemampuan adaptasinya.
 Lingkungan pergaulan
Remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman
sebayanya, maka pengaruh dari lingkungan pergaulannya terhadap sikap,
pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh
lingkungan lainnya.
2. Penyebab Depresi
 Perhatian Orang Tua yang Kurang
Gejala depresi pada anak remaja bisa terjadi karena kurangnya perhatian
yang diberikan orang tua. Perlu diketahui jika bukan hanya anak kecil yang
membutuhkan perhatian orang tua, namun anak remaja pun juga masih
membutuhkan perhatian dari orang tua mereka. Jika perhatian yang diberikan
orang tua tidak cukup, maka baik fisik dan emosional anak remaja bisa
memicu depresi. untuk itu, menjalin komunikasi baik pada anak sangat
penting agar bisa memberi dukungan pada anak yang menghadapi berbagai
jenis masalah. Sebagai orang tua, sudah seharusnya anda menunjukkan rasa
cinta pada mereka agar depresi tersebut bisa dihindari.
 Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan juga menjadi faktor penyebab tanda tanda stress dan
depresi pada anak remaja mengingat biaya pendidikan yang semakin mahal
saat ini. Secara langsung atau tidak langsung, remaja akan memiliki tuntutan
seperti menekan dari lingkungan sekitar agar bisa belajar dengan tekun untuk
memperoleh hasil terbaik sesuai dengan tuntutan tersebut yang kemudian
menyebabkan anak remaja menjadi depresi.
 Perceraian Orang Tua
Orang tua memegang peran penting dalam perkembangan kepribadian anak
anak maupun remaja. Ketika anak remaja harus menghadapi kenyataan orang
tua mereka yang berpisah, maka ini akan mempengaruhi emosional dan
mental dari anak remaja selain banyak juga dampak perceraian bagi anak
perempuan. Perasaan trauma, sedih dan tertekan menjadi beberapa perasaan
yang dialami seorang anak ketika menghadapi perceraian orang tua mereka.
Konseling menjadi salah satu solusi terbaik bagi anak yang menghadapi
perceraian orang tua supaya depresi bisa dihindari. Berbicara dari hati ke hati
antara anak dan orang tua juga menjadi hal penting dilakukan agar mereka
tahu jika orang tua mereka masih tetap perhatian dan menyayangi mereka.
 Faktor Genetik
Tidak hanya kelainan fisik dan sifat saja yang bisa diturunkan dari orang tua
pada anak anak mereka, namun seorang anak remaja yang depresi juga bisa
terjadi ketika ada salah satu anggota keluarga yang juga pernah mengalami
depresi. Untuk itu, jika ada anggota keluarga inti ataupun keluarga besar yang
pernah mengalami depresi, maka anak remaja juga kemungkinan juga bisa
mengalami depresi sebab ini merupakan faktor genetik.
 Faktor Biologis
Selain faktor genetik atau keturunan, faktor biologis juga merupakan faktor
depresi pada anak remaja. Depresi dalam psikologi yang terjadi karena faktor
biologis disebabkan saat neurotransmitter yakni bahan kimia pada otak
manusia sedang terganggu. Gangguan ini nantinya bisa menyebabkan otak
tidak mampu bekerja secara optimal dan akhirnya menyebabkan risiko depresi
semakin meningkat.
 Selalu Berpikir Negatif
Pikiran negatif yang bisa dialami oleh siapapun termasuk anak remaja dan
selalu memenuhi pikiran bahkan dijadikan kebiasaan juga menjadi faktor
timbulnya depresi. Rasa cemas yang terlalu berlebihan, mudah gugup dan juga
stress menjadi hal hal sepele yang bisa menyebabkan remaja menjadi labil dan
lebih mudah mengalami depresi. Untuk itu, mencari cara agar selalu berpikir
positif  harus dilakukan secepat mungkin sebelum muncul dan menguasai diri
remaja.
 Merasa Kehilangan
