Anda di halaman 1dari 20

FRASE DAN KLAUSA

Di Susun Oleh:

KELOMPOK 8
1. Winda sintia putri 5019179
2. Pratiwi Nurussalamah 5019180
3. Dinda Dwi Aryani 5019181
4. Ilham Fitriansyah 5019182

Mata Kuliah : Dasar-dasar Linguistik

Dosen Pengampu : Dian Ramadhan Lazuardi.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendak-Nya, makalah sederhana ini dapat penulis
selesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Dasar-dasar Linguistik. Adapun yang penulis bahas dalam makalah
ini mengenai materi “Sintaksis : Frase dan Klausa”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik dalam segi
penulisan, struktur penulisannya maupun ejaannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan juga kritik yang dapat dijadikan referensi penulis.

Lubuklinggau, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2

A. Pengertian Frase......................................................................... 2
B. Jenis dan Contoh Frase............................................................... 3
C. Pengertian Klausa....................................................................... 11
D. Jenis dan Contoh Klausa............................................................ 12

BAB III PENUTUP....................................................................................... 15

A. Kesimpulan............................................................................. 15
B. Saran....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata, frase dan klausa dipelajari dalam tataran sintaksis. Sintaksis adalah tata
bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan. Lingkup sintaksis tidak
hanya membicarakan kata, frase, klausa, tetapi juga kalimat. Frase, klausa, dan
kalimat adalah satuan bahasa. Ruang lingkup sintaksis cukup luas, namun pada
makalah kali ini akan membahas tentang Frase dan klausa saja.
Frase dan klausa (jumlah) adalah satu kasetuan kalimat yang saling
bergantungan satu sama yang lainnya, jika mambuat satu kalimat yang sempurna
maka dua unsur ini harus ada.
Frase adalah gabungan antara dua kata atau lebih namun tidak melampaui fungsi
dari klausa. Frase adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan
gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
Klausa (jumlah) gabungan antara dua kata atau lebih dan memberi arti atau
pamahaman yang sempurna. Terdiri atas subjek dan predikat (S)-(P). Klausa adalah
satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Untuk lebih
jelasnya lagi, maka akan kita bahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian frase?
2. Apa saja jenis dan contoh frase?
3. Apa pengertian klausa?
4. Apa saja jenis dan contoh klausa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian frase
2. Untuk mengetahui dan memahami jens dan contoh frase
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian klausa
4. Untuk mengetahui dan memahami jenis dan contoh klausa

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Frase
Frase adalah sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang bersifat non-predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fingsi sintaksis di dalam kalimat.

S P O Ket
Adik saya Suka makan Kacang goreng Di kamar

Semua fungsi klausa di atas diisi oleh sebuah frase: fungsi S diisi oleh
frase Adik saya, fungsi P diisi oleh frase suka makan, fungsi O diisi oleh
frase kacang goreng, dan fungsi keterangan diisi oleh frase di kamar.

Berikut beberapa pengertian frase menurut beberapa ahli bahasa :

1. M. Ramlan, frase adalah satuang gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih dan tidak melebihi batas fungsi.
2. H.G. Tarigan, frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial
merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri
klausa.
3. H. Kridalaksan, frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya
tidak predikatif.
4. A.Sy. Lagousi Ibrahim, frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua
kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi klausa.
5. Hasanain S.S, frase atau tarkib adalah gabungan unsur yang saling terkait
dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat, atau suatu bentuk yang
secara sintaksis sama dengan kata tunggal, dalam arti gabungan kata
tersebut dapat diganti dengan satu kata saja.

2
6. K.I. Badri, frase atau ibarah adalah konstruksi yang terdiri atas dua kata
atau lebih, hubungan antara kata dalam konstuksi itu tidak predikatif, dan
dapat diganti dengan satu kata saja.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada


perbedaan antara definisi yang satu dengan yang lain, dimana setiap definisi
menetapkan dua hal : pertama, frase merupakan suatu gramatik yang terdiri
atas dua kata atau lebih dan kedua, hubungan antara unsur pembentuknya
tidak melebihi batas fungsi unsur klausa.