Depresi yang terjadi pada remaja juga bisa terjadi karena perasaan kehilangan
sebab bisa memicu rasa putus asa tinggi pada remaja dan akhirnya memicu
terjadinya depresi. Ada banyak contoh perasaan kehilangan yang bisa
menyebabkan rasa kehilangan pada remaja. Beberapa kasus tersebut
diantaranya adalah: Kematian salah satu atau kedua orang tua , Kematian dari
hewan peliharaan kesayangan, Putus dari pacar sehingga berkembang menjadi
patah hati , Hilangnya suasana yang nyaman dan menyenangkan di area
tempat tinggil atau teman ketika harus pindah ke tempat lain , Merasa
diabaikan oleh orang orang di sekitar sehingga menyebabkan perasaan
kehilangan.
Depresi dan juga tekanan seperti inilah yang akhirnya membuat seorang
remaja semakin lemah dari sisi mental. Jika berlangsung terlalu lama dan
bahkan anak remaja kesulitan untuk beradaptasi, maka bisa menyebabkan
depresi parah dan serius pada anak remaja. 
 Trauma Mendalam
Faktor depresi pada remaja berikutnya adalah karena trauma mendalam yang
terjadi pada anak remaja. Khususnya di beberapa kota besar di negara maju,
kasus depresi remaja sangatlah tinggi dan sebagian disebabkan karena trauma.
Anak remaja bisa mengalami trauma dari berbagai hal seperti pelecehan yang
terjadi di lingkungan sekolah. Seorang remaja yang terlalu sering menerima
bully, maka akhirnya bisa menyebabkan depresi pada anak remaja dan bahkan
pada beberapa kasus serius juga menyebabkan seorang remaja memiliki
keinginan untuk mengakhiri hidupnya sehingga cara mengatasi stres dan
depresi harus dilakukan.
 Masalah Percintaan
Tidak bisa dipungkiri jika kaum remaja merupakan masa dimana seseorang
mulai mengenal makna cinta dalam psikologi yang bahkan sekarang ini juga
bisa terjadi pada anak di usia lebih muda. Memasuki masa pubertas, maka
remaja semakin rentan dalam menghadapi masalah percintaan meski untuk
sebagian orang dipandang sebagai masalah yang ringan. Remaja yang
terbilang labil dan belum dapat berpikir secara dewasa tetap saja bisa terjebak
dalam percintaan yang rumit. Dalam kondisi labil tersebut dan seorang remaja
mengalami masalah dalam percintaan seperti putus dengan pacar, masalah
pengkhianatan dan sebagainya bisa menjadi pukulan berat bagi remaja. Hal ini
bisa menyebabkan masalah serius seperti depresi yang bisa berakhir dengan
bunuh diri. 
 Kurang Percaya Diri
Rasa percaya diri menjadi salah satu modal paling penting dalam segala
bidang seperti dalam teori kepercayaan diri. Tidak bisa dipungkiri jika banyak
orang yang bisa terjebak dalam kondisi tidak menguntungkan sebab rasa
percaya diri yang dimiliki rendah dan ini juga bisa terjadi pada anak remaja.
Dalam situasi tertentu dan diikuti dengan beberapa faktor, maka seorang
remaja bisa saja kehilangan rasa percaya diri dan tidak mengerti bagaimana
cara untuk mengembalikan rasa percaya diri tersebut dan akhirnya membuat
anak remaja tertekan pada lingkungan yang kemudian berkembang menjadi
depresi.
 Tekanan Sosial
Bagi hampir semua anak remaja, popularitas menjadi hal yang paling
diimpikan sehingga banyak anak remaja yang selalu berusaha untuk
mendapatkan popularitas atau setidaknya bisa dilihat menarik diantara teman
teman mereka dan ini bisa menyebabkan gangguan psikologis remaja.
Tekanan sosial nantinya akan semakin bertambah dengan kehadiran media
sosial. Semakin banyak waktu yang dihabiskan anak remaja pada media
sosial, maka risiko tekanan mental pada anak remaja juga akan semakin
meningkat dan akhirnya tekanan mental terjadi dan bisa berujung pada stress
serta depresi sebab media sosial bisa menyebabkan daya persaingan anak
remaja semakin tinggi. Jika dulu remaja hanya berkumpul bersama teman
teman, namun sekarang karena media sosial, para remaja akan berkunjung ke
berbagai tempat yang lebih menarik seperti cafe, restoran atau tempat rekreasi
hanya untuk mendapatkan hasil foto terbaik untuk diunggah ke dalam media
sosial sebagai bukti atau hanya sekedar ingin mengikuti trend terbaru.
 Masalah Finansial
Masalah finansial atau keuangan juga menjadi faktor depresi pada remaja.
Orang tua sebagai pencari nafkah dalam rumah tangga memiliki tanggung
jawab untuk mencukupi segala kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan anak
remaja. Namun ketika masalah keuangan terjadi, maka ini juga berdampak
pada anak remaja sehingga depresi akhirnya bisa terjadi bahkan bisa
berkembang menjadi gejala gangguan mental pada remaja.
 Mengalami Penyakit Kronis
Mengalami penyakit kronis juga bisa membuat remaja mengalami depresi
karena diagnosa tersebut. Selain itu, penyakit kronis yang diderita anak remaja
juga bisa membuat mereka merasa rendah diri dan menyebabkan kepribadian
impulsif khususnya ketika beranggapan jika orang yang berada di sekitarnya
berpikir jika ada sesuatu yang berbeda dari diri anak remaja tersebut meski hal
tersebut terkadang hanya ada dalam pikirannya saja. Penyakit kronis yang
dialami anak remaja tidak hanya bisa memperburuk kondisi fisik, namun
semakin lama juga menggerus mental anak remaja dan depresi akhirnya
terjadi.
 Mengkonsumsi Alkohol dan Obat Obatan
Depresi pada remaja tidak hanya bisa terjadi karena masalah dari dalam diri
dan faktor luar, namun juga bisa disebabkan karena kebiasaan buruk anak
remaja seperti mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat obatan terlarang
juga menjadi faktor depresi pada remaja. Racun yang terdapat dalam obat
obatan terlarang dan alkohol nantinya bisa merusak fungsi otak yang
kemudian menyebabkan depresi sekaligus menjadi penyebab lemah mental
pada anak remaja.
C. Gejala Kecemasan dan Depresi
1. Gejala Kecemasan
Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan dapat dibagi menjadi
gejala somatik dan psikologis :
 Gejala somatik
Keringat berlebih
Ketegangan pada otot skelet: sakit kepala, kontraksi pada bagian
belakang leher atau dada, suara bergetar, nyeri punggung.
Sindrom hiperventilasi: sesak nafas, pusing, parestesi
Gangguan fungsi gastrointestinal: nyeri abdomen, tidak nafsu makan,
mual, diare, konstipasi
Iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi
Disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil, sakit saat berkemih,
impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu seksual
 Gejala psikologis
Gangguan mood: sensitive sekali, cepat marah, mudah sedih
Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yang berulangulang
Kelelahan, mudah capekKehilangan motivasi dan minat
Perasaan-perasasaan yang tidak nyata
Sangat sensitive terhadap suara: merasa tak tahan terhadap suara-suara
yang sebelumnya biasa saja
Berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi,mudah lupa
Kikuk, canggung, koordinasi buruk. Tidak bisa membuat keputusan:
tidak bisa menentukan pilihanbahkan untuk hal-hal kecil
Gelisah, resah, tidak bisa diam
Kehilangan kepercayaaan diri
Kecendrungan untuk melakukan sesuatu berulang-ulang
Keraguan dan ketakutan yang mengganggu
Terus-menerus memeriksa segala sesuatu yang telah dilakukan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan gejala kecemasan dibagi