B. Jenis dan Contoh Frase


Frasa dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan persamaan
dstribusi dengan unsurnya, kategori kata yang menjadi unsur pusatnya,
kedudukan, serta makna yang dikandungnya.
1. Pembagian Frasa Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya
(Pemadunya)
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya, frasa dibedakan
menjadi frasa endosentris dan frasa eksosentris. Berikut penjelasannya.
a. Frasa Endosentris
Frasa Endosentris merupakan frasa yang kedudukannya sejajar,
sehingga dalam suatu fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya.
Unsur frasa yang dapat menggantikan fungsi tertentu dari frasa tersebut
disebut sebagai unsur pusat. Dengan kata lain frasa endosentris
merupakan frasa yang memiliki unsur pusat. Contoh:
 Sejumlah mahasiswa  di kelas
(S)                          (P)
 Tiga pria  di pelabuhan
(S)               (P)
Kalimat ‘Sejumlah mahasiswa di kelas’ tidak dapat ditulis menjadi
‘Sejumlah di kelas’ karena kata ‘mahasiswa’ merupakan unsur pusat.
Begitu pula dengan kalimat ‘Tiga pria di pelabuhan’ tidak dapat ditulis
sebagai ‘Tiga di pelabuhan’ karena kata ‘pria’ merupakan unsur pusat
pada frasa ‘tiga pria’. Sedangkan pada kalimat ‘Pemilihan umum lima

3
tahun sekali’ tidak dapat ditulis menjadi ‘umum lima tahun sekali’ atau
pun ‘pemilihan lima sekali’ karena kata ‘pemilihan’ dan kata tahun
‘tahun’ merupakan unsur pusat.
Lebih lanjut, frasa endosentris masih dapat dibagi lagi menjadi tiga,
yakni frasa endosentris koordinatif, frasa endosentris atributif, serta
frasa endosentris apositif.
1) Frasa Endosentris Kontributif
Frasa Endosentris Koordinatif merupakan frasa endosentris
yang semua unsurnya adalah unsur pusat. Untuk unsur yang
mengacu pada hal yang berbeda pada tiap unsurnya, frasa dapat
diberi sisipan kata ‘dan’ atau ‘atau’. Contoh :
 Pekarangan rumah
 Suami istri
 Ayah ibu
 Kakak adik
 Muda mudi
 Pembianaan dan pembangunan
 Pembangunan dan pembaharuan
 Maju atau mundur
 Bekerja atau belajar
 Kuliah atau bekerja
2) Frasa Endosentris Atributif
Frasa Endosentris Atributif adalah frasa endosentris yang
mempunyai unsur pusat serta unsur atribut. Atribut merupakan
bagian frasa yang bukan termasuk unsur pusat, akan tetapi
menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bermakna. Contoh :
 Pemilihan  presiden
(UP)         (Atribut)
 Pembangunan  lima tahun
(UP)               (Atribut)
 Sekolah Inpres

4
 Buku baru
 Kemarin malam
 Malam ini
 Minggu ini
 Sedang syuting
 Sangat bahagia
 Orang itu
 Anak Pak Ujang
 Sedang menari
Kata kata yang dicetak miring merupakan unsur pada frasa
tersebut, sedangkan kata yang tidak dicetak miring merupakan
atribut yang menerangkan unsur pusat pada frasa tersebut.
3) Frasa Endosentris Apositif
Frasa Endosentris Apositif merupakan frasa endosentris
yang semua unsur di dalamnya adalah unsur pusat serta
menunjuk pada satu hal yang sama. Atau dengan kata lain,
unsur pusat yang satu merupakan aposisi dari unsur pusat
lainnya. Contoh:
 Taufik Hidayat,  pebulutangkis Indonesia,  meraih medali
emas Olimpiade Athena.
‘Taufik Hidayat’ merupakan unsur pusat, sedangkan
‘pebulutangkis Indonesia’ merupakan aposisinya. Sehingga
kalimat tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Taufik Hidayat, ……………………………………meraih
medali emas Olimpiade Athena
……………………..pebulutangkis Indonesia meraih
medali emas Olimpiade Athena
b. Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris merupakan frasa yang tidak memiliki
persamaan kedudukan dengan unsurnya. Dengan kata lain, frasa
eksosenyris tidak memiliki unsur pusat atau UP. Contoh : (Frasa
yang dicetak miring merupakan contoh dari frasa eksosentrik)

5
 Kedua saudagar mengadakan jual beli
 Mereka bertemu di pelabuhan
 Mahasiswa di lapangan
 Anak itu mengadu pada ibunya
 Saiful dan Aria ke perpustakaan
 Dia baru pulang dari Medan
 Ananda melakukan penelitian di Bogor
 Ia mengirimkan surat pada sahabatnya
 Sindikat pencuri biasa beraksi pada malam
 Ia menunggu di rumah

2. Pembagian Frasa Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya


Menurut pembagian berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur
pusatnya, frasa dibedakan menjadi enam kategori, yakni frasa nomina, frasa
verba, frasa ajektifa, frasa numeralia, frasa preposisi, dan frasa konjungsi.
a. Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata
nomina. Frasa nomina dibedakan kembali menjadi beberapa kategori
sebagai berikut.
1) Nomina sebenarnya. 
Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)
 Pasir pantai itu sangat putih.
 Gerobak itu berwana merah.
 Rumah ini  milik keluarga Hasim.
 Jeruk itu manis sekali.
 Roda motornya  kempes.
2) Pronominal
Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)
 Dia itu  seorang penulis.
 Mereka semua tergabung dalam grup musik yang sama.
 Kami ini  perwakilan universitas.
 Dia itu  memang manis.

6
 Kita itu saudara.
3) Nama
Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)
 Dian itu  saudara sepupu saya.
 Ayah Ahmad seorang pelaut.
 Koki Andita sudah terkenal di mana mana.
 Rihanna itu  memang terkenal baik dari dulu.
 Rumanah itu anak dari Pak RT.
4) Kata-kata selain nomina yang berubah strukturnya menjadi nomina
Contoh : (Frasa yang dicetak miring merupakan frasa nomina)
 Dia rajin (verba)  – >rajin itu menguntungkan.
 Anak kucing kami tiga ekor (numeralia) -> Tiga itu cuma
sedikit dibandingkan yang diterima sebenarnya.
 Dia berlari (verba) -> Berlari itu bentuk olahraga yang murah
dan mudah.
 Dia baik  (adjektiva) -> Anak baik itu bernama Ananda.
 Harga  rumah kami tiga juta rupiah (numeralia) -> Tiga juta
itu  hilang dirampok.
b. Frasa Verba
Frasa verba adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata
verba dan ditandai dengan adanya afiks verba. Frasa verba dapat
ditambahkan imbuhan kata ‘sedang’ untuk verba aktif dan kata ‘sudah’
untuk verba yang menyatakan keadaan. Frasa verba tidak dapat
diberikan imbuhan kata ‘sangat’ dan biasanya menduduki fungsi
sebagai predikat dalam suatu kalimat. Contoh :
 Berlari kencang.
 Memacu motornya kencang.
 Sedang menjemur.
 Menghitung penghasilan bulan ini.
 Berjalan memutari kompleks.
c. Frasa Adjektiva

7
Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa
kata adjektiva. Unsur dalam frasa adjektiva dapat diberikan imbuhan
ter- (untuk mewakili kata paling). Biasanya menduduki fungsi sebagai
predikat dalam suatu kalimat. Contoh :
 Rumahnya sangat besar.
 Alangkah senangnya kami.
 Dia  itu sesukanya sendiri.
 Dia memang yang terbaik.
 Ananda sangat baik
 Jalannya sangat panjang.
 Panci itu sangat panas.
 Hasil ujiannya yang paling baik di antara  teman temannya
 Pekarangangan itu sangat lebar.
 Dia anak paling penurut di antara saudaranya.
d. Frasa Numeralia
Frasa numeralia merupakan frasa yang memiliki unsur pusat
berupa kata numeralia atau kata kata yang menyatakan suatu bilangan
atau jumlah tertentu. Frasa numeralia dapat diberi kata bantu bilangan
seperti ekor, buah, satuan mata uang, dan lain sebagainya. Contoh :
 Dua puluh lima.
 Lima belas ribu.
 Dua ekor.
 Tiga puluh tangkai.
 Lima puluh lima tandan.
 Dua ratus juta rupiah.
e. Frasa Preposisi
Frasa preposisi adalah frasa yang ditandai dengan adanya
preposisi atau kata depan sebagai penunjuk/indikator dan diikuti kata
atau kelompok kata, yang bukan klausa, yang berdiri sebagai petanda.
Contoh:
 Di teras.
 Di depan rumah.

8
 Dari sekolah.
 Untuk saya.
 Kepada hadirin yang terhormat.
 Untuk semua murid yang mengikuti upacara bendera.
f. Frasa Konjungsi
Frasa konjungsi adalah frasa yang ditandai dengan adanya
konjungsi atau kata penghubung. Frasa konjungsi disebut juga sebagai
frasa verbal atau keterangan. Contoh:
 Terus diam.
 Ketika belajar.
 Masa lampau.
 Kemarin malam.
 Akhir minggu.
 Tadi sore.
 Tengah malam.

3. Pembagian Frasa Berdasarkan Kedudukannya


Frasa dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kedudukannya, yakni
frasa setara serta frasa setara bertingkat.
a. Frasa Setara, frasa setara merupakan frasa yang memiliki hubungan
antar unsur setara. Contoh :
 Keluar masuk.
 Depan belakang.
 Hitam putih.
 Muda mudi.
 Tua muda.
 Suami istri
b. Frasa Setara Bertingkat
Frasa setara bertingkat merupakan frasa yang kedudukan antar
unsurnya tidak setara atau bertingkat. Contoh :
 Uang tunai.
 Cara baru.