menjadi 2 yaitu gejala somatik dan psikologis.

2. Gejala Depresi
 Mood disforik ( Labil dan mudah tersinggung ) dan afek depresif.
Gejolak mood pada remaja adalah normal, tapi pada kondisi depresi menjadi
lebih nyata. Mood yang disforik dan sedih lebih sering tampak.
Kecenderungan untuk marah-marah dan perubahan mood meningkat. 
 Pubertas
Depresi kronis yang dialami sejak masa remaja awal, kemungkinan akan
mengalami kelambatan pubertas, terutama pada depresi yang disertai dengan
kehilangan berat badan dan anoreksia. Remaja yang mengalami depresi lebih
sulit menerima atau memahami tanda-tanda pubertas yang muncul. Perubahan
hormonal yang disertai stres lingkungan, dapat memicu timbulnya depresi
yang dalam dan kemungkinan munculnya perilaku bunuh diri. Mimpi basah
dan mimpi yang berhubungan dengan incest (hubungan seksual antar anggota
keluarga), dapat menambah beban rasa bersalah pada remaja yang depresi.
Periode menstruasi pada remaja wanita yang mengalami depresi, mungkin
terlambat, tidak teratur, atau disertai dengan timbulnya rasa sakit yang hebat
dan perasaan tidak nyaman, Mood yang disforik sering nampak pada periode
pramenstrual, Remaja wanita yang mengalami depresi mungkin merasa
murung (feeling blue), sedih (down in the dump), menangis tanpa sebab,
menjadi sebal hati (sulky and pouty), mengurung diri di kamar, dan lebih
banyak tidur. 
 Perkembangan kognitif.
Disorganisasi fungsi kognitif pada remaja yang bersifat sementara, menjadi
lebih nyata pada kondisi depresi. Pada remaja awal yang mengalami depresi,
terdapat keterlambatan perkembangan proses pikir abstrak yang biasanya
muncul pada usia sekitar 12 tahun. Pada remaja yang lebih tua, kemampuan 
yang  baru diperoleh ini akan menghilang atau menurun. Prestasi sekolah
sering terpengaruh bila seorang remaja biasanya mendapat hasil baik di
sekolah, tiba-tiba prestasinya menurun, depresi harus dipertimbangkan
sebagai salah satu faktor penyebabnya. Membolos, menunda menyelesaikan
tugas, perilaku yang mudah tersinggung didalam kelas, tidak peduli terhadap
hasil yang dicapai dan masa depan, dapat merupakan gejala awal dari depresi
pada remaja. - Harga diri . Pada remaja, kondisi depresi memperkuat perasaan
rendah diri. Rasa putus asa dan rasa tidak ada yang menolong dirinya makin
merendahkan hatga diri. Pada satu saat remaja yang depresi mencoba untuk
melawan perasaan rendah dirinya dengan penyangkalan, fantasi, atau
menghindari kenyataan realitas dengan menggunakan NAPZA.
 Perilaku antisosial.
Membolos, mencuri, berkelahi, sering mengalami kecelakaan, yang terjadi
terutama pada remaja yang sebelumnya mempunyai riwayat perilaku yang
baik, mungkin merupakan indikasi adanya depresi.
 Penyalah gunaan NAPZA. Kebanyakan remaja yang depresi cenderung
menyalahgunakan NAPZA, misalnya ganja, obat-obat yang meningkat mood (
amfetamin ), yang menurunkan mood ( barbiturat, tranquilizer, hipnotika ) dan
alkohol. Akhir-akhir ini banyak digunakan heroin, kokain dan derivatnya serta
halusinogen. 
 Perilaku seksual.
Secara umum remaja yang mengalami depresi tidak menunjukkan minat untuk
kencan atau mengadakan interaksi heteroseksual. Namun ada juga remaja
yang mengalami depresi menjadi berperilaku berlebihan dalam masalah
seksual, atau menjalani pergaulan bebas, sebagai tindakan  defensif untuk
melawan depresinya, Beberapa remaja menginginkan kehamilan sebagai
kompensasi terhadap objek yang hilang atau rasa rendah dirinya. Remaja yang
mengalami depresi ada kemungkinan kawin muda untuk menghindari konflik
dalam keluarga. Seringkali perkawinan ini malah memperkuat depresinya.
 Kesehatan fisik.
Remaja yang mengalami depresi, tampak pucat, lelah dan tidak memancarkan
kegembiraan dan kebugaran, Seringkali mereka mempunyai banyak keluhan
fisik, seperti sakit kepala, sakit lambung, kurang nafsu makan, dan kehilangan
berat badan tanpa adanya penyebab organik, Remaja yang mengalami depresi
biasanya tidak mengekspresikan perasaannya secara verbal, namun lebih
banyak keluhan fisik yang diutarakan , sehingga hal ini biasanya merupakan
satu-satunya kondisi yang membawanya datang ke dokter. Sensitivitas dari
sang dokter dalam menemukan mood yang disforik ataupun depresi akan
dapat mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri pada remaja.
 Berat badan.
Penurunan berat badan yang cepat dapat merupakan indikasi adanya depresi.
Harga diri yang rendah dan kurangnya perhatian pada perawatan dirinya, atau
makan yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, merupakan tanda dari
depresi.
 Perilaku bunuh diri.
Remaja yang mengalami depresi mempunyai kerentanan tinggi terhadap
bunuh  diri. Penelitian di kentucky, Amerika Serikat, menyebutkan sekitar 30
% dari mahasiswa tingkat persiapan dan pelajar sekolah menengah atas pernah
berpikir serius tentang percobaan bunuh diri dalam satu tahun  terakhir saat
diteliti , 19 % mempunyai rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri , dan
11 % telah mencoba melakukan bunuh diri. 