9
 Pedang tajam.
 Bangku emas.
 Mengayuh sepeda.
 Sedang pergi.
4. Pembagian Frasa Berdasarkan Makna yang Dikandungnya
Frasa dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan makna  yang terkandung
di dalamnya atau yang dimiliki unsur unsurnya, yakni frasa biasa, frasa
idiomatic, serta frasa ambigu.
a. Frasa Biasa
Frasa biasa adalah frasa yang hasil dari pembentukannya berupa
makna denotasi atau makna sebenarnya. Contoh : (Frasa yang dicetak
miring merupakan frasa biasa).
 Ayah membeli sapi putih.
 Kursi favorit ibu berwarna biru.
 Ibu membeli asam jawa dan garam di warung.
 Arya selalu memantau perkembangan anak laki-lakinya.
 Mobil merah itu  buatan Eropa.
b. Frasa Idiomatik
Frasa idiomatik merupakan kebalikan dari frasa biasa, yaitu frasa
yang hasil pembentukannya berupa makna konotasi atau makna yang
bukan sebenarnya. Contoh :
 Saya baru kembali dari Pangkalpinang. (arti: nama tempat)
 Saya akan berangkat ke luar negeri besok siang. (arti: ke negara
lain)
 Akhirnya Ayu menginjakkan kakinya di Negeri Paman Sam. (arti:
julukan Amerika)
 Ia memiliki kaki tangan yang dapat diandalkan. (arti; orang
kepercayaan)
 Erdi membawa buah tangan dari Surabaya. (arti: oleh oleh)
c. Frasa Ambigu

10
Frasa ambigu adalah frasa yang memiliki makna lebih dari satu
atau makna ganda tergantung pada penggunaannya dalam
kalimat. Contoh :
 Buah tangan. (arti: ‘buah yang dipegang tangan’ atau ‘oleh oleh’)
 Panjang tangan. (arti: ‘panjang dari sebuah tangan’ atau ‘suka
mencuri’)
 Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
Frasa lukisan ayah mempunyai makna: lukisan milik Ayah, lukisan
mengenai diri Ayah, dab lukisan buatan Ayah.

C. Pengertian Klausa
Klausa merupakan suatu satuan yang terdiri dari subjek dan predikat.
Subjek dan predikat tersebut, baik disertai dengan objek, pelengkap, dan
keterangan, atau tidak disertai dengan ketiga hal tersebut. Klausa berbeda
dengan kalimat, sebab tidak menggunakan unsur intonasi.
Klausa menggunakan bagian dari suatu kalimat. Sama hal nya dengan
pendapat lain yang menyatakan bahwa klausa merupakan suatu kumpulan kata
yang setidaknya atau sedikitnya memiliki satu objek dan satu predikat. Klausa
tidak mengandung jeda, intonasi, tempo, dan nada, seperti dalam sebuah
kalimat.
Klausa menurut beberapa ahli bahasa :
1. Menurut Chaer, klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu ada komponen berupa
kata atau frase, yang berfungsi sebagai perdikat dan yang lain berfungsi
sebagai subjek, objek dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat
yangharus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan
bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.
2. Menurut Keraf, klausa adalah satuan konstruksi yang di dalamnya terdapat
beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata
bahasa lama dikenal dengan pengertian subjek, predikat, objek, dak
keterangan.

11
D. Jenis dan Contoh Klausa
1. Jenis Klausa berdasarkan strukturnya
a. Klausa bebas
Klausa bebas ialah klausa yang mempunyai potensi untuk menjadi
sebuah kalimat. Contoh klausa bebas, diantaranya yakni :
 Aku harus pergi
 Kakak menangis
 Ibu sangat marah
b. Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi
sebuah kalimat, meskipun penulisannya diawali oleh huruf besar atau
kapital dan diakhiri oleh tanda baca. Contoh klausa terikat, diantaranya
yakni :
 Supaya mereka sadar
 Ketika ayah tidur
 Dekat kantor kecamatan

2. Jenis Klausa berdasarkan fungsinya


a. Klausa subjek
Klausa subjek ialah klausa yang memiliki kedudukan sebagai subjek dalam
sebuah kalimat. Contoh klausa subjek, yakni : Ternyata kakak sedang
membaca buku tersebut.
b. Klausa objek
Klausa Objek ialah klausa yang memiliki kedudukan sebagai objek dalam
sebuah kalimat. Contoh klausa objek, yakni: Bibi sedang menyusun
daftar dagangan.
c. Klausa keterangan
Klausa keterangan ialah klausa yang memiliki kedudukan sebagai
keterangan dalam sebuah kalimat. Contoh klausa keterangan, yakni : Karena
sakit, Agung tidak bisa pergi sekolah.
d. Klausa pelengkap

12
Klausa pelengkap ialah klausa yang berkedudukan sebagai pelengkap dalam
sebuah kalimat. Contoh klausa pelengkap, yakni: Kamu dianggap telah mati.

3. Jenis Klausa berdasarkan kelengkapan unsurnya


a. Klausa lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang mempunyai unsur Subjek (S) dan juga
Predikat (P). Contoh klausa lengkap, yakni :
 Kalian sedang bekerja
 Bibi memasak
 Kakak sekolah hari ini
b. Klausa tidak lengkap
Klausa tak lengkap ialah jenis klausa yang hanya mempunyai unsur Predikat
(P) tanpa Subjek. Contoh klausa tak lengkap, yakni :
 terpaksa berhenti dari sekolahnya
 sudah datang dari tadi pagi
 sedang membuat makanan

4. Jenis Klausa berdasarkan kata negatifnya


a. Klausa negatif
Klausa negatif ialah klausa yang mempunyai kata negatif. Misalnya
”jangan”, “tidak”,”bukan”, dan lainnya. Sehingga predikatnya memiliki sifat
negatif. Contohnya klausa negatif, yakni :
 Ibu belum pergi
 Bukan Dia yang melakukannya
b. Klausa positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak mempunyai kata negatif sehingga
predikatnya memiliki sifat positif. Contoh klausa positif, yakni :
 Kamu berhasil melakukannya
 Kalian sudah menjadi anggota

5. Jenis Klausa berdasarkan fungsi predikatnya


a. Klausa verbal

13
Klausa verbal ialah klausa yang predikatnya berwujud kata kerja. Contoh
klausa verbal, yakni :
 Dia berlari
 Paman membaca
b. Klausa nominal
Klausa nominal ialah klausa yang predikatnya berwujud kata benda. Contoh
klausa nominal, yakni :
 Bibinya seorang guru
 Andi siswa SMK
c. Klausa adjectival
Klausa adjektival ialah klausa yang disusun dari kata sifat. Contoh klausa
adjektival, yakni :
 Sendal yang mahal
 Rajin sekali
d. Klausa preposisional
Klausa preposisional ialah, klausa yang predikatnya adalah frasa dari kata
depan (preposisi). Contoh klausa preposisional, yakni:
 dari pasar pagi
 menuju ke sekolah
e. Klausa numeral
Klausa numeral ialah klausa yang predikatnya berwujud kata atau frasa
numeral (bilangan). Contoh klausa numeral, yakni:
 Lima juta sebulan
 Empat kali sehari

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Frase adalah sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
bersifat non-predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fingsi sintaksis di dalam kalimat.
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya, frasa dibedakan menjadi
frasa endosentris dan frasa eksosentris. Berdasarkan kategori kata yang menjadi
unsur pusatnya, frasa dibedakan menjadi enam kategori, yakni frasa nomina, frasa
verba, frasa ajektifa, frasa numeralia, frasa preposisi, dan frasa konjungsi.
Klausa merupakan suatu satuan yang terdiri dari subjek dan predikat. Subjek dan
predikat tersebut, baik disertai dengan objek, pelengkap, dan keterangan, atau tidak
disertai dengan ketiga hal tersebut. Klausa berbeda dengan kalimat, sebab tidak
menggunakan unsur intonasi.
Ada lima jenis klausa bedasarkan: berdasarkan struktur internnya, berdasarkan
ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P, berdasarkan kategori frasa yang
menduduki fungsi P, berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat, dan
berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat.

B. Saran
Pemahaman satuan sintaksis seperti frasa dan klausa ini bagi guru, selain dapat
menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan
berbahasa siswa. Sehingga, materi ini harus benar-benar dikuasai dan dipahami.

15
DAFTAR PUSTAKA

M. Asfandi Adul. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta: Pembinaan


dan Pengembangan Bahasa.

Nur Khairinnisa. 2011. Konsep dan Jenis-Jenis Frasa. Diunduh 15 September 2012


dari http://www. Blogger.com.

Rachmadrivai. 2011. Sintaksis Bahasa Indonesia (frasa). Diunduh 15 September 2012


dari http://rachmadrivai.wordpress.com.

16

Anda mungkin juga menyukai