D. Pencegahan Kecemasan dan Depresi


1. Pencegahan kecemasan
Mengingat dampak negatifnya terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan
fisik atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan
mengurangi kecemasan siswa di sekolah, diantaranya dapat dilakukan melalui:
 Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran dapat
menyenangkan apabila bertolak dari potensi, minat dan kebutuhan siswa. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya berpusat pada
siswa, yang memungkinkan siswa untuk dapat mengkspresikan diri dan dapat
mengambil peran aktif dalam proses pembelajarannya.
 Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyanya dapat
mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya. Kendati
demikian, lelucon atau “joke” yang dilontarkan tetap harus berdasar pada
etika dan tidak memojokkan siswa.
 Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice
break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak
kondusif.. Dalam hal ini, keterampilan guru dalam mengembangkan dinamika
kelompok tampaknya sangat diperlukan.
 Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar
kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus
terkurung di dalam kelas.
 Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang
moderat. Dalam arti, tidak terlalu mudah karena akan menyebabkan siswa
menjadi cepat bosan dan kurang tertantang, tetapi tidak juga terlalu sulit yang
dapat menyebabkan siswa frustrasi.
 Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas, dimana siswa
dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh
kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesama siswa.
Sedapat mungkin guru menghindari penggunaan reinforcement negatif
(hukuman) jika terjadi tindakan indisipliner pada siswanya.
 Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self assessment)
atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya. Pada saat berlangsungnya
pengujian, ciptakan situasi yang tidak mencekam, namun dengan tetap
menjaga ketertiban dan objektivitas. Berikanlah umpan balik yang positif
selama dan sesudah melaksanakan suatu asesmen atau pengujian.
 Di hadapan siswa, guru akan dipersepsi sebagai sosok pemegang otoritas yang
dapat memberikan hukuman. Oleh karena itu, guru seyogyanya berupaya
untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosok
yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan
menjadi sumber ketakutan.
 Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana
dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa,
seperti ketersediaan alat tulis, tempat duduk, ruangan kelas dan sebagainya. Di
samping itu, ciptakanlah sekolah sebagai lingkungan yang nyaman dan
terbebas dari berbagai gangguan, terapkan disiplin sekolah yang manusiawi
serta hindari bentuk tindakan kekerasan fisik maupun psikis di sekolah, baik
yang dilakukan oleh guru, teman maupun orang-orang yang berada di luar
sekolah.
 Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pelayanan
bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan inti di sekolah
guna mencegah dan mengatasi kecemasan siswa Dalam hal ini, ketersediaan
konselor profesional di sekolah tampaknya menjadi mutlak adanya.
Melalui upaya – upaya di atas diharapkan para siswa dapat terhindar dari berbagai
bentuk kecemasan dan mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang
sehat secara fisik maupun psikis, yang pada gilirannya dapat menunjukkan prestasi
belajar yang unggul.

2. Pencegahan Depresi
Untuk mencegah depresi dapat dilakukan dengan menggunakan keberadaan dan
peran serta guru pembimbing di sekolah. Upaya-upaya pembentukan kelompok
belajar, kegiatan ekstrakurikuler, pemilihan jurusan, pramuka dan semacamnya,
kesemuanya itu merupakan bagian dari rangkaian upaya preventif. Layanan
bimbingan dapat berfungsi preventif  atau pencegahan. Kegiatan yang berfungsi
pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karir, inventarisasi
data, dan sebagainya. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menitik
beratkan kepada bimbingan terhadap perkembangan pribadi melalui pendekatan
perorangan dan kelompok siswa yang menghadapi masalah untuk
mendapatkanbantuan khusus untuk mampu mengatasinya.
Tugas guru pembimbing adalah
 membantu murid untuk mengenal dirinya, kemampuannya dan mengenal
orang lain,
 membantu murid dalam proses yang menuju kematangannya,
 membantu dan mendorong murid untuk pemilihan-pemilihan yang tepat
sesuai dengan kemampuan dan interestnya,
 memberikan kesadaran kepada murid-murid tentang pentingnya penggunaan
waktu luangdan mengembangkan interest dalam hobi yang berguna,
 membantu murid untuk mengerti metode belajar yang efisien agar dapat
mencapai hasilnya dengan waktu yang lebih singkat.5
Selain itu, diperlukan pula peranan orang tua (keluarga) dengan menghabiskan waktu
bersama sehingga dapat mempererat hubungan antara anggota keluarga, bersikap
lebih terbuka dengan cara mendengarkan pendapat anak dan mau dikritik sehingga
remaja merasa lebih dihargai.
Deteksi dini dengan menggunakan alat skrining (Child Behavior Checklist, Beck
Depression Inventories , Child Depression Inventory) saat didapatpatkannya
permasalahan disekolah baik prestasi atau permasalahan perilaku anak akan sangat
membantu mengenali lebih dini remaja dengan depresi.
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S. D. 1989. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung


Mulia

Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung


Seto

Rumini, Sri, dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Unit Percetakan dan.


Penerbitan (UPP) IKIP Yogyakarta.

Zulkifli. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai